Vous êtes sur la page 1sur 14

HORMON OKSITOSIN

Disusun Oleh:
1. Christine D.D. (P 278340110043)
2. Dwi Novitasari (P 278340110047)
3. Kiki Ambarwati (P 278340110057)
4. Shinta Mayasara R. (P 278340110070)

Non Reguler
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2011
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat

Allah SWT atas limpahan taufiq dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan


lancar.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata
kuliah sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah

juga menjadi

salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai nilai
tambah. Kami membuat makalah ini berdasarkan sistematika yang
diberikan Dosen Pembimbing dengan menggunakan Buku Panduan dan
dari berbagai literatur sebagai sumber referensi utama.
Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai
bekal untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang nanti akan berguna bagi
kami dan menjadi dasar dari nilai akhir atau UAP.

Oleh karena itu

makalah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam


kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.
Kritik

dan

saran

yang

membangun

selalu

diterima

demi

sempurnanya makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya disampaikan kepada semua pihak dan instansi yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik.
Surabaya, November 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Fungsi............................................................................... 4
2.2 Prinsip Kerja......................................................................................... 8
2.3 Produksi Oksitosin................................................................................ 9
2.4 Efek Samping Oksitosin..................................................................... 10
BAB III : PENUTUP
Simpulan................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
System endokrin terdiri terutama dari kelenjar-kelenjar tanpa
saluran keluar yang sekretnya (hormone) dicurahkan langsung kedalam
sirkulasi darah atau limfe. Kelenjar endokrin mempunyai asal embriologik

yang berbeda, kelompok kelenjar endokrin berasal dari ketiga lapisan


embrional:
Hipofisis, medula suprarenal dan badan kromafin berasal ectoderm
Ovarium, testis dan kortek suprarenal berasal dari mesoderm.
Sel parenkim tiroid, paratiroid, dan pulau langerhans berasal dari
endoderm. (Sinopsis Histologi, hal 168)
Setiap kelenjar endokrin mensekresikan atau lebih substansi
khusus yang disebut hormone. Hormon berasal dari kata homaein yang
berarti memacu. Hormon dibentuk pada suatu kelenjar akan tetapi
menjalankan fungsinya di tempat lain. Umumnya, hormon dihasilkan oleh
kelenjar endokrin dan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Hormon
merupakan senyawa protein atau senyawa steroid.
Di dalam tubuh, hormon berperan dalam mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, keseimbangan internal,
reaksi terhadap stres serta tingkah laku. Dalam kegiatan tubuh, hormon
hanya sedikit diperlukan, akan tetapi mempunyai pengaruh yang sangat
luas.
Salah satu macam dari kelenjar adalah hipofisis. Hipofisis terdiri
dari dua jaringan berbeda, yaitu Adenohipofisis (lobus kelenjar) yang
terdiri

dari

Pars

Distalis,

Pars Tuberalis,

Pars

Intermedia.

Dan

Neurohipofisis yang terdiri dari Pars Nervosa, Tangkai Infundibulum,


Eminensia Mediana. (Sinopsis Histologi, hal 169).
Dua

hormon

yang

disekresikan

oleh

neurohipofisis adalah

Vasopresin dan Oksitosin.(Sinopsis Histologi, hal 173).


Kelenjar hipofisis mempunyai dua komponen dan kedua komponen
ini mempunyai fungsi yang tidak sama. Dua komponen ini adalah
adenohipofisis (hipofisis anterior) dan neurohipofisis (hipofisis posterior).

Hipotalamus berhubungan dengan hipofisis posterior melalui sistem


persarafan, sedangkan hubungannya dengan hipofisis anterior adalah
melalui pembuluh darah. Hormon hipofisis posterior dihasilkan oleh
hipotalamus, kemudian melalui akson dari saraf di bawah dan disimpan ke
dalam kelenjar hipofisis posterior.
Darah yang mengalir ke dalam kelenjar hipofisis anterior harus
melewati hipotalamus terlebih dahulu. Hipotalamus mengendalikan
hipofisis anterior dengan menghasilkan dan mengeluarkan hormon
releasing atau inhibiting ke dalam darah. Melalui peredaran darah, hormon
ini disimpan ke dalam hipofisis anterior. Kelenjar hipofisis anterior dapat
menstimulasi keluarnya (release) atau mencegah (inhibit) keluarnya
hormon tertentu. Enam hormon releasing atau inhibiting yang sudah
diketahui adalah:
1. Growth hormone-releasing hormone (GHRH)
2.

Growth hormone-inhibiting hormone (GHIH)

3.

Thyrotropin releasing hormone (TRH)

4.

Corticotropin releasing hormone (CRH)

5.

Gonadotropin releasing hormone (GnRH)

6.

Prolactin-inhibiting hormone (PIH)

Hormon dikeluarkan sebagai respons atas rangsangan syaraf


secara langsung kepada kelenjar yang cocok. Hormon oksitosin disimpan
di hipofiis posterior dan dilepaskan ke dalam darah oleh ransangan dalam
serat saraf dar hipotalamus. Sebagian besar serat dari nukleus
paraventrikuler berhubungan dengan sekresi oksitosin. Hormon oksitosin
khususnya, dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus dan berfungsi untuk
merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DAN FUNGSI
Hormon

Oksitosin

dihasilkan

oleh

kelenjar

hipotalamus.

Hipotalamus adalah pemimpin umum sistem hormon, ia memiliki


tugas penting memastikan kemantapan dalam tubuh manusia. Setiap
saat, hipotalamus mengkaji pesan-pesan yang datang dari otak dan
dari dalam tubuh. Setelah itu, hipotalamus menjalankan beberapa

fungsi, seperti menjaga kemantapan suhu tubuh, mengendalikan


tekanan darah, memastikan keseimbangan cairan, dan bahkan pola
tidur yang tepat.Hipotalamus terletak langsung di bawah otak dan
ukurannya sebesar biji kenari. Sejumlah besar informasi sehubungan
dengan keadaan tubuh dikirim ke hipotalamus. Informasi ini
disampaikan ke sana dari setiap titik dalam tubuh, termasuk pusat
indra dalam otak. Kemudian hipotalamus menguraikan informasi yang
diterimanya, memutuskan tindakan yang mesti diambil dan perubahan
yang harus dibuat dalam tubuh, serta membuat sel-sel tertentu
menjalankan keputusannya.

Sebagian besar informasi tentang tubuh manusia ada di hipotalamus.

Dua hormon yang disekresi hipotalamus adalah oksitosin dan


vasopressin. Dan disini yang

akan kita bahas adalah mengenai

hormone oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawab


untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan,
terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin disintesis
terutama oleh badan sel syaraf nucleus paraventrikularis. Oksitosin
menyebabkan otot polos uterus berkontraksi dalam stadium akhir
kehamilan, selain itu juga memulai kontraksi sel mioepitel pada alveoli
dan saluran keluar kelenjar mammae. (Sinopsis Histologi, hal.173)

Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambar, tetesan


oksitosin dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan
teratur. Selain itu, hormon oksitosin juga memainkan peranan penting
saat

setelah

proses

melahirkan.

Yakni,

merangsang

rahim

berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta.


Oksitosin terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin
meningkatkan baik frekuensi dan durasi potensial aksi. Jadi
pemberian oksitosin merangsang timbulnya kontraksi otot uterus yang
belum berkontraksi dan meningkatkan kekuatan serta frekuensi
kontraksi otot pada uterus yang sudah berkontraksi. Estrogen
memperkuat kerja oksitosin dengan cara menurunkan otensial
membran sel otot polos, jadi merendahkan ambang eksitasi. Saat
akhir kehamilan, sering terjadi peninggian kadar estrogen, potensial
membrane sel otot polos uterin berkurang negatifnya, sehingga
membuat uterus makin sensitive terhadap oksitosin. Jumlah reseptor
oksitosin di uterus juga makin bertambah pada saat ini, dan aktivasi
mereka menyebabkan kalsium selular di mobilisasi melalui hidrolisa
polifosfatidilinositol. (Endokrinologi Dasar dan Klinik, hal.151)
Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami, namun
terdapat suatu cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya,
melalui proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Meletakkan bayi di atas
perut ibu, agar bayi mencari payudara ibunya sendiri, dapat
merangsang pelepasan oksitosin. Sehingga, wanita disarankan untuk
melakukannya secepat mungkin setelah melahirkan, untuk membantu
keluarnya plasenta. Jika plasenta gagal keluar, ibu akan diberikan
hormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk membantu
rahim berkontraksi.
Oksitosin

juga memainkan peranan penting di luar proses

melahirkan. Setiap kali menyusui, ibu akan melepaskan hormone

oksitosin yang menyebabkan ibu mengeluarkan putting susu ke mulut


bayi. Hal ini, akan membantu rahim menciut dan kembali ke ukuran
normal.

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin


membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu
(ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di
belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.
Ketika pengeluaran air susu, oksitosin menimbulkan kontraksi selsel mioepitel di payudara sebagai respon terhadap penghisapan
puting, berkat reflex neurogenik yang dihantarkan ke hipotalamus
melalui medulla spinalis. Kadar oksitosin meningkat dalam 2 menit
pengisapan puting dan mencapai puncak dalam 10 menit. Oksitosin
juga dilepaskan ketika sanggama.(Ilmu Kandungan, hal.63)
Selain itu oksitosin juga berfungsi mengencangkan otot halus
dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya
juga

dalam orgasme.

Setelah

melahirkan,

oksitosin

juga

mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI


menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya
susu let-down / milk ejection reflex.

. Sekresi oksitosin dirangsang oleh peregangan vagina atau


serviks uteri dan oleh tindakan menyusui. Hal ini terjadi melalui traktus
syaraf yang mempengaruhi hipotalamus. (Histologi Dasar, hal.396)
Oksitosin dilepaskan sepanjang masa melahirkan sewaktu janin
menstimulasi leher rahim dan vagina. Dan hal itu meningkatkan
kontraksi otot halus kandungan agar terjadi proses melahirkan.
Pada kasus dimana kontraksi tidak cukup agar terjadi kelahiran,
dokter terkadang memberikan Oksitosin untuk menstimulasi lebih
lanjut kontraksi kandungan- perhatian besar harus dilakukan pada
beberapa situasi untuk memastikan janin keluar dengan baik dan
mencegah pecahnya uterus.

2.2 PRINSIP KERJA


Prinsip kerja hormon Oksitosin adalah dengan cara menstimulasi
kontraksi sel otot polos pada rahim wanita hamil selama melahirkan
dan menstimulasi kontraksi sel-sel kontraktil dari kelenjar susu agar

mengeluarkan air susu. Air susu yang keluar pertama inilah yang
mengandung antibody yang sangat penting untuk bayi. ASI yang
keluar pertama ini mengandung kolostrum, Kolostrum dikonsumsi bayi
sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan
antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam
level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi
yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.
Proses Kelahiran:
Saat fetus masuk dalam jalan lahir, segmen bawah uterus, serviks
dan vagina berdilatasi, dan ini menyebabkan reflex pelepasan
oksitosin. Kontraksi uterus yang kuat, lebih jauh menyebabkan
penurunan fertus, distensi, dan pelepasan oksitosin lebih jauh lagi.
Laktasi:
Oksitosin juga terlibat pada laktasi. Perangsangan putting susu
menghasilkan reflex neurohumoral. Berikutnya, oksitosin meyebabkan
kontraksi sel. Mioepitel dari duktus mamilaris dan pengeluaran susu.
Kerja lainnya:
Sejumlah

stimulus

juga

merangsang

pelepasan

ADH

seperti

peningkatan osmolalitas plasma dan hipovolemia menyebabkan


sekresi oksitosin. Sejak aliran urin rendah-yang dapat mempengaruhi
pengaturan kesetimbangan natrium. (Endokrinologi Dasar dan Klinik,
hal.151)
Gambar mengenai mekanisme kerja oksitosin:

2.3 PRODUKSI OKSITOSIN


Dalam tubuh orang normal, hormon diproduksi dalam jumlah sesuai
kebutuhan. Jadi dapat dipastikan kadarnya tentu akan meningkat
secara normal pada ibu yang akan melahirkan dan menyusui.
Pada tubuh manusia oksitosin dibuat oleh sel-sel saraf khusus di regio
tertentu di otak. Di luar sel saraf, oksitosin diproduksi juga di kelenjar
telur dan sel-sel di testis spesies tertentu (bukan manusia).
Saat ini, berkat kemajuan teknologi, hormon ini sudah dapat dibuat
sintetiknya. Hormon ini ternyata mudah dihancurkan oleh saluran
cerna kita, sehingga hormon sintetik ini dibuat dalam bentuk sediaan
injeksi/suntik

dan

"nasal

spray".

Cara pembuataannya tentu melalui "genetic engineering" yang rumit,


sehingga dapat dihasilkan sediaan yang stabil dan dapat berfungsi
seperti hormon aslinya.
Hormon oksitosin dibentuk dari prohormon, berupa nonapeptida.
Berat molekulnya adalah 1007. Disekresikan turun sepanjang aksonakson dari neuron-neuron yang badan selnya terletak di nucleus
supraoptikus dan paraventrikularis. Dalam perjalanannya oksitosin
terikat pada protein pembawa yang dikenal sebagai neurofisin I dan II

(estrogen dan nikotin masing-masing merangsang neurofisin) yang


memiliki berat molekul sekitar 10.000, disekresikan lebih langsung ke
dalam sirkulasi portal daripada sirkulasi perifer. Sejumlah kecil
oksitosin juga dilepaskan ke dalam sirkulasi portal. Waktu prooksitosin sekitar 10 menit.(Ilmu Kandungan, hal.63)

2.4 EFEK SAMPING OKSITOSIN


Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan
meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek
samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretika
d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )
e. Mual
f. Reaksi hipersensitif

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN

Oksitosin berperan penting dalam proses melahirkan. Oksitosin


membantu

mengencangkan

otot

halus

pada

rahim

dan

merangsang terjadinya kontraksi uterus pada saat melahirkan.

Oksitosin juga berperan dalam proses menyusui. Oksitosin


merangsang putting susu menghasilkan reflex neurohumoral yang
dipacu oleh tindakan menyusui (Refleks Ejeksi-Susu).

Hipotalamus adalah kelenjar penghasil hormon oksitosin yang


berperan menghasilkan hormon-hormon lain yang berperan dalam
sistem reproduksi.

Hormon oksitosin disimpan di hipofiis posterior dan dilepaskan ke


dalam darah oleh ransangan dalam serat saraf dar hipotalamus.

DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com
Tambajong, Jan. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
L. Carlos Junqueira, Jose Carneiro, Robert O. Kelley. 1997. Histologi
Dasar. Jakarta: EGC.
Francis S. Greenspan, John D. Baxter. 1998. Endokrinologi Dasar dan
Klinik. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi