Vous êtes sur la page 1sur 3

TUGAS

MATA KULIAH KAJIAN PROSA FIKSI


Analisis cerpen Penumpang Karya Ikhwanul Mukminin

Dosen Pengampu : Drs. Utjen Djussen, M.Hum

Oleh : Namar S
No reg : 2115068272
Kelas : 2 E

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009
Analisis Cerpen Penumpang Karya Ikhwanul Mukminin
Oleh Namar S

Realita Kehidupan

Pengarang dalam cerpen ini mengangkat sebuah cerita tentang realita


kehidupan yang sering kita jumpai atau kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Dia bercerita tentang seorang kakek tua yang berprofesi sebagai penjual
mangga. Kakek ini mendapat mangga dari pasar Kolong dan menjualnya di
pasar Pertigaan, untuk menuju ke pasar itu, kake lebih memilih naik kereta di
stasiun Jatinegara. Setiap naik kereta, kakek itu tidak pernah bayar atau
membeli tiket.
Kakek tua itu mempunyai anak tiri yang bernama Edi. Walaupun Edi
sudah besar tapi kerjaannya cuma menonton televisi, dan tidak terpikir untuk
mencari kerja. Saat aki mengajaknya berjualan mangga, ia malah marah-
marah dan berkata yang tidak sopan, membuat aki emosi dan ingin
menamparnya.
Orang-orang di sekitar rumah kontrakan kakek itu sering
menggosipkan Edi. Mereka mengatakan Edi pengangguran dan hanya
menumpang tidur di kontrakan kakek itu. Mulanya kakek itu tak peduli,
setelah digosipkan bahwa Edi sering keluar malam dan diduga sebagai
pelaku pencurian, kakek itu mulai panik dan ia bertekad akan mengajak Edi
berjualan mangga, karena hanya itu keahlian yang ia miliki.
Ibu Edi bernama Seli, ia selalu membela Edi dan menyalahkan kakek
tua itu. Walaupun maksud kakek itu baik dan dia sebenarnya sangat sayang
dan tidak membeda-bedakan walau Edi anak tiri, tapi niat baiknya itu selalu
disalahkan oleh isterinya.
Suatu hari edi pergi dari rumah tanpa pamit dan meninggalkan pesan.
Hal itu membuat ibunya gelisah dan kakek tua itu merasa bersalah karena
telah memarahinya. Kakek tua itu pergi ke stasiun senen menunggu kereta
jurusan Tangerang, karena menurut kabar dari seorang yang menagih utang
Edi kepadanya mengatakan Edi pergi ke rumah saudaranya. Sepanjang jalan
Kakek itu selalu memikirkan Edi, ia benar-benar merasa bersalah dan takut
hal yang buruk terjadi pada Edi. Diperjalanan, disub stasiun kereta mendadak
berhenti, tanpa sengaja kakek melihat Edi sedang membersihkan gerbong
kereta yang berada di stasiun. Kakek merasa lega sekali sekaligus merasa
bangga, akhirnya Edi mau juga bekerja walau hanya menjadi pencuci
gerbong.
Bahasa yang digunakan pengarang dalam cerpen ini biasa saja
(menggunakan bahasa sehari-hari). Menurut saya cerita yang diangkat ini
benar-benar nyata, artinya terjadi dalam dunia ini. Misalkan saat kakek itu
tidak pernah membeli tiket kereta, memang kenyataannya pada saat inipun
banyak penumpang kereta yang tidak membeli tiket. Juga tentang Ibunya Edi
yang selalu membela anaknya dibandingkan membela suaminya karena
bukan ayah kandungnya, dan tentang Edi, pemuda yang malas, hal itu semua
dapat kita jumpai dalam realita hidup ini.
Walaupun terdapat beberapa konflik seperti saat Edi meninggalkan
rumah dan datang seorang menagih hutang Edi sebesar 200 ribu, namun
secara keseluruhan jalan ceritanya masih datar. Ada sesuatu yang tidak saya
duga sebelumnya, ini menurut saya jadi kelebihan cerita ini. Diakhir cerita
tokoh Edi akhirnya mau bekerja, sedangkan pada awalnya ia sangat malas
bahkan selalu marah jika disuruh bekerja.
Amanat yang terkandung dalam cerpen ini diantaranya adalah umur
janganlah dijadikan patokan untuk kita bekerja, maksudnya walau kita masi
muda, tetaplah berusaha dengan keras untuk mnjalani hidup ini dan
walaupun kita sudah tua, tetap semangat dalam bekerja. Sayangilah
seseorang tanpa pandang bulu. Bagi orang tua harus bisa mengajar anak
dengan baik dan bagi anak janganlah melawan kepada orang tua.

Vous aimerez peut-être aussi