Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. Identitas pasien (
Nama: Ny. Suriah
Umur: 22 tahun
Agama : islam
Suku /Bangsa : Sasak/ WNI
Alamat : Narmada, Lobar
Pendidikan : Universitas
Pekerjaan : Guru
Tgl MRS : 31 -10-2008 jam 14.30 WITA
II. Anamnesis ( 13-10-08)
Keluhan utama: os mengeluh keluar darah pervaginam sejak seminggu yang
lalu berwarna coklat, intermitent, berupa bercak
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang rujukan PKM Narmada dengan
keluhan amenore 20 minggu, gerakan anak belum dirasakan, keluar darah
sedikit-sedikit, cair (+), bergumpal (-), 2 hari yang lalu sudah melakukan
pemeriksaan USG pada dokter spesialis kandungan dengan diagnosis mola
hidatidosa pada tanggal 29 oktober dengan procuretase. Hasil pemeriksaan di
PKM : T : 110/70 mmHg, temperatur : 36 C, nadi : 80x/menit.
Perdarahan aktif (-), keluar darah bergumpal seperti gelembung buah anggur
(-), mual muntah (-), gejala-gejala hamil yang nyata (-), anoreksia (-), PPT
test (+)
Riwayat Haid : menarche : 15 tahun, siklus haid : 28 hari, lama : 7 hari,
dismenore : (-), HPHT : 30 Mei 2008, ANC : 6x, terakhir 22-10-08
Menikah : 1x, selama 8 bulan.
Riwayat persalinan : III. Pemeriksaan fisik (13-10-09)
Status Generalis
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: E4V5M6
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 82x/mnt
: 36,5 C
Mata
Thorak
: Cor
Setelah ovum dibuahi, terjadi pembagian dari sel tersebut, dan tidak lama
kemudian terbentuk blastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar; dinding ini
terdiri atas sel-sel ektoderm, yang kemudian menjadi trofoblast. Trofoblast memegang
peranan
penting
dalam
proses
implantasi
blastokista
berhubung
dengan
Hormon
yang
diproduksi
oleh
plasenta
meliputi
human
chorionic
Definisi
Penyakit trofoblas gestasional (PTG) merupakan istilah yang dianjurkan oleh WHO,
1983 untuk membedakannya dengan penyakit trofoblas nongestasional. PTG
merupakan salah satu bentuk kegagalan kehamilan dan hanya terdapat pada kaum
wanita, sedangkan PTNG merupakan salah satu bentuk teratoma yang juga bisa
menyerang kaum pria. Jaringan trofoblas merupakan satu bentuk diferensiasi paling
dini dari jaringan embrio yang dalam keadaan normal selanjutnya mengalami
perubahan dan berkembang menjadi bagian plasenta yang melekat pada dinding
uterus. Penyakit trofoblas gestasional bisa berupa tumor atau keadaan yang
merupakan predisposisi untuk menjadi tumor. Sifat tumornya unik karena merupakan
alograf yang berasal dari conceptus yang kemudian menyerang jaringan ibu. Karena
penyakit ini berhubungan dengan kehamilan, maka kejadian terbanyak pada wanita
usia reproduksi. Secara umum terdapat dua bentuk PTG yakni mola hidatidosa yang
sifatnya jinak dan koriokarsinoma yang sifatnya ganas.
FAKTOR RESIKO
Penelitian case control telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko
pada kehamilan mola sempurna dan parsial. Tingginya kehamilan mola pada beberapa
populasi telah dihubungkan terhadap faktor nutrisi dan sosioekonomi. Penelitian case
control dari Italia dan United States telah menunjukkan bahwa intake rendah karoten
Kromosom ovum tidak ada atau tidak aktif. Kadang-kadang pola kromosom suatu
mola sempurna mungkin 46,XX, yaitu heterozigot karena pembuahan dua sperma.
Risiko tumor trofoblastik yang berkembang dari mola sempurna adalah sekitar 20
persen
MOLA PARSIAL
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang. Dan mungkin
tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung amnion, keadaan ini
diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial. Terjadi pembengkakan hidatidosa
yang berlangsung lambat pada sebagai vili yang biasanya avaskular, sementara vilivili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi jalan-plasenta yang masih berfungsi tidak
terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada generalisata.
Kariotipe biasanya triploid-69,XXX, 69,XXY, atau 69,XYY-dengan satu
komplemen haploid ayah. Janin pada mola parsial biasanya memiliki tanda-tanda
triploidi,yang mencakup malformasi kongenital multipel dan hambatan pertumbuhan
serta tidak viabel
Mekanisme umum yang sering terjadi pada asal mola parsial adalah ovum
haploid dibuahi oleh 2 sperma, menghasilkan 3 set kromosom. Kemungkinan lain,
triploidi dapat terjadi ketika sperma diploid yang abnormal membuahi ovum haploid.
Juga mungkin terjadi pada ovum diploid dibuahi oleh sperma haploid, tetapi
mekanisme terakhir ini biasanya menghasilkan konseptus abnormal dengan kelainan
kongenital daripada mola parsial. Mola parsial sering sulit didiagnosa dan dapat
terjadi sebagai missed aborstion pada trimester ke dua. Meskipun fetus ini biasanya
abnormal, Watson et al menyebutkan beberapa kasus mola parsial dapat terjadi
dengan fetus normal secara fenotif. Pada beberapa kasus besar uterus kecil untuk usia
kehamilan.
Gestasi kembar dengan mola sempurna serta janin dan plasenta normal kadangkadang salah didiagnosis sebagai mola parsial diploid. Sebaiknya keduanya
diupayakan dibedakan, karena kehamilan kembar yang terdiri dari satu janin normal
dan satu mola sempurna memiliki kemungkinan 50 persen untuk menyebabkan
penyakit trofoblastik persisiten dibandingkan dengan angka yang jauh lebih rendah
pad mola parsial triploid. Van de Kaa dkk. Menguraikan manfaat analisis sitogenetika
interfase dan analisis sitometri DNA untuk membantu membedakan kedua entitas ini.
apabila ovarium mengalami infark luas. Setelah evakuasi kista akan mengalami
regresi secara spontan dalam 2-4 bulan.
Pasien dengan mola parsial umumnya tidak mengalami ciri-ciri klinis yang dramatis
seperti
tanda dan gejala abortus inkomplit atau missed abortion, dan mola parsial dapat
didiagnosis setelah pemeriksaan histologi jaringan yang diperoleh dari kuretase.
Pada survey dari 81 pasien dengan mola parsial, tanda utama dengan perdarahan
pervaginam terjadi pada 59 pasien (72,8%). Pembesaran uterus dan preeklampsia
dialami berturur-turut hanya pada 3 pasien (3,7%) dan 2 pasien (2,5%). Tidak ada
pasien yang memiliki kista teka lutein, hiperemesis, atau hipertiroid. Diagnosis klinis
awal dengan abortus inkomplit atau missed abortion ditemukan pada 74 pasien
(91,3%) dan mola hidatidosa hanya pada 5 pasien (6,2%). Kadar hCG preevakuasi
terukur pada 30 pasien dan lebih tinggi dari 100.000mIU/ml hanya pada 2 pasien.