Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Unclear Terms :
1. alergi
irwan : respon abnormal tubuh terhadap suatu alergen oleh reaksi spesifik pada suatu imun
tubuh ... (Kamus Gizi)
Sharira : hypersensitif akibat pajanan yg berulang thdp alergen yang menimbulkan...
(Dorland)
Zunia : Keadaan yang sangat peka terhadap suatu penyebab tertentu (KBBI)
2. Bronkopneumonia
peradangan paru yang berawal pada bronchiolus terminalis ( Dorland )
3. susu formula
susu yang berasal hewan mamalia atau dari bahan nabati yang di kemas menjadi tepung
yang nilai gizinya mendekati ASI (Kamus Gizi)
4. Asi eksklusif
air susu ibu yang di berikan ibu dari bayi lahir sampai berusia 6 bulan ... (Kamus Gizi)
CUES :
Aulia : ahli gizi mampu memberikan intervensi yang tepat pada ank bronkopneumonia dan alergi
yang harusmenjalani rawat intensif baik saat rawat inap dan rawat jalan dari usia 7 bulan sampai 1
Th serta monev yang tepat sesuai kondisi px.
Problem Identificaton :
1 Bagaimana PES dari
a) Bronkopneumonia
- Patofisiologi :
-
Etiologi :
Sign symptom :
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuman penyebab, usia pasien,
status imunologis pasien dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis bisa berat yaitu sesak,
sianosis, dapat juga gejalanya tidak terlihat jelas seperti pada neonatus. Gejala dan
tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala
pulmonal, pleural dan ekstrapulmonal. Gejala non spesifik meliputi demam, menggigil,
gangguan
b) Alergi
Patofisiologi :
Alergi makanan adalah reaksi abnormal dari sistem imun tubuh terhadap komponen
makanan (protein) dan menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Semua zat yang
menyebabkan reaksi imunologi disebut alergen. Apabila alergen masuk ke dalam
tubuh, maka tubuh akan membentuk antibodi yang selanjutnya akan menyerang
alergen tersebut sehingga memicu reaksi alergi (gatal-gatal, bengkak lidah atau bibir,
pusing, pingsan, dan dalam kasus yang parah, kematian).
Etiologi :
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu :
Faktor Genetik
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila
ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak
sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat
menurunkan resiko pada anak sekitar 20 40%, ke dua orang tua alergi resiko
meningkat menjadi 40 - 80%. Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua
orang tua maka resikonya adalah 5 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja
terjadi bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi. Bisa
saja gejala alergi pada saat anak timbul, setelah menginjak usia dewasa akan
banyak berkurang.
- Imaturitas Usus
Alergi makanan sering terjadi pada usia anak dibandingkan pada usia dewasa.
Fenomena lain adalah bahwa sewaktu bayi atau usia anak mengalami alergi
makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik. Hal itu terjadi karena belum
sempurnanya saluran cerna pada anak. Secara mekanik integritas mukosa usus
dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara
kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi
allergen. Secara imunologik IgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada
lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus
imatur (tidak matang) sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal
berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. Pada bayi baru
lahir sel yang mengandung IgA, Imunoglobulin utama di sekresi eksternal, jarang
ditemui di saluran cerna. Dalam pertambahan usia akan meningkat sesuai
dengan maturasi (kematangan) sistem kekebalan tubuh. Dilaporkan persentasi
sampel serum yang mengandung antibodi terhadap makanan lebih besar pada
bayi berumur kurang 3 bulan dibandingkan dengan bayi yang terpapar antigen
setelah usia 3 bulan. Penelitian lain terhadap 480 anak yang diikuti secara
prospektif dari lahir sampai usia 3 tahun. Sebagian besar reaksi makanan terjadi
selama tahun pertama kehidupan.
Pajanan Alergi
Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak
bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap
penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap
makanan pada tahun pertama kehidupan. Beberapa jenis makanan yang
dikonsumsi ibu akan sangat berpengaruh pada anak yang mempunyai bakat
alergi. Pemberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi. Allergen masuk ke
dalam tubuh yaitu melalui saluran pernafasan (alergen inhalatif/alergi hirup),
alergen kontak, melalui suntikan atau sengatan, dan alergi makanan.
Sign Symptom
Berikut akan dijelaskan gambaran klinis yang dapat ditemukan pada alergi
makanan yang diperantarai IgE dan non-IgE.
- Alergi Makanan yang Diperantarai IgE (IgE Mediated Food Allergy)
Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis menyeluruh berdasarkan
keluhan/gejala yang ada. Reaksi alergi umumnya timbul dalam 30 menit setelah
menelan alergen, dan menimbulkan satu/lebih tanda dan gejala berikut:
o Kulit: eritema, urtikaria, angioedema
o gastrointestinal: muntah, diare, nyeri perut
o saluran napas: batuk, suara serak, stridor
o kardiovaskular: hipotensi, pingsan
Alergi Makanan yang Tidak Diperantarai IgE (Non IgE Mediated Food Allergy)
Tanda dan gejala tinbul beberapa jam/hari setelah menelan alergen. Macamnya
adalah:
o Sindrom enterokolitis yang dipicu oleh protein makanan. Kelainan ini
timbul pada bayi yang mengkonsumsi susu sapi atau susu kedelai, atau
makanan seperti sereal beras. Gejala timbul dalam 1 3 jam setelah
menelan alergen, berupa muntah terus-menerus cairan berwarna
empedu. Hipotensi terjadi pada 15% kasus, dengan gejala pucat dan
lemas, sehingga sering disalahdiagnosiskan sebagai sepsis. Tidak jarang
gejala berulang sampai akhirnya diketahui alergi makanan sebagai
penyebabnya.
o Enteropati yang dipicu oleh protein makanan. Gejala muncul pada bayi
berupa diare, muntah, dan gagal tumbuh. Paling sering akibat protein
susu sapi, dapat juga secara tidak langsung dari kedelai, telur, gandum,
beras, ayam, dan ikan.
- Alergi Makanan Campuran IgE dan Non IgE (Mixed IgE and Non IgE Mediated
Food Allergy)
Penyakit alergi lain yang dialami oleh kelompok ini:
o Esofagitis Eosinofilik Alergika (Allergic Eosinophilic Esophagitis). Muncul
pada bayi sampai remaja, dengan gejala refluks gastroesofagus kronik
yang tidak pulih dengan obat-obatan anti refluks, yakni: muntah, tidak
mau makan, nyeri perut, dan rewel.
Dapat dilakukan pada anak usia berapa pun dan tidak menggunakan obat-obatan.
Dalam tes ini, sampel serum darah anak akan diambil sebanyak 2 cc, lalu diproses
dengan mesin komputerisasi khusus. Hasilnya diketahui setelah 4 jam.
Diagnosis pasti alergi makanan tidak dapat ditegakkan hanya dengan tes alergi baik tes kulit,
RAST, Immunoglobulin G atau pemeriksaan alergi lainnya. Pemeriksaan tersebut mempunyai
keterbatasan dalam sensitifitas dan spesifitas, Sehingga menghindari makanan penyebab
alergi atas dasar tes alergi tersebut seringkali tidak menunjukkan hasil yang optimal. Untuk
memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta
(Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau
baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Mengingat cara DBPCFC
tersebut sangat rumit dan membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Beberapa
pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap metode pemeriksaan tersebut.
Children Family Clinic Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan melakukan
Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana. Dalam diet sehari-hari dilakukan
eliminasi atau dihindari beberapa makanan penyebab alergi selama 2-3 minggu. Setelah 3
minggu bila keluhan alergi dan gangguan perilaku menghilang maka dilanjutkan dengan
provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan
dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali
provokasi menimbulkan gejala.
4
5
RR lambat
Dietary
Susu formula, bubur dengan komposisi tepung beras , ayam , telur , dan
wortel
Diagnosa :
Intervensi :
Tujuan :
-
Prinsip :
Tinggi Energi,, Tinggi Antioksidan , Rendah Serat , rendah KH
Syarat :
1. Energi
TEE = {(89x9)-100}+22kkal
= 723 kkal
Anak mengalami kenaikan suhu sebesar 1 derajat celcius, maka
kebutuhan energy ditambah 12% 809,76 kkal
2. Makro
4. Cairan
Menurut Ngastiyah, 2005 pasien pneumonia hampir selalu mengalami
masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama
beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan
dehidrasi. Cairan yang dibutuhkan adalah 70 85 ml/kgBB = 630 ml
765 ml. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori maka
dibutuhkan infus. Pada kasus, anak mengalami kenaikan suhu tubuh
hingga 38 derajat celcius, sehingga dilakukan pemasangan infus mikro
D5 NS 15 tetes per menit
Apa saja makanan yang perlu di perhatikan terkait alergi ?
Dihindari
: Telur
Dibatasi
: Serat
Dianjurkan
Monev
1. Pemantauan BB setiap hari ,
2. Pemeriksaan fisik klinis dan keluhannya apakah sudah membaik ,
3. Asupan makan setiap hari
Etiologi
Bronkopneumoni
a
Patofisiologi
Alergi
Rawat Inap
Rawat jalan
Assessment
BB/U : Normal
Anthropometri
BB/U : Normal
Klinis
Dietary
1.
2.
3.
4.
Sesak
Muntah
Diare
Suhu 38 C
Bubur
Peningkatan Kebutuhan Energi
Diagnosa
Peningtan Kebutuhan Protein
Tujuan
Intervensi
Prinsip
Syarat
Makanan
Di batasi
Di anjurkan
Berat Badan
Monev
Fisik Klinis
Asupan