Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hhiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.
(Yulianaelin, 2009) kriteria diagnonosis DM (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu
3. Gejala klasik DM + glukosa plasma 126 mg/dL (7,0 mmol/L) puasa diartikan pasien
tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan
standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa
anhidrus dilarutkan kedalam air
Cara pelaksanaan TTGO ( WHO 1994 ) : ( Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa ( dengan karbohidrat yang
cukup)
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan
dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu : ( Sudoyo
Aru,dkk 2009)
1

1. < 140 mg/dL


2.

140 - < 200 mg

3. 200 mg/dL

normal
toleransi glukosa terganggu
diabetes

Klasfikasi Diabetes Melitus


1). Klasifikasi Klinis
a.

DM

- Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
- Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:

Tipe II dengan obesitas

Tipe II tanpa obesitas

b.

Gangguan Toleransi Glukosa

c.

Diabetes Kehamilan

2). Klasifikasi Resiko Statistik:


a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
B. Etiologi
1. DM Tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas
yang disebabkan oleh:
-

Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I

Faktor imunologi (autoimun)

Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi sek beta

2. DM Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan
keluarga.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DM dikatkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (Price &
Wilson)
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (poldipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas
vulva

D. Masalah yang lazim muncul


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan
insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko Syok
3. Kerusakan integritas jaringan
4. Resiko infeksi
5. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer, proses
penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi

E. Discharge Planning
1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar gula darah

4. Ajarkan mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan


5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan
sereal
6. Hindari konsumsi makanan tinggilemak dan yang mengandung banyak kolesterol LDL,
antara lain : daging merah, produk susu, kuning telur, mentega,saus salad, dan makanan
pencuci mulut berlemak lainnya.
7. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam.
F. Patofisiologi
Ketidakseimbangan
produksi insulin

Kerusakan sel beta

- Faktor genetik
- Infeksi virus
- Pengrusakan
imunologik

Gula dalam darah


tidak dapat dibawa
masuk dalam

Hiperglikemia

Vikositas darah

Batas melebihi
ambang ginjal

Aliran darah lambat

Glukosuria

Iskemik jaringan

Dierisis osmotik
Poliuri

Anabolisme
protein

Koma diabetik

Kerusakan pada
antibodi

Kekebalan
tubuh

Ketidakefektifan
jaringan perifer

Retensi urine

Kehilangan kalori
Kehilangan elektrolit
dalam sel

Syok
hiperglikemik

Sel kekurangan
bahan untuk
metabolisme

Resiko infeksi

Nekrosis luka

Neuropati sensori
perifer
Klien tidak
merasa sakit

Dehidrasi

Gangrene
Resiko syok
Merangsang
hipotalamus

Protein dan lemak


dibakar

Kerusakan
integritas
jaringan

BB menurun
Pusat lapar dan haus

Polidipsia Polipagia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kelemahan

Katabolisme lemak
Asam lemak

Keton

Keteasidosis

Pemecahan protein

Ureum

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
A. Pengkajian Data Dasar
1. Riwayat adanya faktor risiko:
Riwayat keluarga tentang penyakit
Kegemukan
Riwayat pankreatitis kronis
Riwayat lahir lebih dari sembilan pon
Riwayat glukosuria selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiazid, kontrasepsi
oral)
2. Kaji terhadap manifestasi DM:

Poliuria (akibat dari diuresis osmotik bila ambang ginjal terhadap


reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal)

Polidisipsia (disebabkan oleh dehidrasi dari poliuria)

Polifagia (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dari perubahan


sintesisi protein dan lemak

Penurunan berat badan (akibat dari kataboliseme protein dan lemak)

Gejala tambahan umum pada DM tipe II meliputi:

Pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan


kram otot.
Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit da terjadinya komplikasi
aterosklerosis.

3. Pemeriksaan diagnostik

Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dL).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa darah meningkat dibawah kondisi stres

Gula darah puasa (FBS) normal atau di atas normal

Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. Tes ini mengukur


persentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap
melekat pada hemoglobin selama hidu SDM. Rentang normal adalah 5-6%

Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. Pada respons terhadap


defiiensi intraseluler, protein dan lemak diubah menjadi glukosa
(glukoneogenesis) untuk energi. Selama proses pengubahan ini, asam
lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi
ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa ambang
ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menandakan
ketoasidosis.

Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan


ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
Diagnosis DM dibuat bila FBS diatas 140 mg/dL selama dua atau lebih

kejadian, dan pasein menunjukkan gejala-gejala DM (poliuria, polidipsia,


polifagia, penurunan berat badan, ketonuria, dan kelelahan). Juga, diagnosis
dapat dibuat bila contoh TTG selama periode 2 jam dan periode lain ( 30
menit, 60 menit, atau 90 menit) melebihi 200 mg/dL.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi

B. Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc

No

Diagnosa Keperawatan

Ketidakseimbangan

Tujuan dan Kriteria Hasil


nutrisi NOC

kurang dari kebutuhan tubuh


Definisi

: Asupan nutrisi tidak Nutritional status : food

cukup

untuk

kebutuhan metabolik

Nutritional status:

memenuhi

and fluid
Intake

Intervensi
NIC
Nutrition Management
Kaji

adanya

alergi

makanan
Kolaborasi dengan ahli

Nutritional

Batasan karakteristik :

gizi untuk menetukan

Kram abdomen

Nyeri abdomen

Intake

nutrisi

Menghindari makanan

Weight control

dibutuhkan pasien.

BB 20 % atau lebih dibawah Kriteria Hasil:

jumlah

nutrient

Adanya peningkatan BB

Kerapuhan kapiler

sesuai dengan tujuan BB

Diare

ideal sesuai dengan TB

Kehilangan

rambut Mampu mengidentifikasi


Tidak ada tanda tanda

Bising usus hiperaktif

Kurang makanan

Kurang informasi

Kurang minat pada makanan

peningkatan

fungsi

Penurunan

pengecapan

dari

Menunjukkan

Tidak terjadi penurunan

Kesalahan konsepsi

Kesalahan informasi

Membran mukosa pucat

Ketidakmampuan memakan

BB yang berarti

Tonus otot menurun

Mengeluh gangguan sensasi


rasa
Mengeluh asupan makanan
kurang

dari

RDA

(recommended

daily

Cepat

kenyang

setelah

makan

Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
Berikan substansi gula
diet

yang

tinggi

serat

untuk

mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih

(sudah

dikonsultasikan dengan
Ajarkan

pasien

bagaimana

membuat

catatan

makanan

harian.
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan

informasi

tentang

kebutuhan

nutrisi

allowane)

intake

ahli gizi)

makanan

meningkatkan

dimakan mengandung

menelan

asupan badan adekuat

yang

Yakinkan

malnutrisi

dengan

dan

dan vitamin C

kebutuhan nutrisi

BB

kalori

Anjurkan pasien untuk

berat badan ideal

berlebihan

status

Sariawan rongga mulut

Kaji

kemampuan

pasien

untuk

mendapatkan

nutrisi

Steatorea

Kelemahan otot pengunyah

Nutrition Monitoring

Kelemahan

BB pasien dalam batas

yang dibutuhkan

otot

untuk

normal

menelan
Faktor-faktor

yang

Monitor

Faktor biologis
Faktor ekonomis
mampuan

makanan
Faktor psikologis

tipe

dan

jumlah aktivitas yang


untuk

biasa dilakukan
Monitor interaksi anak

mencerna makanan
Ketidakmampuan

adanya

penurunan BB

berhubungan:

Ketidak

Monitor

menelan

atau orang tua selama


makan
Monitor

lingkungan

selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan

tindakan

tidak

selama jam makan


Monitor kulit kering
dan

perubahan

pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor
rambut

kekeringan,
kusam,

dan

mudah patah
Monitor

mual

dan

muntah
Monitor

kadar

albumin, total protein,


Hb, dan kadar Ht
Monitor
kemerahan,
9

pucat,
dan

kekeringan

jaringan

konjungtiva
Monitor

kalori

dan

intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,

hipertonik

papila lidah dan cavitas


oral
Catat

jika

berwarna

lidah
magenta,

scarlet
2

Kerusakan integritas jaringan

NOC

Definisi : Kerusakan jaringan

Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention

membran

and mucous

mukosa,

kornea,

integumen, atau subkutan

Wound

wound care

healing

Anjurkan pasien untuk

Batasan karakteristik

primary and

menggunakan pakaian

Kerusakan jaringan ( mis.,

Secondary intention

longgar

kornea,
kornea,

membran

mukosa, Kriteria Hasil:

integumen,

atau

subkutan)
Kerusakan jaringan

Faktor yang Berhubungan


Gangguan sirkulasi

bersih dan kering

Tidak ada tanda-tanda

Mobilisasi pasien

infeksi

( ubah posisi pasien)

Ketebalan dan tekstur

oleskan

Menunjukkan
pemahaman

Kelebihan cairan

proses perbaikan kulit

Hambatan mobilitas fisik

dan

Kurang pengetahuan

terjadinya

Faktor mekanik (mis, tekanan,

berulang

Faktor

nutrisi

(mis,

dalam

mencegah
cidera

kulit

akan

lotion

atau

minyak/baby oil pada


daerah yang tertekan
monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
monitor status nutrisi
pasien

Menunjukksn
terjadinya

monitor

adanya kemerahan

Defisit cairan

koyakan/ robekan, friksal)

Jaga kulit agar tetap

Perfusi jaringan normal

jaringan normal

Iritan zat kimia

10

NIC

proses

memandikan

pasien

kekurangan atau kelebihan)

penyembuhan luka

dengan sabun dan air

Radiasi

hangat
observasi luka: lokasi,

Suhu ekstrem

dimensi,

kedalaman

luka, jaringan nekrotik,


tanda-tanda

infeksi

lokal, formasi traktus


Ajarkan

keluarga

tentang

luka

dan

perawatan luka
Kolaborasi

ahli

gizi

pemberian diet TKTP


(tinggi

kalori

tinggi

protein)
Cegah

kontaminasi

feses dan urin


Lakukan

teknik

perawatan luka dengan


sterile
Berikan

posisi

mengurangi

yang

tekanan

pada luka
3

Resiko

ketidakseimbangan NOC

elektrolit

Definisi : Berisiko mengalamai


perubahan

kadar

elektrolit

serum yang dapat menganggu

Fluid balance

Fluid Management

Hydration

Timbang

Nutritional

Faktor risiko

Kriteria Hasil

Diare

status

Pertahankan

Fluid intake

output

jika

catatan

intake dan output yang

Mempertahankan
urine

popok/pembalut
diperlukan

food and

kesehatan
Defisiensi volume cairan

11

NIC

sesuai

akurat
Monitor status hidrasi

Disfungsi endokrin

dengan usia dan BB , BJ

(kelembaban membran

Kelebihan volume cairan

urine

mukosa, nadi adekuat,

Gangguan mekanisme regulasi

normal

(mis,

diabetes,

sindrom

isipidus,

ketidaktepatan

sekresi hormon antidiuretik)

normal,

HT

TD

TD, Nadi, suhu tubuh


dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda

Disfungsi ginjal

dehidrasi,

Efek samping obat

turgor

Muntah

membran

elastisitas
kulit

ortostatik),

diperlukan
Monitor vital sign
Monitor

hitung

mukosa

harian

haus yang berlebihan

masukan

makanan/cairan

baik,

lembab, tidak ada rasa

jika

dan

intake

kalori

Kolaborasikan
pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan

penggantian

nasogatrik

sesuai

output
Dorong keluarga untuk
membantu

pasien

makan
Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Atur

kemungkinan

tranfusi
Persiapan
tranfusi
Hypovolemia
12

untuk

Management
Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
Monitor BB
Dororng pasien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya tanda
gagal ginjal

13

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa
medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta
: EGC

14

Vous aimerez peut-être aussi