Vous êtes sur la page 1sur 5

Nuklir dan Geotermal untuk Indonesia yang Mandiri Energi

Masalah Energi yang Dihadapi Indonesia


Indonesia merupakan Negara keempat terpadat di dunia dengan jumlah
penduduk mencapai 237 juta jiwa (BPPT, 2012). Berjuta jiwa tersebut
mengonsumsi energi yang umumnya digunakan pada berbagai sektor seperti
industri, transportasi, komersial, dan rumah tangga hingga 1.012 juta SBM/BOE
(Setara Barel Minyak/Barrel Oil Equivalent). Jumlah yang besar tersebut masih
dinaungi oleh sumber energi yang jumlahnya terbatas seperti bahan bakar minyak
(BBM). Hingga detik ini bahan bakar Indonesia masih sangat bergantung bahan
bakar fosil. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terganggunya stabilitas
ekonomi Negara. Sebagian uang Negara dialokasikan untuk subsidi BBM yang
jumlahnya mencapai Rp193,8 T (Direktorat Jenderal Anggaran RI). Nilai ini
sangat besar jika dibandingkan dengan biaya penanggulangan kemiskinan (115,5
T), layanan kesehatan murah (55,9 T), dan ketahanan pangan (63,2 T). Selain itu,
besarnya kebutuhan akan bahan bakar minyak dan kurangnya produksi minyak
dalam negeri memaksa Negara untuk mengimpornya dari Negara lain. Jumlah
cadangan BBM yang terbatas pun menjadi hambatan berkembangnya bahan bakar
ini dalam waktu yang lama. Penggunaan BBM sebagai sumber bahan bakar
menimbulkan dampak pula terhadap lingkungan. Hasil pembakarannya dapat
menghasilkan gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Oleh karena itu,
diperlukan langkah strategis yang tepat untuk mengurangi penggunaan BBM
sebagai sumber energi dan mulai mencari serta mengembangkan energi alternatif
yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Potensi dan Prospek Energi Panas Bumi dan Energi Nuklir
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi terbarukan.
Beberapa diantaranya adalah energi panas bumi (geothermal) dan energi nuklir.
Energi nuklir merupakan salah satu sumber energi yang dapat diubah menjadi
energi panas atau listrik dengan memanfaatkan reaksi yang terjadi pada tingkat
atom. Umumnya, panas dan listrik yang dihasilkan dari energi nuklir lebih banyak
jumlahnya daripada sumber energi lain dengan jumlah yang setara. Sebagai

contoh, jika kita sama-sama memiliki 1 kg batu bara dan uranium kemudian kita
manfaatkan energi listrik yang dihasilkan, maka kita dapat menyalakan lampu
bohlam 100 Watt selama 4 hari dengan batubara dan selama 180 tahun dengan
uranium. Energi nuklir merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan sehingga dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah energi yang
sedang dihadapi oleh Indonesia. Indonesia mempunyai potensi nuklir untuk
pembangkit listrik mencapai 3 GW dengan kapasitas terpasang fasilitas nuklir saat
ini mencapai 30 MW dan terbatas untuk tujuan penelitian (BPPT, 2012).

Gambar 1. Peta Potensi Panas Bumi


Energi panas bumi merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan
dibawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi
tersebut berasal dari aktivitas tektonik yang terjadi didalam bumi sejak planet
bumi ini diciptakan. Indonesia memiliki 276 lokasi panas bumi yang tersebar
mengikuti jalur pembentukan gunung api yang membentang dari Sumatera, Jawa,
hingga Maluku. Indonesia merupakan Negara dengan potensi panas bumi terbesar
didunia dengan kapasitas sebesar 29 GWe. Bentuk energi ini merupakan energi
yang berkelanjutan dan ramah lingkungan karena fluida yang digunakan
diinjeksikan kembali setelah dimanfaatkan panasnya untuk pembangkit listrik.

Selain itu, dalam dalam proses eksploitasi dan eksplorasinya tidak membutuhkan
lahan yang cukup luas serta cocok untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
karena energi panas bumi sulit untuk diekspor. Emisi yang dihasilkan pun jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan sumber energi yang umum kita gunakan
saat ini, yaitu bahan bakar fosil seperti batubara dan bahan bakar minyak.
Penggunaan Energi Nuklir dan Panas Bumi di Negara lain
Perancis adalah salah satu Negara dengan potensi nuklir terbesar didunia.
75% sumber energi mereka berasal dari energi nuklir. Energi ini digunakan pada
pembangkit listrik di Negara tersebut. Pemerintah Perancis memegang 85%
kepemilikin EDF, perusahaan seperti PLN di Indonesia, yang merupakan
perusahaan yang membangkitkan dan mendistribusikan listrik di Perancis. Negara
lain yang memiliki reaktor terbanyak didunia adalah Jepang. Jepang memiliki 55
reaktor nuklir yang digunakan untuk membangkitkan 30% tenaga listrik dalam
negeri dan direncanakan akan meningkat menjadi 40% di masa yang akan datang.
Filipina, Negara dalam regional yang sama dengan Indonesia, memiliki
kapasitas yang lebih besar dalam hal energi panas bumi. Negara ini
mengalokasikan 11% dari total energinya untuk energi panas bumi dengan 64%
nya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Bahkan, Islandia, memproduksi
lebih dari 25% tenaga mereka berasal dari energy panas bumi.
Indonesia Menuju Negara Mandiri Energi
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, harga minyak dunia dari tahun ke
tahun memiliki kecenderungan untuk naik dan lebih mahal dari sebelumnya.
Cadangan minyak Indonesia yang terbatas dan perilaku masyarakat yang
konsumtif pun telah menuntut pemerintah untuk terus berupaya dalam memenuhi
kebutuhan energi nasional. Subsidi BBM yang sangat membebani alokasi APBN
bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ketahanan energi nasional.
Selain karena yang menikmati subsidi tersebut merupakan kalangan menengah ke
atas (salah sasaran), kebijakan tersebut justru memancing nafsu konsumtif
masyarakat karena harga minyak menjadi lebih murah. Imbasnya, permintaan
masyarakat akan minyak semakin meningkat, minyak Indonesia semakin langka,

dan pemerintah mengimpornya dari Negara lain karena pasokan dalam negeri
masih kurang untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Perancis menunjukkan pada kita bahwa energi nuklir dapat digunakan
sebagai energi alternatif khususnya untuk pembangkit listrik dengan aman dan
efisien. Jepang pun seolah memberitahu pada kita bahwa posisi kita yang samasama berada dalam Ring of Fire, daerah yang paling sering mengalami gempa
dan memiliki aktivitas vulkanik yang sering, bukanlah hambatan yang besar.
Begitu pula dengan Negara tetangga, Filipina, yang berhasil menggunakan potensi
alamnya, energy panas bumi, untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya.

Gambar 2. Proyeksi Penyediaan EBT dan Rasio kontribusi EBT


Saat ini, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengikuti apa yang
sudah dilakukan Perancis dan Negara lainnya mengingat Indonesia memiliki
potensi dalam sumber energi alternatif, khususnya nuklir dan panas bumi.
Dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengatasi masalah energi yang sedang
dihadapi Indonesia. Dari sisi pemerintah, subsidi BBM yang membebani alokasi
APBN, harus mulai dikurangi. Semakin besar alokasi anggaran untuk subsidi,
semakin kecil alokasi untuk kepentingan Negara yang lain seperti kesehatan dan
kemiskinan serta semakin besar pula perilaku konsumtif masyarakat terhadap
BBM. Akan lebih baik jika anggaran tersebut dialihkan untuk hal yang lebih
fokus pada pengembangan energi nuklir dan panas bumi. Selain itu, pengalihan
penggunaan energy ini dapat mengurangi bahkan menghentikan ketergantungan

kita pada minyak impor. Uang tersebut dapat digunakan untuk pembangunan
infrastruktur tambahan seperti PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) dan
PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Selain itu dapat pula digunakan
untuk penilitian, riset atau studi banding ke Negara lain dalam hal energi nuklir
dan panas bumi. Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah konsisten
terhadap kebijakan yang dibuat. Tegaskan kembali bahwa kita serius untuk mulai
beralih ke sumber energi baru dengan membuat peraturan yang mengatur tentang
proporsi atau bauran energi di Indonesia. Perbesar porsi energi nuklir dan panas
bumi secara perlahan-lahan tiap tahunnya. Selain itu, sosialisasi kepada
masyarakat mengenai potensi dan keamanan dari energi nuklir dan panas bumi
sangat dibutuhkan. Dari sisi masyarakat, dibutuhkan perubahan karakter bangsa
yang boros dan konsumtif. Lebih inisiatif terhadap tindakan pemerintah yang
berkaitan dengan sosialisasi atau pengembangan energi terbarukan serta kritisi
kebijakan pemerintah. Strategi ini memang harus dijalankan dua arah, masyarakat
dan pemerintah, agar Indonesia, Negara kita yang kaya akan sumber dayanya,
potensinya, serta alamnya dapat menghadapi krisis energi saat ini dan membuat
Indonesia menjadi Negara yang mandiri energi.

Vous aimerez peut-être aussi