Vous êtes sur la page 1sur 3

Analisa Kaderisasi

Latar Belakang
Menurut KBBI, Kaderisasi merupakan proses, cara, perbuatan mendidik atau
membentuk seseorang menjadi kader. Sedangkan, menurut Wikipedia.com, kaderisasi
merupakan usaha pembentukan seorang kader secara terstruktur dalam organisasi
yang biasanya mengikuti suatu silabus tertentu. Kaderisasi sendiri sangatlah penting
karena fungsi pengembangan mahasiswa terdapat pada hal tersebut. Melalui
kaderisasi, mahasiswa seharusnya dapat mengembangkan softskill serta hardskillnya
sesuai disiplin ilmu yang sedang dijalani Melalui kaderisasi pulalah, seharusnya
mahasiswa belajar untuk menjadi individu serta tim yang lebih terstruktur dalam
menjalankan sebuah kegiatan karena sesuai pengertian dari kaderisasi sendiri, yaitu
pembentukan kader secara terstruktur Dari situlah kebermanfaatan kaderisasi
harusnya dapat dirasakan. Namun keadaannya, kaderisasi malah menjadi ajang balas
dendam oknum senior kepada junior nya, kaderisasi malah menjadi media untuk
melampiaskan kekesalan kepada juniornya dengan payung bahwa mereka sedang
mendidik padahal hal hal tersebut dilaksanakan dengan cara yang kurang
terstruktur sesuai arahan kaderisasi. Selain itu kaderisasi seakan menyempit
maknanya menjadi pembentukan yang hanya terfokus pada mahasiswa baru, padahal
menurut buku biru kaderisasi BEM KM UNDIP maupun BEM FT KM UNDIP
terrdapat 3 fase yang dijalani dalam kaderisasi kampus, yaitu pembentukan,
pembinaan dan pengkaryaan. 2 fase terakhir terkadang terabaikan, padahal mereka
sama pentingnya. Penyiapan profesionalisme kerja dan hal semacamnya terkadang
malah terlupakan dalam arah gerak kaderisasi sehingga sasaran lulusan UNDIP yaitu
mahasiswa yang COMPLETE pun sering meleset dan tak sesuai ekspektasi yang ada.
Tak ayal, Birokrasi yang menjadi salah satu stakeholder yang ada dalam bidang
kaderisasi sering mengekang serta menghambat dan meminimalisir peran mahasiswa
dalam melakukan proses kaderisasi.
Kondisi Lapangan
Seperti yang telah dijelaskan sekilas pada latar belakang tadi, terdapat
beberapa masalah yang dapat menjadi penghambat proses kaderisasi yang dilakukan
mahasiswa sendiri. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Kurang adanya mapping dalam proses kaderisasi
Kita sering merasakan bahwa dalam melaksanakan proses kaderisasi, kita
melakukannnya secara impulsive dan spontan. Kurang persiapan yang matang
dan tanpa struktur kaderisasi yang jelas. Padahal jelas jelas kaderisasi adalah
bentuk pendidikan kader secara terstruktur. Tidak banyak yang

memperhatikan bahwa penyampaian proses kaderisasi terkadang kurang tepat


sehingga apa yang menjadi tujuan maupun targetan dari adanya kaderisasi
tersebut tidak tercapai. Selain itu, tanpa adanya mapping dalam proses
kaderisasi, efektivitas serta efisiensi proses kaderisasi sendiri dapat dibilang
rendah. Seperti yang telah kita ketahui, proses pendidikan secara massal
memang seharusnya tidak dapat dilakukan secara sembarangan karena
didalamnya terdapat berbagai karakter yang tentunya memiliki bentuk dan
preferensinya sendiri dalam proses kaderisasi.
2. Belum adanya fluktuasi emosi dalam keberjalannannya
Fluktuasi emosi memegang peranan yang cukup krusial dalam proses
kaderisasi. Kenapa? Hal tersebut dikarenakan seringnya oknum pengkader
hanya melakukan penurunan emosi tanpa melakukan penaikan emosi pada
titik tertentu. Hal itu menyebabkan mahasiswa yang dikader menjadi individu
yang apatis. Tentunya hal tersebut akan berdampak buruk pada proses
keberjalanan kaderisasi karena jika tidak ditanggulangi, proses kaderisasi
tidak akan tidak akan berjalan lancar
3. PSDM Himpunan yang masih kalah terhadap angkatan
Ini merupakan masalah klasik yang terjadi di dalam Fakultas Teknik. PSDM
yang harusnya menjadi pemegang utama proses kaderisasi, terkadang masih
kalah dominan dibanding angkatan pengkader. Hal itu seakan menjadi terlihat
ironis ketika seluruh konsep serta pelaksana teknis yang ada berasal dari
angkatan, padahal fungsi kaderisasi sendiri harusnya mayoritas berada di
tubuh PSDM sendiri
4. Kurangnya koordinasi serta penyampaian yang masih belum tepat bentuknya
kepada birokrasi
Ini menjadi akar utama terjadinya pengekangan oleh birokrasi. Mahasiswa
serta Birokrasi masih kurang dalam menjalin hubungan satu sama lain.
Sehingga ketercapaian tujuan bersama pun suit diwujudkan. Ditambah
paradigma buruk tentang kaderisasi membuat Birokrasi seakan tutup telinga
dan tutup mata terhadap mahasiswa. Hal tersebutlah yang membuat
mahasiswa dan birokrasi seakan kucing-kucingan dalam proses kaderisasi.
Tak jarang birokrasi meng-Cut proses yang ada secara sepihak, Akibatnya,
Mahasiswa yang menjadi obyek kaderisasi merasa digantung dalam proses
keberjalanan sebuah proses kaderisasi.

5. Follow Up dari kaderisasi yang masih belum maksimal


Output dari kaderisasi sendiri sebagian besar masih kurang optimal. Hal itu
dikarenakan belum adanya follow up dari pihak pengkader terhadap pihak
yang dikader sehingga mahasiswa selaku objek kaderisasi tidak memiliki
arahan yang jelas setelah mereka melewati proses kaderisasi. Selain itu fungsi
pendampingan masih belum berjalan optimal. Padahal, pada proses
pendampingan ini, objek kaderisasi akan bisa lebih dekat dengan para
pengkader sehingga karakteristik objek kaderisasi akan dapat terbaca sehingga
kita dapat menyesuaikan treatment yang digunakan saat proses kaderisasi.

Vous aimerez peut-être aussi