Vous êtes sur la page 1sur 14

TUGAS TEKNOLOGI BATUBARA

RESUME
GENESA BATUBARA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah "Teknologi Batubara"
Semester VII Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2014/2015

Dibuat oleh :
Muh. Fachrie Anggriawan
100.70.1.11.020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1435 H / 2014 M
RESUME
GENESA BATUBARA
Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat
terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna
coklat sampai hitam. Batuan sedimen ini mengalamai proses fisika dan
kimiawi yang berlangsung selama berjuta-juta tahun sehingga
mengakibatkan pengkayaan kandungan unsur karbon 1 .
Untuk menjadi batubara, ada beberapa tahapan penting yang harus
dilewati oleh bahan dasar pembentuknya (tumbuhan). Tahapan penting
tersebut yaitu : tahap pertama adalah terbentuknya gambut
( peatification) yang merupakan proses mikrobial dan perubahan kimia
( biochemical coalification). Serta tahap berikutnya adalah prosesproses yang terdiri dari perubahan struktur kimia dan fisika pada
endapan pembentuk batubara ( geochemical coalification) karena
pengaruh suhu, tekanan dan waktu.
Dua tahap penting yang dapat di bedakan untuk mempelajari
genesa batubara adalah gambut dan batubara. Dua tahap ini
merupakan hasil dari suatu proses yang berurutan terhadap bahan
dasar yang sama (tumbuhan). Menurut wolf 1984, secara definisi
dapat diterangkan sebagai berikut:

A.

Gambut

Gambut merupakan batuan sedimen organik ( tidak padat ) yang


dapat terbakar dan berasal dari sisa sisa hancuran atau bagian
tumbuhan yang tumbang dan mati di permukaan tanah, pada
umumnya akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran
yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak
terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut
pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh
1 Wolf, 1984 dalam Anggayana 2002

adanya oksigen dan aktivitas bakteri atau jasad renik lainnya. Jika
tumbuhan tumbang di suatu rawa, yang dicirikan dengan kandungan
oksigen yang sangat rendah sehingga tidak memungkinkan bakteri
aerob (bakteri yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa tumbuhan
tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang
sempurna sehingga tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna.
Pada kondisi tersebut hanya bakteri-bakteri anaerob saja yang
berfungsi melakukan proses dekomposisi yang kemudian membentuk
gambut ( peat).
Daerah yang ideal untuk pembentukan gambut misalnya rawa,
delta sungai, danau dangkal atau daerah dalam kondisi tertutup udara.
Gambut bersifat porous, tidak padat dan umumnya masih
memperlihatkan struktur tumbuhan asli, kandungan airnya lebih besar
dari 75 % (berat) dan komposisi mineralnya kurang dari 50% (dalam
keadaan kering). Menurut Bend, 1992 dalam C.F.K Diessel (1992),
untuk dapat terbentuknya
gambut, beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu :
1. Evolusi tumbuhan
2. Iklim
3. Geografi dan tektonik daerah
Syarat untuk terbentuknya formasi batubara antara lain adalah
kenaikan muka air tanah lambat, perlindungan rawa terhadap pantai
atau sungai dan energi relief rendah. Jika muka air tanah terlalu cepat
naik (atau penurunan dasar rawa cepat) maka kondisi akan menjadi
limnic atau bahkan akan terjadi endapan marin. Sebaliknya kalau
terlalu lambat, maka sisa tumbuhan yang
terendapkan akan
teroksidasi dan tererosi. Terjadinya kesetimbangan antara penurunan
cekungan / land-subsidence dan kecepatan penumpukan sisa
tumbuhan (kesetimbangan bioteknik) yang stabil akan menghasilkan
gambut yang tebal (C.F.K Diessel, 1992).
Lingkungan tempat terbentuknya rawa gambut umumnya
merupakan tempat yang mengalami depresi lambat dengan sedikit
sekali atau bahkan tidak ada penambahan material dari luar. Pada
kondisi tersebut muka air tanah terus mengikuti perkembangan
akumulasi gambut dan mempertahankan tingkat kejenuhannya.
Kejenuhan tersebut dapat mencapai 90 % dan kandungan air menurun
drastis hingga 60 % pada saat terbentuknya brown-coal. Sebagian
besar lingkungan yang memenuhi kondisi tersebut merupakan
topogenic low moor. Hanya pada beberapa tempat yang mempunyai

curah hujan sangat tinggi dapat terbentuk rawa gambut ombrogenik (


high moor) (C.F.K Diessel, 1992).

B.

Batubara

Adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal


dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam. Sejak pengendapannya
mengalami terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan
pengkayaan kandungan karbon.
Berdasarkan klasifikasi Badan Standardisasi Nasional Indonesia
tentang batubara, pengertian endapan batubara adalah : Endapan
yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang telah
mengalami kompaksi, ubahan kimia dan hampir proses metamorfosis
oleh panas dan tekanan selama waktu geologi, yang berat kandungan
bahan organiknya lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut
termasuk kandungan lengas bawaan ( inherent moisture) lebih dari 70
%. Untuk menjadi batubara, ada beberapa tahapan yang harus di
lewati oleh bahan dasar pembentuknya. Pada tiap tahapan ada proses
yang terjadi dan proses-proses tersebut tergantung kepada banyak
faktor.
David White, (1961) mengatakan bahwa tahap perubahan
tanaman yang mati menjadi batubara secara fisik dan kimiawi di
tunjukan oleh hal hal seperti :

Fisik
Komposisi, pengeringan,
1. pengerasan
lithifikasi.
2. Kekar,belah,skitstositas.
3. Rekontruksi.
4. Perubahan optik.
5. Dehidrasi hingga antrasit.
6. Perubahan warna kehitamana.
7. Kenaikan densitas.
8. Perubahan kilap.
9. perubahan pecahan dari berlapis
ke konkoidal.

Kimia
Berkurangnya air hingga
1. antrasit.
2.Berkurangnya oksigen.
Konservasi hidrogen hingga
3. grafit.
4.Berkurangnya bitumen
5.Pembentukan hidrokarbon.
6.Hilangnya H dalam antrasit.
Naiknya daya tahan
7. terhadap
pelarut.
8.Naiknya daya tahan bakar.

Gambar 1.
Alur Proses Pembentukan Batubara

Proses pembatubaraan adalah perkembangan gambut menjadi


lignit, sub-bituminous, bituminous, antrasit sampai meta-antrasit.
Proses pembentukan gambut dapat berhenti karena beberapa proses
alam seperti misalnya karena penurunan dasar cekungan dalam waktu
yang singkat. Jika lapisan gambut yang telah terbentuk kemudian
ditutupi oleh lapisan sedimen, maka tidak ada lagi bahan anaerob,
atau oksigen yang dapat mengoksidasi, maka lapisan gambut akan
mengalami tekanan dari lapisan sedimen. Tekanan terhadap lapisan
gambut akan meningkat dengan bertambah tebalnya lapisan sedimen.
Tekanan yang bertambah besar pada proses pembatubaraan
akan

mengakibatkan

menurunnya

porositas

dan

meningkatnya

anisotropi. Porositas dapat dilihat dari kandungan airnya yang menurun


secara cepat selama proses perubahan gambut menjadi brown coal.
Hal ini memberi indikasi bahwa masih terjadi proses kompaksi.
Proses

pembatubaraan

terutama

dikontrol

oleh

kenaikan

temperatur, tekanan dan waktu. Pengaruh temperatur dan tekanan


dipercayai sebagai faktor yang sangat dominan, karena sering
ditemukan lapisan batubara high-rank (antrasit) yang berdekatan
dengan intrusi batuan beku sehingga terjadi kontak metamorfisme.
Kenaikan

peringkat

batubara

juga

dapat

disebabkan

karena

bertambahnya kedalaman. Sementara bila tekanan makin tinggi, maka


proses pembatubaraan makin cepat, terutama di daerah lipatan dan
patahan.

Gambar 2.
Batubara

Gambar 3.
Klasifikasi tingkat pembatubaraan2
Pembentukan batubara merupakan proses yang komplek yang harus
dinilai dan dipelajari dari segala segi. Sekitar sepuuh macam proses
yang berbeda satu dengan lainnya, yang merupakan proses geologi,
paleografi dan bersifat paleoklimatis. Semua itu merupakan penyebab
terbentuknya batubara dalam suatu cekungan. Proses-proses diatas
saling mempengaruhi dan juga saling tergantungsatu dengan lainnya.
2 (Modifikasi dari M.Teichmller and R. Teichmller dalam E.Stach et al.,
1982)

Akumulasi batubara hanya dapat terjadi bila terdapat keseimbangan


yang tepat dari parameter-parameter yang banyak itu. Kesepuluh
macam faktor yang berpengaruh tersebut adalah :
1.

Posisi geotektonik

2.

Topografi (morfologi)

3.

Iklim

4.

Penurunan

5.

Umur geologi

6.

Tumbuh-tumbuhan

7.

Dekomposisi

8.

Sejarah sesudah pengendapan

9.

Struktur cekungan batubara

10.

Metamorfosis organik
Berikut ialah penjelasan masing-masing faktor tersebut :

1. Posisi Geotektonik
Posisi geotektoni adalah suatu tempat yang keberadaannya
dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan
cekungan

batubara,

posisi

geotektonik

merupakan

faktor

yang

dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim lokkal dan morfologi


cekungan pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya.
Pada

fase

terakhir,

posisi

geotektonikmempengaruhi

proses

metamorfosa organik dan struktur dari lapangan batubara melalui


masa sejarah setelah pengendapan berakhir.
2. Topografi
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat
penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara
tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas
terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.

3. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan
batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dalam
kondisi

yang

sesuai.

Iklim tergantung

pada posisi

geotektonik.

Temperatur yang lembab pada ili tropis dan sub tropis umumnya sesuai
untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasi
pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus
pertumbuhan setiap 7 hingga 9 tahun, dengan ketinggian pohon
sekitar 30 m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon
hanya mencapai 5 hingga 6 m dalam selang waktu yang sama.
4. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya
tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan
dihasilkan endapan batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi
mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebut
menyebabkan

adanya

infitrasi

material

dan

mineral

yang

mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.


5. Umur Geologi
Proses geoogi menentukan berkembangnya evolusi kkehidupan
berbagai macam tumbuhan. Masa perkembangan geologi secara tidak
langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa
organik. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang
terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada
batubara yang memiliki umur geologi lebih tuaselalu ada deformasi
tektonik yang membentuk struktur dan perlipatan atau patahan pada
lapisan batubara. Disamping itu faktor erosi akan merusak semua
bagian dari endapan batubara.
6. Tumbuhan

Flora

merupakan

unsur

utama

pembentu

batubara.

Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan ona


fisiografi dengan ilim dan topografi tertentu. Flora merupaka faktor
penentuterbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan
menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai
dari Paleozoikum hingga Devon, flora belum tumbuh dengan baik.
Setelah Devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerah
laguna

yang

dangkal.

Periode

ini

merupakan

titik

awal

dari

pertumbuhan flora secara besar-besaran dalam waktu singkat pada


setiap kontinen, hutan tumbuh dengan subur selama masa karbon.
Masa Tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari berbagai
jenis tanaman.
7. Dekomposisi
Dekomposisi

fflora

yang

merupakan

bagian

transformasi

biokimia dari organik merupakan titik awal untu seluruh alterasi. Dalam
pertumbuhan gambut sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik
secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasi
biokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh
kerja mikkrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam
suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari
tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas
terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara bitumen.
Dalam suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang
berakibat keluarnya air ( H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang
dalam bentukk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan
metan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah
relatif unsur karbon akan bertambah.kecepatan pembentukan gambut
akan bergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses
pembusukkan. Bila tumbuhan tertutup oeh air dengan cepat, maka
akan

terhindar

dari

proses

pembusukan,

tetapi

terjadi

proses

desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang


telah mati terallu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan

pembentukan gambut akan berkurang sehingga hanya bagian keras


saa tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
8. Sejarah Sesudah Pengendapan
Searah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi
geotektonik

yang

mempengaruhi

perkkembangan

batubara

dan

cekkungan batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan


metamorfosa organik setelah pengendapan gambut. Disamping itu
sejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab terhadap
terbentuknya

struktur

cekungan

batubara,

berupa

perlipatan,

pensesaran, intrusi magmatik dan sebagainya.


9. Struktur Cekungan Batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya
mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasikan
lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu
adanya erosi yang intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak
menerus.
10. Metamorfosa Organik
Tingkat

kedua

dalam

pembentukan

batubara

adalah

penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini


proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi
olehproses

dinamokimia.

Proses

ini

menyebabkan

terjadinya

perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama


proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang
(seperti CO2, CO, CH4, dan

gas lainnya) serta bertambahnya

proosentase karbon adat, belerang, dan kandungan abu. Pperubahan


mutu batubar diakibatkkan oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan
dapat disebabkan oeh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau
karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan
percepatan proses metamorfosa organik. Proses metamorfoosa organik

akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan


perubahan sifat kimkia, fisik, dan optiknya.

REAKSI PEMBENTUKAN BATUBARA


Batubara tebentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi
utama dari cellulosa. Proses pembentukan batubara atau coalification
yang dibantu ffaktor fisika, kimia alam akan mengubah cellulosa
menjadi

lignit,

subbitumen,

dan

antrasit.

Reaksi

pembentukan

batubara dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :
Cellulosa (zat organik) merupakan zat pembentuk batubara.
Unsur C dalam lignit lebih sedikkit dibanding bitumen. Semakin banyak
unsur C, lignit semakin banyakk mutunya. Unsur H dalam lignit lebih
banyak dalam bitumen. Semakkin banyak unsur H, lignit makin kurang
baik mutunya. Senyaa CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit
dibanding dalam bitumen. Semakin banyak CH4 lgnit semakin baik
kualitasnya.
Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk
kedalam celah-celah vein batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas
metan yang sudah terakumulasi di dalam celah vein, terlebih-lebih
apabila terjadi kenaikan temperatur, karena tidak dapat keluar
sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh sebab itu
mengetahui

bentuk

deposit

batubara

dapat

menentukan

cara

penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan keselamatn


kerja.
Proses Coalification/ Pembatubaraan

Merupakan respon dari material organik terhadap perubahan yang


sangat lambat dari temperatur (kenaikan temperatur).
Proses Carbonization/ Pengarangan
Pada prooses ini perubahan temperatur terjadi sangat cepat.

C.

Kelas Dan Jenis Batu Bara


Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh

tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima
kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam


berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98%

unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.


Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar
air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak

ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan
oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien

dibandingkan dengan bituminus.


Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak

yang mengandung air 35-75% dari beratnya.


Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah.

KESIMPULAN

1. Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat


terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan yang terhumifikasi,
berwarna coklat sampai hitam. Batuan sedimen ini mengalamai
proses fisika dan kimiawi yang berlangsung selama berjuta-juta
tahun sehingga mengakibatkan pengkayaan kandungan unsur
karbon.
2.

Keterbentukan Batubara dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :


Posisi geotektonik
Topografi (morfologi)
Iklim

Penurunan
Umur geologi
Tumbuh-tumbuhan
Dekomposisi
Sejarah sesudah pengendapan
Struktur cekungan batubara
Metamorfosis organik

3.

Batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas diantaranya yakni :


antrasit,
bituminus,
sub-bituminus,
lignit
dan gambut.

Vous aimerez peut-être aussi