Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Desy Susanti
Ika Nugraeni S
Mashafah Fitriani
Mochammad Zulkarnaen
Latar Belakang
dan
kapur. Obat-obatan
tradisional seperti
atau
rusaknya
kulit
yang
menyebabkan
ketidak
Arecaidine,
guvacoline,
guvacine
dan
kolin
yang
Tanin
merupakan
senyawa
makromolekul
dari
golongan
Untuk
Tujuan
mengevaluasi
aktivitas
penyembuhan
Areca catechu dibeli dari pasar lokal dan dikonfirmasi oleh Profesor Botani,
Mahatma Gandhi Memorial College, Udupi. Spesimen Tanda bukti spesimen
disimpan di Departemen Farmakologi, KMC, Manipal. Salep ekstrak etanol (2 %)
disiapkan dari Areca catechu.
Injeksi ketamin diperoleh dari Neom Laboratorium Limited (Mumbai, India).
Sulfadiazin (0,5 g 1 % krim) diperoleh dari Kasturba Hospital Farmasi (Manipal,
India).
Deksametason diperoleh dari Nice Chemials Ltd (Cochin, India)
Areca
catechu
dipotong
menjadi
ukuran kecilkecil
Basis salep
sederhana
dikeringkan di
bawah sinar
matahari
selama
beberapa hari
Di simpan
dalam
deksikator
diekstraksi
menggunaka
n soxhlet
dengan
penambahn
400 ml
etanol 70%
Disaring lalu
dimasukkan
ke pendingin
6 Hewan
percobaan
(tikus)
Kelompok
Standar 2
tikus
Masingmasing
dioleskan krim
sulfadiazin
Kelompok
Kontrol 2 tikus
Masingmasing
dioleskan
dasar salep
Kelompok uji
2 tikus
Masingmasing
dioleskan
salep ekstrak
Areca
catechu (2%)
Hewan percobaan: Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh kelembagaan komite etik hewan (IAEC/KMC/45/011-2012), Manipal.
Hewan yang digunakan adalah tikus wistar albino jantan dengan berat antara 250-300 g dan dalam kondisi sehat. Tikus-tikus itu
dikarantina dalam kondisi standar di rumah hewan dengan tujuan pengendalian dan pengawasan percobaan pada hewan (CPCSEA) sesuai
peraturan kelembagaan komite etik hewan. Tikus ditempatkan pada suhu 23 2C, kelembaban 50 5 %. Hewan tersebut ditempatkan
secara individual di kandang polypropylene yang mengandung sekam padi steril sebagai alas tidur setelah membuat luka bakar sampai
selesainya penyembuhan luka.
Tikus
dengan
Luka bakar dengan ketebalan persial dibuat seperti yang sudah dijelaskan
diatas. Pada luka tersebut diberikan deksametason (0,17mg / kg, i.p.) dari
hari 0 dan dilanjutkan pada hari berikutnya. Dalam penelitian ini hewan uji
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1.Kelompok kontrol : menerima dasar salep (diberikan secara topikal)
2.Kelompok uji : menerima 2% ekstrak Areca catechu (diberikan secara
topikal)
parameter
yang
digunakan
untuk
Tingkat
kontraksi luka
Daerah
luka
diukur
dengan
menelusuri
ukuran
luka
Periode epitelisasi
Jaringan mati setelah luka bakar (eschar) tidak
tampak
lagi
meninggalkan
bekas
luka
atau
hari
ini
disebut
sebagai
periode
Analisis Statistik
Hasilnya
Perbedaan
dinyatakan
antara
sebagai
kelompok
mean
SEM.
eksperimental
Hasil
laju
penyusutan
luka
yang
secara
signifikan
Pengobatan luka bakar selalu menjadi salah satu masalah klinis yang paling
menantang. Penyembuhan luka adalah proses yang sangat kompleks, yaitu
pengembalian jaringan yang rusak ke keadaan semula sebaik mungkin.
Luka bakar adalah bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar dapat terjadi pada kulit, selaput lendir, saluran pernafasan dan
saluran cerna. Gejalanya berupa sakit, bengkak, merah dan melepuh karena
permeabilitas
pembuluh
darah
meningkat
Penelitian
sebelumnya
penyembuhan
luka
sayatan
dan
eksisi
luka
dapat
dengan
Kesimpulan
berfungsi
sebagai
astringent.
Astringent