Vous êtes sur la page 1sur 47

APENDIKS A AKURASI, PRESISI, DAN NILAI PENTING

APENDIKS A AKURASI, PRESISI DAN


NILAI PENTING
Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat error pada hasil
pengukuran tersebut. Misalnya, kita akan mendapatkan hasil yang tidak
benar-benar sama dari beberapa kali pengulangan pengukuran nilai
tegangan dari terminal yang sama dengan Voltmeter. Lantas, bagaimana
cara mengetahui error pengukuran sehingga nilai yang sebenarnya dapat
diperoleh? Ada dua parameter yang berkaitan dengan error pengukuran
tersebut, yaitu akurasi dan presisi.

AKURASI DAN PRESISI


Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value).
Jika tidak ada data bila sebenarnya atau nilai yang dianggap benar
tersebut maka tidak mungkin untuk menentukan berapa akurasi
pengukuran tersebut.
Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih
pengulangan pengukuran. Semakin dekat nilai-nilai hasil pengulangan
pengukuran maka semakin presisi pengukuran tersebut.

APENDIKS A AKURASI, PRESISI, DAN NILAI PENTING


Gambar 1 a. Presisi dan akurasi tinggi; b. Presisi rendah, akurasi
tinggi; c. Presisi tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan akurasi
rendah

ERROR SISTEMATIK DAN ERROR ACAK


Error sistematik akan berdampak pada akurasi pengukuran. Jika error
sistematik terjadi maka akurasi pengukuran tidak dapat ditingkatkan
dengan melakukan pengulangan pengukuran. Biasanya, sumber error
sistematik terjadi karena istrumen pengukuran tersebut tidak terkalibrasi
atau kesalahan pembacaan (error paralax, misalnya).
Error acak akan berdampak pada presisi pengukuran. Error acak hadir
memberikan hasil pengukuran yang fluktuatif, di atas dan di bawah nilai
sebenarnya atau nilai yang diangap benar. Presisi pengukuran akibat
error acak ini dapat diperbaiki dengan melakukan pengulangan
pengukuran. Biasanya, error ini terjadi karena permasalahan dalam
memperkirakan (estimating) nilai pengukuran saat jarum berada di
antara dua garis-skala atau karena nilai yang ditunjukan oleh instrumen
tersebut berfluktuasi dalam rentang tertentu.

NILAI PENTING
Nilai penting (signifikan) dari suatu pengukuran bergantung pada unit
terkecil yang dapat diukur menggunakan instrumen pengukuran tersebut.
Dari nilai penting ini, presisi pengukuran dapat diperkirakan.
Secara umum, presisi pengukuran adalah 1/10 dari unit terkecil yang
dapat diukur oleh suatu instrumen pengukuran. Misalnya, sebuah mistar
yang memiliki skala terkecil 1mm akan digunakan untuk mengukur suatu
panjang benda. Dengan demikian, pengukuran panjang yang dilakukan
tersebut dapat dikatakan memiliki presisi sebesar 0.1mm.
Perkiraan presisi di atas berbeda bila kita menggunakan instrumen
digital. Biasanya presisi pengukuran dengan instrumen digital adalah
1/2 dari unit terkecil yang dapat diukur oleh suatu instrumen
pengukuran tersebut. Misalnya, nilai tegangan yang ditunjukan oleh
Voltmeter digital adalah 1.523Volt ; dengan demikian, presisi pengukuran
tegangan tersebut adalah 1/2 x 0.001 atau samadengan 0.0005Volt.

APENDIKS B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD

APENDIKS B
PETUNJUK PEMBUATAN
RANGKAIAN
ELEKTRONIK
PADA
BREADBOARD
BREADBOARD

Gambar 2 Implementasi rangkaian joystick motor driver untuk Robot pada breadboard [1]

Breadboard adalah suatu perangkat yang seringkali digunakan untuk


melakukan implementasi suatu rancangan rangkaian elektronik secara
tidak disolder (solderless) (Gambar 1). Implementasi rancangan yang
demikian bertujuan untuk menguji-coba rancangan tersebut yang
biasanya melibatkan pasang-bongkar komponen. Bentuk implementasi
lainnya adalah implementasi dengan melakukan penyolderan komponen
yang dikerjakan pada PCB (Printed Circuit Board) (Gambar 2).

APENDIKS B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD

Gambar 3 Implementasi rangkaian joystick motor driver untuk Robot pada PCB[1]

Tampak pada Gambar 1 bahwa breadboard memiliki lubang-lubang


tempat terpasangnya kaki-kaki komponen dan kawat kabel. Lubanglubang tersebut adalah sesungguhnya soket-soket dari bahan logam
(konduktor) yang tersusun sedemikian sehingga ada bagian lubanglubang yang terhubung secara horizontal dan ada yang terhubung secara
vertikal.

APENDIKS B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD


Gambar 4 Jenis-jenis breadboard

Gambar 3 adalah gambar jenis-jenis breadboard yang dimiliki oleh Lab


Dasar Teknik Elektro STEI ITB. Setidaknya ada empat bagian penting yang
harus diperhatikan sebelum menggunakan breadboard (lihat Gambar 4):

Pada bagian ini lubang-lubang breadboard saling terhubung secara


vertikal. Tiap set lubang pada bagian ini terdiri dari lima lubang yang
saling terhubung.

Pada bagian ini lubang-lubang breadboard saling terhubung secara


horizontal. Tiap set lubang pada bagian ini terdiri dari 25 lubang yang
saling terhubung. Perhatikan bahwa pada tiap set lubang tersebut
terdapat jarak pemisah antar lubang yang lebih besar setiap lima
lubang.

Bagian ini adalah pemisah yang menyatakan bahwa bagian lubanglubang breadboard yang saling terhubung secara vertikal di sebelah
atas tidak terhubung dengan bagian lubang-lubang breadboard di
sebelah bawah.

Bagian ini adalah pemisah yang menyatakan bahwa bagian lubanglubang breadboard yang saling terhubung secara horizontal di
sebelah kiri tidak terhubung dengan bagian lubang-lubang
breadboard di sebelah kanan. Pada banyak jenis breadboard,
pemisah ini ditandai dengan jarak pemisah yang lebih besar daripada
jarak pemisah antar set lubang pada bagian b.

Gambar 5 Bagian-bagian yang harus diperhatikan pada breadboard

APENDIKS B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD


Breadboard dapat bekerja dengan baik untuk rangkaian ber-frekuensi
rendah. Pada frekuensi tinggi, kapasitansi besar antara set lubang yang
bersebelahan akan saling berinterferensi.

MERANGKAI KABEL, KOMPONEN DAN INSTRUMEN


KABEL
Kabel yang digunakan untuk membuat rangkaian pada breadboard
adalah kabel dengan isi kawat tunggal (biasanya) berdiameter #22 atau
#24 AWG. Untuk menghasilkan pemasangkan yang baik pada
breadboard, kupas kedua ujung kabel sehingga diperoleh panjang kawat
(yang sudah terkupas) sekitar 12 mm. Kemudian pastikan seluruh bagian
kawat yang sudah terkupas tadi masuk ke dalam lubang breadboard.
Biasakan memasang kabel pada breadboard dengan rapih sejak awal. Hal
ini akan mempermudah penelusuran sebab terjadinya kesalahan akibat
salah pasang kabel, misalnya. Berikut ini adalah berbagai petunjuk
penting lainnnya yang harus diperhatikan dalam membuat rangkaian
pada breadboard:

Pastikan Power Supply dalam keadaan mati atau tidak terpasang


para breadboard ketika merangkai komponen dan kabel pada
breadboard

Pahami (jika belum ada, buat) terlebih dahulu skema rangkaian


elektronik yang akan diimplementasikan pada breadboard. Dengan
demikian, kemungkinan terjadinya kesalahan akan lebih kecil.

Tandai setiap kabel atau komponen yang telah terpasang dengan


benar, misalnya dengan spidol.

Gunakan kabel sependek mungkin. Kabel yang terlalu panjang


berpotensi membuat rangkaian pada breadboard menjadi tidak rapih.
Selain itu, kabel yang terpasang terlalu panjang dan berantakan
dapat menghasilkan interferensi berupa sifat kapasitif, induktif dan
elektromanetik yang tidak diharapkan.

Usahakan kabel dipasang pada breadboard dengan rapih dan, jika


memungkinkan, tubuh kabelnya mendatar pada breadboard.

Rangkai komponen (hubungkan suatu komponen dengan komponenkomponen lainnya) secara langsung tanpa menggunakan tambahan
kabel jika itu memungkinkan

Usahakan tidak menumpuk komponen atau kabel (komponen/ kabel


yang akan dipasang tidak melangkahi komponen/ kabel lain yang
telah terpasang). Hal ini akan menyulitkan pengecekan rangkain
yang telah diimplementasikan pada breadboard. Selain itu, akan
menyulitkan bongkar-pasang komponen ketika diperlukan.

Usahakan menggunakan warna kabel berbeda untuk membuat


koneksi yang berbeda. Misalnya mengunakan kabel warna merah

APENDIKS B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD


untuk koneksi ke Power Supply dan menggunakan kabel warna hitam
untuk koneksi ke ground.

KOMPONEN

Gambar 6 Pemasangan IC pada breadboard

Pada prinsipnya, komponen-komponen elektronik seperti resistor,


kapasitor atau Integrated Circuit (IC) dapat dipasang secara langsung
pada lubang breadboard. Khusus untuk resistor, kaki resistor dengan
rating daya lebih dari 0.5 W tidak cocok untuk digunakan pada
breadboard karena ukuran kakinya yang terlalu besar. Namun ini tidak
menjadi masalah karena praktikan hanya menggunakan resistor dengan
rating daya 0.25 W di dalam praktikum ini. Di bawah ini adalah beberapa
hal penting lainnya yang berkaitan dengan komponen secara khusus :

Ingatlah bahwa IC (terutama MOS) dapat rusak akibat listrik statik,


termasuk listrik statik di dalam tubuh kita. Di negara subtropis,
karena kelembaban sangat rendah, gesekan-gesekan pakaian
dengan material lain dapat membangkitkan listrik statik pada tubuh.
Listrik statik ini dapat membentuk tegangan tinggi sesaat bila kita
menyentuk kaki-kaki komponen dan menyebabkan kerusakan. Tapi,
karena kita berada di negara tropis yang berkelembaban tinggi,
pengumpulan listrik statik tadi tidak signifikan.

Sebelum mencoba dipasang pada breadboard, pastikan kaki-kaki IC


lurus. Bila tidak lurus, gunakan tang untuk meluruskan/ memperbaiki
kaki-kaki IC tersebut. Demikian juga ketika akan mencopot IC dari
breadboard; gunakan pinset dengan cara mencungkil kedua ujung IC
tersebut. Usahakan tidak terjadi sudut (antara badan IC dan
breadboard) lebih besar dari 1 0 sehingga dapat meminimalisasi
kemungkinan bengkoknya (bahkan patahnya) kaki-kaki IC.

APENDIKS B PETUNJUK PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PADA BREADBOARD

Pastikan ikuti Gambar 5 untuk pemasangan IC pada breadboard.


Dengan demikian, kaki-kaki IC tidak saling terhubung.

Perhatikan rating tegangan kapasitor. Jika menggunakan kapasitor


elektrolit, perhatikan polaritasnya. Pemasangan polaritas yang
terbalik akan menyebakan rusaknya kapasitor.

Pastikan kapasitor dalam keadaan discharge sebelum dipasang. Jika


ragu, hubungkan kedua kaki kapasitornya. Lakukan dua kali untuk
kapasitor yang sama karena ada kalanya kapasitor masih memiliki
muatan sisa setelah discharging yang pertama.

INSTRUMEN
Di bawah ini adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika
menggunakan/ menghubungkan instrumen laboratorium ke rangkaian di
breadboard:

Gunakan kabel yang tepat untuk menghubungkan suatu instrumen


ke breadboard (lihat Kabel Aksesoris). Pegang badan konektor (bukan
badan kabelnya) saat memasang dan mencabut kabel.

Untuk percobaan yang menggunakan Generator Signal dan Power


Supply: nyalakan Power Supply terlebih dahulu, lalu nyalakan
Generator Signal. Jika dilakukan dengan cara sebaliknya, akan
menyebabkan kerusakan pada IC. Demikian juga ketika mengakhiri:
matikan Generator Signal terlebih dahulu, kemudian matikan Power
Supply.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

www.robotroom.com

[2]

Y. Tsividis, A First Lab in Circuits and Electronics, Jons Wiley and Sons, 2001

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN

APENDIKS C NILAI DAN RATING


KOMPONEN
RESISTOR
FUNGSI
Resistor berfungsi untuk mengatur aliran arus listrik. Misalnya, resistor
dipasang seri dengan LED (Light-Emitting Diode) untuk membatasi besar
arus yang melalui LED.

KODE WARNA

Gambar 7 Resistor
Resistor yang biasa kita jumpai memiliki nilai resistansi yang
direpresentasikan oleh kode warna pada badan resistor. Resistor tersebut
adalah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.
Tabel 1 Kode warna
Warna
Hitam
Coklat
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Ungu
Abu-abu
Putih
Warna
emas
Warna
perak
Tanpa
warna

A
Angka
pertama
1
2
3
4
5
6
7
8
9

B
Angka
kedua
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

C
Faktor
penggali
1
10
102
103
104
105
106

D
Toleransi

10-1
10-2

5%
10%
20%

1%
2%
4%

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN


Label kode warna pada badan resistor ada yang berjumlah 4, 5 atau 6
gelang warna. Aturan pembacaan kode warna tersebut adalah sebagai
berikut:

warna pertama: angka pertama nilai resistansi (resistor dengan 4,


5 atau 6 gelang warna)

warna kedua: angka kedua nilai resistansi (resistor dengan 4, 5


atau 6 gelang warna)

warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan


Ohm (resistor dengan 4 gelang warna) atau angka ketiga nilai
resistansi (resistor dengan 5 atau 6 gelang warna)

warna keempat: toleransi (resistor dengan 4 gelang warna) atau


faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan Ohm (resistor
dengan 5 atau 6 gelang warna)

warna kelima: toleransi (resistor dengan 5 atau 6 gelang warna)

warna keenam: koefisien temperatur dengan satuan PPM/ 0C


(resistor dengan 6 gelang warna)

NILAI RESITOR
Resistor tidak tersedia dalam sembarang nilai resistansi. Nilai resistansi
setiap resistor mengikuti standard Electronic Industries Association (EIA).
Nilai resistansi berdasarkan EIA yang paling banyak dijumpai di pasaran
adalah seri E6 (toleransi 20%):
1, 1.5, 2.2, 3.3, 4.7, 6.8, 10, 15, 22, 33, 47, 68, 100, 150, 220, 330, 470,
680,1000,... dst. (Ohm)
dan seri E12 (toleransi 10%):
1, 1.2, 1.5, 1.8, 2.2, 2.7, 3.3, 3.9, 4.7, 5.6, 6.8, 8.2, 10, 12, 15, 18, 22, 27,
33, 39, 47, 56, 68, 82,100... dst. (Ohm)
Terlihat bahwa ada perulangan setiap 6 deret angka (seri E6) dan 12
deret angka (seri E12) yang masing-masing angka telah dikalikan 10.
Selain nilai-nilai resistansi di atas, ada nilai-nilai resistansi lebih presisi
yang sukar dijumpai. Nilai-nilai resistansi itu mengukuti standard EIA seri
E24 (toleransi 5% dan 2%), E96 (1%) dan E192 (0.5%, 0.25% dan 0.1%).
Secara lengkap, nilai-nilai resistansi tersebut dapat dilihat di [1].

RATING DAYA
Ketika melewati resistor, energi listrik diubah menjadi energi panas. Tentu
saja dampak energi panas yang berlebih akan menimbulkan kerusakan
pada resistor. Oleh karena itu, resistor memiliki rating daya yang

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN


merepresentasikan seberapa besar arus maksimum yang diperkenankan
melewati resistor.
Rating daya resistor yang banyak digunakan adalah Watt atau Watt.
Resistor tersebut adalah resistor dengan label kode warna yang banyak
dipasaran. Selain itu, ada pula resistor dengan rating tegangan 5 Watt
atau lebih besar. Untuk resistor jenis ini nilai resistansi dan rating
tegangannya dapat dibaca secara langsung di badan resistornya.
Perlu diperhatikan bahwa guna keamanan dan agar resistor tidak mudah
rusak (terbakar), pastikan menggunakan resistor yang menghasilkan
daya disipasi maksimum sebesar 60% rating daya disipasinya.

KAPASITOR
FUNGSI
Kapasitor adalah instrumen yang bekerja dengan menyimpan muatan.
Aplikasi kapasitor diantaranya digunakan sebagai filter pada rangkaian
penyearah tegangan.
Ada dua tipe kapasitor, yaitu polar dan nonpolar/ bipolar. Perbedaan dari
keduanya adalah pada ketentuan pemasangan kaki-kakinya. Polaritas
pada kapasitor polar dapat diketahui melalui label polaritas (negatif atau
positif) kaki kapasitornya atau panjang-pendek kaki-kakinya. Pemasangan
kapasitor polar ini harus sesuai dengan polaritasnya. Sementara, untuk
pemasangan kapasitor nonpolar, tidak ada ketentuan pemasangan
polaritas kaki-kakinya karena itu pula pada kapasitor nonpolar tidak ada
label polaritasnya.
Desain kapasitor, baik polar maupun nonpolar, ada dua bentuk, yaitu
aksial dan radial. Contoh bentuk kapasitor aksial dan radial ditunjukan
pada Gambar 1 (perhatikan posisi kaki-kakinya).

Gambar 8 Kapasitor bentuk radial (kiri) [2] dan kapasitor bentuk


aksial (kanan) [3]

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN

KAPASITOR POLAR

Gambar 9 (Dari kiri) simbol kapasitor polar, kapasitor tantlum


dan kapasitor elektrolit [2]
Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah contoh jenis kapasitor
polar. Rating tegangan kedua kapasitor tersebut rendah, yaitu 6.3 Volt
35 Volt. Pada badan kapasitor tersebut tercetak label polaritas yang
menunjukan polaritas kaki komponen yang sejajar dengan label polaritas
tersebut.
Saat ini, nilai kapasitansi dan rating tegangan kedua jenis kapasitor
tersebut dapat dibaca langsung dari label yang tercetak dengan jelas
pada badan kapasitornya. Namun, pada kapasitor tantalum biasanya
dicetak dengan kode angka. Dahulu, mungkin saat ini juga masih
ditemukan di beberapa toko komponen elektronik, nilai kapasitansi dan
rating tegangan kapasitor tantalum dicetak dengan label kode warna.
Kode warna tersebut mengikuti kode warna standard (seperti kode warna
pada resistor).
Besar muatan yang dapat disimpan oleh suatu kapasitor ditunjukan oleh
nilai yang tertera pada kapasitor tersebut. Besar muatan tersebut
biasanya ditulis dalam besaran piko (p), nano (n) dan mikro () Farad:

= 10-6, 1000000F = 1F

n = 10-9, 1000nF = 1F

p = 10-12, 1000pF = 1nF

KAPASITOR NONPOLAR

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN


Gambar 10 (Dari kiri) simbol kapasitor nonpolar dan jenis-jenis
kapasitor nonpolar [5]
Kapasitor nonpolar memiliki rating tegangan paling kecil 50 Volt.
Kapasitor nonpolar yang banyak digunakan biasanya memiliki rating
tegangan 250 Volt atau lebih. Nilai kapasitansi kapasitor nonpolar yang
tercetak pada label berupa kode angka atau kode warna.

NILAI KAPASITANSI KAPASITOR NONPOLAR


Perhatikan gambar jenis-jenis kapasitor pada Gambar 3:

Label 0.1 pada kapasitor paling kiri artinya bahwa kapasitor


tersebut memilki nilai kapasitansi 0.1F = 100nF. Contoh lain, label
4n7 artinya nilai kapasitansi kapasitor tersebut adalah 4.7nF.

Aturan pembacaan kode warna kapasitor (gambar kedua dari kiri)


mirip dengan pembacaan kode warna resistor. Kode warna dibaca
dari warna paling atas:

warna pertama: angka pertama nilai kapasitansi

warna kedua: angka kedua nilai kapasitansi

warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan


satuan pF

warna keempat: toleransi

warna kelima: Rating tegangan

Misal, tiga warna pertama kapasitor tersebut adalah coklat-hitamjingga memiliki arti bahwa nilai kapasitansinya 10x10 3pF =
10000pF.

Aturan pembacaan kode angka pada jenis kapasitor seperti tampak


pada gambar ketiga adalah sebagai berikut:

angka pertama: angka pertama nilai kapasitansi

angka kedua: angka kedua nilai kapasitansi

angka ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh)


dengan satuan pF

huruf yang mengikuti angka-angka tersebut adalah


nilai toleransi dan rating tegangannya

Misalnya, label 102 artinya 10x102pF=1000pF; 472 artinya


4700pF dengan toleransi J, yaitu 5%.

Label 470 pada gambar kapasitor nonpolar paling kanan artinya


kapasitor tersebut memiliki kapasitansi 470pF. Kapasitor jenis ini,
yaitu kapasitor polystyrene sudah jarang digunakan saat ini.

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN

STANDARD NILAI KAPASITANSI


Nilai kapasitansi berdasarkan standard EIA yang banyak di pasaran
adalah seri E6. Perlu dicatat bahwa, seperti pada resistor, kapasitor tidak
tersedia dalam sembarang nilai kapasitansi, melainkan mengikuti
standard EIA.
Kapasitor seri E6 memiliki toleransi 20%. Berikut adalah nilai-nilai
kapasitansinya:
10, 15, 22, 33, 47, 68, 100, 150, 220, 330, 470, 680, 1000,... dst. (dengan
satuan pF)
Terlihat bahwa ada perulangan setiap enam deret angka yang masingmasing angka telah dikalikan 10.
Seperti pada resistor, selain nilai-nilai kapasitansi di atas ada pula nilainilai kapasitansi yang lebih presisi dengan mengikuti standard EIA.

KAPASITOR VARIABEL

Gambar 11 Kapasitor variabel [5]


Kapasitor jenis ini biasanya digunakan di dalam rangkaian tuning radio.
Nilai kapasitansinya relatif kecil, biasanya diantara 100pF dan 500pF.

KAPASITOR TRIMMER

Gambar 12 Kapasitor trimmer [5]


Kapasitor trimmer adalah ukuran mini dari kapasitor variabel. Kapasitor
ini didesain untuk dapat dipasangkan langsung pada PCB dan untuk
diatur nilainya hanya pada saat pembuatan rangkaian. Nilai kapasitansi
kapasitor ini biasanya kurang dari 100pF. Di dalam rentang nilai

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN


kapasitansinya, kapasitor trimmer memiliki nilai minimum yang lebih
besar dari nol.

INDUKTOR
FUNGSI
Pada rangkaian DC, induktor dapat digunakan untuk memperoleh
tegangan DC yang konstan terhadap fluktuasi arus. Pada rangkai AC,
induktor dapat meredam fluktuasi arus yang tidak diinginkan.

Gambar 13 (Dari kiri) simbol induktor dan jenis-jenis induktor [4]

KODE WARNA
Ada jenis induktor yang desain fisiknya mirip dengan resistor. Nilai
induktansinya dinyatakan dengan kode warna. Induktor jenis ini
ditunjukan oleh Gambar 8.

Gambar 14 Induktor dengan kode warna [5]

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN


Membaca kode warna pada induktor sama dengan membaca kode warna
pada resistor dan kapasitor:

warna pertama: angka pertama nilai kapasitansi

warna kedua: angka kedua nilai kapasitansi

warna ketiga: faktor pengali (pangkat dari sepuluh) dengan satuan


H

warna keempat: toleransi

Induktor memiliki rating arus tertemtu. Dalam suatu rangkaian biasanya


digunakan stress ratio 60%.

DIODA
FUNGSI
Dioda berfungsi untuk membuat arus listrik mengalir pada satu arah saja.
Arah arus tersebut ditunjukan oleh arah tanda panah pada simbol dioda
(Gambar 8).

Gambar 15 Simbol dioda [5]

FORWARD VOLTAGE DROP


Seperti halnya orang yang mengeluarkan energi untuk membuka pintu
dan melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda.
Tegangan listrik akan berkurang sekitar 0.7 Volt saat arus listrik melewati
dioda (yang terbuat dari silikon). Tegangan sebesar 0.7 Volt ini disebut
forward voltage drop.

REVERSE VOLTAGE
Dioda ideal tidak akan melewatkan arus yang mengalir pada arah yang
berlawanan (dengan panah pada simbol dioda). Namun, secara praktis
terdapat kebocoran, yaitu ada arus dilewatkan maksimum sebesar
beberapa A meski dapat diabaikan.
Tegangan balik maksimum (maximum reverse voltage) sebesar 50V atau
lebih adalah nilai maksimum tegangan (dengan arah arus berlawanan)
yang masih dapat ditahan oleh dioda. Bila tegangan balik melebihi rating
tegangan balik maksimum ini maka dioda akan rusak, kebocoran arus.

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN

JENIS DIODA

DIODA SIGNAL
Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus kecil,
yaitu hingga 100mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang
terbuat dari bahan silikon.

DIODA RECTIFIER
Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda tersebut
berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating
maksimum arus yang dapat dilewatkan samadengan 1A atau lebih besar
dan maximum reverse voltage samadengan 50V atau lebih besar.

DIODA ZENER
Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang
tetap ketika reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika
reverse voltage, meski nilainya berubah-ubah, asalkan berada di daerah
breakdown maka tegangan dioda zener tersebut akan tetap.

TRANSISTOR
FUNGSI
Transistor berfungsi sebagai penguat arus. Karena besar arus yang
dikuatkan dapat diubah ke dalam bentuk tegangan, maka dapat
dikatakan juga bahwa transistor dapat menguatkan tegangan. Selain itu,
transistor juga dapat berfungsi sebagai switch elektronik.
Ada dua jenis transistor, yaitu NPN dan PNP. Simbol kedua jenis transistor
tersebut ditunjukan oleh Gambar 6.

Gambar 16 Simbol transistor NPN dan PNP (ket.: B = Base, C =


Collector dan E = Emitter) [5]
Transistor memiliki tiga kaki yang masing-masing harus dipasang secara
tepat. Kesalahan pemasangan kaki-kaki transistor akan dapat merusakan
transistor secara langsung. Perlu dicatat bahwa pada badan transistor
tidak ada label yang menunjukan bahwa kaki transistor tersebut adalah B,

APENDIKS C NILAI DAN RATING KOMPONEN


C atau E. Dengan demikian, sebelum memasang sebuah transistor,
pastikan dimana kaki B, C dan E dengan membaca datasheet-nya. Di
dalam penggunaannya harus pula diperhatikan dua rating: daya disipasi
kolektor, yaitu VCE x IC, dan breakdown voltage, yaitu VBE reverse.

DAFTAR PUSTAKA
[1] www.em.avnet.com/ctf_shared/pgw/ df2df2usa/Resistance%20Decade
%20Values.pdf
[2]

www.columbia.k12.mo.us

[3]

www.banzaieffects.com

[4]

en.wikipedia.org/wiki/Inductor

[5]

www.kpsec.freeuk.com

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN


AKSESORIS
INSTRUMEN DASAR
MULTIMETER
Di dalam praktikum yang akan dilakukan nanti, praktikan akan
menggunakan dua macam multimeter, yaitu multimeter analog dan
multimeter digital (Gambar 1).

Gambar 17 Multimeter digital (kiri) dan multimeter analog (kanan)

GENERATOR SINYAL
Generator sinyal adalah instrumen yang menghasilkan/ membangkitkan
berbagai bentuk gelombang: sinus, kotak dan gergaji.

Gambar 18 Generator
sinyal

OSILOSKOP

Osiloskop adalah instrumen ukur yang dapat menampilkan visualisasi


dinamis signal tegangan yang diukurnya.

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

Gambar 19 Osiloskop

POWER SUPPLY
Perangkat ini adalah instrumen sumber tegangan dan sumber arus.
Gambar 4 adalah gambar Power Supply yang dimiliki oleh Labdas. Jika
anda menggunakan jenis Power Supply seperti yang ditunjukan oleh
gambar di sebelah kanan, pastikan lampu Output menyala agar kit
praktikum yang telah anda hubungkan pada Power Supply tersebut
bekerja.

Gambar 20 Power Supply

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

KABEL AKSESORIS
KABEL KOAKSIAL
Kabel koaksial memiliki jenis konektor yang berbeda-beda untuk fungsi
yang berbeda pula. Pada bagian ini akan ditunjukan berbagai jenis kabel
koaksial berdasarkan konektor yang terpasang.

BNC 1 BANANA/ 4 MM

Gambar 21 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan 1 banana

Gambar 22 Konektor BNC (dua gambar kiri) dan 1 banana+lubang untuk kabel ground (paling
kanan)

Di dalam penggunaanya, kabel seperti tampak pada Gambar 5 akan


digunakan bersama-sama dengan kabel seperti pada Gambar 7. Salah
satu ujung kabel Gambar 7 di dipasangkan pada lubang konektor untuk
Ground (Gambar 5).

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

Gambar 23 Kabel isi kawat tunggal berdiameter 4 mm yang terpasang konektor stackable
banana di kedua ujungnya

BNC 2 UNSTACKBLE BANANA/ 4 mm

Gambar 24 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan 2 buah unstackable banana

Gambar 25 Konektor unstackabel banana

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

BNC PROBE KAIT DAN JEPIT BUAYA

Gambar 26 Kabel koaksial dengan konektor BNC dan probe kait + jepit buaya

Kabel ini adalah aksesoris Osiloskop. Pada konektor BNC dan probe kait
terdapat fasilitas adjustment.
adjustment
redaman

skrup
adjustment

Gambar 27 (Dari kiri) konektor BNC dengan skrup adjustment (lubang), probe jepit dengan
adjustment redaman dan capit buaya (untuk dihubungkan ke Ground)

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

ADAPTER
Adapter digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih konektor yang
berbeda jenis.

BNC T-CONNECTOR

Gambar 28 Adapter BNC T-connector

BNC BANANA/ 4 mm TERMINAL (BINDING POST)

Gambar 29 Adapter BNC 4 mm terminal

APENDIKS D INSTRUMEN DASAR DAN AKSESORIS

KABEL 4 mm
Selain telah ditunjukan pada Gambar 7, kabel 4 mm bisa saja memiliki
konektor yang lain, misalnya konektor jepit buaya satu atau kedua
ujungnya.

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER


JENIS MULTIMETER

MULTIMETER NON ELEKTRONIS


Multimeter jenis bukan elektronik kadang-kadang disebut juga AVOmeter, VOM
(Volt-Ohm-Meter), Multitester, atau Circuit Tester. Pada
dasarnya alat ini merupakan gabungan dari alat ukur searah, tegangan
searah, resistansi, tegangan bolak-balik. Untuk mengetahui fungsi dan
sifat multimeter yang dipergunakan pelajarilah baik-baik spesifikasi teknik
(technical specification) alat tersebut.
Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah:

batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur: tegangan
searah (DC volt), tegangan bolak-balik (AC volt), arus searah (DC
amp, mA, A), arus bolak-balik
(AC amp) resistansi (ohm, kilo
ohm).

sensitivitas yang dinyatakan dalam ohm-per-volt pada pengukuran


tegangan searah dan bolak-balik.

Ketelitian yang dinyatakan dalam %

Daerah frekuensi yang mampu diukur pada pengukuran tegangan


bolak-balik (misalnya antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz).

Batere yang diperlukan

Sebelum menggunakan alat tersebut, perlu dipelajari

cara membaca skala

cara melakukan
kedudukan nol)

cara memilih batas ukur

cara memilih terminal, yaitu mempergunakan polaritas (tanda +


dan -) pada pengukuran tegangan dan arus searah (perlukah hal ini
diperhatikan pada pengukuran tegangan bolak-balik?)

zero

adjustment

(membuat

jarum

pada

Dalam memilih batas ukur tegangan atau arus perlu diperhatikan faktor
keamanan dan ketelitian. Mulailah dari batas ukur yang cukup besar
untuk keamanan alat, kemudian turunkanlah batas ukur sedikit demi

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

82

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER


sedikit. Ketelitian akan paling baik bila jarum menunjuk pada daerah
dekat dengan skala maksimum.
Pada pengukuran tegangan searah maupun bolak-balik, perlu
diperhatikan sensitivitas meter yang dinyatakan dalam ohm per volt.
Sensitivitas meter sebagai pengukur tegangan bolak-balik lebih rendah
daripada sensitivitas sebagai pengukur tegangan searah.
Resistansi dalam
sensitivitas

voltmeter

(dalam

ohm)=batas

ukur

Pada pengukuran tegangan bolak-balik perlu diperhatikan pula spesifikasi


daerah frekuensi (frequency converege/range). Perlu diketahui bahwa
multimeter mempunyai kemampuan yang terbatas, dan bahwa harga
efektif (rms = root mean square) tegangan bolak-balik umumnya
dikalibrasi (ditera) dengan gelombang sinusoida murni bila kita ingin
mengukur tegangan tegangan bolak-balik yang mengandung tegangan
searah, misalnya pada anoda suatu penguat tabung trioda atau pada
kolektor suatu penguat, suatu penguat transistor, maka terminal kita
hubungkan seri dengan sebuah kapasitor dengan kapasitas 0,1
mikrofarad.
Kapasitor ini akan mencegah mengalirnya arus searah, tetapi tetap dapat
mengalirkan arus bolak-balik. Pada multimeter tertentu, kadang-kadang
kapasitor ini telah terpasang didalamnya.

MULTIMETER ELEKTRONIS
Multimeter ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM + Vacuum Tube
Volt Meter, Solid State Multimeter = Transistorized Multimeter. Alat ini
mempunyai fungsi seperti multimeter non elektronis. Adanya rangkaian
elektronis menyebabkan alat ini mempunyai beberapa kelebihan. Bacalah
spesifikasi alat tersebut. Perhatikan " resistasi dalam" (input resistance,
input impedance) pada pengukuran tegangan DC dan AC.
Pelajarilah: kedudukan On-Off, cara melakukan zero adjusment, cara
memilih batas ukur (range), cara mempergunakan probe dan cara
membaca skala.
Multimeter/Voltmeter elektronis dapat dibagi atas dua macam yaitu tipe
analog dan tipe digital. Apakah perbedaan kedua macam alat tersebut?

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

83

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

PENGGUNAAN MULTIMETER

MENGUKUR ARUS SEARAH


Ammeter arus searah (DC ammeter) dipergunakan untuk mengukur arus
searah. Alat ukur ini dapat berupa amperemeter, milliamperemeter dan
galvanometer?
Dalam mempergunakan
beberapa hal yaitu:

ammeter

arus

searah

perlu

diperhatikan

Ammeter tidak boleh dipasang sejajar (paralel) dengan power


supply

Ammeter harus dipasang seri dengan rangkaian yang diukur


arusnya

Polaritas (tanda + dan -)

Bila kita mempunyai milliamperemeter arus searah, hendak digunakan


sebagai ammeter dengan beberapa macam batas ukur, dapat dilakukan
sebagai berikut:

Gambar 30 Rangkaian dasar Ammeter searah


Misalkan M adalah milliamperemeter dengan batas ukur 1 mA dan
resistansi dalam = RM (lihat Gambar 30). Kita pasang suatu resistor RP
paralel dengan meter M. Dari rangkaian, dapat dilakukan perhitungan
berikut:

I P R P I M RM I P

I M RM
RP

Arus yang diukur adalah :

Ix IP IM

I M RM
R
I M I M 1 M
RP
RP

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

84

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

Misalkan IM adalah batas ukur meter M = 1 mA dan dipilih R P

maka arus yang diukur adalah :

1
RM
9

R
I X I M 1 M 10 I M 10 mA
1

RM
9

Jadi dengan memilih harga RP tertentu, kita dapat mengatur besarnya


arus IX yang diukur. Resistor RP disebut resistor paralel atau "shunt dari
rangkaian ammeter.

MENGUKUR TEGANGAN SEARAH


Suatu alat ukur tegangan searah umumnya terdiri dari: meter dasar
(Amperemeter) dan rangkaian tambahan untuk memperoleh hubungan
antara tegangan searah yang diukur dengan arus searah yang mengalir
melalui meter dasar. Meter dasar merupakan suatu alat yang bekerja
(merupakan stator), dan suatu kumparan yang akan dilalui arus yang
bebas bergerak dalam medan magnet tetap tersebut. Rangkaian dasar
voltmeter dapat digambarkan seperti pada Gambar 31.

Gambar 31 Rangkaian dasar Voltmeter searah


Dari gambar ini dapat diperoleh:
VX = IM RS + IM RM
Dengan :
VX = tegangan yang diukur
RS = resistor seri
RM = resistansi dalam meter
M = meter dasar (berupa mA-meter)
Bila IM adalah batas ukur meter M atau skala penuh maka R S harus dipilih
sehingga VX merupakan batas ukur dari seluruh rangkaian sebagai
voltmeter.
Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

85

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

MENGUKUR TEGANGAN BOLAK-BALIK


Multimeter untuk pengukuran tegangan bolak-balik dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu multimeter yang True RMS dan non True RMS. True
RMS dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan termokopel dan
DSP. Sedangkan non True RMS mengukur tegangan rata-rata sinyal yang
telah disearahkan dengan dikalikan dengan konstanta 2/(phi) atau 1/(phi)
bergantung penyearahnya.
Pada dasarnya voltmeter bolak-balik non True RMS terdiri dari: rangkaian
penyearah, meter dasar (misalnya A-meter searah) dan resistor seri
(lihat Gambar 32).
Rangkaian

Gambar 32 Rangkaian Dasar Voltmeter Bolak-Balik


untuk (a):
Arus searah:
IM

V XM
VX
2
2 V XM
2 VX 2
2 2 VX

0,9
R S R M 2 R F R S R M RS RM
RS RM
RS RM

atau V X ( h arg a efektif ) 1,11 I M ( RS RM )


Untuk (b)
Arus searah

IM

V XM
VX
1
1 V XM
1 2 VX

0,45
RS RM 2 R F RS RM RS R M
RS R M

atau V X (h arg a efektif ) 2,22 I M ( R S RM )


Skala multimeter sebagai voltmeter bolak-balik umumnya ditera
(dikalibrasi) untuk bentuk gelombang sinusoida murni. Dengan demikian
meter akan menunjukan harga yang salah bila kita mengukur tegangan
bolak-balik bukan sinus murni

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

86

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

MENGUKUR RESISTANSI
Pada dasarnya pengukuran resistansi dapat dilakukan
menggunakan Hukum Ohm. Ada dua cara yang dapat dipilih:

dengan

1. Memompakan arus konstan pada resistor dan mengukur tegangannya


(hubungan resistansi-tegangan sebanding)
2. Memberikan tegangan pada resistor dan mengukur arusnya
(hubungan resistansi-arus berbanding terbalik)
Multimeter sederhana menggunakan cara yang kedua. Secara umum
rangkaian ohmmeter cara kedua ini terdiri dari meter dasar berupa
miliammeter/mikroammeter arus searah, beberapa buah resistor dan
potensiometer serta suatu sumber tegangan searah/batere. Kita
mengenal dua macam ohmmeter, yaitu ohmmeter seri dan ohmmeter
paralel.

Gambar 33 Rangkaian Dasar Ohmmeter


V adalah sumber tegangan searah/batere dan R M adalah resistansi dalam
meter dasar M
Mula-mula diambil RX = nol atau A-B dihubungkan sehingga diperoleh
arus melalui meter M adalah:
IM

V
I maks .......................................................................(1)
R1 R2 R M

R1 R2

V
I maks

R M ...............................................................................(1a )

Pada keadaan tersebut R2 diatur agar meter M menunjukan harga


maksimum. Imaks = arus skala penuh (full-scale).
Bila diambil RX = tak terhingga atau A-B dalam keadaan terbuka, maka
diperoleh:

IM 0

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

87

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER


Sekarang dimisalkan suatu resistor R X dipasang pada A-B, maka arus
melalui M adalah:]
IM

V
.....................................................................................(3)
R1 R2 RM R X

Sehingga:
RX

V
( R1 R2 R M )
IM
V
V

IM
I maks

......................................................................................( 4)

Dalam persamaan tersebut IM = arus yang mengalir melalui meter M dan


RX = resistansi yang diukur.
Kurva Kalibrasi
Dari persamaan (4) terlihat bahwa R X dapat dinyatakan dalam IM atau
terdapat hubungan antara resistansi R X (yang kita ukur) dengan arus
melalui meter IM. Perhatikan pula bahwa grafik hubungan antara R X dan IM
disebut sebagai kurva kalibrasi. Gambar 5 menunjukan contoh bentuk
kurva kalibrasi untuk suatu ohmmeter seri.

Gambar 34 Contoh Bentuk Kurva Kalibrasi Suatu Ohmmeter Seri


Dari kurva kalibrasi, terlihat bahwa skala ohmmeter merupakan skala
yang tidak linier. Pada daerah dekat dengan harga nol terdapat skala
yang jarang dan makin dekat dengan harga tak terhingga diperoleh skala
yang makin rapat. Selain itu perlu diperhatikan bahwa skala ohmmeter
seri harga nol ohm terletak di sebelah kanan pada simpangan maksimum.
Resistansi Skala Tengah

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

88

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER


Resistamsi skala tengah Rt ( = Rh = "half scale resistance") adalah harga
resistansi Rt = RX yang menyebabkan jarum meter menunjuk pada
pertengahan skala.
Keadaan ini sesuai dengan arus meter I M

I maks
2

Harga Rt sangat penting karena menunjukan jarum pada daerah sekitar


Rt, akan mempunyai ketelitian yang paling baik.
Mengapa?
Untuk menentukan harga Rt, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
Dari persamaan (3), arus melalui meter adalah:
V
R1 R2 RM R X

IM

Untuk RX = nol, maka


IM

V
R1 R2 RM

I maks I skala

penuh

..........................................................(5)

Untuk RX = Rt = Resistansi skala tengah, maka:

IM

V
R1 R2 RM R X

I
V
maks
R1 R2 RM Rt
2

V
2( R1 R2 RM R X )

.................................................................(6)

Jadi: R1 +R2 +RM +Rt=2 (R1+R2+RM)


Maka: Rt = R1 +R2 + RM

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

89

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

RANGKAIAN DASAR OHMMETER PARALEL

Gambar 35 Rangkaian Dasar Ohmmeter Paralel


V = sumber tegangan searah/batere
RM = resistansi dalam meter M
Dalam keadaan tidak dipergunakan, saklar S harus dibuka agar batere V
tidak lekas menjadi lemah. Bila ohmmeter dipergunakan, maka saklar S
ditutup.
Mula-mula diambil RX = tak terhingga atau A-B dalam keadaan terbuka,
sehingga diperoleh arus melalui M + I M. Pada keadaan ini pontensiometer
R2 diatur agar arus melalui M mencapai harga maksimum (skala penuh),
sehingga:
I maks

V
R1 R2 RM

............................................................(8)

Kedudukan R2 jangan diubah lagi sehingga selalu terpenuhi persamaan


(8) dengan demikian akan diperoleh bahwa skala dengan R X = tak
terhingga terletak id sebelah kanan. Untuk R X = nol atau A-B
dihubungsingkatkan maka tidak ada arus melalui M atau I M nol . Jadi
skala nol ohm terletak di sebelah kiri.
Apakah perbedaan dengan ohmmeter seri ?
Kurva Kalibrasi
Bila dipasang resistansi RX pada rangkaian pada Gambar 6 maka dapat
dihitung arus melalui M:

IM

V
R
R1 R2 RM M ( R1 R2 )
RX

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

...............................................................(9)

90

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER


Dari persamaan (9) dapat dibuat kurva kalibrasi yaitu grafik RX sebagai
fungsi IM. Contoh bentuk kurva kalibrasi suatu ohmmeter paralel dapat
dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36 Contoh Bentuk Kurva Suatu Ohmmeter Paralel


Resistansi Skala Tengah
Seperti pada ohmmeter seri, resistansi skala tengah (R t) adalah resistansi
Rt = RX yang menyebabkan jarum meter menunjuk pada pertengahan
skala.
Untuk RX = Rt maka harus melalui M dapat dihitung dari persamaan (8)
sebagai berikut:

IM

I maks
V

2
2( R1 R2 RM )

............................................................(10)

Sedangkan dari persamaan (9) untuk RX = Rt diperoleh:

IM

V
R1 R2 RM

............................................................(11)

RM
( R1 R2 )
Rt

Maka dari persamaan (10) dan (11) dapat dihitung resistansi skala penuh:

Rt

RM ( R1 R2 )
RM R1 R2

........................................................(12)

Perhatikan bahwa dengan rangkaian seperti pada Gambar 35 kita peroleh


Rt selalu lebih kecil dari RM (lihat persamaan 12). Jadi ohmmeter paralel
umumnya digunakan untuk mengukur resistansi rendah. Bandingkanlah
dengan ohmmeter seri 1.

CONTOH RANGKAIAN MULTIMETER


Gambar-gambar di bawah ini menunjukan contoh rangkaian multimeter
yang digambarkan secara terpisah, sebagai ammeter searah (Gambar

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

91

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER


37), sebagai voltmeter searah (Gambar 38), sebagai voltmeter bolak-balik
( Gambar 39), dan sebagai ohmmeter.

Gambar 37 Rangkaian Ammeter Searah

Gambar 38 Rangkaian Voltmeter Searah

Gambar 39 Rangkaian Voltmeter Bolak-Balik

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

92

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

MULTIMETER SEBAGAI ALAT UKUR BESARAN LAIN


Dengan menggunakan prinsip pengukuran yang telah diterangkan di atas
(yaitu pengukuran arus searah, tegangan bolak-balik dan resistansi)
multimeter dapat juga dipergunakan untuk mengukur besaran-besaran
(atau sifat-sifat komponen) secara tidak langsung).
Beberapa contoh diantaranya adalah:

mengukur polaritas dan baik buruknya dioda secara sederhana

mengetahui baik buruknya transistor secara sederhana

mengukur kapasitansi

mengukur induktansi

bila pada multimeter ditambahkan rangkaian tertentu, multimeter


tersebut dapat berfungsi sebagai:
-

Transistor tester

Wattmeter

Pengukur suhu

SPESIFIKASI MULTIMETER
Yang perlu diperhatikan pada penggunaan multimeter adalah spesifikasispesifikasi yang tertera pada badan multimeter. Contoh spesifikasi yang
biasa tertera adalah sebagai berikut.

Gambar 11 Sensitivitas multimeter analog


Dari spesifikasi tersebut dapat diketahui besar sensitivitas multimeter
analog, sehingga dapat dicari besar hambatan dalam multimeter analog
pada saat pengukuran pada batas ukur tertentu. Misalnya jika
menggunakan besar batas ukur 50V, hambatan dalam voltmeter analog
ini adalah 1M ohm (yaitu 20K ohm/V DC * 50V).

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

93

APENDIKS E PRINSIP KERJA MULTIMETER

Gambar 12 Besar input maksimum multimeter analog (kiri) dan


multimeter digital (kanan)
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dari spesifikasi multimeter
adalah besar tegangan atau arus maksimum yang dapat diukur
multimeter ini. Pada contoh di atas, multimeter analog ini mampu
mengukur tegangan DC sampai 1000V. Sedangkan multimeter digital di
atas mampu mengukur tegangan AC dan DC sampai 600V, dengan arus
tidak melebihi 400mA. Jika besar arus yang melewati multimeter ini
melebihi 400mA, maka sekering (fuse) pengaman yang terdapat dalam
multimeter ini akan putus.

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

94

APENDIKS F CARA MENGGUNAKAN GENERATOR SINYAL

APENDIKS F
CARA MENGGUNAKAN GENERATOR
SINYAL
Generator
sinyal
merupakan
suatu
alat
yang
menghasilkan
sinyal/gelombang sinus (ada juga gelombang segi empat, gelombang segi
tiga) dimana frekuensi serta amplitudanya dapat diubah-ubah. Pada
umumnya dalam melakukan praktikum Rangkaian Elektronika (Rangkaian
Listrik), generator sinyal ini dipakai bersama-sama dengan osiloskop.

Beberapa tombol/saklar pengatur yang biasanya terdapat pada generator


ini adalah:
1. Saklar daya (power switch): Untuk menyalakan generator sinyal,
sambungkan generator sinyal ke tegangan jala-jala, lalu tekan saklar
daya ini.
2. Pengatur Frekuensi: Tekan dan putar untuk mengatur frekuensi
keluaran dalam range frekuensi yang telah dipilih.
3. Indikator frekuensi: Menunjukkan nilai frekuensi sekarang
4. Terminal output TTL/CMOS: terminal yang menghasilkan keluaran yang
kompatibel dengan TTL/CMOS

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

95

APENDIKS F CARA MENGGUNAKAN GENERATOR SINYAL


5. Duty function: Tarik dan putar tombol ini untuk mengatur duty cycle
gelombang.
6. Selektor TTL/CMOS: Ketika tombol ini ditekan, terminal output
TTL/CMOS akan mengeluarkan gelombang yang kompatibel dengan
TTL. Sedangkan jika tombol ini ditarik, maka besarnya tegangan
kompatibel output (yang akan keluar dari terminal output TTL/CMOS)
dapat diatur antara 5-15Vpp, sesuai besarnya tegangan yang
kompatibel dengan CMOS.
7. DC Offset: Untuk memberikan offset (tegangan DC) pada sinyal +/10V. Tarik dan putar searah jarum jam untuk mendapatkan level
tegangan DC positif, atau putar ke arah yang berlawanan untuk
mendapatkan level tegangan DC negatif. Jika tombol ini tidak ditarik,
keluaran dari generator sinyal adalah murni tegangan AC. Misalnya
jika tanpa offset, sinyal yang dikeluarkan adalah sinyal dengan
amplitude berkisar +2,5V dan -2,5V. Sedangkan jika tombol offset ini
ditarik, tegangan yang dikeluarkan dapat diatur (dengan cara
memutar tombol tersebut) sehingga sesuai tegangan yang diinginkan
(misal berkisar +5V dan 0V).
8. Amplitude output: Putar searah jarum jam untuk mendapatkan
tegangan output yang maksimal, dan kebalikannya untuk output
-20dB. Jika tombol ditarik, maka output akan diperlemah sebesar
20dB.
9. Selektor fungsi: Tekan salah satu dari ketiga tombol ini untuk memilih
bentuk gelombang output yang diinginkan
10.Terminal output utama: terminal yang mengelurakan sinyal output
utama
11.Tampilan pencacah (counter display): tampilan nilai frekuensi dalam
format 6x0,3"
12.Selektor range frekuensi: Tekan tombol yang relevan untuk memilih
range frekuensi yang dibutuhkan.

13.Pelemahan 20dB: tekan tombol untuk mendapat output tegangan


yang diperlemah sebesar 20dB

Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektrik

96

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

APENDIKS G
PRINSIP KERJA OSILOSKOP
BAGIAN-BAGIAN OSILOSKOP
Osiloskop merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik
yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Diagram
bloknya dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut:

Gambar 40 Diagram Blok Osiloskop

Gambar 41 Gambar Tabung Sinar Katoda atau Cathodde Ray Tube (CRT)

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

Elektron diemisikan (dipancarkan) dari katoda yang dipanaskan


Tegangan kisi menentukan jumlah elektron yang dapat diteruskan
(untuk meintensitaskan gambar pada layer)
Tegangan pada anoda 1 dan 2 menentukan percepatan yang
diperoleh elektron-elektron mempunyai energi kinetik yang cukup
tinggi pada saat menunbuk layer
Kedua pelat defleksi X dan Y bersifat sebagai kapasitor yang
memberikan medan listrik pada aliran elektron yang melaluinya
Simpangan (defleksi) elektron pada layer ditentukan oleh besar
tegangan yang diberikan pada kedua pelat defleksi ini
Tegangan pada pelat defleksi Y didapat dari sinyal input Y,
sehingga simpangan vertikal pada layer akan sebanding dengan
tegangan sinyal input Y
Tegangan pada pelat defleksi X didapat dari generator time base
yang memberikan tegangan berupa gigi gergaji, mengakibatkan
simpangan horizontal bergerak dari kiri ke kanan secara linier
Pada layer tabung sinar katoda akan didapatkan gambar sesuai
dengan tegangan sinyal input Y yang tergambar secara linier dari
kiri ke kanan
Lapisan phosphor pada layar osiloskop menyebabkan layar akan
berpencar pada tempat-tempat yang dikenal elektron

PENGUAT Y ( PENGUAT VERTIKAL)

Penguat Y akan memperkuat sinyal input Y, sebelum diteruskan


pada pelat defleksi Y
Pada input penguat ini, ditambahkan peredam yang dinilai
redamannya akan menentukan besar simpangan gambar pada
layar
Suatu tegangan searah (dc) ditambahkan pada sinyal input Y,
untuk dapat mengatur letak gambar dalam arah vertikal

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

GENERATOR TIME BASE DAN PENGUAT X (PENGUAT


HORIZONTAL)

Generator time base menghasilkan tegangan sweep berbentuk


gigi gergaji, yang dihasilkan oleh suatu multivibrator untuk
diberikan pada pelat defleksi X
Dari bentuk tegangan sweep ini dapat terlihat bahwa simpangan
horizontal pada layar akan bergerak dari kiri ke kanan secara linier,
kemudian dengan cepat kembali lagi ke kiri.
Pergerakan berlangsung berulang kali sesuai dengan frekuensi dari
sinyal generator time base ini
Gambar yang diinginkan diperoleh pada layar, hanyalah yang
terjadi pada saat pergerakan dari kiri ke kanan (rise periode)
Gambar yang ingin diperoleh pada layar, hanyalah yang terjadi
pada saat pergerakan dari kanan ke kiri (fly back period) harus
ditiadakan, karena hanya akan mengacaukan pengamatan
Untuk dapat memadamkan intensitas gambar selama periode fly
back ini, maka pada kisi tabung sinar katoda diberikan sinyal
blanking

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

Sinyal blanking akan menghentikan aliran elektron dalam tabung


katoda selama setiap perioda fly back
Bila pada pelat defleksi X diberikan tegangan berupa gigi gergaji,
dan pada pelat defleksi Y diberikan tegangan sesuai dengan input
sinyal Y, maka pada layar akan diperoleh lintasan gambar sinyal
input Y sebagai fungsi waktu
Untuk dapat mengadakan persamaan, maka sinyal dari generator
time base: harus dikalibrasi terhadap waktu
penguat X memperkuat sinyal dari generator time base sebelum
dihubungkan pada pelat defleksi X
Suatu tegangan dc ditambahkan pada sinyal generator time
base, untuk mengatur letak gambar dalam arah horizontal

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

RANGKAIAN TRIGGER

Tugas utama dari rangkaian trigger adalah gambar yang diperoleh


pada layar selalu diam (tidak bergerak)
Rangkaian trigger mendapat input dari penguat Y, dan outputnya
yang berupa pulsa-pulsa, akan menjalankan generator time base
Pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian ini, selalu bersamaan dengan
permulaan perioda dari sinyal input Y
Dengan adanya pulsa trigger ini, maka sinyal dari generator
time base selalu seiring dengan sinyal input Y, sehingga gambar
pada layar tidak akan bergerak

STABILITAS
Stabilitas gambar yang diperoleh ditentukan oleh stabilitas antara lain

Stabilitas
Stabilitas
Stabilitas
Stabilitas

power supply
frekuensi generator time base
fermis setiap komponen
terhadap gangguan luar

Semua faktor tersebut menentukan hasil yang diperoleh pada layar

OSILOSKOP DUAL TRACE

Dengan pertolongann suatu saklar elektronik dapat diamati dua


sinyal sekaligus pada layar

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

Saklar elektronik ini mengatur kerja dari pre amplifier A dan B


secara bergantian seiring dengan sinyal dari generator time base
Saklar elektronik tak akan bekerja, bila hanya satu kanal saja yang
dipergunakan

KALIBRATOR

Osiloskop biasanya dilengkapi dengan suatu sinyal kalibrasi yang


mempunyai bentuk tegangan serta periode tertentu
Dengan mengamati sinyal ini pada layar, maka time/div dan
volt/div osiloskop dapat dikalibrasi

PROBE DAN PEREDAM

Kabel penghubung seringkali dapat merubah bentuk sinyal serta


menyebabkan pergeseran fasa ataupun osilasi disebabkan adanya
kapasitas pada kabel yang digunakan
Jenis
probe
tertentu
dapat
digunakan
di
sini
untuk
mengkompensasikan hal tersebut
Peredam digunakan apabila tegangan sinyal yang akan diukur jauh
melampaui kemampuan dari osiloskop

SKEMA GAMBAR OSILOSKOP

Gambar 42 Tampilan Muka Osiloskop


Beberapa tombol pengatur yang penting:

Intensitas: mengatur intensitas cahaya pada layar.

APENDIKS G PRINSIP KERJA OSILOSKOP

Fokus : mengatur ketajaman gambar yang terjadi pada layar


Horizontal dan Vertikal: mengatur kedudukan gambar dalam arah
horizontal dan vertical
Volt/Div (atau Volts/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol
ditempatkan pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan
jarum jam) menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk
pengukuran. Kedudukan tombol di luar menyatakan besar
tegangan yang tergambar pada layar per kotak (per cm) dalam
arah vertikal
Time/Div (atau Time/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol di
tengah pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan
jarum jam) menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk
pengukuran. Kedudukan tombol diluar menyatakan factor pengali
untuk waktu dari gambar pada layar dalam arah horizontal
Sinkronisasi: mengatur supaya pada layar diperoleh gambar yang
tidak bergerak
Slope: mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu sinyal
naik (+) atau pada waktu sinyal turun (-)
Kopling: menunjukan hubungan dengan sinyal searah atau bolakbalik
External Trigger: Trigger dikendalikan oleh rangkaian di luar
osiloskop. Pada kedudukan ini fungsi tombol sinkronisasi, slope
dan kopling tidak dapat dipergunakan
Internal Trigger: trigger dikendalikan oleh rangkaian di dalam
osiloskop. Pada kedudukan ini fungsi tombol simkronisasi, slope
dan kopling dapat dipergunakan.

Vous aimerez peut-être aussi