Vous êtes sur la page 1sur 6

Nama : Galih Nugraha

Nim : 04121401078
SKENARIO A BLOK 22 TAHUN 2014
Mr. Z, a 40 year old man, came to Moh. Hoesin Hospital with chief complain of weakness. He
also had palpitation and cephalgia. He has usually ate fresh vegetables at warteg restaurant
( periferal restaurant ) since 5 years ago. He seldom handwash hygiene if he ate everything. The
defecation still normal.
Physical Examination
Weight : 50 kg, height : 155 cm
General appearance : pale, fatique
Vital sings : HR : 114 X/minute, RR : 30 X/minute, Temp 36.6C, BP : 100/70 mmHg
Head : Cheilitis positive, tongue : papil atrophy
No lymphadenopathy
Abdomen : No epigastric pain, liver and spleen non palpable
Extremities : Koilonychia negative
Laboratory
Hb 6.8 g/dL, Ht 20 vol%, RBC 2.500.000/mm, WBC 7.000/mm, Trombosit 480.000/mm,
RDW 220%, MCV : 60 fl, MCH n : 21 pg
Blood Smear : anisocytosis, hypochrome microcyter, poikilocytosis
Faeces : Hookworms eggs posisitve
Additional Examination :
Serum iron is 12 g/dL
Total iron binding capacity is 460 g/dL
Ferritin is 10 ng/ml

ANALISIS MASALAH
A. Mr. Z, a 40 year old man, came to Moh. Hoesin Hospital with chief complain of
weakness. He also had palpitation and cephalgia.
a. cephalgia : celphagia diakibatkan oleh berkurang hemoglobin di eritrosit pada
sirkulasi darah ke otak. Hal ini akan menyebabakan sel-sel neuron mengalami
hipoksia yang bermanifestasi pasien mengalami cephalgia
2. Bagaimanakah patofisiologi keluhan menurut kasus :
a. Lelah :
Patofisiologi mudah lelah pada kasus dikarenakan jumlah Hemoglobin yang
sudah menurun ( 6,8 mg/dl), hal ini akan menyebabkan anoksia organ target dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Pada sistem kardiovaskuler akan menyebabkan : lesu, cepat lelah, palpitasi,
takikardi, angina pectoris, dan gagal jantung.
Kadar hemoglobin rendah pada eritrosit akan menyebabkan terjadinya hipoksia
pada semua jaringan tubuh, hal ini akan menyebabkan penurunan metabolisme
tubuh yang akan bermanifestasi dengan tanda tubuh cepat mengalami kelelahan
b. Apakah hubungan jenis kelamin dan umur dengan keluhan yang dialami?
B. He has usually ate fresh vegetables at warteg restaurant ( periferal restaurant ) since 5

years ago. He seldom handwash hygiene if he ate everything. The defecation still normal.
Mengapa defekasi Mr Z masih normal ?

C. Physical Examination
- Bagaimanakah interpretasi dan mekanisme abnormal ?
a. Head : Cheilitis positive,
b. tongue : papil atrophy
interpretasi : tidak normal
Mekanisme : fe dibutuhkan dalam pembuatan enzim oksidase yang apabila
kekurangan akan menyebabkan atrofi papil lidah.
c. Extremities : Koilonychia negative
Interpreatasi : normal
D. Laboratory + Additional Examination

Bagaimanakah interpretasi dan mekanisme abnormal ?


a. Serum iron is 12 g/dL
Interpretasi : tidak normal
Normalnya : 75 -175 mg/dl
Mekanisme : total besi yang berikatan dengan tranferin di peredaran darah
menurun disebabkan oleh gangguan penyerapan besi oleh infeksi cacing tambang
yang ada di usus, selain itu juga infeksi cacing tambang juga mengakibatkan
pendarahan pada usus yang mengakibatkan kehilangan darah dan besi

Bagaimanakah metabolisme besi normal dalam tubuh?


Besi terdapat dalam beberapa jaringan dalam tubuh, berupa :
1. Senyawa besi fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi dalam
tubuh
2. Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang
3. Besi tranpor, besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk
mengangkut besi dari suatu kompartemen ke kompartemen yang lainnya.
Besi dalam tubuh tidak pernah terdapat dalam bentuk logam bebas (free iron), tetapi
selalu berikatan dengan protein tertentu.
Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam usus. Untuk
memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Proses absopsi
besi terjadi di duodenum dan jejunum proksimal. Proses absopsi besi dibagi menjadi 3
fase, yaitu :
1. Fase luminal : besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap di
duodenum. Besi dalam makanan terdapat dalam 2 bentuk sebagai berikut :
a. Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan, proporsi absorpsinya tinggi, tidak
dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavabilitas tinggi.
b. Besi nonheme; berasal dari sumber tumbuh-tumbuhan, proporsinya rendah,
dipengaruhi oleh bahan pemacu atau penghambat sehingga bioavabilitasnya
rendah.
Tergolong sebagai baham pemacu absorpsi besi adalah meat factors dan vitamin c
sedangkan sebagai bahan penghambat adalah tanat, phytat dan serat (fiber).

2. Fase mucosal : proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses
aktif. Penyerapan besi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum proksimal.
Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks. Dikenal
dengan adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat mengatur penyerapan
besi melalui mukosa usus
3. Fase korporeal : meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh
sel-sel yamg memerlukan, serta penyimpanan besi (storage) oleh tubuh. Besi setelah
diserap oleh enterosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel usus, memasuki
kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oleh apotranferin menjadi tranferin.
Tranferin akan melepaskan besi pada RES melalui proses pinositosis. Banyaknya
absorpsi besi tergantung pada :
-

jumlah kandungan besi dalam makanan


jenis besi dalam makanan : besi heme atau nonheme
adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam makanan
jumlah cadangan besi dalam tunuh
kecepatan eritropoiesis.

Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh
besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan besi fisiologik bersifat tetap.
Besi yang diserap usus setipa hari berkisar antara 1-2 mg, ekresi besi terjadi dalam
jumlah yang sama melalui eksfoliasi epitel. Besi dari usus dalam bentuk tranferin
akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi oleh makrofag dalam sumsum tulang
sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoiesis sebesar 24 mg per
hari. Eritrosit yang terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi
memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke
makrofag karena terjadinya eritropoiesis inefektif (hemolysis intramedular). Besi
yang terdapat pada eritrosit yang beredar, setelah mengalami proses penuaan juga
akan dikembalikan pada makrofag sumsum tulang sebesar 17 mg sehingga dapat
dilihat suatu lingkaran tertutup (closed circuit) yang sangat efisien.

Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat
dibagi menjadi 3 kelompok besar :
1. Deplesi besi (iron depleted state) ; cadangan besi menurun, tetapi penyediaan
besi untuk eritropoiesis belum terganggu
2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis) : cadangan besi
kosong, penyediaan besi u tuk eritropoiesis terganggu tetapi belum timbul
anemia secara laboratorik
3. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi

HYPOTHESIS
MR Z, 40 tahun diduga mengalami anemia defisiensi besi hyprochrome microcyter
dikarenakan infeksi cacing tambang.

TEMPLATE

Etiologi
Anemia defisiensi besi

dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan

absorpsi besi, serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun.


1. Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun, yang dapat berasal dari :
a) Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, kanker lambung, kanker kolon,
diverticulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
b) Saluran genitalian wanita : menorrhagia, atau metrorrahgia
c) Saluran kemih : hematuria
d) Saluran nafas : hemoptoe
2. Faktor nutrisi : akibat kekurangan jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas
besi (bioavabilittas) besi yang tidak baik (makanan bnyak serat, rendah vitamin C,
dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat ; seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau colitis kronik.

Pencegahan
1. Pendidikan kesehatan, yaitu :
a) Kesehatan lingkugan, misalnya tentang pemakaian jamban dan perbaikan
lingkunga kerja, misalnya pemakain alas kaki
b) Penyuluhan gizi : untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu
absorpsi besi
2. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik paling
sering di daerah tropic
3. Suplementasi besi : terutama untuk ibu hamil dan balita
4. Fortifikasi makanan dengan besi.

Vous aimerez peut-être aussi