Vous êtes sur la page 1sur 86

TUGAS

AL ISLAM 3

KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT ISLAM


Sakinah, Mawaddah, dan Warrahmah
Allah Swt. berfirman:

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.

(QS. al-Rum [30]: 21)


Dari ayat di atas terlihat bahwa salah satu tujuan pernikahan dalam Islam
adalah mewujudkan keluarga yang sakinah (tentram). Terbentuknya keluarga sakinah
itu didukung oleh dua faktor: 1) adanya mawaddah dan 2) rahmah dalam keluarga
tersebut. Kedua kata itu sering diterjemahkan menjadi kasih dan sayang. Kedua kata
ini (kasih dan sayang) hampir sama, dan sulit dibedakan. Namun, ada yang mencoba
memahami perbedaan antara keduanya.
Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat
penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Kalaupun ada, tidak akan
bertahan lama. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah
SWT. Dalam Al Quran pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang
saling berkasih sayang di dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan,
menyalahkan dan saling melempar tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang
berkasih sayang dilandasi dengan cinta kepada Allah SWT. Itulah sakinah. Sungguh
indah bukan ,jika suatu ikatan suci dilandasi dengan sakinah.
Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah kiranya diberikan
sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh
mawaddah itu berupa kejutan suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya
suatu waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan
sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan
kejutan yang luar biasa.
Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban seorang suami
menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik.
Kewajiban seorang istri untuk menaati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya
dengan segala kewajiban.
Kedua faktor pendukung keluarga

sakinah

itu tidak boleh terabaikan.

Idealnya kedua faktor itu berjalan bersama-sama, namun kondisi dan situasi dapat
menentukan perjalanan kedua faktor itu dalam keluarga. Kita jangan hanya
terpancang pada faktor mawaddah yang cenderung tidak bertahan lama, bahkan
terkadang berobah secara drastis, tetapi sejak awalkeluarga harus dapat membina
faktor rahmah yang akan terus terbawa mengiringi perjalanan suatu keluarga hingga
ke ujung akhir sampai keluarga itu tidak ada lagi.

a.

Cara Memilih Pendamping Hidup


Memilih Calon Istri

- Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak


baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung
jawabnya sebagai istri dan ibu. Nabi memberikan kriteria yang dapat dijadikan
pertimbangan. Dalam salah satu hadisnya, Nabi Saw. bersabda:

Artinya:Seorang wanita dinikahi berdasarkan empat pertimbangan: karena


hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Peganglah yang
memiliki agama niscaya kedua tanganmu tidak akan terlepas. (HR. al-Bukhari,
Muslim, dan Abu Daud).
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu
Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri
dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
- Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak . (HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh
kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat lakilaki berkeinginan untuk menikahinya.
- Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang
belum pernah nikah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan
manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga
dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam
berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan.
Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab
gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada
lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain
halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan
kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar
antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah

Shallallahu Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi


seorang gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain
denganmu.
- Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari
penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas. Sehingga anak
tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang
tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya. Di samping itu juga untuk
memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.

b. Memilih Calon Suami


- Islam
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam
memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan
kita selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala :

Artinya: Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orangorang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. (QS. al-Baqarah (2): 221)
-

Berilmu dan Baik Akhlaknya


Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih
suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih,
dan taat beragama.

Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya
kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya
maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.
(HR. At Tirmidzi)
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan
meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan
kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian.
Sebagaimana firman Allah Taala :
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orangorang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur : 32)

Tujuan Perkawinan

a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi


Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk
memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan).
Bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang
seperti: berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain
sebagainya yang telah menyimpang jauh dan diharamkan oleh Islam.
b. Untuk membentengi ahlak yang luhur
Sasaran utama dari disyariatkannya pernikahan dalam Islam di
antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan
keji yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur.
Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif
untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan serta melindungi
masyarakat dari kekacauan.
c. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami
Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya
Thalaq (perceraian). Jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batasbatas Allah, sebagaimana firman Allah: Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali,
setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara maruf atau menceraikan dengan cara
yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Al-Baqarah :
229).
d. Kafaah menurut konsep Islam
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orangtua. Tidak sedikit
pada zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam
mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan keseimbangan
kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama
kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu (sederajat, sepadan) hanya diukur
lewatmaterisaja.
Menurut Islam, kafaah (atau kesamaan/kesepadanan/ sederajat dalam
pernikahan) dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara
kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga
yang Islami Insya Allah akan terwujud. Tetapi kafaah menurut Islam hanya
diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang. Allah memandang
sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya.
Tidak ada perbedaan dari keduanya kecuali derajat taqwanya.
e. Memilih yang shalih dan shalihah
Lelaki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah dan
wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Menurut Al-Quran: Wanita yang
shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (An-Nisaa : 34). Menurut AlQuran dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah :
Taat kepada Allah, taat kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup
seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita
jahiliyah (Al-Ahzab : 32).
f. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada
Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah
tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping
ibadah dan amal-amal shalih yang lain.
g. Untuk mencari keturunan yang shalih dan shalihah

Tujuan pernikahan diantaranya

ialah untuk melestarikan dan

mengembangkan bani Adam. Allah berfirman: Allah telah menjadikan dari diridiri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu
itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah. (An-Nahl : 72).

Hak dan kewajiban suami dan istri

a. Hak Suami
- Isteri melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai ajaran agama seperti
mendidik anak, menjalankan urusan rumah tangga, dan sebagainya
Mendapatkan pelayanan lahir batin dari istri
Menjadi kepala keluarga memimpin keluarga
Kewajiban Suami
Memberikan mahar
Mahar merupakan pemberian wajib dari suami kepada isterinya
(QS. al-Nisa (4): 4).
- Memberi nafkah
Memberi nafkah dalam keluarga, termasuk kepada isteri, adalah

b.
-

menjadi kewajiban suami. Nafkah keluarga ini bisa berupa makanan, pakaian,
tempat tinggal, atau kebutuhan-kebutuhan keluarga lainnya. Kewajiban suami
dalam hal ini sebanding dengan kewajiban isteri untuk taat dan patuh
terhadapnya.
- Menggauli isterinya dengan baik
Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan suami kepada isterinya
adalah menggaulinya dengan sebaik-baiknya (muasyarah bil maruf).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memberikan pergaulan yang baik kepada
isteri, misalnya bertutur kata yang lemah lembut kepada isteri, membuat isteri
gembira, tidak mencurigai isteri, tidak membuka rahasia isteri, memberikan
kebebasan isteri melakukan aktivitas yang bermanfaat, memberikan bantuan
kepada isteri ketika diperlukan, dan lain sebagainya. Kewajiban ini ditegaskan
dalam al-Quran, misalnya firman Allah Swt.:

`Artinya: Dan bergaullah dengan mereka secara patut. (QS. al-Nisa


(4): 19).
Teladan yang baik untuk melakukan hubungan suami isteri ini adalah
Rasulullah Saw. Beliau memberikan contoh kepada kita bagaimana

memberikan pergaulan yang terbaik buat isteri- isterinya. Tidak terdengar dari
isteri-isterinya keluhan mengenai kejelekan beliau ketika menggauli mereka.
- Membimbing dan mendidik keagamaan isteri
Seorang suami wajib bertanggung jawab di hadapan Allah dalam
membimbing dan mendidik isterinya. Sebab suami merupakan pemimpin bagi
isterinya dalam keluarga (QS. al-Nisa (4): 34) harus bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Karena itu suami bertanggung jawab atas pendidikan
isterinya. Seandainya isterinya belum memiliki pengetahuan agama yang
cukup, maka suami wajib mendidiknya sehingga memiliki pengetahuan agama
yang cukup dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika
suami tidak mampu mendidiknya sendiri, maka dia wajib mendatangkan guru
untuk isterinya, atau menyediakan buku yang dapat dibaca isterinya.
- Melindungi isteri dari berbagai ancaman dan bahaya
Suami juga wajib melindungi isterinya dari berbagai gangguan atau
bahaya yang mungkin timbul. Sebagai pemimpin suami juga harus mampu
memberikan perlindungan yang baik kepada isterinya, karena secara fisik
suami memiliki kelebihan dibanding isterinya. Islam menempatkan isteri
sebagai

amanah

yang

diberikan

kepada

keselamatannya. Karena seorang isteri

suaminya

untuk

dijaga

selalu dipengaruhi oleh suaminya,

maka suami bisa membawa isterinya ke surga atau ke neraka. Karena itulah,
kewajiban suami melindungi isteri dan semua anggota keluarganya dari
ancaman dan bahaya yang terbesat, yakni siksaan apineraka. Allah Swt.
berfirman:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu;penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, yang keras, yang tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan


selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-Tahrim (66): 6).
c. Hak Istri

- Mendapatkan nafkah batin dan nafkah lahir dari suami


- Menerima maskawin dari suami ketika menikah
- Diperlakukan secara manusiawi dan baik oleh suami tanpa kekerasan dalam
rumah tangga
- Mendapat penjagaan, perlindungan dan perhatian suami agar terhindar dari
hal-hal buruk
d. Kewajiban Istri
- Patuh kepada suami.
Di antara kewajiban isteri yang paling pokok adalah patuh kepada
suaminya, selama suaminya tidak membawanya ke jurang kemaksiatan.
Rasulullah Saw. ketika ditanya sahabat tentang siapa yang paling berhak
dipatuhi oleh seorang isteri, beliau menjawab, Suaminya. Dalam
kesempatan lain, Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya:Kalau aku boleh memerintahkan seseorang sujud kepada


seseorang, tentu akan aku perintahkan seorang isteri untuk sujud kepada
suaminya. (HR. al-Tirmidzi).
Kewajiban isteri untuk patuh kepada suaminya adalah seimbang
dengan kewajiban yang diberikan suami kepada isterinya, seperti memberi
nafkah kepada isterinya, melindunginya, membimbing dan mendidiknya, serta
memimpin isteri dan keluarganya (QS. al-Baqarah (2): 228 dan QS. al-Nisa
-

(4): 34).
Bergaul dengan suaminya secara baik.
Kewajiban isteri yang juga pokok adalah bergaul dengan suaminya
secara baik (ihsan al-asyarah). Bentuk pergaulan sebaik-baiknya yang harus
diberikan isteri kepada suaminya adalah seperti menerima pemberian

suami

dengan tulus lahir dan batin, dengan rasa puas dan terima kasih, serta tidak
menuntut suami yang berlebihan, memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada suami, memberikan perhatian kepada suami sampai pada hal-hal yang
kecil, menjaga penampilan supaya selalu rapi dan menarik, tidak menjelekjelekkan suami, tidak melawan suami, dan lain sebagainya.
- Menjaga kehormatan dan harta suami
Kewajiban isteri untuk menjaga kehormatan suami serta menjaga
hartanya ditegaskan dalam al-Quran seperti berikut:

Artinya: Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka).(QS. al-Nisa (4): 34).
- Melaksanakan hak suami, mengatur rumah, dan mendidik anak
Kewajiban ini sesuai dengan fitrah dan merupakan tugas pokok yang
harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia dan
mempersiapkan generasi yang baik.

e. Kewajiban Suami dan Istri


Saling mencintai, menghormati, setia dan saling bantu lahir dan batin satu

sama lain
Memiliki tempat tinggal tetap yang ditentukan kedua belah pihak
Menegakkan rumah tangga
Melakukan musyawarah dalam menyelesaikan problema rumah tangga

tanpa emosi
Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dengan ikhlas
Menghormati keluarga dari kedua belah pihak baik yang tua maupun yang

muda
Saling setia dan pengertian
Tidak menyebarkan rahasia / aib keluarga

f. Hak Suami dan Istri


Mendapat kedudukan hak dan kewajiban yang sama dan seimbang dalam

keluarga dan masyarakat


Berhak melakukan perbuatan hukum
Berhak diakui sebagai suami isteri dan telah menikah jika menikah dengan

sah sesuai hukum yang berlaku


Berhak memiliki keturunan langsung / anak kandung dari hubungan suami

istri
Berhak membentuk keluarga dan mengurus kartu keluarga

SUMBER:
1. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki
%20Marzuki,%20M.Ag_.%20Keluarga%20Sakinah.pdf

mag/Dr.

2. http://mtamrinh.blogspot.com/2010/02/arti-sakinah-mawaddahwarahmah.html
3. http://organisasi.org/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-keluarga-rumahtangga-demi-kebahagiaan-lahir-batin
4. http://kustoro.wordpress.com/2007/11/22/kriteria-memilih-pasangan-hidupmenurut-islam/
5. http://rostiani.blogsome.com/2006/05/06/tujuan-pernikahan-dalam-islam/

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERKAWINAN BEDA


AGAMA
Beragam manusia, dengan latar belakang, kebudayaan, dan keyakinan yang
berbeda sehingga berefek pada pedoman tingkah laku untuk melakukan sesuatu.
Pernikahan seseorang tidak akan terlepas dari latar belakang, kebudayaan, dan
keyakinan yang dianutnya, ironisnya ada beberapa orang yang tetap melakukan
pernikahan walau tidak sesuai peraturan yang ada dengan apa yang diyakininya
(agama).
Pernikahan beda agama dalam Islam adalah pernikahan yang dilangsungkan
antara orang muslim/muslimah dengan orang non-muslim/non muslimah. Yang
dimaksud orang non muslim/non muslimah adalah orang-orang musyrik dan ahlul
kitab.
Masalah pernikahan berbeda keyakinan ini sebenarnya terbagi dalam 2 kasus
keadaan, antara lain:
Pernikahan antara laki-laki non-muslim dengan wanita muslim
Kedua pihak ulama sepakat untuk mengharamkan pernikahan yang terjadi pada
keadaan seperti itu, seorang wanita muslim haram hukumnya dan pernikahannya
tidak sah bila menikah dengan laki-laki non-muslim Al-Quran menjelaskan
Dalam surat Al-Baqarah 221 :

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.


Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang


musyrik

(dengan

wanita-wanita

mukmin)

sebelum

mereka

beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
(Surat Al-Baqarah Ayat 221)

Pernikahan antara laki-laki muslim dengan wanita non-muslim


Seorang laki-laki muslim dilarang menikah dengan wanita non-muslim kecuali
wanita ahli kitab, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 5 :

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orangorang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi
mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan
di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila
kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang
siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka
hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.(AlMaaidah Ayat 5)
Pada surat Al-Baqarah ayat 221 terang di jelaskan bahwa : Baik lakilaki ataupun perempuan memiliki larangan untuk menikahi atau dinikahkan oleh
seorang musyrik.. dan dalam surat Al-Maidah di jelaskan kembali bagi seorang
laki-laki , boleh menikahi Ahli Kitab. Namun terdapat beberapa pendapat bahwa
ahli kitab di sini bukanlah penganut injil, ataupun taurat yang ada pada saat ini.
Ahli kitab yang dimaksudkan disini ialah mereka yang bersyahadat mengakui
adanya Allah akan tetapi tidak mengakui adanya Muhammad.
SUMBER:

1. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki

mag/Dr.

%20Marzuki,%20M.Ag_.%20Keluarga%20Sakinah.pdf
2. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/197608172005011
AGUS_FAKHRUDDIN/pernikahan_beda_agama.pdf
3. http://tafany.wordpress.com/2009/03/23/pernikahan-beda-agama-tinjauanhukum-islam-hukum-negara/

PANDANGAN ISLAM TENTANG KONSEP GENDER


MENURUT ISLAM

Definisi Gender
Gender adalah konsep, rancangan, nilai. mengacu pada sistem hubungan

sosial,membedakan fungsi dan peran perempuan atau laki-laki. Masyarakat kemudian


menjadikannya budaya. Dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Sedangkan kesetaraan gender adalah perempuan dan laki-laki sama-sama
menikmati kondisi atau kedudukan yang setara.
Konsep Gender Dalam Islam
Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan,
keserasian, keselarasan, keutuhan, dengan sesama umat manusia maupun lingkungan
alamnya.

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.
Konsep Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam
Perempuan dalam Konsep Islam
a. Perempuan sebagai individu
Al-quran menyoroti perempuan sebagai individu. Dalam hal ini terdapat
perbedaan antara perempuan dalam kedudukannya sebagai individu dengan
perempuan sebagai anggota masyarakat. Al-quran memperlakukan baik individu
perempuan dan laki-laki adalah sama, karena hal ini berhubungan antara Allah dan

individu perempuan dan laki-laki tersebut, sehingga terminology kelamin (sex) tidak
diungkapkan dalam masalah ini.
Pernyataan-pernyataaan al-Quran tentang posisi dan kedudukan perempuan
dapat dilihat dalam beberapa ayat sebagaimana berikut:
1. Perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang mempunyai kewajiban sama untuk
beribadat kepadaNya sebagaimana termuat dalam (Adz-Dzariyat: 56).
2. Perempuan adalah pasangan bagi kaum laki-laki termuat dalam (An-Naba:8)
3. Perempuan bersama-sama dengan kaum laki-laki juga akan mempertanggung
jawabkan secara individu setiap perbuatan dan pilihannya termuat dalam (Maryam:
93-95).
4. Sama halnya dengan kaum laki-laki Mukmin, para perempuan mukminat yang
beramal saleh dijanjikan Allah untuk dibahagiakan selama hidup di dunia dan abadi di
surga. Sebagaimana termuat dalam (An-Nahl:97)
5. Sementara itu Rasulullah juga menegaskan bahwa kaumperempuan adalah saudara
kandung kaum laki-laki (HR Ad-Darimy dan Abu Uwanah). Dalam ayat-ayatnya
bahkan Al-quran tidak menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang
rusuk Nabi Adam, sehingga karenanya kedudukan dan statusnya lebih rendah. Atas
dasar itu prinsip al-Quran terhadap kaum laki-laki dan perempuan adalah sama,
dimana hak istri adalah diakui secara adil (equal) dengan hak suami. Dengan kata lain
laki-laki memiliki hak dan kewajiban atas perempuan, dan kaum perempuan juga
memiliki hak dan kewajiban atas laki-laki. Karena hal tersebutlah maka al-Quran
dianggap memiliki pandangan yang revolusioner terhadap hubungan kemanusiaan,
yakni memberikan keadilan hak antara laki-laki dan perempuan.
b. Perempuan dan Hak Kepemilikan
Islam sesungguhnya lahir dengan suatu konsepsi hubungan manusia yang
berlandaskan keadilan atas kedudukan laki-laki dan perempuan. Selain dalam hal
pengambilan keputusan, kaum perempuan dalam Islam juga memiliki hak-hak
ekonomi, yakni untuk memiliki harta kekayaannya sendiri, sehingga dan tidak suami
ataupun bapaknya dapat mencampuri hartanya. Hal tersebut secara tegas disebutkan
dalam (An-Nisa: 32)

Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.(Karena) bagi laki-laki ada
bagiandari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian
dariapa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Kepemilikan atas kekayaannya tersebut termasuk yang didapat melalui
warisan ataupun yang diusahakannya sendiri. Oleh karena itu mahar atau maskawin
dalam Islam harus dibayar untuknya sendiri, bukan untuk orang tua dan tidak
bisadiambil kembali oleh suami.
Sayyid Qutb menegaskan bahwa tentang kelipatan bagian kaum pria
dibanding kaum perempuan dalam hal harta warisan, sebagaimana yang tertulis
dalamal-Quran, maka rujukannya adalah watak kaum pria dalam kehidupan, ia
menikahi wanita dan bertanggung jawab terhadap nafkah keluarganya selain ia juga
bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarganya itu.
Itulah sebabnya ia berhak memperoleh bagian sebesarbagian untuk dua orang,
sementara itu kaum wanita, bila ia bersuami, maka seluruh kebutuhannya ditanggung
oleh suaminya, sedangkan bila ia masih gadis atau sudah janda, maka kebutuhannya
terpenuhi dengan harta warisan yang ia peroleh, ataupun kalau tidak demikian, ia bisa
ditanggung oleh kaum kerabat laki-lakinya. Jadi perebedaan yang ada di sini hanyalah
perbedaan yang muncul karena karekteristik tanggung jawab mereka yang
mempunyai konsekwensi logis dalam pembagian warisan.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa Islam memberikan jaminan yang penuh
kepada kaum wanita dalam bidang keagamaan, pemilikan dan pekerjaan, dan
realisasinya dalam jaminan mereka dalam masalah pernikahan yang hanya
bolehdiselenggarakan dengan izin dan kerelaan wanita-wanita yang akan dinikahkan
itu tanpa melalui paksaan. Janganlah menikahkan janda sebelum diajak
musyawarah, dan janganlah menikahkan gadis perawan sebelum diminta izinnya,
dan izinnya adalah sikap diamnya (HR. Bukhari Muslim).
Bahkan Islam memberi jaminan semua hak kepada kaum wanita dengan
semangat kemanusiaan yang murni, bukan disertai dengan tekanan ekonomis atau

materialis. Islam justru memerangi pemikiran yang mengatakan bahwa kaum wanita
hanyalah sekedar alat yang tidak perlu diberi hak-hak. Islam memerangi kebiasan
penguburan hidup anak-anak perempuan, dan mengatasinya dengan semangat
kemanusiaan yang murni, sehingga ia mengharamkan pembunuhan seperti itu.
c. Perempuan dan Pendidikan
Islam memerintahkan baik laki-laki maupun perempuanagar berilmu
pengetahuan dan tidak menjadi orang yang bodoh. Allah sangat mengecam orangorang yang tidak berilmu pengetahuan, baik laki-laki maupun perempuan.
Sebagaimana (az-Zumar: 9) Kewajiban menuntut ilmu juga ditegaskan nabi dalam
hadis. Artinya: menuntut ilmu itu wajib atas setiap laki-laki dan perempuan. (HR.
Muslim).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam justru menumbangkan suatu
sistem sosial yang tidak adil terhadap kaum perempuan dan menggantikannya dengan
sistem yang mengandung keadilan. Islam memandang perempuan adalah sama
dengan laki-laki dari segi kemanusiannya. Islam memberi hak-hak kepada perempuan
sebagaimana yang diberikan kepada kaum laki-laki dan membebankan kewajiban
yang sama kepada keduanya.
Kesetaraan Hubungan antara Perempuan dan Laki-laki dalam Islam
Pada dasarnya semangat hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam
Islam bersifat adil (equal). Oleh karena itu subordinasi terhadap kaum perempuan
merupakan suatu keyakinan yang berkembang di masyarakat yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan semangat keadilan yang diajarkan Islam.
Konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam al- Quran,
antara lain sebagai berikut:
Pertama, laki laki dan perempuan adalah sama-sama sebagai hamba. (AzZariyat: 56)

Artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkansupaya mereka

menyembahku.
Dalam kapasitasnya sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi
hamba ideal. Hamba ideal dalam al-Quran biasa diistilahkan dengan orang-orang
yang bertakwa (muttaqin).
Kedua, laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di bumi. Maksud dan tujuan
penciptaan manusia di muka bumi ini adalah di samping untuk menjadi hamba

yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah, juga untuk menjadi khalifah di
bumi, sebagaimana tersurat dalam Alquran (Al-Anam: 165).

Artinya: Dan dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasadi bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kalian atas sebahagian yang lain beberapa derjat,
untukmengujimu tentang apa yang diberikanNya kepada kalian. Sesungguhnya Tuhan
kalian amat cepat siksaanNya dan sesungguhnyaDia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Juga dalam Alquran (al-Baqarah: 30) disebutkan:

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifahdi muka bumi. Mereka berkata: mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi orang yang membuat kerusakan dan
menumpahkan darah, padahal kami selalu senantiasa bertasbih kepadaMu dan
mensucikan Mu. Tuhan berfirman, sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kalian ketahui.
Ketiga, Laki-laki dan Perempuan menerima perjanjian primordial. Menjelang
sorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima
perjanj-ian dengan Tuhannya. Disebutkan dalam Alquran (Al-Araf: 172):

Artinya: Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman) Bukankah Aku ini TuhanMu? Merekamenjawab: Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi.(Kami lakukan). Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).
Dalam Islam tanggung jawab individual dan kemandirian berlangsung sejak
dini, yaitu semenjak dalam kandungan. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak
dikenal adanya diskriminasi kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama
menyatakan ikrar ketuhanan yang sama.

Keempat, Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi. Tidak ada


pembedaan antara laki-laki dan perempuan untuk meraih peluang prestasi.
Disebutkan dalam Alquran (Al-Nisa: 124):

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baiklaki-laki maupun


wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.Juga (Al-Nahl: 97):

Artinya:Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya

akan Kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akanKami beri Balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.Juga (alMumin:40):

Artinya: Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan amal
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman,
Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan yang ideal dan
memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun
urusan karir profesional, tidak mesti dimonopoli oleh satu jenis kelamin saja. Menurut
Nasaruddin Umar, Islam memang mengakui adanya perbedaan (distincion) antara
laki-laki dan perempuan, tetapi bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan
tersebut didasarkan atas kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda
dengan laki-laki, namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan
yang satu dan merendahkan yang lainnya.
Ajaran Islam tidak secara skematis membedakan faktor-faktor perbedaan lakilaki dan perempuan, tetapi lebih memandang kedua insan tersebut secara utuh. Antara

satu dengan lainnya secara biologis dan sosio kultural saling memerlukan dan dengan
demikiann antara satu dengan yang lain masing-masing mempunyai peran. Boleh jadi
dalam satu peran dapat dilakukan oleh keduanya, seperti perkerjaan kantoran, tetapi
dalam peran-peran tertentu hanya dapat dijalankan oleh satu jenis, seperti; hamil,
melahirkan, menyusui anak, yang peran ini hanya dapat diperankan oleh wanita. Di
lain pihak ada peran-peran tertentuyang secara manusiawi lebih tepat diperankan oleh
kaum laki-laki seperti pekerjaan yang memerlukan tenaga dan otot lebih besar.
Dengan demikian dalam perspektif normativitas Islam, hubungan antara lakilaki danperempuan adalah setara. Tinggi rendahnya kualitas seseorang hanya terletak
pada tinggi-rendahnya kualitas pengabdian

dan ketakwaannya kepada Allah

swt.Allah memberikan penghargaan yang sama dan setimpal kepada manusia dengan
tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan atas semua amal yang
dikerjakannya.

Relevansi Tanggung Jawab, Pembagian Tugas dan Kepeminpinan


Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada

sebagian dari kamu melebihi sebagian yang lain. Untuk para lelaki ada bagian atas
yang mereka usahakan, (begitupun) untuk para perempuan ada pula bagian atas yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Relevansi tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam Islam pada
dasarnya yaitu menjadi khalifah di bumi ini,dengan menjaga dan melestarikanya.
Namun tanggung jawab antara pria dan wanita akan bebeda jika dilihat dlam konteks
berumah tangga. Dalam Islam,yang memiliki tanggung jawab dalam mencari nafkah
adalah kaum pria (suami). Sesuai dengan QS 2:233
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu.
Sedangkan dalam Islam, mencari nafkah untuk wanita yaitu hukumnya mubah
(boleh).

Islam telah menetapkan bahwa urusan kepemimpinan (qawwmah) di

dalam rumah tangga, pen adalah diperuntukkan bagi pria (baca: suami) atas wanita
(baca: istri). Islam menetapkan para suami memiliki hak kepemimpinan,
mengeluarkan perintah dan larangan. Allah SWT berfirman:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita

yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah


mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menta`atimu,

maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS an-Nis[4]: 3)


SUMBER:
1. http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/5SZWVGjF1347939803.pdf
2. http://www.hizbut-tahrir.or.id/container/uploads/2007/12/sistem-pergaulan-

dalam-islam-119-202.pdf

KONSEP MAWARIS DALAM ISLAM

Definisi Waris
Pengertian waris menurut bahasa ini tidak terbatas hanya pada hal-hal yang

berkaitan dengan harta, akan tetapi mencakup harta benda dan non harta benda.
Kata adalah kata kewarisan pertama yang digunakan dalam alQuran.Kata waris dalam berbagai bentuk makna tersebut dapat kita temukan dalam
al-Quran, yang antara lain:
a. Mengandung makna mengganti kedudukan (QS. an-Naml, 27:16).
b. Mengandung makna memberi atau menganugerahkan (QS. az-Zumar, 39:74).
c. Mengandung makna mewarisi atau menerima warisan (QS. al-Maryam, 19: 6).
Sedangkan secara terminologi hukum, kewarisan dapat diartikan sebagai
hukum yang mengatur tentang pembagian harta warisan yang ditinggalkan ahli waris,
mengetahui bagian-bagian yang diterima dari peninggalan untuk setiap ahli waris
yang berhak menerimanya.
Selain kata waris tersebut, kita juga menemukan istilah lain yang berhubungan
dengan warisan, diantaranya adalah:
1. Waris, adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan.
2. Muwaris, adalah orang yang diwarisi harta bendanya (orang yang meninggal)
baik secara haqiqy maupun hukmy karena adanya penetapan pengadilan.
3. Al-Irsi, adalah harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris yang berhak
setelah diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang dan menunaikan
wasiat.
4. Warasah, yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris.
5. Tirkah, yaitu seluruh harta peninggalan orang yang meninggal dunia sebelum
diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang, menunaikan wasiat.

Harta waris

Warisan adalah segala sesuatu ( harta ) peninggalan yang di tinggal kan


pewaris kepada ahli waris. secara bahasa warisan berasal dari bahasa arab al-miirats,
yang berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain,Atau dari suatu
kaum kepada kaum lain.
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan
(mewarisi) orang yang meninggal, baik karena hubungan keluarga, pernikahan,
maupun karena memerdekakan hamba sahaya.
Harta Warisan yang dalam istilah faraid dinamakan tirkah (peninggalan)
adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik berupa uang atau
materi lainyayang dibenarkan oleh syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli
warisnya.

Rukun Waris

Ada tiga hal :


a. Pewaris (al-waarits), ialah orang yang mempunyai hubungan penyebab kewarisan
dengan mayit sehingga dia memperoleh kewarisan.
b. Orang yang mewariskan (al-muwarrits), ialah mayit itu sendiri, baik nyata
maupun dinyatakan mati secara hukum, seperti orang yang hilang dan dinyatakan
mati.
c. Harta yang diwariskan (al-mauruuts), disebut pula peninggalan dan warisan.
Yaitu harta atau hak yang dipindahkan dari yang mewariskan kepada pewaris.
Asbabul irsi dan mawaniul irsi
1) Asbabul irsi (sebab-sebab memperoleh harta warisan) seorang berhak
memperoleh harta waris disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Perkawinan, yaitu adanya ikatan yang sah antara laki-laki dan

perempuan

sebagai suami istri yang tidak terhalang oleh siapapun.


b. Kekerabatan,yaitu hubungan nasab antara orang yang mewariskan dan
orang yang mewarisi yang disebabkan oleh kelahiran. Hubungan ini tidak
akan terputus karena yang menjadi sebab adanya seseorang tidak bisa
dihilangkan.
c. Memerdekakan orang yang meninggal (jika pernah menjadi budak).
d. Ada hubungan sesama muslim(jika yang meninggal tidak mempunyai ahli
waris).

2) Mawani ul irsi (sebab-sebab terhalang memperoleh harta waris). Seseorang


terhalang untuk memperoleh harta waris walaupun sebenarnya ahli berikut :
a. Ia menjadi budak
b. Ia membunuh orang yang meninggalkan warisan
c. Ia berbeda agama dengan yang meninggalkanharta warisan
d. Ia murtad
Apabila seseorang meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris, harta
warisnya diserahkan ke baitulmal atau kas masjid. Dari baitulmal, harta tersebut
dapat dimanfaatkan bersama harta zakat yang lain.

Ahli Waris dan Haknya


Ditinjau dari segi bagiannya, ahli waris dibagi menjadi tiga macam;yaitu ahli

waris zawil furud, asabat, dan zawil arham.


1. Ahli waris zawil furud, ialah ahli waris yang bagiannya telah ditentukan banyak
sedikitnya, misalnya sebagai berikut :
a. Suami memperoleh setengah dari harta peninggalan istri jika istri tidak
meninggalkan anak. Apabila istri meninggalkan anak, bagian suami
seperempat.
b. Istri mendapat seperempat dari harta peninggalan suami jika suami tidak
meninggalkan anak. Apabila suami meninggalkan anak, bagian istri
seperdelapan.
2. Ahli waris asabat, ialah ahli waris yang belum ditentukan besar kecilnya bagian
yang diterima, bahkan ada kemungkinan asabat tidak memperoleh bagian sama
sekali. Hal ini dipengaruhi ahli waris zawil furud.
Asabat dibagi menjadi tiga macam, yaitu asabat binafsih, asabatbil-gair, dan
asabat maal-gair.
1. Asabat binafsih, yaitu ahli waris yang secara otomatis dapatmenjadi
asabat,
a)
b)
c)
d)
e)
f)

tanpa sebab yang lain. Mereka itu ialah :


Anak laki-laki, cucu laki-laki terus ke bawah garis laki-laki
Bapak, kakek, terus ke atas garis laki-laki
Saudara laki-laki sekandung dan sebapak
Anak saudara laki-laki sekandung dan sebapak
Paman sekandung dengan bapak atau sebapak saja
Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak atau sebapak.

2. Aasabat bil-gair, yaitu ahli waris yang dapat menjadi asabat apabila di
tarik ahli waris lain. Mereka itu ialah :

a) Anak perempuan karena ditarik oleh anak laki-laki


b) Cucu perempuan karena ditarik cucu laki-laki
c) Saudara perempuan sekandung karena ditarik saudara laki-laki
sekandung
d) Saudara perempuan sebapak karena ditarik saudara laki-laki sebapak.
3. Asabat maal-gair, yaitu ahli waris yang menjadi asabat bersama ahli
waris

lainnya. Mereka itu ialah :


a) Saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih) bersama dengan anak
perempuan (seorang atau lebih)
b) Saudara perempuan sebapak (seorang atua lebih) bersama dengan anak
perempuan (seorang atau lebih)
3. Ahli waris zawil arham
Ahli waris zawil ahram ialah ahli waris yang sudah jauh hubungan kekeluargaannya
dengan mayat. Ahli waris ini tidak mendapat bagian, kecuali karena mendapat
pemberian dari zawil furud dan asabat atau karena tidak ada ahli waris lain (zawil
furuddan asabat).

Furul muqaddarah
Furudul muqaddarah atau ketentuan bagian ahli waris ada beberapamacam.

Terkadang, ketentuan itu bisa berubah-ubah karena suatu sebab. Berikut ketentuanketentuan bagian ahli waris dan pembahasannya.
1. Ketentuan awal
a) Yang mendapat bagian setengah (1/2) adalah : Anak perempuan tunggal, Cucu
perempuan tunggal tunggal dari anak Laki-laki, Saudara perempuan sekandung
sebapak (jika sekandung tidak ada), Suami jika istri yang meninggal tidak mempunyai
anak.
b) Yang mendapat bagian seperempat (1/4) adalah : Suami jika istri yang
meninggal

punya anak, Istri jika suami yang meninggal tidak mempunyai anak.

c) Yang mendapatkan bagian seperdelapan (1/8) adalah : Istri jika suami yang
meninggal mempunyai anak
d) Yang mendapat bagian dua pertiga (2/3) adalah : Dua anak perempuan atau
lebih

jika tidak anak laki-laki, Dua cucu atau lebih dari anak laki-laki jika tidak ada anak
perempuan, Dua saudara perempuan sekandung atau lebih, Dua saudara peempuan
atau lebih yang sebapak jika yang sekandung tidak ada.
e) Yang mendapat bagian sepertiga (1/3) adalah : Ibu jika yang meninggal tidak
mempunyai anak atau saudara perempuan, Dua saudara perempuan atau lebih jika
yang meninggal tidak mempunyai anakatau orang tua
f) Yang mendapat bagian seperenam (1/6) adalah : Ibu jika anak atau cucu dari

anak

laki-laki, atau tidak ada duasaudara atau lebih, sekandung atau seribu saja, Bapak jika
ada anak atau cucu dari anak laki-laki (baik laki-lakimaupun perempuan).

Kewajiban Ahli Waris terhadap Mayat

Apabila seorang muslim meninggal dunia dan meninggalkan harta benda, maka
setelah manyat dikuburkan, keluarganya wajib mengelola harta peninggalannya
dengan langkah-langkah berikut:
1) Membiayai perawatan jenasahnya.
2) Membayar zakatnya jika si mayat belum mengeluarkan zakatsebelum meninggal.
3) Membayar utang-utangnya apabila mayat meninggalkan utang. jiwa seorang
mukmin tergantung padautangnya sehingga dilunsi.
4) Membayarkan wasiatnya, jika mayat berwasiat sebelummeninggal dunia.
5) Setelah dibayarkan semua, tentukan sisa harta peninggalan mayat sebagai harta
pusaka yang dinamai tirkah atau mauruts atau harta yang akan dibagikan kepada
ahli waris mayat berdasarkan ketentuan hukum waris Islam.
SUMBER:
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/26/jtptiain-gdl-s1-2006anissofiat-1298-bab2l_21-0.pdf

KONSEP SOSIAL POLITIK DAN BUDAYA DALAM ISLAM

Demokrasi dan Musyawarah


Prinsip Demokrasi
Menurut Sadek, J. Sulaymn, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang
menjadi standar baku. Di antaranya:
- Kebebasan berbicara setiap warga Negara
- Pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak
didukung kembali atau harus diganti
- Kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol
minoritas
- Peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik
-

rakyat
Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
Supremasi hukum (semua harus tunduk pada hukum)
Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu
Prinsip dan konsep demokrasi yang sejalan dengan islam adalah keikutsertaan

rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah, serta dalam


menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan
secara mutlak sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang
keluar dari rambu-rambu ilahi. Karena itu, maka perlu dirumuskan sebuah sistem
demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di antaranya:
- Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama
- Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya
- Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah
- Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
-

pertimbangan utama dalam musyawarah


Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada

persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah
Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai

agama
- Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga
Agar sistem atau konsep demokrasi yang islami di atas terwujud, langkah yang harus
dilakukan:

- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang
Islam sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi dan didominasi oleh orangorang Islam yang memahami dan mengamalkan Islam secara baik.
Pengertian Musyawarah
Kata ( ) Syr terambil dari kata ( - - )menjadi (
)Syr. Kata Syr bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang
terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain. Dalam
Lisanul Arab berarti memetik dari serbuknya dan wadahnya. Kata ini terambil dari
kalimat ( ) saya mengeluarkan madu dari wadahnya.
Berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan
bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu dimanapun ia ditemukan, atau dengan
kata lain, pendapat siapapun yang dinilai benar tanpa mempertimbangkan siapa yang
menyampaikannya. Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.
Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan
dengan makna dasarnya. Sedangkan menurut istilah fiqh adalah meminta pendapat
orang lain atau umat mengenai suatu urusan. Kata musyawarah juga umum diartikan
dengan perundingan atau tukar pikiran.
Hak Asasi Manusia
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang
umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu
yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya
darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan
Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi
setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan
non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum
muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar
zakat.
SUMBER:

1. http://nsudiana.wordpress.com/2008/01/19/demokrasi-dalam-pandanganislam/
2. http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html
3. http://www.gudangmateri.com/2010/08/musyawarah-dalam-islam.html

WASIAT, WAKAF, DAN HIBAH

WASIAT
Wasiat di ambil dari bahasa arab al-washiyah ( )yang artinya pesan,

perintah atau nasehat. Sedangkan pengertian wasiat menurut ulama miqh adalah
memberikan harta dengan suka rela kepada seseorang yang akan berlaku jika si
pewasiat meninggal dunia. Baik harta itu berbentuk material maupun nasehat.
Wasiat juga tidak hanya dikenal dalam system ekonomi Islam saja melainkan
system hukum barat misalnya testamen yakni suatu pernyataan yang dikehendaki
kepada seseorang yang akan dilakukan setelah wafat.
Menurut Abd Al-Rahim dalam bukunya Al-Muhabadat Fil Al-Miras AlMuqaram mendefenisikan wasiat adalah tindakan seseorang memberikan hak kepada
orang lain untuk memiliki sesuatu baik berupa benda atau manfaat secara suka rela
atau tidak mengharapkan imbalan yang pelaksanaannya ditangguhkan setelah
peristiwa kematian orang yang berwasiat kematian orang yang berwasiat.

Dalil-dalil tentang wasiat


Dalil mengenai wasiat terdapat beberapa hadist dan ayat al-Quran dalam surat AnNisa ayat 11:





Artinya:
180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-

bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang
yang bertakwa.
181. Maka Barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya,
Maka Sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Dalam Sunnah, Rasulullah s.a.w. bersabda:Seseorang Muslim yang
mempunyai sesuatu yang boleh diwasiatkan tidak sepatutnya tidur dua malam
berturut-turut melainkan dia menulis wasiat disisinya.
- Hadis riwayat Bukhari dan Muslim
Hadis ini menyebut kalimah 'tidak sepatutnya' menunjukkan bahwa langkah
persediaan perlu diambil oleh setiap seorang Muslim dengan menulis wasiatnya
karena dia tidak mengetahui bila ajalnya akan tiba. Kemungkinan kelalaiannya akan
mengakibatkan segala hajatnya tergendala dan tidak terlaksana.
Rasulullah s.a.w. turut besabda:
Orang yang malang ialah orang yang tidak sempat berwasiat.
- Hadis riwayat Ibnu Majah
Sabda Rasulullah s.a.w. lagi:
Siapa yang meninggal dunia dengan meninggal wasiat maka ia mati di atas
jalan Islam dan mengikuti Sunnah. Dia mati dalam keadaan taqwa, bersyahadah dan
dalam keadaan diampunkan.
-

Hadis riwayat Ibnu Majjah

Ciri-ciri wasiat
Terdapat beberapa ciri wasiat yang perlu diperhatikan bagi seroang muslim yakni:
1. Harta yang diwasiatkan mestilah tidak lebih dari sepertiga (1/3) dari harta pusaka
bersih, melainkan mendapat persetujuan dari ahli-ahli waris.
2. Si penerima hendaklah bukan pewaris atau ahli waris melainkan yaitu yang tidak
ada hak faroid atau hak pembagian harta atas si mayit, melainkan mendapat
persetujuan dari pada ahli waris yang lain.
Dari Abu Umamah al-Bahili ra, ia menyatakan: Saya pernah mendengar
Rasulullah saw menegaskan dalam khutbahnya pada waktu haji wada,

Sesungguhnya Allah benar-benar telah memberi setiap orang yang mempunyai


hak akan haknya. Oleh karena itu, tak ada wasiat bagi ahli waris.
3. Jika penerima wasiat meninggal lebih dulu dari pada si pewasiat, maka masiat
tersebut adalah batal
4. Jika si penerima waris meninggal setelah menerima wasiat si dan setelah pewasiat
meninggal dalam waktu yang berdekatan, maka berhak di berikan atas keluarga si
penerima wasiat.
5. Setelah kematian pewasiat, perlu ditolak dulu kos perbelanjaan, perkebumian dan
pembayaran hutang si mayit.
6. Wasiat boleh ditarik balik pada bila-bila masa kerana ia hanya berkuat kuasa
selepas kematian pewasiat dan wasiat tersebut perlulah dibuat secara sukarela.
Aturan wasiat
Wasiat paling banyak hanya dengan 1/3 harta, tidak boleh lebih dari itu
Keluarga yang mendapatkan warisan tidak berhak mendapatkan wasiat
Boleh menyedekahkan sebagian harta orang yang telah meninggal atas
namanya (mayit) walaupun si mayit tidak mewasiatkan untuk itu

HIBAH
Kata "hibah" berasal dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti

melewatkan atau menyalurkan, dengan demikian berarti telah disalurkan dari tangan
orang yang memberi kepada tangan orang yang diberi.
Sayyid Sabiq mendefinisikan hibah adalah akad yang pokok persoalannya
pemberian harta milik seseorang kepada orang lain di waktu dia hidup, tanpa adanya
imbalan. Sedangkan Sulaiman Rasyid mendefinisikan bahwa hibah adalah
memberikan zat dengan tidak ada tukarnya dan tidak ada karenanya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hibah adalah merupakan suatu pemberian yang
bersifat sukarela (tidak ada sebab dan musababnya) tanpa ada kontra prestasi dari
pihak penerima pemberian, dan pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi
masih hidup (inilah yang membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan
setelah si pewasiat meninggal dunia).
Dalam istilah hukum perjanjian yang seperti ini dinamakan juga dengan
perjanjian sepihak (perjanjian unilateral) sebagai lawan dari perjanjian bertimbal balik
(perjanjian bilateral).
Dasar Hukum Hibah
Dasar hukum hibah ini dapat kita pedomani hadits Nabi Muhammad SAW
antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Khalid bin 'Adi, bahwa
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya sebagai berikut :

"Barangsiapa mendapatkan kebaikan dari saudaranya yang bukan karena


mengharap-harapkan dan meminta-minta, maka hendaklah ia menerimanya dan
tidak menolaknya, karena ia adalah rezeki yang diberi Allah kepadanya".
Rukun Dan Syarat Sahnya Hibah
A. Rukun hibah
Adapun rukun hibah adalah sebagai berikut:
1. Penghibah , yaitu orang yang memberi hibah
2. Penerima hibah yaitu orang yang menerima pemberian
3. Ijab dan kabul
4. Benda yang dihibahkan.
B. Syarat-syarat sah hibah
1. Syarat-syarat bagi penghibah
a. Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah; dengan demikian
tidaklah sah menghibahkan barang milik orang lain.
b. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh sesuatu
alasan
c. Penghibah adalah orang yang cakap bertindak menurut hukum (dewasa dan
tidak kurang akal).
d. Penghibah tidak dipaksa untuk memberikan hibah.
2. Syarat-syarat penerima hibah
Bahwa penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada pada
waktu hibah dilakukan. Adapun yang dimaksudkan dengan benar-benar ada ialah
orang tersebut (penerima hibah) sudah lahir. Dan tidak dipersoalkan apakah dia
anak-anak, kurang akal, dewasa. Dalam hal ini berarti setiap orang dapat
menerima hibah, walau bagaimana pun kondisi fisik dan keadaan mentalnya.
Dengan demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada dalam kandungan
adalah tidak sah.
3. Syarat-syarat benda yang dihibahkan
a. Benda tersebut benar-benar ada;
b. Benda tersebut mempunyai nilai;
c. Benda tersebut dapat dimiliki zatnya, diterima peredarannya dan
pemilikannya
dapat dialihkan;
d. Benda yang dihibahkan itu dapat dipisahkan dan diserahkan kepada
penerima hibah.
Adapun mengenai ijab kabul yaitu adanya pernyataan, dalam hal ini
dapat saja dalam bentuk lisan atau tulisan.Menurut beberapa ahli hukum Islam
bahwa ijab tersebut haruslah diikuti dengan kabul, misalnya : si penghibah berkata
: "Aku hibahkan rumah ini kepadamu", lantas si penerima hibah menjawab : "Aku

terima hibahmu".Sedangkan Hanafi berpendapat ijab saja sudah cukup tanpa harus
diikuti oleh kabul, dengan pernyataan lain hanya berbentuk pernyataan sepihak.
Adapun menyangkut pelaksanaan hibah menurut ketentuan syari'at
Islam adalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Penghibahan dilaksanakan semasa hidup, demikian juga penyerahan barang
yang dihibahkan.
2. Beralihnya hak atas barang yang dihibahkan pada saat penghibahan
dilakukan.
3. Dalam melaksanakan penghibahan haruslah ada pernyataan, terutama sekali
oleh si pemberi hibah.
4. Penghibahan hendaknya dilaksanakan di hadapan beberapa orang saksi
(hukumnya sunat), hal ini dimaksudkan untuk menghindari silang sengketa
dibelakang hari.
4. Hibah Orang Sakit Dan Hibah Seluruh Harta
Apabila seseorang menghibahkan hartanya sedangkan ia dalam
keadaan sakit, yang mana sakitnya tersebut membawa kepada kematian, hukum
hibahnya tersebut sama dengan hukum wasiatnya, maka apabila ada orang lain
atau salah seorang ahli waris mengaku bahwa ia telah menerima hibah maka
hibahnya tersebut dipandang tidak sah. Sedangkan menyangkut penghibahan
seluruh harta, sebagaimana dikemukakan oleh Sayid Sabiq, bahwa menurut
jumhur ulama seseorang dapat / boleh menghibahkan semua apa yang dimilikinya
kepada orang lain.
Muhammad Ibnu Hasan (demikian juga sebagian pentahqiq mazhab
Hanafi) berpendapat bahwa : Tidak sah menghibahkan semua harta, meskipun di
dalam kebaikan. Mereka menganggap orang yang berbuat demikian itu sebagai
orang yang dungu dan orang yang dungu wajib dibatasi tindakannya.

Aturan hibah serta hikmahnya


Rukun dan syarat hibah

Pemberi hibah (wahib)

Syarat-syarat wahib adalah sudah baligh, dilakukan atas dasar kemauan


sendiri, dibenarkan melakukan tindakan hukum dan orang yang berhak memiliki
barang.

Penerima hibah (mauhub lahu)


Syarat-syarat penerima hibah diantaranya:
Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu dilakukan hibah.
Apabila tidak ada secara nyata atau hanya ada atas dasar perkiraan, seperti janin yang
masih dalam kandungan ibunya maka ia tidak sah dilakukan hibah kepadanya.

Barang yang dihibahkan (mauhub)


Syarat mauhub diantaranya: jelas terlihat wujudnya, barang yang dihibahkan
memiliki nilai atau harga, betul-betul milik pemberi hibah dan dapat dipindahkan
status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah.

Akad (ijab dan qobul), misalnya si penerima menyatakan saya


hibahkan atau ku berikan tanah ini kepadamu, si penerima menjawab, saya terima
pemberian saudara.
Hikmah hibah :

Menumbuhkan rasa kasih saying kepada sesame

Menumbuhkan sikap saling tolong menolong

Dapat mempererat tali silaturahmi

Menghindarkan diri dari malapetaka

WAKAF
1. Pengertian waqaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari Waqf yang berarti al-Habs.

Merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti
tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu.
Dalam pengertian hukum Islam wakaf adalah melepas kepemilikan atas harta
yang dapat bermanfaat dengan tanpa mengurangi bendanya untuk diserahkan kepada
perorangan atau kelompok (organisasi) agar dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang
tidak bertentangan dengan syariat. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai
berikut:
Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda
(al-ain) milik Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada
siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut
menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di

tangan Wakif itu sendiri. Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut,
bukan termasuk asset hartanya.
Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta
yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada
orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan keinginan Wakif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf
kepada orang atau tempat yang berhak saja.
Ketiga, Syafiiyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa
memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-ain) dengan cara memutuskan hak
pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materi bendanya (al-ain) dengan artian harta yang tidak mudah
rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan.
Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana,
yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu
menurut para ulama ahli fiqih.
Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan
perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.
Wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta
benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, bantuan kepada fakir miskin.
Dasar Hukum Wakaf
Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fisabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah.
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah


Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Q.S al-Baqarah:267).
Artinya : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S ali Imran:92).
Rukun dan Syarat wakaf
Rukun wakaf ada empat, yaitu: pertama, orang yang berwakaf (al - wakif).
Kedua, benda yang diwakafkan (al - mauquf). Ketiga, orang yang menerima manfaat
wakaf (al mauquf alaihi). Keempat, lafaz atau ikrar wakaf (sighah).
Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif) Syarat-syarat al-waqif ada empat,
pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya
dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki.
Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila,
atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia
mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang
bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan

hartanya.
Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)Harta yang diwakafkan itu tidak
sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang
ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang
berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi
apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada
ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang
yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat

kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai).
Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu
(muayyan) dan tidak tertentu (ghaira muayyan). Yang dimasudkan dengan
tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang
atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan
yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara
terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat
ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf
muayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-

tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini
boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila
tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira muayyan;
pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan
wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah.

Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.


Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa
syarat. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan
kekalnya (tabid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat,
ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan
diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf
adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah
berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang
menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira
tammah.
Harta Benda Wakaf dan Pemanfaatannya.
Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan

manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh wakif. Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak, dan
benda bergerak.
1. Wakaf benda tidak bergerak
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang
berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
SUMBER:
1. http://ikramphysic.blogspot.com/2012/12/makalah-aik-vii.html
2. http://azizpwd.wordpress.com/2010/05/31/hibah-sodakoh-dan-hadiah/

KONSEP JUAL BELI DAN UTANG PIUTANG

JUAL BELI
Pengertian Jual Beli

Jual

beli

menurut

bahasa

disebut

secara

bahasa

berarti

(memberikan sesuatu untuk ditukar dengan sesuatu). Adapun


menurut istilah syara adalah:

Menukar suatu barang dengan barang (alat tukar yang syah) dengan ijab qabul
dan berdasarkan suka sama suka.
Di dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa jual beli harus dilakukan berdasarkan
suka sama suka.

Artinya: Janganlah kamu makan harta yang ada di antara kamu dengan jalan
batal, melainkan dengan jalan jual beli suka sama suka.(QS. An Nisa: 29)
Hukum Jual Beli
Jual beli hukum asalnya jiz atau mubah/boleh (halal) berdasarkan dalil dari alQuran, hadis dan ijma para ulama.

Artinya: .janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.. (QS. An Nisa29)

Artinya: Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(Qs. Al Baqarah 275)

Rukun dan Syarat Jual Beli


A.
1.

Penjual dan Pembeli, syaratnya adalah:


Berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual
belinya.

2.

Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa). Keterangannya yaitu pada surat An


Nisa ayat 29 (suka sama suka).

3.

Tidak mubazir (pemboros), sebab harta orang yang mubazir itu si tangan walinya.

Firman Allah Swt:


Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,
harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupanmu, berilah mereka belanja. (An-Nisa: 5)
4.

Baliq (berumur 15 tahun ke atas/dewasa). Anak kecil tidak sah jual belinya.

Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut
pendapat sebagian ulama, mereka diperbolehkan berjual beli barang yang kecil-kecil;
karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan menetapkan
peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.
B.

Uang dan Benda yang di beli

Syaratnya adalah:
1.

Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk
dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak.

2.

Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
Dilarang pula mengambil tukarannya karena hal itu termasuk dalam arti menyianyiakan (memboroskan) harta yang terlarang. Hal ini di jelaskan dalam Al-quran
surat Al-Isra: 27.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara-saudara setan (Al-Isra: 27).

3.

Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat
diserahkan kepada yang membeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan
yang masih berada ditangan yang merampasnya, barang yang sedang dijaminkan,
sebab semua itu mengandung tipu daya (kecohan).

4.

Barang itu diketahui oleh si penjual dan si pembeli. Zat, bentuk, kadar (ukuran),
dan sifat-sifatnya jelas sehingga antara penjual dan pembeli keduanya tidak saling
kecoh-mengecoh.

C.

Akad (Ijab dan Kabul)

Rukun jual beli ada tiga yaitu; akad (ijab Kabul), orang-orang yang berakad (penjual
dan pembeli), dan makud alaib (objek akad).
Akad ialah ikatan antara penjual dan pembeli, jual beli belum dikatan sah sebelum
ijab dan Kabul dilakuhkan, sebab ijab Kabul menunjukan kerelaan (keridhaan), pada
dasarnya ijab Kabul dilakuhkan dengan lisan, tapi kalau tidak mungkin, seperti bisu
atau yang lainnya, maka boleh ijab Kabul dengan surat-menyurat yang mengandung
arti ijab dan kabul. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abi Hurairah ra. dari Nabi SAW. bersabda: janganlah dua orang yang jual beli
berpisah, sebelum saling meridhai (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).
Rasulullah SAW. bersabda: sesungguhnya jual beli hanya sah dengan saling
merelakan (Riwayat Ibn Hibban dan Ibn Majah).
Jual beli yang menjadi kebiasaan, seperti jual beli sesuatu yang menjadi kebutuhan
sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan kabul, ini adalah pendapat jumhur.
Syarat-syarat Sah Ijab Kabul ialah:
1.

Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeli diam saja setelah penjual
menyatakan ijab dan sebaliknya.

2.

Janganlah diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.

3.

Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda
tertentu, seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang beragam Islam
kepada pembeli yang tidak beragama islam, sebab besar kemungkinan pembeli

tersebut akan merendahkan abid yang beragama islam, sedangkan Allah melarang
orang-orang mukmin memberi jalan kepada orang kafir untuk merendahkan
mukmin, firman-Nya:
Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman (al-Nisa:141).

HUTANG PIUTANG
Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi

pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian


dengan jumlah yang sama.
Syarat dan rukun dan utang piutang
Rukun utang piutang
Lafadz (ijab dan qobul)
Yang berpiutang dan yg berutang
Barang yang di utangkan
Syarat utang piutang
Harus dilaksanakan dalam ijab damn qobul yang jelas
Barang yang di utangkan
Akad utang piutang tidak boleh di kaitkan suatu persyaratan di luar utang piutang
itu sendiri yang menguntungkan pihak muqridh (pihak yang menghutangi)
Hukum Utang Piutang
Orang yang berhutang hukumnya mubah (boleh), sedangkan orang yang
memberi pinjaman hukumnya sunnah, sebab ia termasuk orang yang menolong
sesamanya. Hukum ini dapat berubah menjadI wajib jika orang yang meminjam itu
benda-benar dalam keadaan terdesak, misalnya hutang beras bagi orang yang
kelaparan, hutang uang untuk biaya pengobatan, dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda :
:

Dari Ibnu Masud ra, sesungguhnya Nabi SAW telah besabda Seorang muslim yang
memberi pinjaman kepada seorang muslim dua kali, seolah-olah dia telah
bersedekah kepadanya satu kali.(HR. Ibnu Majah)
Rukun Utang Piutang

1.

Lafaz.( kalimat mengutangi) seperti: saya uatangkan ini kepada engkau jawab
yang berhutang saya mengaku berhutang kepada engkau

2.

Yang berpiutang dan yang berhutang

3.

Barang yang dihutangkan. Tiap-tiap barang yang dapat dihitung, boleh


dihutangkan.
Menambah Bayaran

Melebihkan bayaran dari sebanyak hutang, kalau kelebihan itu memang kemauan
yang berhutang dan tidak atas perjanjian sebelumnya, maka kelebihan itu boleh (halal)
bagi yang mengutangkannya, dan menjadi kebaikan untuk orang yang memebayar
utang.
Rasulullah SAW bersabda :

Maka sesungguhnya sebaik-baik kamu ialah orang yang sebaik-baiknya pada waktu
membayar hutang. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW telah berhutang binatang ternak,
kemudian beliau membayar dengan binatang yang lebih besar umurnya daripada
binatang yang beliau pinjam itu, dan Rasulullah bersabda :
Orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang membayar hutangnya
dengan yang lebih baik. (HR. Ahmad At-Turmudzi dan disahkannya).

RIBA
Pengertian Riba

Riba menurut bahasa artinya yaitu tambahan atau kelebihan. Riba


menurut istilah syara ialah suatu aqad perjanjian yang terjadi dalam tukar-menukar
suatu barang yang tidak diketahui sama atau tidaknya menurut syara atau dalam
tukar-menukar itu disyaratkan dengan menerima salah satu dari dua barang.
Riba

berarti

menetapkan

bunga/melebihkan

jumlah

pinjaman

saat

pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang


dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar .
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok
atau modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun
secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam
secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.
Hukum Riba
Riba hukumnya haram dan Allah melarang untuk memakan barang riba. Allah
SWT berfirman :

Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. AlBaqarah : 275).
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. (QS. Ali Imran : 130).
Macam-macam Riba
Menurut pendapat sebagian ulama, riba itu da empat macam:
a. Riba Fadhli ()
Yaitu tukar-menukar suatu barang yang sama
ukurannya/takarannya.

jenisnya

tapi tidak sama

Contoh: Seseorang menukarkan seekor kambing dengan kambing lain yang lebih
besar, kelebihannya disebut riba fadhli.
b. Riba Qardhi ()
Yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan.
Contoh: Pinjam uang Rp. 10.000,- waktu mengembalikan minta tambahan menjadi
RP. 12.000,- Maka yang Rp. 2000,- termasuk riba qordhi.
c. Riba Yad ( )
Yaitu berpisah dari tempat aqad jual-beli sebelum serah terima.
Contoh: Seseorang membeli barang, setelah dibayar si penjual langsung pergi padahal
barang belum diketahui jumlah dan ukurannya.

d. Riba Nasiah ()
Yaitu tukar menukar suatu barang, yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh
penjual.
Contoh: Beli radio Rp. 50.000,- (jika kontan) menjadi Rp. 60.000,- (jika hutang)(yang
Rp. 10.000,- termasuk riba nasiah).

BUNGA BANK
Bunga adalah semua bentuk yang diminta sebagai imbalan yang melebihi

jumlah barang yang dipinjamkan. Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya.


Harga barang yang ditinggikan untuk penjualan secara kredit juga merupakan bunga
yang terselubung.
Beberapa pendapat yang berhubungan dengan bunga:

Dosa apabila bunga memberatkan

Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles)

Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi

Jangan mengambil bunga dari orang miskin

Ada dua perbedaan mendasar antara investasi dengan mem-bungakan uang.


Perbedaan tersebut dapat ditelaah dari definisi hingga makna masing-masing.
Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko karena berhadapan

dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan kembaliannya


(return) tidak pasti dan tidak tetap
Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko

karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan teta nui8p

SUMBER:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Riba#Riba_dalam_agama_Islam
2. http://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/18/makalah-fiqih-jual-beliutang-piutang-dan-riba/
3. http://organisasi.org/hutang_piutang_menurut_ajaran_islam_definisi_pengerti
an_hukum_rukun_manfaat_dari_hutang_piutang_pendidikan_agama_islam

KONSEP MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM

Pengertian Halal
Kata halal berasal dari bahasa arab ( ) yang berarti disahkan, diizinkan,

dan dibolehkan. Suatu makanan/minuman tersebut dinyatakan sah (boleh)


dikonsumsi. Adapun yang berhak menghalalkan atau mengharamkan suatu
makanan/minuman hanyalah Allas SWT dan Rasul-Nya.
a.

Hai orang-orang yang beriman makanlah diantara rizki yang baikbaik yang kami berikan kepadamu. [QS.Al Baqarah : 172].
Halal ada dua,yaitu halal zatnya dan halal cara memperolehnya. Berikut ini penjelasan
tentang keduanya.
a. Halal zatnya

Halal zatnya berarti makanan dan minuman tersebut memang berasal dari yang halal.
Seperti daging sapi, Ayam, Sayur dan lainnya

b. Halal cara memperolehnya


Halal secara memperolehnya berarti makanan/minuan yang dikonsumsi diperoleh
dengan cara yang sah dan dibenarkan menurut syarak, seperti yang diperoleh melalui
berdagang, bertani, saling memberi sesama, dan lain sebagainya.
Jenis jenis makanan minuman yang dihalalkan
Menurut islam, hukum asal semua makanan dan minuman adalah halal, kecuali
apabila agama menyatakan haram. Dengan kata lain, sema jenis makanan halal
dikonsumsi, kecuali ada ayat Al-Quran dan hadist yang menyatakan haram.
b.

Dialah yang telah menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi ini
untuk kamu [QS. Al Baqarah:29].

Pengertian Haram

Haram berarti larangan (dilarang oleh agama). Makanan dan minuman haram adalah
makanan dan minuman yang dilarang oleh agama untuk dikonsumsi manusia.
Jenis-jenis makanan dan minuman yang diharamkan
Islam telah menetapkan bahwa ada beberapa makanan dan minuman yang
diharamkan.
a.
Makanan
Hampir semua makanan nabati halal dikonsumsi, kecuali yang membahayakan
manusia. Seperti makanan yang telah busuk.
b.
Minuman
Minuman yang diharamkan ialah minuman yang membahayakan manusia seperti:
1. Khamar dan segala jenisnya (cair maupun bubuk)
Khamar adalah minuman yang memabukkan.
Rasulullah bersabda :
( )

Setiap barang yang memabukkan dinamakan khamar, dan setiap khamar itu haram
hukumnya (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
2. Minuman yang jelas beracun
Meminum minuman yang membahayakan sama saja bunuh diri, itu dilarang oleh
Allah SWT.
Binatang Halal dan Haram
1.
Binatang yang Halal dimakan
Jenis binatang yang halal dimakan adalah binatang ternak, buruan, dan semua
binatang yang berasal dari laut. Dalil yang menguatkan:

c.

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut. [QS. Al Maidah :96]


d.

Dihalalkan bagimu binatang ternak. [QS. Al Maidah :1]. Kecuali Keledai,


ia diharamkan dalam hadits dari Jabir ia berkata : Rasulullah melarang pada
perang Khaibar untuk makan daging Keledai dan mengizinkan
makan daging kuda. [HR. Bukhari,5524. Dan Muslim, 1941].
2. Binatang yang haram dimakan
Binatang yang diharamkan karena 4 hal, yaitu nas al-quran, hadist, perintah untuk
membunuh, dan keadaannya menjijikkan.
a.
Haram karena Nas Al- Quran dan hadist
1. Babi
2. Keledai jinak
3. Binatang buas/bertaring
4. Burung yang berkuku tajam dan berparuh kuat.
5. Binatang jalalah.
6. Kucing adalah hewan yang haram karena bertaring


Diharamkan atas kamu setiap burung yang mempunyai cakar dan setiap binatang
yang bertaring.

e.

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan nama
selain Allah. [QS. Al Baqarah:173].
b.
Haram karena perintah membunuhnya
Binatang yang diharamkan pada kita karena diperintah untuk membunuhnya adalah
Ular, burung Gagak, elang, Anjing Gila.
c.
Haram karena Dilarang membunuhnya
Ada beberapa binatang yang haram karena dilarang membunuhnya, antara lain:
Semut, lebah madu, burung hud-hud, dan burung suradi.
d.
Haram karena menjijikkan
Binatang yang diharamkan karena menjijikkan antara lain: belatung, pacet, dan lintah.
f.

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan


mengharamkan segala yang buruk. [QS. Al Araf :157]
g.

katakanlah dihalalkan bagi kalian yang baik-baik. [QS. Al Maidah :4].


SUMBER:
http://www.indowarta.org/2011/query/jenis-makanan-dan-minuman-halal-dalamislam

EKONOMI ISLAM
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur
dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan
milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt agar dimanfaatkan sebaikbaiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali
kepada Allah sw untukdipertanggungjawabkan.

Pengertian Ekonomi Islam


Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia

yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya,
sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaan itu.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad
saw:
Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore
itu ia mendapat ampunan. (HR.Thabrani dan Baihaqi)
Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan
ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai
rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencaku p lima jaminan dasar:
- keselamatan keyakinan agama ( al din)
- kesalamatan jiwa (al nafs)
- keselamatan akal (al aql)
- keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
- keselamatan harta benda (al mal)
Tujuan Ekonomi Islam secara umum adalah:

1.

Untuk meningkatkan ekonomi umat supaya lebih makmur atau meningkatkan


taraf hidup ke arah yang lebih baik

2.

Menciptakan ekonomi umat yang adil dan merata Mewujudkan perekonomian


yang stabil, namun tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat

3.

Mewujudkan perekonomian yang serasi, damai, bersatu, dalam suasana


kekeluargaan sesama umat, menghilangkan nafsu menguasai atau serakah.

4.

Mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan dalam hal produksi,


distribusi serta menumbuhkan rasa kebersamaaan.

5.

Mewujudkan peri kehidupan ekonomi yang tidak membuat kerusakan di muka


bumi, sehingga kelestarian alam dapat dijaga dengan sebaik baiknya, baik alam
fisik, kultural, social maupun spiritual keagamaan.

6.

Menciptakan ekonomi yang mandiri

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam


Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt
kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Manfaat Ekonomi Islam
Manfaat Mengamalkan Ekonomi Islam Mengamalkan ekonomi islam jelas
mendatangkan manfaat yang besar bagi ummat islam itu sendiri, pertama
mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga islam tidak lagi parsial.

Bila ummat islam masih bergelut dan mengamalkan ekonomi ribawi, berarti
keislamannya belum kaffah sebab ajaran ekonomi islam dibatalkan.
Ciri dan ruang lingkup ekonomi Islam
Terdapat kesamaan antara sistem Ekonomi Islam dengan sistem Ekonomi
Konvensional, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sama-sama memiliki anggapan yang sama bahwa Ekonomi di dalam suatu
negara itu merupakan hal yang sangat penting.
2. Sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera.
Namun karena kedua sistem ekonomi tersebut berasal dari ideologi yang
berbeda, maka terdapat perbedaan diantara keduanya. Perbedaan itu dapat
dipaparkan sebagai berikut :
Sistem Ekonomi Konvensional memandang manusia sebagai makhluk
individu dan sebagai makhluk sosial yang dalam menjalankan kegiatan ekonomi
bertujuan

untuk

mencari

keuntungan,

meskipun

dalam

pelaksanakannya

menggunakan niat, komoditas serta cara yang salah, tetap sah asalkan tidak melanggar
Undang-Undang.
Sedangakan Sistem Ekonomi Islam memandang manusia sebagai makhluk
individu, sosial dan religius, sehingga dalam pelaksanaannya baik dalam hal niat,
komoditas dan caranya harus memperhatikan kaidah-kaidah dan sesuai/ bersumber
dari Al Quran dan Sunnah.
Menurut Syaikh Yusuf Qordawi, ada 4 karakteristik dalam Ekonomi Islam.
Antara lain :
1.

Ciri Berketuhanan
Maksud dari ciri berketuhanan adalah bahwa Ekonomi Islam meyakini bahwa
manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah dengan bekerja dan
beraktivitas sesuai dengan AturanNya. Dan untuk menjalankan itu semua manusia

diberi akal, qalbu, panca indera. Dan dalam pelaksanaannya manusia kelak akan
dimintai pertanggungjawabannya pada yaumul hisab.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang ciri ketuhanan antara lain sebagai
berikut :
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 30 :






Artinya :
Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Rabb berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:30)
Allah juga berfirman dalam surat Al Ahzaab ayat 72 :

Artinya :
Maka Kami selamatkan Huud beserta orang-orang yang bersamanya
dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang
beriman. (QS. 7:72)
Allah juga berfirman dalam surat Yaasin ayat 65 :

Artinya :
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan. (QS. 36:65)
Allah juga berfirman dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8 :
. .

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. 99: 78)
2.

Ciri Kemanusiaan

Maksud dari ciri Kemanusiaan adalah bahwa Ekonomi Islam meyakini bahwa
manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bertindak sebagai subyek
dan obyek.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang ciri kemanusiaan, adalah sebagai
berikut:
Q.S Al Baqarah ayat 22



Artinya :
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui. (QS. 2:22)

Q.S. Huud ayat 61






Artinya :
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata:
Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia.
dan menjadikan

)(tanah

bumi

kamu dari

menciptakan

telah

Dia

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertaubatlah


lagi

)(rahmat-Nya

dekat

amat

Rabbku

Sesungguhnya

kepada-Nya.

)memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS. 11:61


Q.S. Luqman 20.




Artinya :
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nimat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia
ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau
)petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. 31:20
Q.S. An Nahl ayat 10-12




Artinya :

Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuhtumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya). (QS. 16: 10-12)
Q.S. Ibrahim 32-34



Artinya :
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah

menundukkan

(pula)

bagimu

sungai-sungai.

Dan

Dia

telah

menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia
telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nimat Allah, tidaklah kamu
dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nimat Allah). (QS. 14: 32-34)

3.

Ciri Etika

Maksud dari ciri Etika adalah bahwa Ekonomi Islam meyakini bahwa untuk
menciptakan kesejahteraan manusia mempunyai cara atau aturan yang
bersumber dari Al Quran dan Hadits serta tidak boleh melanggar kedua
sumber tersebut.
Al Araf ayat 85.






Artinya :
Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka,
Syuaib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata
dari Rabbmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman. (QS. 7:85)
4. Ciri Sikap Pertengahan
Maksud dari ciri sikap pertengahan adalah bahwa dalam dalam menjalankan
kegiatan ekonomi tidak boleh berlebih-lebihan dahn tidak menghendaki
kekurangan.
Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Q.S Al Qasas ayat 77.





Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenimatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (QS. 28:77)
Etos Kerja yang sesuai ajaran Islam
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini, cara
berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos Kerja Muslim
dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa
bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi
dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong
dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan
dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi
dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan
saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai
sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah,
menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, Dan tidak Aku
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku, (QS. adzDzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga
bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan
fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang
enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk
menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan
fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar

menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja
secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah
satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak
memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya
merupakan tindakan yang tercela.
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif
atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari
Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga
dimensi kesadaran, yaitu : dimensi marifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku
berharap), dan dimensi syariat (aku berbuat).
Etos Kerja: Dimensi Marifat (Aku Tahu)

Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,

Tahu apa pekerjaanku,

Tahu siapa pesaingku dan kawanku,

Tahu produk yang akan dihasilkan,

Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku,

Tahu siapa relasiku,

Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan

Etos Kerja: Dimensi Hakikat (Aku berharap)


Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan dilangkahkan.
Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan untuk menetapkan cita-cita
merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Etos Kerja: Dimensi Syariat (Aku Berbuat)
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan hendaklah
mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata yang telah
diyakinikebenarannya.

Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya


dengan nilai serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja
merupakan kewajiban yang hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah.
Sedangkan orang kafir bermujahadah untuk kesenangan duniawi dan untuk
memuaskan

hawa

nafsu.

SUMBER:
1. http://islampeace.clubdiscussion.net/t13-pengertian-tujuan-prinsip-prinsip
ekonomi-islam
2. http://almaratusshalihah.wordpress.com/2010/03/14/ruang-lingkup-danideologi-ekonomi-islam/)

ILMU PENGETAHUAN
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia .
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya tunduk
patuh, mempunyai makna tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah.
Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi,
selalu berada dalam keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan
Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta yang berisikan
ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu
jika tidak memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu
mempunyai akar huruf yang sama: ain-lam-mim. (QS Ali Imran ayat 83).

Kewajiban menuntut ilmu


Menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana Nabi bersabda.
Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim. (HR.Bukhari).
Firman Allah Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan
manusia juga di hadapan-Nya.Selain itu Allah juga menegaskan bahwa akan
mengangkat derajat orang yang mempunyai ilmu pengetahuan.
.Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Az-Zumar:9)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadilah:11).
Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:
Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah
mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayapsayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits
yang panjang riwayat Muslim)
Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada
dalam sabilillah hingga kembali. (HR. Tirmidzi, hasan)
Barangsiap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya
jalan menuju surga. (HR.Muslim)

Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan
dia dalam (masalah) dien (agama). (HR.Bukhari)
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah
ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan
diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita,
keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw bersabda: Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
sholih yang mendoakan orangtuanya. (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah berfirman, Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah.
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana. (QS Lukman [31] : 27)
Hadits menuntut ilmu
:












( )
Artinya: Aku telah mendengar Rosulullah saw, bersabda:barang siapa yang
menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu,niscahya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju ke surga.sesungguhnya para Malaikat benarbenar meletakkan sayapnya karena rida kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang
alim itu benar-benar dimintakan ampunan 0leh semua makhluk di langit dan dibumi
hingga ikan-ikan yang ada di air.keutamaan orang yang alim atas yang ahli ibadah
seperti keutamaan rembulan atas semua bintang-bintang.sesungguhnya ulama itu
adalah pewaris nabi:sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula
dirham melainkan mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang
mengambil ilmu bagian yang berlimpah.
Keterangan:

Abu darda tinggal di damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki dari madinah.
Abu Darda berkata kepadanya, apakah gerangan yang memenyebabkan engkau
datang kemari? lelaki itu menjawab, tiadalah aku datang kemari melainkan karena
suatu hadis yang pernah kudengar darimu. selanjutnya abu darda menceritakan hadis
ini.
Para malaikat yang dimaksud di dalam hadis ini adalah yang telah disebutkan
dalam hadis sebelumnya. Mereka berhenti dan mengelilingi orang-orang yang sedang
menuntut ilmu untuk memperoleh bagian dari rahmat Allah yang diturunkan kepada
mereka dan cahayanya. Demikian itu mereka lakukan mereka rida terhadap perbuatan
orang-orang yang sedang menuntut ilmu dan sebagi penghormatan buatannya.
Yang dimaksud dengan penuntut ilmu ialah penuntut ilmu yang mengamalkan
ilmunya.
Makhluk yang dilangit, maksudnya ialah para malaikat yang ada dilangit,
mereka membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan memintakan ampunan buat
orang-orang yang dibumi. Makhluk yang dibumi, maksudnya manusia, jin dan hewan.
Al-Hiitaan, ikan-ikan;permohonan ampun ole semua makhluk yang telah
disebutkan buat orang yang alim, maksudnya mereka mendoakannya. Demikian itu
karena orang yang alim dengan bimbingan dengan petunjuknya kepada manusia
menyebabkan ia disukai Allah SWT. Apabila Allah menyukainya, maka turut
mencintainya pula semua malaikat dan makhluknya dan apabila mereka mencintainya
maka mereka pasti mendoakannya. Hal ini ingsaAllah akan kami sebutkan dalam bab
akhlak.


:
:
( )
, ,
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a, dai berkata: Rosulullah saw bersabda: Apabila anak adam
meninggal dunia, terputuslah ilmunya kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendoakannya. (HR. Muslim)
Pengesahan hadits:
Diriwayatkan oleh Muslim (1631)
Kandungan Hadits:

Anjuran untuk mempersiapkan bekal sebelum mati dengan amal-amal shalih.

Amal-amal shalih yang manfaatnya tetap berlanjut setelah orangnya


meninggal dunia, maka pahalanya tetap mengalir kepadanya.

Anjuran agar melaksanakan amal kebaikan dengan cara wakaf, seperti


membangun masjid, madrasah, membuat sumur, Hatau menanam pohon.
Semuanya itu merupakan sedekah jariyah.

Disunahakan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang bermanfaat.


Itulah diantara ilmu nafi (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung
sepanjang zaman.

Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan
sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang shalih.

Hadits

} :



} :

{

( { )

Artinya:
Dari abu Ummah r.a. bahwasannya Rosululloh saw bersabda: keutamaan orang
berilmu terhadap seorang ahli ibadah seperti keutamaan aku terhadap orang yang
paling rendah diantara kamu. Selanjutnya, Rosululloh saw bersabda: Sesungguhnya
Alloh, para Malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi hingga semut yang berada
didalam lubangnya dan ikanpun benar-benar bersholawat untuk mereka yang
mengajarkan kebaikan kepada orang-orang. (H.R. At-Tarmidzi. Dia berkata: Hadits
hasan)
Makhluk di langit dan dibumi hingga ikan-ikan yang ada di air.keutamaan
orang yang alim atas yang ahli ibadah seperti keutamaan rembulan atas semua
bintang-bintang.sesungguhnya ulama itu adalah pewaris nabi:sesungguhnya para nabi
tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham melainkan mereka hanya mewariskan
ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu bagian yang berlimpah.

SUMBER ILMU PENGETAHUAN MENURUT AJARAN


ISLAM

Sumber Ajaran Islam itu ada tiga, yakni Al-Quran, Hadits (As-Sunnah),
dan Ijtihad. Ajaran yang tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam.
Sumber ajaran Islam pertama dan kedua (Al-Quran dan Hadits/As-Sunnah) langsung
dari Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan yang ketiga (ijtihad)
merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid (yang berijtihad),
dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.

1. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran


Secara harfiyah, Al-Quran artinya bacaan (qoroa, yaqrou, quranan),
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75:17-18:
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya dan membacanya.
Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.
Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman),
peribadahan (syariat), dan budi pekerti (akhlak).
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar
pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan KitabKitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya.
Tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam (Q.S. 10:37).
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya... (Q.S. 35:31).
Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang
dilakukan para sahabat. Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa
Khalifah Abu Bakar, lalu pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad
hoc penyusunan mushaf Al-Quran yang diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran
yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani.
2. Sumber Ajaran Islam: Hadits/As-Sunnah
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat"
atau "kebiasaan" (traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan

penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir)


adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat.
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan
sabda Nabi Muhammad Saw.
Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka
menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati terhadap putusan yang kamu
berikan dan mereka menerima sepenuh hati (Q.S. 4:65).
Apa yang diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka terimalah dan apa yang
dilarangnya maka tinggalkanlah (Q.S. 59:7).
Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh
dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan
Sunnah-ku. (HR. Hakim dan Daruquthni).
Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur
Rasyidin setelahku (H.R. Abu Daud).
Sunnah merupakan penafsir sekaligus juklak (petunjuk pelaksanaan) AlQuran. Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara
tentang ruku dan sujud. Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh
langsung bagaimana shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan Allahu
Akbar sebagai pembuka shalat), doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud,
hingga bacaan tahiyat dan salam.
Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang para sahabatnya
menuliskan apa yang dikatakannya. Kebijakan itu dilakukan agar ucapan-ucapannya
tidak bercampur-baur dengan wahyu (Al-Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu
hanya berada dalam ingatan atau hapalan para sahabat.
Modifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (100
H/718 M), lalu disempurnakan sistematikanya pada masa Khalifah Al-Mansur (136
H/174 M). Para ulama waktu itu mulai menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam
Malik di Madinah dengan kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah menulis AlFqhi, serta Imam Syafii menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-Sunnah.
Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi 40.000
Hadits. Ulama Hadits terkenal yang diakui kebenarannya hingga kini adalah Imam
Bukhari (194 H/256 M) dengan kitabnya Shahih Bukhari dan Imam Muslim (206

H/261 M) dengan kitabnya Shahih Muslim. Kedua kitab Hadits itu menjadi rujukan
utama umat Islam hingga kini. Imam Bukhari berhasil mengumpulkan sebanyak
600.000 hadits yang kemudian diseleksinya. Imam Muslim mengumpulkan 300.000
hadits yang kemudian diseleksinya.
Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam Nasa'i yang menuangkan
koleksi haditsnya dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam Shahih Tirmidzi, Imam
Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, Imam Ibnu Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam
Baihaqi dalam Sunan Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam Daruquthni dalam Sunan
Daruquthni.
3. Sumber Ajaran Islam: Ijtihad (Al-Kaun)
Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu
masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Pelakunya disebut Mujtahid.
Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah AlQuran dan As-Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu
Daud) yang berisi dialog atau tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Muadz
bin Jabal yang diangkat sebagai Gubernur Yaman.
Bagaimana memutuskan perkara yang dibawa orang kepada Anda?
Hamba akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Quran.
Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?
Jika begitu, hamba akan memutuskannya menurut Sunnah Rasulillah.
Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu dalam Sunnah
Rasulullah?
Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (Ijtihadu bi rayi)
tanpa bimbang sedikit pun.
Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan Rasulnya menyenangkan hati
Rasulullah!
Hadits tersebut diperkuat sebuah fragmen peristiwa yang terjadi saat-saat Nabi
Muhammad Saw menghadapi akhir hayatnya. Ketika itu terjadi dialog antara seorang
sahabat dengan Nabi Muhammad Saw.
Ya Rasulallah! Anda sakit. Anda mungkin akan wafat. Bagaimana kami jadinya?
Kamu punya Al-Quran!

Ya Rasulallah! Tetapi walaupun dengan Kitab yang membawa penerangan dan


petunjuk tidak menyesatkan itu di hadapan kami, sering kami harus meminta nasihat,
petunjuk, dan ajaran, dan jika Anda telah pergi dari kami, Ya Rasulallah, siapakah
yang akan menjadi petunjuk kami?
Berbuatlah seperti aku berbuat dan seperti aku katakan!
Tetapi Rasulullah, setelah Anda pergi peristiwa-peristiwa baru mungkin timbul yang
tidak dapat timbul selama hidup Anda. Kalau demikian, apa yang harus kami lakukan
dan apa yang harus dilakukan orang-orang sesudah kami?
Allah telah memberikan kesadaran kepada setiap manusia sebagai alat setiap orang
dan akal sebagai petunjuk. Maka gunakanlah keduanya dan tinjaulah sesuatu dan
rahmat Allah akan selalu membimbing kamu ke jalan yang lurus!
Ijtihad adalah sarana ilmiah untuk menetapkan hukum sebuah perkara yang
tidak secara tegas ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad, sepanjang ia
menguasai Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga berakhlak baik dan menguasai
berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan dan
akhlaknya diakui umat Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad
dilakukan secara bersama-sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma atau
kesepakatan. Wallahu a'lam.
SUMBER:
1.

Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978.

2.

Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Maarif Bandung, 1989

3.

Zainab Al-Ghazali, Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press Jakarta,


1995

4.

H. Djarnawi Hadikukusam, Ijtihad, dalam Amrullah Achmad dkk. (Editor),


Persepektif Ketegangan Kreatif dalam Islam, PLP2M Yogyakarta, 1985

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT AL QURAN


Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Quran Surat As-Sajdah ayat 4
Artinya :"Allah-lah yangmenciptakan langit dan bumi dan apa yang berada di antara
mereka dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas singgasananya".Kata
enam hari dalam Al-Quran ditafsirkan oleh para ahli sebagai enam tahapan. TahapanTahapan yang dimaksud adalah :
1.

Tahap Pertama Yaitu saat penciptaan sampai suhu kosmos turun menjadi
seratus juta-juta- juta-juta-juta derajat. Dalam tahap ini seluruh kosmos yang
terdiri dari ruang, materi, dan radiasi telah ditentukan interaksinya, sifat serta
kelakuannya. Pada waktu itu segala macam interaksi antara materi dan radiasi
dapat ditunjukan sama kuatnya, yang menurut intizhar Abdus Salam
menampakkan diri sebagai simetri. Dalam tahap ini kandungan energi dan materi
dalam alam semesta ditentukan jumlahnya.

2.

Tahap Kedua Sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu kosmos turun
hingga mencapai 100.000 juta derajat. Kerapatan materi dalam alam semesta
adalah empat juta ton tiap liter. Dalam tahap ini bahan penyusun nuklir, yaitu
penyusun inti-inti atom telah tertentu jumlahnya.

3.

Tahap Ketiga Sejak berakhirnya tahap kedua sampai suhu kosmos tinggal
seribu juta derajat dan kerapatan materinya tinggal dua puluh kilogram tiap liter.
Dalam tahap ini muatan kelistrikan di alam semesta telah ditetapkan.

4.

Tahap Keempat Sejak berakhirnya tahap ketiga sampai suhu kosmos berada di
bawah seratus juta derajat. Kerapatan materinya tinggal sepersepuluh kilogram
tiap liter. Dalam tahap ini telah dimulai penyusunan inti-inti atom. Kecuali itu,
pada waktu itu ada kemungkinan terjadinya pengelompokan-pengelompokan
materi, sebagai akibat dari adanya ketidak seragaman lokal, yang nantinya akan
berevolusi menjadi galaksi-galaksi.

5.

Tahap Kelima Sejak berakhirnya tahap keempat sampai mulainya terbentuk


atom-atom sehingga elektron bebas dalam kosmos menjadi sangat berkurang
jumlahnya. Dalam tahap ini cahaya mengisi seluruh ruang kosmos.

6.

Tahap Keenam Ketika kabut materi yang terdiri dari atom- atom mulai
mengumpul dan membentuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi. Diantara
bintang-bintang ini terdapat matahari yang dikelilingi oleh bumi dan planetplanet.
Asal mula alam semesta
Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan

pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat
seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang
sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the
Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip
yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang
dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap'
semacam itu.
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana
seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah
berfirman di dalam Al Qur'an:

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lainlain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan
terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:



Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. (Al Anbiya, 21:30)

Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah
Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences,
Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal
Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu
semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru
mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit
dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang
yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut
saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa
dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."

Sebelum Adam, Allah telah Menciptakan Manusia dan Alam Semesta


lainnya
"Dan

Dialah

yang

memulai

penciptaan

itu,

kemudian

Dia

mengembalikannya/mengulangi kembali ciptaan itu, dan mengulangi itu lebih


mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat Yang Mahatinggi di langit dan
bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana". (Q.S. ArRuum [30] : 27)
"Katakanlah, "Adakah di antara sekutumu yang dapat memulai
penciptaan, kemudian mengulanginya kembali?". Katakanlah, "Allah memulai
penciptaan, kemudian Dia mengulanginya (mengembalikannya). Maka
bagaimana kamu dipalingkan (menyembah selain Allah) ?".
(Q.S. Yunus [10] : 34)
"(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung
lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Janji yang pasti
kami tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya.". (Q.S. AlAnbiya' [21] : 104)
"Sungguh, Dia mulai menciptakan, dan Dia mengulangi (kembali)".(Q.S. Al
Buruuj [85] : 13)
Selama ini, kita sering menganggap bahwa alam semesta ini hanya satu
kali diciptakan Allah, berkembang, dan hancur di hari kiamat, dan SELESAI.
Lalu disambung kehidupan rohani abadi di akhirat. Anggapan ini terlalu linier
dan rasanya boleh ditinjau lagi. Toh, tidak termasuk Rukun Iman yang dilarang
dipikirkan lagi.
Sebagaimana sabda Rosulullah, bahwa ilmu kita (manusia) hanya setetes
air, sedangkan ilmu Allah seluas tujuh samudra. Artinya kita (manusia) berpikir
sampai mentok pun itu hanya setetes air. Kita menghayal seaneh apa pun, itu hanya
setetes air.

Kalau kita renungkan, terdapat isyarat (petunjuk) dalam ayat2 di atas bahwa
Allah mengulangi penciptaan APA PUN, tentunya termasuk penciptaan alam
semesta juga. Pernyataan itu diulang dalam beberapa ayat di Al-Qur'an, selain di
atas, juga di Surat An-Naml (27) ayat 64, Surat Al Ankabuut (29) ayat 19, Surat ArRuum (30) ayat 11.
Dalam ayat2 itu, Allah menegaskan bahwa Beliau (Allah) mencipta lalu
mengulang mencipta. Kenapa kita membatasi kekuasaan Allah bahwa Beliau hanya
boleh mencipta alam sekali saja? Allah mampu mengulanginya sampai jumlah tak
terbatas. Mudah sekali bagi-Nya. Beliau mampu membuat alam kembar, alam
paralel. Beliau Mahakuasa membuat duplikat sampai bermiliar Bumi beserta
isinya yang sama persis atau pun yang berbeda.
Dalam ilmu pengetahuan, kita mengenal teori penciptaan alam semesta
yang disebut "Big Bang", yang menyatakan bahwa awal segalanya adalah ledakan
besar, lalu mengembang terus-menerus. Juga ada teori "Big Crunch", bahwa setelah
mengembang luas miliaran tahun, daya kembangnya habis. Lalu mengkerut lagi
menjadi satu titik singularitas dan musnah. Kemudian ada teori "Oscillating
Universe", bahwa titik itu akan meledak lagi mengembang cepat mengulangi kejadian
awal dulu. Lalu mengkerut lagi. Kemudian mengembang lagi. Teori-teori ini, kok
persis seperti firman2 Allah tadi. Sebetulnya, tanpa menunggu satu kiamat pun.
Allah saat ini sudah menciptakan banyak alam semesta lain. Masing-masing alam
semesta, memiliki kelahiran dan kiamatnya sendiri2.
Alam semesta yang diciptakan berikutnya diisi Allah dengan makhluk baru
lagi, dengan syariat baru, dan nanti ada kiamatnya sendiri. Berulang-ulang pun bagi
Allah sangat mudah.Seperti yang kita ketahui bahwa Allah SWT tidak menyukai
"mubazir". Jadi, sangat mubazir kalau Allah menciptakan alam semesta yang maha
luas ini hanya untuk kepentingan kita (manusia) yang ada di Bumi. Tentunya tidak
demikian.
Konsep Tauhid adalah meyakini hanya Allah SWT Yang Maha Esa, selain
Allah tidak ada yang tunggal, jadi yang tunggal hanyalah Allah SWT. Jadi, yang
"satu" itu hanya Allah SWT, sedang lainnya ada banyak, termasuk alam semesta

KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT ALQURAN

seyogyanya juga banyak, tidak hanya satu yang kita diami ini, atau yang kita
lihat ini, atau yang kita pelajari ini.

KONSEPSI PENCIPTAAN MANUSIA


Al-Quran ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya
bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Quran banyak memperbincangkan tentang
manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya."
Al-Quran diturunkan oleh Allah Swt sebagai rahmat bagi semesta alam.
Sebagaimana Rasulullah Saw yang kepadanya diturunkan Al-Quran adalah rahmat
bagi semesta alam. Allah Swt berfirman: Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya: 107)
Al-Quran ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya
bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Quran banyak memperbincangkan tentang
manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya.
Misalnya tentang penciptaan manusia, kejiwaan manusia, tujuan hidup manusia, dan
lain sebagainya.
Sebagai keutamaan dari kitab suci Al-Quran, kebenaran dari setiap kata dan
kalimat yang terdapat di dalamnya, dapat dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan
telah banyak menemukan bukti-bukti ilmiah ini, sehingga dugaan orang-orang yang
menuduh Al-Quran dengan tidak benar dapat dibantah.
Yang akan kami bicarakan berikut ini menyangkut salah satu aspek yang
berkaitan dengan manusia, yaitu masalah penciptaan manusia.
Al-Quran telah menegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah
Swt berfirman: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari
tanah.

Maka

apabila

telah

Kusempurnakan

kejadiannya

dan

Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu


tersungkur dengan bersujud kepadanya. (QS Shaad: 71-72)

Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman: Dan Allah menciptakan kamu
dari tanah, kemudian dari air mani (QS Faathir: 11)
Kemudian, dalam ayat Al-Quran, kita mendapatkan bahwa Allah Swt
menegaskan penciptaan manusia ini dengan menggunakan kata Qad yang
sebelumnya didahului dengan lam yang memiliki fungsi penegasan (lm takd).
Allah Swt berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. (QS
Qaaf: 16)
Demikianlah, Al-Quran menegaskan kekhususan penciptaan manusia. Namun
orang-orang sesat yang tidak mau mengakui kebenaran Al-Quran menuduh AlQuran bohong, karena menurut mereka, manusia tercipta sebagai hasil dari evolusi
makhluk lainnya. Makhluk yang mendahului wujud asli manusia ini, mereka sebut
sebagai bapak bagi setiap binatang menyusui.
Akan tetapi kebohongan mereka, akhirnya terbongkar juga. Pada 1986, ketika
para ahli arkeologi menemukan sebuah fosil kera di Afrika, mereka menyimpulkan
secara tegas tanpa ada keraguan, bahwa antara kera dan manusia tidak ada hubungan
sama sekali dalam asal penciptaannya. Lihatlah bagaimana kebenaran senantiasa
unggul di atas kebatilan?
Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang
terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini.
Allah Swt berfirman: Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari
air. (QS Al-Furqan: 54)
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani.
(QS Faathir: 11)
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya
Kami akan mengembalikan kamu pada kali yang lainnya. (QS
Thaaha: 55)

Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? (QS AlMursalat: 20)
Maka

hendaklah

manusia

memperhatikan

dari

apakah

dia

diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari
antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benarbenar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). (QS
Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang
terdapat dalam Al-Quran. Misalnya, dalam firman-Nya Dan Dia (pula) yang
menciptakan manusia dari air, Allah Swt menegaskan bahwa asal penciptaan
manusia adalah air. Ayat ini sesuai dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kirakira 75 persen dari berat manusia adalah air.
Penciptaan Nabi Adam dan Nabi Isa
Dalam Al Qur'an surat Al Imran Ayat 59, dinyatakan bahwa "Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah"
(seorang manusia), Maka jadilah Dia". Maka berdasarkan ayat ini dapat kita
simpulkan bahwa :

1.

Penciptan Nabi Isa = Nabi Adam.

2.

Yang menciptakan adalah Allah Swt.


Proses kelahiran ( terciptanya ) Nabi Isa :
a. Dilahirkan dari seorang Wanita ( Maryam ) tanpa suami.
b. Tidak mempunyai Bapak.
c. Pencipta Allah Swt dengan "Kun Fayakun"
d. Tercipta setelah kurun waktu Nabi Adam.
Proses terciptanya Nabi Adam :
a. Tidak berbapak dan beribu.
b. Pencipta Allah Swt dengan "Kun Fayakun"

Yang menarik disini adalah kesamaannya, dan boleh jadi keduanya SAMA
yaitu melalui rahim seorang wanita. Coba perhatikan surat Al Baqarah ayat 21: "Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa ".
Berarti manusia diciptakan dari orang sebelum terciptanya manusia itu sendiri,
dengan kata lain sebelum Nabi Adam tercipta sudah ada mahluk yang mungkin
menyerupai manusia ( sesuai Era evolusi alam semesta pada waktu itu ). Nah, kalau
demikian maka Allah menciptakan suatu "Embrio" dari unsur tanah, kemudian di
tempatkan kepada rahim wanita pada waktu itu, dengan catatan bahwa keturunannya
tidak mewarisi DNA ibunya.
Pada proses kelahiran Nabi Isa, Allah menciptakan "Sperma" dari unsur tanah,
dan ditempatkan pada rahim Maryam, dengan catatan bahwa ketuturunannya
mewarisi DNA dari pihak Ibu. Apabila demikian maka yang disebut SAMA dalam hal
ini adalah KEDUANYA terlahir melalui rahim seorang wanita.
Dalam pengertian "Kun Fayakun" bagi saya adalah suatu Proses berdasarkan
Sunatullah. Jadi sebelum Nabi Adam sebenarnya sudah ada mahluk yang menyerupai
manusia dan mungkin ada perbedaan dimana manusia sebelumnya kurang berakal
budi dan kehidupannya disesuaikan pada masa itu (Perusak kata Malaikat). Mengenai
penciptaan Siti Hawa (istri Nabi Adam) prosesnya sama dengan Nabi Adam, dan
bukan dari tulang rusuknya.
HUKUM BAYI TABUNG DAN KLONING MENURUT ISLAM
o

BAYI TABUNG

Sistem bayi tabung adalah salah satu cara yang dilakukan oleh dokter ahli
kandungan untuk memenuhi keinginan suami isteri untuk memperoleh anak, karena
dalam persetubuhan mereka tidak dapat mempertemukan sperma suami dengan ovum
isteri dalam rahim isteri, padahal sperma suami dan ovum isteri dalam keadaan sehat
dengan arti keduanya dapat menghasilkan buah jika dapat bertemu. Oleh karena itu
dokter ahli kandungan melakukan sistem bayi tabung ini.Caranya ialah; dokter
mengambil sperma suami dan ovum isteri, kemudian dipertemukan dalam sebuah
kapsul (tabung), lalu dimasukkan ke dalam rahim isteri. Terjadilah pembuahan, lalu

isteri hamil dan kemudian melahirkan. Proses yang demikian dapat dibenarkan oleh
agama Islam, karena sperma suami diletakkan dalam rahim isteri yang dikawini
:dengan aqad yang sah, berdasarkan hadits





.[ ] .

Artinya: Diriwayatkan dari Ruwaifi bin Tsabit al-Anshari, ia berkata: Aku pernah
beserta Nabi saw waktu perang Hunain, beliau berdiri berkhutbah di antara kami,
(antara lain) beliau berkata: Tidak boleh bagi seorang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir menyiramkan air (mani)nya ke ladang orang lain. [HR. Ahmad].
Dari hadits di atas dapat difahami bahwa air mani seorang laki-laki hanyalah boleh
diletakkan atau ditumpahkan ke faraj isterinya, dilarang diletakkan atau ditumpahkan
ke faraj yang bukan isterinya yang tidak melakukan aqad nikah yang sah dengannya.
Allah SWT berfirman:

.[21 : ].

Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian

kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. [QS. an-Nisaa,
.(4): 21]
Dari ayat dan hadits di atas dapat difahami bahwa air mani suami hanya boleh

diletakkan pada faraj isteri yang memiliki ovum, tidak boleh diletakkan pada faraj
.isterinya yang lain
Pada ayat yang lain ditegaskan bahwa isteri itu adalah seperti kebun tempat

menyemaikan benih, yang akan menjadi keturunan dari suami dan isteri. Allah SWT
:berfirman: Artinya


.

[223 :]
Artinya: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana
saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan

bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya.
.Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. [QS. al-Baqarah (2): 223]
Dan hadits:
].

.[
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi saw

bersabda: Anak itu milik tikar, bagi pezina hukuman rajam. [Muttafaq Alaih]. Yang
dimaksud dengan tikar (firasy) ialah suami isteri yang telah terikat dengan aqad nikah
yang sah. Anak yang lahir dari suami isteri yang telah terikat dengan perkawinan yang
sah ini diharapkan menjadi anak yang shalih yang akan menjadi sumber pahala bagi
orang tuanya, walaupun keduanya telah meninggal dunia. Sebagaimana dinyatakan
:dalam hadits




.[ ] .

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: bersabda Rasulullah saw:


Apabila seorang manusia telah meninggal dunia putuslah semua amalnya, kecuali
tiga hal; dari anak yang shalih yang mendoakannya, dari shadaqah jariyah yang
diberikan sebelum ia meninggal, dan dari ilmu(nya) yang bermanfaat. [HR.
Muslim].
Timbul persoalan; bagaimana jika kapsul itu diletakkan dalam rahim isteri
kedua atau isteri yang lain? Berdasarkan ayat dan hadits di atas, perbuatan yang
demikian dilarang karena ovum itu bukan milik isteri kedua atau isteri yang lain.
Sperma dan ovum yang ada dalam tabung itu hanya boleh diletakkan dalam rahim
isteri yang memiliki ovum. Jika kapsul itu diletakkan pada wanita yang lain atau isteri
yang tidak memiliki ovum, maka berdasarkan hadits di atas perbuatan itu tidak
dibenarkan.
Landasan Hukum
A. Al-Quran

- Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
- Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
- Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
(QS. Al-Mukmin: 12-14)
B. Hadis
:
.
o


Dari Said bin Abi Hilal, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: nikahlah kalian dan
perbanyaklah keturunan, sesungguhnya pada hari kiamat aku akan (bangga) menjadi
umat yang terbesar dengan (banyaknya keturunan) kalian.
C. Pandangan Ulama


).


( o
(/
Sebagaiman telah di jelaskan bahwa memasukkan sperma (inseminasi buatan)
hukumnya sama seperti persetubuhan, dengan syarat dalam keadaan terhormat
(halal) ketika mengeluarkan sperma dan ketika memasukannya serupa dengan ketika
bersetubuh.

o

.



...

)/ ) .
Sesungguhnya perasaan kebapakan dan keibuan itu tidak akan terwujud dalam hal
yang terkait dengan keturunannya, kecuali jika keturunan tersebut telah ada dan
hidup dengan cara yang alami. Perkawinan dapat menyebabkan terbentuknya suatu

keluarga dan mempermudah perolehan prinsip keutamaan, kehormatan, dan


kemuliaan.
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut
masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil
kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun nukleus
berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak
membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah,
hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara
sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut
masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti
kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula
masalah kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan
lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang
mengandung bukan ibunya.

o Pengertian Kloning
Kloning (klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa
tumbuhan, hewan, maupun manusia.
Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia,
kemudian diambil inti selnya (nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan pada sel
telur (ovum) wanita yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode
yang mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan metode
semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dari
tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari seorang
perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus listrik,
inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel
telur yang telah bercampur dengan inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim

seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi,


dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat
dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan
induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan
pada sel telur perempuan.
Pembuahan dan inseminasi buatan dalam proses kloning manusia
terjadi pada sel-sel tubuh manusia (sel somatik), bukan sel-sel kelaminnya.
Seperti diketahui, dalam tubuh manusia terdapat milyaran bahkan trilyunan sel.
Dalam setiap sel terdapat 46 kromosom (materi genetik yang mengandung
seluruh sifat yang diturunkan pada manusia), kecuali sel-sel kelamin yang
terdapat dalam buah zakar (testis) laki-laki dan dalam indung telur (ovary)
perempuan. Sel-sel kelamin ini mengandung 23 kromosom, yaitu setengah dari
jumlah kromosom pada sel-sel tubuh.
Pada pembuahan alami, sel sperma laki-laki yang mengandung 23
kromosom bertemu dengan sel telur perempuan yang juga mengandung 23
kromosom. Pada saat terjadi pembuahan antara sel sperma dengan sel telur,
jumlah kromosom akan menjadi 46 buah, yakni setengahnya berasal dari laki-laki
dan setengahnya lagi berasal dari perempuan. Jadi anak yang dilahirkan akan
mempunyai ciri-ciri yang berasal dari kedua induknya baik yang laki-laki maupun
yang perempuan.
Adapun dalam proses kloning manusia, sel yang diambil dari tubuh
seseorang telah mengandung 46 buah kromosom, atau telah mengandung seluruh
sifat-sifat yang akan diwariskan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, anak
yang dihasilkan dari proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya dari orang
yang menjadi sumber pengambilan inti sel tubuh. Anak tersebut merupakan
keturunan yang berkode genetik sama persis dengan induknya, yang dapat
diumpamakan dengan hasil fotokopi selembar kertas pada mesin fotokopi kilat
yang berwarna; yakni berupa selembar gambar yang sama persis dengan gambar
aslinya tanpa ada perbedaan sedikit pun.
Proses pembuahan yang alamiah tidak akan dapat berlangsung kecuali
dengan adanya laki-laki dan perempuan, dan dengan adanya sel-sel kelamin.
Sedang proses kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki atau
tanpa adanya laki-laki, dan terjadi pada sel-sel tubuh, bukan sel-sel kelamin.
Proses ini dapat terlaksana dengan cara mengambil sel tubuh seorang perempuan

dalam kondisi tanpa adanya laki-laki kemudian diambil inti selnya yang
mengandung 46 kromosom, atau dengan kata lain, diambil inti sel yang
mengandung seluruh sifat yang akan diwariskan. Inti sel ini kemudian
ditanamkan dalam sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya.
Selanjutnya, sel telur ini dipindahkan ke dalam rahim seorang perempuan setelah
terjadi proses penggabungan antara inti sel tubuh dengan sel telur yang telah
dibuang inti selnya tadi.
Dengan penanaman sel telur ke dalam rahim perempuan ini, sel telur
tadi akan mulai memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi, dan berubah
menjadi janin. Janin ini akan menjadi sempurna dan akhirnya dilahirkan ke dunia.
Anak yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang persis
sama dengan perempuan yang menjadi sumber asal pengambilan sel tubuh.
Dengan demikian, proses kloning dalam kondisi seperti ini dapat berlangsung
sempurna pada seluruh tahapnya tanpa perlu adanya seorang laki-laki.
Proses pewarisan sifat pada pembuahan alami akan terjadi dari pihak
ayah dan ibu. Oleh karena itu, anak-anak mereka tidak akan mempunyai corak
yang sama.

Dan kemiripan di antara anak-anak, ayah dan

saudara-saudara laki-lakinya, ibu dan saudara-saudara perempuannya, begitu pula


kemiripan di antara sesama saudara kandung, akan tetap menunjukkan nuansa
perbedaan dalam penampilan fisiknya, misalnya dari segi warna kulit, tinggi, dan
lebar badan. Begitu pula mereka akan berbeda-beda dari segi potensi-potensi akal
dan kejiwaan yang sifatnya asli (bukan hasil usaha).
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses kloning, sifat-sifat
yang diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel
tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan
memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti
tinggi dan lebar badan serta warna kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal
dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi
seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang
diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel
diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli,
maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini
merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.

Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses


kloning, sesungguhnya telah menyingkapkan sebuah hukum alam yang
ditetapkan Allah SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan, karena proses
kloning telah menyingkap fakta bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan
terdapat potensi menghasilkan keturunan, jika inti sel tubuh tersebut ditanamkan
pada sel telur perempuan yang telah dihilangkan inti selnya. Jadi, sifat inti sel
tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma laki-laki yang dapat membuahi sel telur
perempuan.
Demikianlah fakta yang ada pada kloning manusia. Ada jenis lain dari
kloning manusia ini, yaitu kloning embrio. Kloning embrio ini didefinisikan
sebagai teknik pembuatan duplikat embrio yang sama persis dengan embrio yang
terbentuk dalam rahim seorang ibu. Dengan proses ini, seseorang dapat mengklon
anak-anaknya pada fase embrio. Pada awal pembentukan embrio dalam rahim
ibu, seorang dokter akan membagi embrio ini menjadi dua sel dan seterusnya,
yang selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan
embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui
proses kloning embrio ini dengan kode genetik yang sama dengan embrio
pertama yang menjadi sumber kloning.
Kloning telah berhasil dilakukan pada tanaman sebagaimana pada
hewan belakangan ini, kendatipun belum berhasil dilakukan pada manusia.
Bagaimana hukum kloning ini menurut hukum Islam ?
Sesungguhnya tujuan kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan
mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia terutama penyakit-penyakit
kronis guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia.
Upaya memperbaiki kualitas tanaman dan hewan dan meningkatkan
produktivitasnya tersebut menurut syara tidak apa-apa untuk dilakukan dan
termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan
tanaman dan hewan dalam proses kloning guna mencari obat yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit manusia terutama yang kronis adalah
kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah (mandub), sebab
berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-obatan untuk
kepentingan

pengobatan

hukumnya

juga

sunnah.

Imam

Ahmad

telah

meriwayatkan hadits dari Anas RA yang telah berkata, bahwa Rasulullah SAW
berkata :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin
Syuraik RA, yang berkata,Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang
Arab Badui. Mereka berkata,Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ? Maka
Nabi SAW menjawab :
Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza
wa Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat
baginya
Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk
memperbaiki kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya.
Juga dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk mempertinggi produktivitas
hewan-hewan tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat
bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis.
Demikianlah hukum syara untuk kloning tanaman dan hewan. Adapun
hukum kloning manusia andaikata saja sudah berhasil dilakukan, padahal
kenyataannya belum dan kloning embrio adalah sebagai berikut :
1. Kloning Embrio:
Kloning embrio terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim isteri,
yang terbentuk dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya.
Lalu sel embrio itu dibagi dengan suatu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel
embrio yang berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel
embrio itu dipisahkan agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis
sama dengan sel embrio pertama yang menjadi sumber pengambilan sel.
Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing
(bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri pertama
pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Kedua bentuk kloning ini hukumnya
haram. Sebab dalam hal ini telah terjadi pencampuradukan dan penghilangan
nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah mengharamkan hal ini.
Akan tetapi jika sel-sel embrio tersebut atau satu sel darinya
ditanamkan ke dalam rahim perempuan pemilik sel telur itu sendiri, maka kloning

seperti ini hukumnya mubah menurut syara, sebab kloning seperti ini adalah
upaya memperbanyak embrio yang sudah ada dalam rahim perempuan itu sendiri,
dengan suatu teknik tertentu untuk menghasilkan anak kembar. Inilah hukum
syara untuk kloning embrio.
2. Kloning Manusia :
Adapun hukum kloning manusia, meskipun hal ini belum terjadi, tetapi
para pakar mengatakan bahwa keberhasilan kloning hewan sesungguhnya
merupakan pendahuluan bagi keberhasilan kloning manusia.
Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan
perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari
tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel
telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung
dengan inti sel tubuh laki-laki lalu ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan
agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan
akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel
tubuh. Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja, tanpa
memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel
dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan
dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah
bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim
perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan
akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber
pengambilan sel tubuh.
Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada
hewan domba (Dolly). Mula-mula inti sel diambil dari tubuh domba, yaitu dari
payudara atau ambingnya, lalu sifat-sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi
ambing ini dihilangkan. Kemudian inti sel tersebut dimasukkan ke dalam lapisan
sel telur domba, setelah inti selnya dibuang. Sel telur ini kemudian ditanamkan ke
dalam rahim domba agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi
janin, dan akhirnya dihasilkan bayi domba. Inilah domba bernama Dolly itu, yang
mempunyai kode genetik yang sama dengan domba pertama yang menjadi
sumber pengambilan sel kambing.

Kloning yang dilakukan pada laki-laki atau perempuan baik yang


bertujuan untuk memperbaiki kualitas keturunan dengan menghasilkan keturunan
yang lebih cerdas, lebih kuat, lebih sehat, dan lebih rupawan, maupun yang
bertujuan untuk memperbanyak keturunan guna meningkatkan jumlah penduduk
suatu bangsa agar bangsa atau negara itu lebih kuat seandainya benar-benar
terwujud, maka sungguh akan menjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia.
Kloning ini haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-dalil
keharamannya adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak
alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anakanak dan keturunan. Allah SWT berfirman :
dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46) Allah
SWT berfirman :
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya. (QS. Al Qiyaamah : 37-38)
2. Anak-anak produk kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki),
tidak akan mempunyai ayah. Dan anak produk kloning tersebut jika dihasilkan
dari proses pemindahan sel telur yang telah digabungkan dengan inti sel
tubuh ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula
akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang menjadi tempat
pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini
merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak
terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :
Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan. (QS. Al Hujuraat : 13)
Hal ini juga bertentangan dengan firman-Nya :
Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapakbapak mereka. (QS. Al Ahzaab : 5)

3. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam


telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA,
yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya,
atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. (HR. Ibnu
Majah)
Diriwayatkan dari Abu Utsman An Nahri RA, yang berkata,Aku
mendengar Saad dan Abu Bakrah masing-masing berkata,Kedua telingaku
telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda Muhammad SAW :
Siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang bukan
bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga
baginya haram. (HR. Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwasanya tatkala turun ayat
lian (QS. ) dia mendengar Rasulullah SAW bersabda :Siapa saja perempuan
yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan dari
kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apa pun dari Allah dan
Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa saja lakilaki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya,
maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya
itu di hadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat
nanti). (HR. Ad Darimi)
Kloning yang bertujuan memproduksi manusia-manusia yang unggul
dalam hal kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas
mengharuskan seleksi terhadap para laki-laki dan perempuan yang mempunyai
sifat-sifat unggul tersebut, tanpa mempertimbangkan apakah mereka suamiisteri atau bukan, sudah menikah atau belum. Dengan demikian sel-sel tubuh
akan diambil dari laki-laki dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat yang
diinginkan, dan sel-sel telur juga akan diambil dari perempuan-perempuan
terpilih, serta diletakkan pada rahim perempuan terpilih pula, yang mempunyai
sifat-sifat keunggulan. Semua ini akan mengakibatkan hilangnya nasab dan
bercampur aduknya nasab.

3. Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak


hukum-hukum syara, seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan
kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman,
hubungan ashabah, dan lain-lain. Di samping itu kloning akan mencampur adukkan
dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah
untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning manusia sungguh merupakan
perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan struktur kehidupan masyarakat.
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut
hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan. Allah SWT berfirman mengenai perkataan
Iblis terkutuk, yang mengatakan :
dan akan aku (Iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar
mereka mengubahnya. (QS. An Nisaa : 119)
Yang dimaksud dengan ciptaan Allah (khalqullah) dalam ayat tersebut adalah
suatu fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Dan fitrah dalam kelahiran
dan berkembang biak pada manusia adalah dengan adanya laki-laki dan perempuan,
serta melalui jalan pembuahan sel sperma laki-laki pada sel telur perempuan.
Sementara itu Allah SWT telah menetapkan bahwa proses pembuahan tersebut wajib
terjadi antara seorang laki-laki dan perempuan yang diikat dengan akad nikah yang
sah.
Dengan demikian kelahiran dan perkembangbiakan anak melalui kloning
bukanlah termasuk fitrah. Apalagi kalau prosesnya terjadi antara laki-laki dan
perempuan yang tidak diikat dengan akad nikah yang sah.
SUMBER
/http://citysaidah.wordpress.com/2010/02/18/penciptaan-manusia-menurut-alquran

Vous aimerez peut-être aussi