Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
id
I. Chapter 1
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengawasan dan pengendalian terhadap pengguna spektrum
frekuensi radio siaran televisi UHF (Ultra High Frekuensi)
harus dilaksanakan sebagai sarana terwujudnya penggunaan spektrum frekuensi radio siaran televisi yang tertib,
efisien dan bebas dari segala gangguan yang merugikan.
Di Indonesia penggunaan frekuensi radio siaran televisi
diatur oleh Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi
melalui UPT (Unit Pelaksana Teknis) yaitu Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Kelas 1 Jakarta, yang memiliki tugas dan wewenang melakukan monitoring dan pengukuran
parameter teknis. Pengukuran parameter teknis ini terdiri
dari pengukuran pada stasiun pemancar (on the spot) yang
meliputi pengukuran frekuensi, bandwith, harmonisa, spurious emisi. Serta pengukuran jangkauan pancaran pada
titik layanan terluar (coverage area) yang meliputi pengukuran jangkauan pancaran kuat medan (field strength)
dan melakukan pengamatan kualitas gambar dan kualitas
II. Chapter 2
4 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BALAI
MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN
ORBIT SATELIT KELAS I JAKARTA 2.1 Sejarah Ditjen Pos Dan Telekomunikasi Keberadaan Balai Monitor
Kelas I Jakarta tidak bias lepas dari Direktorat Jenderal
Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel). Kehadiran Ditjen
Postel secara histories berkaitan dengan situasi politik Indonesia pada saat itu yang sedang berjuang mendapatkan
kemerdekaan pada tahun 1945. Beberapa pegawai muda
pos, telegraf dan telpon (PTT) sepakat untuk mengambil
alih kantor pusat PTT yang terletak di Gedung Sate, Bandung, yang diduduki oleh Jepang. Perjuangan yang patriotis berhasil mengambil alih kantor PTT tersebut meskipun
melalui pengorbanan darah dan nyawa. Dari tahun 1945
hingga tahun 1961, PTT berada dibawah Departemen Perhubungan, Sumber Daya Manusia dan Pekerjaan Umum.
Sementara sejak tahun 1950 Departemen Perhubungan,
Sumber Daya Manusia dan Pekerjaan Umum dipecah menjadi Departemen Perhubungan dan Sumber Daya Manusia
dan Pekerjaan Umum. PTT berada dibawah Departemen
Perhubungan dan dikepalai oleh seorang Direktur Jenderal. Dari tahun 1961 s.d 1966, PTT menjadi perusahaan pemerintah Pos dan Telekomunikasi yang dipimpin
oleh seorang Direktur Jenderal dan dibawah pengawasan
Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan
Pariwisata. Perusahaan ini kemudian dibagi dua menjadi PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi pada tahun
1965. Ditjen Postel mengalami dua perubahan penting
pada tahun 1966 yaitu yang pertama adalah dipimpin secara politis oleh wakil menteri Perhubungan dalam cabinet Dwikora. Kemudian dipimpin oleh seorang Direktur
Jenderal dibawah Departemen yang sama pada era cabinet Ampera. Perubahan kembali terjadi pada tahun 1983
yang ditandai dengan dipecahnya Departemen Perhubungan menjadi Departemen Perhubungan dan
5 Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Dan
Ditjen Postel selanjutnya berada dibawah Departemen Pos
dan Telekomunikasi. Gejolak politik yang terjadi pada
tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan lesengsernya
Presiden Soeharto yang digantikan dengan presiden BJ
Habibi telah mengakibatkan antara lain reorganisasi cabinet. Departemen Pariwisata.......
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
III. Chapter 3
10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengkanalan
Frekuensi Penyiaran Terrestrial Sejarah pengguna
frekuensi TV siaran di Indonesia dimulai dengan pengguna saluran VHF oleh TVRI pada tahun 1962. Sejak
saat itu sampai sekitar tahun 1990-an, TVRI menjadi sebagai satu-satunya penyelenggara TV siaran di Indonesia
dengan jangkauan wilayah siaran hampir mencapai 80
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)
IV. Chapter 4
34 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
Jakarta, di dalam melakukan pengukuran parameter
teknis televisi siaran UHF, melalui langkahlangkah
sebagai berikut:
PERENCANAAN MONITORING
PERANGKAT MONITORING ON THE SPOT PELAKSANAAN PENGUKURAN PARAMETER TEKNIS
COVERAGE AREA HASIL PENGUKURAN Gambar
4.1. Tahap pelaksanaan pengukuran parameter teknis
televisi siaran UHF.
35 4.1 Perencanaan Monitoring Kegiatan monitoring
dilakukan terhadap stasiun televisi siaran UHF yang
berlokasi di wilayah DKI Jakarta. Kegiatan yang rutin dilakukan adalah kegiatan monitoring parameter teknis terhadap penyelenggara televisi siaran UHF di lokasi stasiun
pemancar (on the spot) dan di lokasi wilayah cakupan terluar (coverage area) . Dalam melakukan pengukuran parameter teknis televisi siaran analog pita UHF, parame-
BAB V KESIMPULAN Setelah melakukan pengukuran parameter teknis televisi siaran UHF yang dilakukan
di lokasi pemancar (on the spot) serta yang dilakukan di
lokasi wilayah cakupan terluar (coverage area), dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Pengukuran
yang dilakukan di lokasi pemancar (on the spot) yang terdiri dari pengukuran center frekuensi video dan audio, pengukuran bandwidth, pengukuran harmonisa dan pengukuran spuriuos emisi didapatkan hasil bahwa frekuensi yang
terukur sama dengan frekuensi standar serta tidak terjadi
pelanggaran atau pergeseran frekuensi. 2. Pengukuran
Field Strength di lokasi wilayah cakupan terluar (coverage area) yang dilakukan di delapan arah mata angin (test
point), bahwa field strength yang terukur sesuai dengan
ketentuan teknis, yaitu maksimum 65 dBV/m untuk Band
IV dan 70 dBV/m untuk Band V. Untuk kualitas gambar
serta kualitas suara sanagt bagus. 61
.......
For further detail, please visit UG Library
(http://library.gunadarma.ac.id)