Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB II

PEMBAHASAN
A. SISTEM IMUN
2.1 Sejarah Perkembanan Ilmu Imunologi, Mekanisme Kerja dan Fungsi
Sistem Imun
1. Sejarah Perkembangan Ilmu Imunologi
Imunologi yang berasal dari bahasa latin immunis yang berarti bebas dari
penyakit. Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sistem
kekebalan dalam tubuh terhadap agen asing. Ilmu imunologi muncul karena
adanya observasi secara individual akibat adanya penyakit infeksi.
a. 430 SM. Peloponnesin dari Athena menulis bahwa perawat tidak dapat
terkena penyakit plaque karena kebal.
b. 1798. Lady Mary Wortley Montagu melakukan observasi, dan ternyata
teknik variolation sangat positif.
Edward Jenner, ia memberikan penyakit yang tidak ganas dikenal cowpox,
kepada seorang anak laki-laki berumur 8 tahun, cairan pustula dari sapi
diberikan. Lalu secara intensif anak tersebut diinfeksi dengan smallpox,
dan ternyata smallpox tersebut tidak dapat berkembang. Penelitian
dilanjutkan oleh Louis Pasteur yang mengembangkan induksi imunitas
menggunak human cholera. Louis Pasteur berhasil mengkultur bakteri
chlorela. Menginjeksikan pada ayam dengan chlorela yang lama,
kemudian

ayam

menjadi

sakit.

Penelitian

dilanjutkan

dengan

menggunakan chlorela kultur baru, namun ayam tidak sakit. Hingga mucul
istilah attenuated strain vaccine.
c. 1890. Emil Von Behring dan Shibasaburo Kitasato menemukan
mekanisme imunitas dalam berbentuk serum.
d. 1930. Evin Kabat mengenal fraksinasi serum yang dikenal gamma
globulin yang lebih dikenal imunoglobin.
e. 1883. Elie Metchinkaff mendemonstrasikan kontribusi sel imun yaitu sel
darah putih yang berfungsi untuk memfagosit, kemudian ditemukan
konsep cell mediated community.
f. 1940. Merrill Chase berhasil mengkultur sel darah dari babi untuk ditulari
Mycobacterium.
g. 1950. Bruce Glick Missisipi Univerity, USA. Mengidentifikasi bahwa
limfosit bertanggung jawab pada respon imun humoral dan seluler.

Sistem Imun

Page 1

2. Mekanisme Kerja Sistem Imun


Benda
Benda Asing
Asing

Memicu

Sel-Sel
Bekerja
sama
Sel-Sel
Bekerja
sama
Sel-Sel
Bekerja
mengenali
antigen
mengenali
antigen
sama mengenali

Antigen
Antigen
Antigen
Antigen

antigen
Merangsang
Antibodi
Antibodi
Antibod
i

Limfosit
Limfosit B
B
Limfosit
B

3. Fungsi Sistem Imun


a. Pertahanan terhadap patogen penginvasi
b. Pengeluaran sel-sel yang aus dan debris jaringan
c. Identifikasi dan destruksi sel abnormal atau mutan yang berasal dari tubuh
sendiri
d. Respon imun yang tidak sesuai dan menimbulkan alergi serta penyakit
e.
f.
g.
h.

otoimun
Penolakan sel-sel jaringan asing
Menghasilkan antibodi terhadap antigen spesifik (Limfosit B)
Melaksanakan respon imun seluler (Limfosit T)
Limfosit B membantu mengeliminasi benda asing dengan meningkatkan
respon imun nonspesifik terhadap benda tersebut membentuk imunitas

terhadap sebagian besar bakteri dan beberapa virus


i. Limfosit T berfungsi untuk melisiskan sel yang terinfeksi virus dan sel
kanker; membentuk imunitas terhadap sebagian besar virus dan jamur
beberapa bakteri; membentuk sel B; membentuk antibodi

2.2 Jenis dan Macam-Macam Imunisasi Kekebalan Tubuh / Anti Bodi


1. SISTEM IMUN
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta
produk zat-zat yang dihasilkannya yang bekerja sama secara kolektif dan
terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya yang masuk ke dalam tubuh.
Sistem Imun

Page 2

Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam
tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan
antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak
terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi
yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali
antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih
cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis
penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi.
Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit
penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat
yang fatal.
Sistem imun terbagi 2, yaitu:
1. Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifik atau sistem kekebalan adaptif adalah sistem
perlindungan tubuh yang dapat menghancurkan patogen yang lolos dari sistem
kekebalan non-spesifik. Mencakup kekebalan humoral yang memproduksi
antibodi oleh limfosit B (sel plasma) dan kekebalan selular yang memproduksi
limfosit T yg teraktivasi.
2. Sistem imun non-spesifik
Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang dapat mendeteksi
adanya benda asing & melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya,
namun tidak dapat mengenali benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Yang
termasuk dalam sistem ini adalah reaksi inflamasi atau peradangan, protein
antivirus (interferon), sel natural killer (NK) dan sistem komplemen.
3. IMUNISASI
A. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena
tubuh yang secara aktif membentuk zat anti bodi atau pemberian kuman atau
racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk

Sistem Imun

Page 3

merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi


polio atau campak.
1.

Imunisasi aktif alamiah


Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis
diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.

2. Imunisasi aktif buatan


Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi
yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit
B. Imunisasi Pasif
Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar atau penyuntikan sejumlah antibodi,
sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
Imunisasi pasif ada 2 macam, yaitu:
1. Imunisasi pasif alamiah
Imunisasi pasif alamiah merupakan antibodi yang didapat seseorang
karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan
Imunisasi pasif buatan merupakan imunisasi tubuh yang diperoleh karena
suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu.

Sistem Imun

Page 4

Secara alamiah ibu dan ayah akan menurunkan gen antibodi kepada anak.
Jadi secara alamiah, setiap bayi sudah punya bekal bermacam-macam antibodi
yang dimiliki orang tuanya. Walaupun gen-gen ini belum teraktifkan, tapi untuk
mengaktifkan tidak harus melewati vaksinasi. Aktifitas keseharian anak akan
secara langsung melatih gen-gen itu untuk sedikit-demi sedikit berkenalan dengan
"lingkungan" yang tidak bebas kuman. Semuanya terjadi secara alamiah. Segala
sesuatu yang alamiah akan menjadi lebih baik daripada di rekayasa dengan
vaksinasi
Tujuan imunisasi, yaitu untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit
tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya. Karena pada
dasarnya imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan bagi tubuh agar dapat
mencegah penyakit dan kematian disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit.
Sasaran yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi dan
balita karena mereka yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu hamil serta
wanita usia subur. Time (Waktu) Anak harus diimunisasi lengkap sebelum
berumur 1 tahun agar memiliki kekebalan terhadap penyakit. Waktu yang tepat
untuk pemberian imunisasi yaitu Umur 0- 7 hari Hepatitis B, 1 Bulan BCG, 2
bulan Hepatitis B 2, DPT 1, Polio 1, 3 bulan Hepatitis B 3, DPT 2, Polio 2, 4
bulan DPT 3, Polio 3,9 bulan Campak, Polio 4. Frekuensi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi seperti polio, tetanus dan campak dari tahun ketahun
semakin rendah atau berkurang.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda
baik yang membuktikan bahwa vaksin betul-betul bekerja secara tepat. Efek
samping yang biasa terjadi yaitu, BCG : setelah dua minggu akan terjadi
pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. DPT : kebanyakan bayi
menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi
panas akan turun dan hilang dalam waktu dua hari. Campak : anak mungkin biasa
panas, kadang disertai dengan kemerahan 4 - 10 hari sesudah penyuntikan.
TETANUS TOXOID: Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada. Perlu diingat
efek samping imunisasi jauh lebih ringan dari pada efek penyakit bila bayi tidak
Sistem Imun

Page 5

diimunisasi.Imunisasi bermanfaat untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit


tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya.
Manfaat jangka pendek imunisasi adalah pencegahan terhadap penyakit
infeksi yang berbahaya dan mematikan sedangkan manfaat jangka panjang
imunisasi mencakup pemberantasan penyakit infeksi tersebut. Penyakit Yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)PD3I merupakan penyakit yang
diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi,
beberapa penyakit yang dapat dicegah antara lain : tetanus neonatorum, difteri,
pertusis, polio, penyakit yang disebabkan Hib seperti pneumonia, meningitis dan
penyakit lainnya.
2.3 Gangguan Sistem Imun
Sistem imun merupakan sistem yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap agen lingkungan asing di lingkungan eksternal. Apabila terjadi kelainan
pada sistem imun, maka tubuh rentan terhadap berbagai agen asing termasuk
patogen. Kelainan-kelainan atau gangguan terbagi menjadi tiga kategori.Tiga
kategori gangguan sistem imun

tersebut adalah hipersensitivitas, penyakit

autoimun, dan imunodefisiensi.

Hipersensitivitas
Hipersensitivitas atau alergi adalah respon imun yang berlebihan atau tidak
tepat dalam memproduksi perubahan patologis terhadap zat asing yang tidak
membahayakan tubuh. Hipersensitivitas memiliki dua tipe, yaitu Hipersensitivitas
tipe cepat dan hipersensitivitas tipe lambat.
Pada hipersensitivitas tipe cepat, respons alergi muncul dalam waktu
sekitar dua puluh menit setelah terkena alergen. Alergen yang paling merangsang
adalah butir-butir serbuk sari, sengatan lebah, debu, kapang, dan bulu-bulu
binatang. Alergen-alergen tersebut membentuk sintesis antibodi IgE dan bukan
antibodi IgG yang berkaitan dengan antigen bakteri. Pada saat indidividu dengan
kecenderungan alergi terpajan pertama kali ke alergen tertentu, sel-sel B
Sistem Imun

Page 6

kompatibel mensintesis antibodi IgE yang spesifik untuk alergen tersebut. Selain
itu, dibentuk pula sel-sel pengingat yang akan melancarkan respons yang lebih
kuat pada pajanan ulang ke alergen yang sama.
Ada beberapa zat kimia terpenting yang dikeluarkan pada reaksi
hipersensitivitas cepat, yaitu Histamin, Slow-reactive substance of anaphylaxis
(SRS-A), dan faktor kemotaksis eosinofil. Histamin merupakan penyebab
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Sedangkan SRS-A merupakan
penyebab kontraksi otot polos kuat dan berkepanjangan. Faktor kemotaksis
eosinofil, secara spesifik menarik eosinofil ke tempat reaksi. Eosinofil ini
mengeluarkan enzim yang meng-inaktivasi SRS-A, menghambat histamin, dan
membatasi respons alergi.
Pada hipersensitivitas tipe lambat, respons akan muncul satu hari atau
lebih setelah pajanan. Sebagian alergen menyebabkan hipersensitivitas tipe
lambat, suatu respons imun dengan perantara sel T bukan respons antibodi IgE-sel
B tipe cepat. Alergen-alergen tersebut misalnya toksin poison ivy dan zat kimia
tertentu. Toksin tersebut tidak merugikan kulit saat berkontak, namun
mengaktifkan sel T spesifik untuk toksin dan sel pengingat. Pada pajanan
berikutnya dengan toksik yang sama, sel-sel T yang diaktifkan akan berdifusi ke
dalam kulit dan berikatan dengan poison ivy. Interaksi tersebut mengakibatkan
kerusakan jaringan kulit dan menimbulkan rasa yang tidak nyaman.
Hipersensitivitas ini dapat disembuhkan dengan penyuntikan desensitisasi
(allergy shot). Allergy shot adalah penyuntikan teratur alergen penyebab dalam
jumlah kecil tetapi semakin meningkat. Penyuntikan ini akan merangsang
pembentukan antibodi IgG penghambat yang spesifik untuk alergen yang
disuntikkan. Oleh karena itu, alergen akan dicegah berikatan dengan antibodi IgE
yang melekat pada sel mast dan basofil.
Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun terjadi karena kegagalan toleransi-diri imunologis yang
menyebabkan respons sistem imun melawan sel tubuh sendiri. Penyakit autoimun
contohnya adalah penyakit Addisson kelenjar adrenal, tiroditis, artritis rematoid,

Sistem Imun

Page 7

sklerosis multipel, myasthenia gravis, diabetes dependen non-insulin, anemia


pernisius, dan systemic lupus erythematosus.
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah kondisi yang menurunkan keefektifan sistem imun
atau suatu kondisi yang tidak mampu merespons antigen. Imunodefisiensi terdiri
dari dua jenis, yaitu defisiensi imun kongenital dan Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS). Defisiensi imun kongenital terjadi apabila seseorang lahir
tanpa memiliki sel B maupun sel T. Orang seperti ini tidak mempunyai
perlindungan terhadap infeksi dan harus hidup di lingkungan steril. Sedangkan
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu Human Deficiency Virus
(HIV). Orang yang terinfeksi HIV, jumlah sel T pembantu berkurang sehingga
sistem

imunnya

melemah.

Orang

tersebut

menjadi

rentan

terhadap

mikroorganisme yang dalam keadaan normal tidak akan menjadi masalah bagi
orang sehat (infeksi oportunistik). Selain itu, penderita juga akan rentan terhadap
perkembangan kanker seperti kaposis sarcoma.

2.4 Kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh dan Sistem Buffer Tubuh
Air merupakan komponen utama tubuh manusia. Lebih kurang 60% berat
badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Dari
60% tersebut, 50% berada dalam otot, 20% dalam kulit, 20 % dalam organ lain
dan 10 % dalam darah. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan
adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis.
Di bawah ini adalah fungsi dari cairan tubuh:
Sistem Imun

Page 8

1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel


2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Mmbentu dalam metabolisme sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempemudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)
Komposisi Cairan Tubuh
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hampir
60% dari berat badanya mengandung air dan wanita 55% dari berat badannya.
2. Solut
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dan non elektrolit.
a. Elektrolit
Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain
atau dengan berat molekul dalam garam atau dengan berat molekul dalam
garam. Jumlah kation dan anion yang diukur dalam miliekuivalen dalam
larutan selalu sama.
Kation: Ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na), sedangkan kation
intraselular utama adalah kalium (K). Sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke
dalam.
Anion: Ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion
intraselular utama adalah ion fosfat (PO4).
Sistem Imun

Page 9

Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial


secara esensial sama nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan
ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun
demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi
elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua
kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma
jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat
dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna
mengubah nilai elektrolit palsma.
b. Non-elektrolit
Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan
dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Kompartemen Cairan Tubuh
Cairan tubuh di distribusikan menjadi dua kompartemen utama yaitu:
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira
2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan ekstraseluler terdiri dari seluruh cairan tubuh di luar sel dan
mengandung 1/3 air tubuh. CES terbagi atas tiga bagian yaitu:
a. Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel tubuh dan limfe, sama
dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa.
b. Cairan intravaskular (CIV) / Plasma Darah : Cairan yang terkandung di
dalam pembuluh darah.
c. Cairan transelular (CTS) : cairan yang terkandung di dalam rongga
khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal,
perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi
lambung.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Tubuh
1. Usia
Sistem Imun

Page 10

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme dan


berat badan. Air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
2. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai cairan tubu yang kurang, karena mengandung lebih
banyak lemak.
3. Sel-sel Lemak
Air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4. Stres
Stres mengakibatkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot. Hal ini menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini
meningkatkan produksi AH dan menurunkan produksi urin.
5. Sakit
Beberapa gangguan pada tubuh akan mengganggu keseimbangan cairan.
6. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat sehingga menghilangkan
NaCl.
7. Diet
Saat tubuh kekurangan nutrisi maka tubuh akan memecah cadangan
energi. Hal ini menyebabkan pergerakan cairan dari interstisisal ke
intraselular.
Pergerakan Cairan/Keseimbangan Cairan
Untuk mempertahankan keseimbangan nilai cairan, cairan tubuh berpindah antara
kedua kompartemen.
a. Antara sel dan CES
Distribusi di dalam dan di luar sel bergantung pada tekanan osmotik.
Tekanan osmotik berhubungan dengan osmolalitas dalam dan luar sel. Air
bergerak dari osmolalitas rendah ke tinggi. Osmolalitas dalam dan luar sel
sama dan tidak ada pengeluaran air menuju dan keluar sel. Jika solute atau
air tidak bertambah atau hilanga maka ekuilibrium osmotik sementara
akan terganggu. Kemudian air akan bergerak masuk atau keluar sampai
ekuilibrium baru tercapai. Perpindahan air terjadi melalui membran dari
daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi sampai dengan kedua konsentrasi tersebut
sama.
Sistem Imun

Page 11

b. Antara Plasma dan Cairan Interstisial


Pergerakan air menembus membran sel kapiler diatur oleh tekan
hidrostatik dan osmotik sesuai tekanan. Peningkatan tekanna hidrostatik
kapilar atau penurunan tekanan osmotik koloid plasma mengakibatkan
makin banyak cairan yang bergerak dari kapilar menuju cairan interstisial.
Rute pemasukan dan kehilangan
Dalam keadaan sehat, seseorang memperoleh cairan dengan minum dan
makan namun dalam jenis penyakit tertentu cairan diberikan melalui jalur
parenteral. Jika keseimbangan cairan bersifat kritis, semua cara
pemenuhan dan kehilangan harus dicatat dan volumenya dibandingkan.
Pengaturan Keseimbangan Cairan
Beberapa organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan
meliputi:
a. Ginjal
Dalam mempertahankan keseimbangan cairan ginjal berfungsi untuk:
1. Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi
selektif cairan tubuh.
2. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif
substansi yang dibutuhkan.
3. Pengaturan pH CES melalui retensi ion hidrogen.
4. Eksresi sampah metabolik dan substansi toksik.
b. Jantung dan Pembuluh Darah
Kerja pompa jantung dalam sirkulasi darah melalui ginjal di bawah
tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung
akan mengganggu perfusi ginjal sehingga mengganggu pengaturan air dan
elektrolit
c. Paru-paru
Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terusmenerus akan memperbanyak kehilangan air sehingga ventilasi mekanik
dengan air yang berlebihan akanmenurunkan kehilangan air ini.
d. Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu ADH yang disebut juga hormon
penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel
dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan
mengatur volume darah.

Sistem Imun

Page 12

e. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal menghasilkan aldosteron. Peningkatan aldosteron ini
mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor.
Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena
natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
f. Kelenjar Paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid
(PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium
dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.
Pengaturan Reabsorpsi Air dan Elektrolit

Pengaturan utama : hormon-hormon

Antidiuretic hormone (ADH) : mencegah peningkatan kehilangan


air pd urine

Aldosterone : mengatur ion Natrium pd cairan extracellular.

- Dicetuskan oleh mekanisme rennin-angiotensin

Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa Darah

Sebagian besar keseimbangan asam-basa diatur oleh GINJAL

Sistem pengaturan lain :

Buffers darah

Pernapasan

Buffers Darah

yaitu : Raksi kimia utk mencegah perobahan konsentrasi ion hidrogen


(H+) :

Sistem Imun

mengikat H+ saat pH turun

melepas H+ saat pH meningkat


Page 13

3 sistem utama buffer kimia :

sistem buffer Bicarbonate

sistem buffer Phosphate

sistem buffer Protein

Sistem Buffer Bicarbonate

Merupakan senyawa asam carbonic (H2CO3) dan sodium bicarbonate


(NaHCO3)

Asam kuat bereaksi dgn Ion Bicarbonate (HCO3) agar berubah menjadi
asam lemah

Basa kuat dipisahkan Asam carbonic menjadi basa lemah dan air

Pengaturan sistem Pernapasan thd keseimbangan asam-basa

Carbon dioxide pada darah diobah menjadi ion bicarbonate dan


dipindahkan oleh plasma

Peningkatan konsentrasi ion hydrogen menghasilkan banyak asam


carbonic

ion hydrogen yang berlebihan dpt diturunkan dgn pelepasan carbon


dioxide dari paru

Frekuensi pernapasan : meningkat dan menurun tergantung perobahan pH


darah

Pengaturan Ginjal terhadap keseimbangan asam-basa

Ekskresi ion bicarbonate jika dibutuhkan

Merobah atau membuat ion bicarbonate jika dibutuhkan

pH Urine : 4.5-8.0

Sistem Imun

Page 14

SifatLarutanPenyangga
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang
dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari
larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada
penambahan sedikit asam kuat.

2.5 Teori Asam Basa dan Derajat Keasaman Larutan


A. Teori Asam Basa menurut Arrhenius
Asam adalah zat yang menghasilkan ion hydrogen (H+) dalam

larutan
Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam

larutan
Penetralan terjadi saat ion hydrogen dan hidroksida bereaksi
kemudian menghasilkan air seperti reaksi berikut :
H+ + OH- = H2O (netral karena satu ion positif bertemu satu ion
negative)

B. Teori Asam Basa menurut Bronwted lowry


Asam sebagai donor proton (ion hydrogen)
Basa sebagai akseptor proton(ion hydrogen)
Pada proses penetralan, ion hidroksida bertindak sebagai akseptor
proton dari ion hydrogen dari asam
C. Teori Asam Basa menurut Leuwis
Asam adalah akspetor pasangan elektron
Basa adalah donor pasangan elektron
Keseimbangan Asam Basa dalam Cairan Tubuh

Sistem Imun

Page 15

Derajat keasaman suatu larutan dapat diukur dengan menghitung konsentrasi ion
hydrogen (H+) dalam suatu larutan, kemudian PH didapatkan dengan rumus PH =
-log[H+]
Sebuah larutan dikatakan netral apabila ion hydrogen berjumlah sama dengan ion
hidroksida didalamnya. Semakin banyak ion hydrogen, PH nya semakin rendah .
netral

[H+]

[OH-]

14
7

Dari ilustrasi di atas dapat dikatakan bahwa larutan asam memiliki PH atau derajat
keasaman dibawah tujuh, larutan basa memiliki PH diatas 7.
Beberapa PH larutan di dalam tubuh manusia :
HCL

: 1-3

Lisosom

:5

Air

: 7 (PH sitosol)

Darah

: 7,35 7,45

Urine

: 4,8 7,5

Saliva

: 6,75 7,25

Vagina

: 3,8 4,2

Sperma

:78

Pengaturan PH tubuh dapat dilakukan dengan sistem buffer, respirasi dan


urinaria. Buffer adalah pertukaran asam atau basa yang lebih lemah sehingga
perubahan PH dalam tubuh tidak terlalu drastis. Respirasi dan urinaria prinsinya
sama dengan buffer. Namun, prosesnya lebih kompleks karena melibatkan organ
tubuh.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal

Sistem Imun

Page 16

mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan


garam

dan

mengontrol

osmolaritas

ekstrasel

dengan

mempertahankan

keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur


keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut
berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO 2 dan sistem dapar (buffer) kimia
dalam cairan tubuh.

2.6 Larutan Elektrolit, Non Elektrolit, Isotonik, Hipotonik, dan


Hipertonik
Manusia sebagai makhluk organisme, membutuhkan banyak cairan ke
dalam tubuhnya.

Cairan

tersebut

diperlukan

untuk hidup

dan proses

perkembangan, namun dibutuhkan kondisi cairan yang seimbang dan normal agar
fungsinya dapat berjalan dengan baik. Dalam keadaan seperti ini, peran tubuh
untuk tetap mempertahankan keseimbangan cairan sangat diperlukan. Hal inilah
yang disebut dengan homeostasis. Cairan-cairan dapat berupa larutan elektrolit,
non elektrolit, isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Dalam tulisan ini yang berjudul
larutan elektrolit, non elektrolit, isotonik, hipotonik, dan hipertonik ini, akan
dibahas mengenai defenisinya, macam-macamnya, sifat-sifatnya, dan penggunaan
dari larutan elektrolit, non elektrolit, isotonik, hipertonik,dan hipotonik dalam
tubuh manusia. Sumber-sumber ini membahas tentang larutan-larutan tersebut.
Oleh karena itu, melalui sumber-sumber ini dapat diketahui hal-hal yang berkaitan
dengan larutan elektrolit, non elektrolit, isotonik, hipotonik, dan hipertonik.
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem
homogen

yang

mengandung

dua

atau

lebih

zat

yang masing-masing

komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu
sistem yang heterogen disebut campuran. Biasanya istilah larutan dianggap

Sistem Imun

Page 17

sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau gas
dengan kata lain larutan tidak hanya terbatas pada cairan saja. Larutan elektrolit
adalah larutan yang dapat menghantar arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Berdasarkan daya
urainya, larutan elektrolit dibagi lagi yaitu, elektrolit kuat yang memiliki daya urai
sempurna di dalam air dan elektrolit lemah yang terurainya hanya sebagian. Ciriciri larutan elektrolit yaitu, dapat menghantarkan arus listrik karena larutan ini
mampu terurai menjadi partikel-partikel berupa atom dan gugus atom yang
bermuatan listrik. Contohnya adalah HCl, HBr, HI (elektrolit kuat) dan CH 3C00H
dan Al(OH)3 (elektrolit lemah). Ciri-ciri larutan non elektrolit yaitu, tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Contohnya yaitu gula, etanol, dan glukosa.

Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan hidrostatik yang seimbang
dengan tekanan hidrostatik dalam sel. Larutan isotonik bila disuntikkan ke dalam
tubuh manusia berfungsi untuk meningkatkan volume CES tetapi tidak mengubah
konsentrasi zat-zat terlarut dalam CES. Oleh karena itu, CIS dan CES tetap dalam
keseimbangan osmotik. Ciri-ciri dari larutan isotonik ini adalah memiliki
kebebasan H2O yang seimbang. Contoh cairan isotonik adalah air kelapa dan
minuman ion. Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut dalam suatu larutan lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi zat
terlarut dalam sel. Ciri-ciri larutan ini yaitu memiliki keseimbangan negatif H 2O
bebas. Larutan ini merupakan larutan pekat. Dalam hal tertentu, cairan ini
berfungsi untuk mengurangi cairan yang berlebih di dalam sel. Larutan hipotonik
adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut dalam larutan lebih kecil
dibandingkan dengan konsentrasi zat terlarut dalam sel. Ciri-ciri dari larutan ini
adalah memiliki keseimbangan positif H2O bebas. Larutan ini bersifat encer dan

Sistem Imun

Page 18

dapat menyebabkan sel menjadi sweling. Larutan ini berfungsi untuk


mengencerkan CES yang terlalu pekat. Komponen dari larutan terdiri dari dua
jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya.
Pelarut merupakan komponen yang utama yang terdapat dalam jumlah yang
banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan
terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa larutan baik elektrolit,


non elektrolit, isotonik, hipertonik, dan hipotonik memiliki peran penting
tersendiri di dalam tubuh apabila masih dalam jumlah yang normal. Melalui
sumber-sumber ini, dapat diketahui banyak hal tentang larutan-larutan tersebut.
Sumber-sumber ini sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Mandiri ini
meskipun sumber-sumber ini kurang menjabarkan secara terperinci mengenai
fungsi dan contoh-contoh dari larutan tersebut.

B. KASUS
Runi sudah 3 hari mengalami demam. Lalu dia menjalani pemeriksaan dan
hasil pemeriksaan itu, Runi didiagnosa mengalami gejala demam dangue. Jelaskan
yang terjadi pada proses pada sistem imun sehingga menyebabkan demam!
Pemecahan:
Virus ini terdapat dalam darah penderita 1-2 hari sebelum demam, virus
tersebut berada dalam darah (viremia) penderita selama masa periode intrinsik 314 hari (rata-rata 4-7 hari). Pada suhu 30 deraja celcius. Dalam tubuh nyamuk
Aedes aegypti virus memerlukan waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa
inkubasi

ekstrinsik

dari

lambung

sampai

ke

kelenjar

ludah

nyamuk.

Virus dengue mampu berkembang biak dalam tubuh manusia, binatang seperti

Sistem Imun

Page 19

monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmot, tikus, hamster serta serangga


khususnya nyamuk.
Walaupun binatang primata merupakan hospes alami virus, viremia yang
timbul lebih rendah dan lebih pendek masanya. Pada manusia masa viremia
berkisar 2-12 hari, sementara pada binatang primata berkisar 1-2 hari, dan titer
virus dalam darah manusia dapat mencapai 100 kali dibandingkan pada darah
binatang primata.
Daftar Pustaka
http://www.Che-mis-try.Org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/elektrolit/
http://www. Dakiunta.com/content
Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems. 5th ed.
California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.
Sloanne, E. 2004. Anatomy and Physiology: An Easy Learner. (Terj. James
Veldman). Jakarta: EGC.

http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/keseimbangan-cairan-tubuhdan-asam-basa.html didownload 04-11-2010


Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. (Terj. James Veldman).
Eds. Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem. (Terj. Brahm U.).
Eds. Beatricia I.. Jakarta: EGC.

Sistem Imun

Page 20

Vous aimerez peut-être aussi