Vous êtes sur la page 1sur 2

Dompet Biru Kecil

Ayah-ayah! Itu berapa?, tanya seorang anak dengan jaket dan topi wool. Ia
melompat-lompat sembari menunjuk angka di layar kuning kecil itu.
Apa lagi dek?, sebentar ya ayah sedang sibuk, jawab sang ayah singkat.
Jemarinya tetap lincah di layar ponselnya.
Anak itu berlari mendekat ke arah mesin pengisi bahan bakar itu.
Sesaat melihat anaknya sudah berada di dekat petugas, sang ayah
memanggilnya dengan cukup lantang. Kamu sini! Jangan bandel!
Terkejut, anak itu menangis. Air matanya membasahi pipinya yang tembam. Ia
lalu kembali dan memeluk kaki ayahnya.
.
.

Anak bertanya pada bapaknya terus menerus mengenai angka di mesin


pengisian bensin
Bapak sebal, dia menjawab sekedarnya lalu sibuk dengan ponselnya.
Anak itu terlihat berlari untuk melihat lebih dekat angka yang bergerak di mesin
pom.
Bapak terkejut melihat anaknya telah berada di samping petugas pengisian,
sontak membentak dengan suara keras agar anak itu kembali.
Terkejut, anak itu menangis. Air matanya membasahi pipi tembamnya. Ia lalu
kembali dan memeluk kaki bapaknya.
.
.
"Silahkan pak", sang petugas menyapa bapak itu.
Tiba giliran bapak itu mengisi bahan bakar, lalu motor diisi sebanyak 15rb
rupiah.
Kudorong motorku perlahan, menempati posisi bapak itu sebelumnya
Ketika bapak itu mau meraih dompetnya, alih-alih malah si petugas memberinya
uang 5rb dan satu dompet berwarna biru.
Bapak itu bingung, kenapa dia diberi uang.
Sang petugas menjawab, "Anak anda tadi memberi dompet kecilnya pada saya,
katanya dia ingin memberi hadiah untuk ulang tahun untuk bapak"
Bapak itu tertunduk diam, matanya berkaca-kaca, lalu memeluk anaknya dan
menangis. Begitu juga anaknya, dia yang tadi sudah terdiam kembali menangis
melihat bapaknya.
"Maafkan bapak nak", tuturnya pelan.

AKu tersenyum, dadaku terasa hangat melihat berdua.


Tiba-tiba aku jadi ingat suatu pepatah Shakespeare yang pernah kubaca, "Ketika
bapak memberikan sesuatu untuk anaknya, sang anak akan tersenyum. Tetapi
jika sang anak memberi sesuatu untuk bapaknya, sang bapak akan menangis"
Jogja, Pertengahan April 2008.

Vous aimerez peut-être aussi