Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
Fatma Roisatin Nadhiroh
130722616093
Off: H
BAB I
PENDAHULUAN
melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya salah satunya, yaitu pembatasan kelahiran bayi
dengan program keluarga berencana. Catur warga tediri bapak, ibu dan dua anak, laki-laki
perempuan sama saja; pembatasan usia perkawinan; pembatasan tunjangan anak bagi PNS;
Fatma Roisatin Nadhiroh 2
deret
ukur
dan
pertumbuhan
pangan
yang
mengikuti
deret
hitung,
penduduk
ini
sedemikian
kritis
sehingga
banyak
orang
mengakui
bahwa peledakan penduduk dewasa ini merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan
kesejahteraan dunia.
Kemudian The Club of Rome (1992: 167), juga menyimpulkan bahwa: Jika
kecenderungan dalam pertumbuhan penduduk dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan,
dan eksploitasi sumber daya alam yang ada saat ini tetap tidak berubah, dunia akan semakin
mendekati titik kritisnya dan selama kira-kira seratus tahun lagi akan mencapai tingkat di
mana ia tidak mampu lagi menampung pertumbuhan penduduknya. Yang paling mungkin
dihadapi kemudian adalah menurunnya populasi dan kapasitas industri.
Pemecahan masalah isu kependudukan ini sudah banyak cara yang ditawarkan
diantaranya pengendalian fertilitas dengan penggunaan alat kontrasepsi KB, penundaan
perkawinan, bahkan menurut teori malthus memberikan 2 jenis solusi yaitu preventive checks
(pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran) dan positive checks (pengurangan
penduduk melalui proses kematian).
Kegiatan antianatalis seakan-akan menjadi program unggulan untuk mengatasi
permasalahan ledakan penduduk tersebut, khususnya negara Tiongkok menerapkan model
yang berbeda dalam penyelesaian ini, yaitu mencanangkan sasaran pertumbuhan
penduduk dalam kebijakan kependudukannya melalui beragam cara : mulai dari pemberian
imbalan bagi keluarga dengan satu anak, dan sanksi bagi mereka yang tidak sungguhsungguh menjalankan kebijakan ini, wajib militer bagi para pemuda, penundaan usia kawin,
sampai pada komitmen pemimpinnya yang memberi pembenaran pada program ini sebagai
bagian dari ajaran sosialisme. (1992 : 168).
Berbeda dengan aliran moderat yang berpendapat bahwa solusi atas persoalan
pertumbuhan penduduk yang cepat adalah pembangunan nasional : Tingkat kelahiran akan
turun dengan sendirinya, bukan melalui intervensibuatan semacam kebijakan dan program
kependudukan etapi lewat proses alamiah yang dihasilkan dari pembangunan ekonomi dan
sosial yang sungguh-sungguh. (1992 : 169).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 hingga tahun 2010, jumlah penduduk
Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup serius, walaupun pertumbuhan mengalami
penurunan. Peningkatan jumlah penduduk yang cepet sering disebut ledakan penduduk.
Seorang ahli kependudukan dari bangsa Inggris, Thomas Robert Malthus mengatakan
bahwa penyebab terjadinya ledakan penduduk suatu daerah atau negara akibat kemiskinan.
Secara logika dapat dikatakan bahwa penghuni bumi ini terus bertambah sedangkan ruang
pemukiman di bumi tetap tidak bertambah (Suryani,1987 dalam buku Kependudukan
Fatma Roisatin Nadhiroh 4
1.2 Tujuan
Untuk memetakan jumlah pengguna alat kontrasepsi pada tahun 2013 dengan metode
choropleth di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Selain itu, juga untuk mengetahui
perbandingan antara pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
Fatma Roisatin Nadhiroh 5
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi alat atau obat-obatan (Mochtar,
1998). Syarat syarat kontrasepsi adalah :
a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b) Efek samping yang merugikan tidak ada
c) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d) Tidak menganggu hubungan persetubuhan
e) Cara penggunaannya sederhana
f) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
g) Dapat diterima oleh pasangan suami istri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pemetaan
Konsep pemetaan ialah bagaimana dapat menggambarkan sebagian atau seluruh
permukaan bumi yang bentuknya melengkung itu ke bidang datar yang disebut peta
dengan mendekati kebenaran yaitu dengan distrosi sekecil-kecilnya.
Untuk penggambaran tersebut pasti dijumpai kesulitan, karena bidang asli yang akan
digambar (bola/globe) berbeda dengan bidang yang digunakan untuk menggambar
(kertas/peta). Bola bumi/globe merupakan bangun tiga dimensi, sedangkan kertas/peta
merupakan bangun dua dimensi. Ini dapat dibayangkan apabila seseorang ingin mendatarkan
kulit jeruk yang melengkung. Tanpa adanya kerutan dan sobekan pada kulit jeruk itu, tidak
akan mungkin diperoleh kulit jeruk yang datar. Kerutan dan sobekan itulah yang
menyebabkan terjadinya distorsi. Distorsi yang timbul dalam proyeksi peta mungkin berupa
distorsi jarak, sudut yang dapat mengakibatkan terjadinya distorsi luas, dan bentuk.
Peta merupakan suatu metode yang efisien dan unik untuk menggambarkan suatu
distribusi fenomena dalam ruang. Beberapa dirancang untuk menggambarkan suatu negara
atau wilayah yang menunjukkan pengaturan negara-negara atau wilayah-wilayah berkenaan
dengan satu sama lain dan konfigurasi dari batasan-batasan mereka. Ada peta lain yang
sifatnya berbeda, yang digunakan oleh para ilmuwan terkait dengan sebab dan akibat dari
distribusi fenomena dalam ruang, seperti dalam disiplin meteorologi, klimatologi, geologi,
geomorfologi, pedologi, oseanografi, ekologi, ekonomi, ilmu-ilmu sosial, dan geografi.
Meskipun demikian membuat peta terutama untuk menunjukkan fakta, untuk menunjukkan
distribusi spasial dengan suatu ketelitian yang tidak bisa dicapai dengan uraian atau statistik,
itu semua sangat penting sebagai alat penelitian. Peta dapat merekam pengamatan dalam
format singkat tapi jelas, membantu analisis, merangsang gagasan dan membantu perumusan
hipotesis, dan untuk mengkomunikasikan penemuan (Howe, 1986 dalam Pacion, 1986).
Dalam istilah sehari-hari difusi berarti pemencaran, penyebaran, atau penjalaran,
seperti penyebaran berita dari muiut ke mulut, penjalaran penyakit dari suatu daerah ke
daerah lain, penyebaran kebudayaan dari suatu suku ke suku yang lain (Bintarto dan
Hadisumarno, 1987). Model-model difusi spasial merupakan salah satu bentuk model
geografi, di mana geografi modern menekankan pada 3 karakteristik dalam menghampiri
suatu masalah yaitu: analisis spasial, analisis ekologis, dan analisis komplek wilayah. Model
difusi spasial ini bermanfaat bagi para geograf untuk melakukan analisis spasial yang
menitikberatkan pada struktur spasial yang secara teori meliputi antara lain teori interaksi
spasial teori difusi.
Konsep difusi spasial adalah konsep tentang menyebarnya suatu fenomena dalam
ruang geografi dan merupakan konsep yang dapat berlaku di berbagai bidang seperti
menyebarnya penyakit menular (infeksius), berkembangnya kota, meluasnya kebakaran
hutan, difusi inovasi lain-lain. Walaupun tidak mudah untuk meneliti suatu proses yang
dinamis ini namun konsep penting dan bermanfaat untuk dipahami para geograf untuk dapat
berperan dalam menangani aspek yang multidisiplin tersebut.
Pada analisa Hagerstrand tentang difusi keruangan terdapat enam unsur. Unsur
pertama adalah area atau lingkungan di mana proses difusi terjadi. Unsur kedua adalah
waktu, di mana difusi dapat terjadi terus-menerus atau atau dalam waktu yang terpisah-pisah.
Unsur ketiga adalah item yang didifusikan, dapat berbentuk material penduduk, pesawat
televisi, pesawat radio, pupuk, dan dapat pula berbentuk non material seperti tingkah laku,
penyakit, pesan, dan lain sebagainya. Item-item tersebut berbeda-beda dalam derajad untuk
dapat dipindahkan, untuk dapat diteruskan, atau untuk dapat diterima. Misalnya penyakit
cacar air mudah dipindahkan atau mudah menular kepada orang lain. Sebaliknya teknik
keluarga berencana sukar untuk diteruskan dan sukar juga untuk dapat diterima. Tiga unsur
lain dalam pendekatan berkaitan dengan pola penyebaran keruangan yaitu perbedaan tempat
asal, tempat tujuan, dan jalur perpindahan yang dilalui oleh item yang didifusikan (Bintarto
dan Hadisumarno, 1987).
mencegah sekitar 100 juta kelahiran pada 2010 lalu. Pada 1970, diprediksi pada 2010 jumlah
penduduk Indonesia mencapai sekitar 340 juta. Namun, dari hasil Sensus Penduduk 2010,
diketahui jumlah penduduk 230 juta. Artinya, program KB dengan pemilihan kontrasepsinya
telah berhasil menekan tingkat kelahiran sebanyak 100 juta.
Kendati penggunaan alat kontrasepsi terbukti berperan besar dalam bidang
kependudukan, pemakaian alat kontrasepsi, khususnya pengguna metoda alat kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) semakin menurun. BKKBN mencatat, pengguna MKJP seperti IUD
terus menurun dari tahun ke tahun. Jika pada 1991 masih 13% dari total pemakai kontrasepsi,
pada 2012 pemakai IUD tersisa 4%. Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi jangka pendek
seperti suntik terus meningkat. Jika pada 1991 jumlahnya ada 12% pada 2012 menjadi 32%.
Penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek, rawan drop out (putus) di tengah jalan.
Metode suntik yang harus diulang setiap bulan, misalnya. Risiko kegagalannya cukup
tinggi, yaitu 6 dari 100 pemakainya hamil saat setahun pertama. Hal ini berbeda dengan IUD
yang bisa bertahan hingga maksimal 8 tahun dengan risiko kegagalan yang minim, yaitu 0,8
dari 100 wanita pemakainya hamil saat setahun pertama.
Rendahnya pemakaian MKJP, menyebabkan rata-rata kelahiran pasangan usia subur
(total fertility rate-TFR) tidak berubah dalam satu dekade terakhir. Hal ini tergambar dari
survei demografi dan kesehatan (SDKI) 2012 yang menyebutkan TFR tetap 2,6 yang artinya
tidak berubah sejak 2002. Untuk menurunkan TFR ke depannya, penggunaan kontrasepsi
jangka panjang seperti IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi harus lebih banyak. Untuk
mendongkrak penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, penyediaan alat kontrasepsi itu
sampai ke pelosok harus dapat terjamin. Selain itu BKKBN akan memberikan insentif pada
provider (bidan) yang memberikan layanan alat kontrasepsi jangka panjang.
Ketersediaan alat kontrasepsi menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan dan
penganggaran program pada 2015. Untuk tahun anggaran 2015, BKKBN mendapatkan pagu
anggaran sebanyak Rp2,881 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar untuk membiayai
program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga di seluruh Indonesia.
Penyediaan alat kontrasepsi, penyediaan sarana prasarana standar dan pendukung
pelayanan KB, advokasi, dan komunikasi informasi serta edukasi termasuk ke berbagai
media juga menjadi salah satu prioritas. BKKBN, juga akan memperkuat jaringan IT melalui
pengadaan server. Pihaknya juga akan mengintensifkan pendataan keluarga termasuk
pasangan usia subur.
BAB III
METODE
3.1. Diagram Alur
Data Pasangan Usia
Subur di Kecamatan
Pesantren Tahun 2013
per Kelurahan
Penentuan Prioritas
berdasarkan Sistem
Kelas
- Identifikasi Masalah
- Kajian Literatur
Peta Kecamatan
Pesantren dengan
format .shp
2. Bahan
- Data Pasangan Usia Subur di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Tahun 2013
- Data Pengguna Alat Kontrasepsi di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri
Tahun 2013
i=
Keterangan:
Range = Nilai Tertinggi nilai terendah
A = Nilai data terendah
B = Nilai data Terbesar
I = Nilai Interval yang dicari
Fatma Roisatin Nadhiroh 13
3. Langkah berikutnya memasukan nilai tersebut dalam formula sistem kelas teratur sehingga
diperoleh hasil nilai interval.
BAB IV
4.1 Hasil
Pengguna Alat Kontarespsi
Kecamatan Kelurahan
Pesantren
Blabak
Bawang
Betet
Tosaren
Banaran
Ngletih
Tempurejo
Ketami
Pesantren
Bangsal
Burengan
Tinalan
Pakunden
Singonegaran
Jamsaren
Jumlah
Jumlah
Pasangan
Usia Subur
1195
1095
950
1411
735
483
897
797
1179
1183
1112
996
1089
1510
938
15570
Jumlah
Persentase
(%)
871
755
684
1013
527
349
647
572
849
853
807
717
792
1111
665
11212
72,9
68,9
72
71,8
71,7
72,3
72,1
71,8
72
72,1
72,6
72
72,7
73,6
70,9
72
Bukan
Pengguna
324
340
266
398
208
134
250
225
330
330
305
279
297
399
273
4358
K= 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 15
= 1 +3,9
= 4,9 = 5
i=Range/K
(1111-349)/5
= 152
1. Sistem Kelas Teratur
Kelas interval
501,4
655
808
961
1114
Nilai Tengah
425,2
578,5
732
885
1038
B= 1111
349+15X = 1111
15X = 1111-349
= 762
X= 762/15
= 50,8
Kelas Interval
399,8
501,4
653,8
857
1111
Hasil Genalisir
349-399,8
400,8-501,4
502,4-653,8
654,8-857
858-1111
Penyebaran
Data
1
0
3
8
3
Nilai Tengah
374,4
451,1
578,1
755,9
984,5
Penyebaran Data
6
9
0
0
0
Nilai Tengah
523,5
1047,5
2094,5
4188,5
8376,5
Penyebaran Data
3
3
3
3
3
Nilai Tengah
460,5
665,5
736
830
991
Hasil Genalisir
349-572
647-684
717-755
807-853
871-1111
1200
1000
800
600
Series1
400
200
0
1
5. Sistem Dispersal
Kelas
Hasil
Interval
Genalisir
349-349
527-572
647-792
755-871
1031-1111
10 11 12 13 14 15
Nilai
Penyebaran data Tengah
1
349
2
549,5
5
578,1
5
813
2
1071
SA
SG
SQ
SGD
Kelurahan
ST
Ngletih
349
349
349
349
349
Banaran
527
527
527
527
527
Ketami
572
572
572
572
572
Tempurejo
647
647
647
647
647
Jamsaren
665
665
665
665
665
Betet
684
684
684
684
684
Tinalan
717
717
717
717
717
Bawang
755
755
755
755
755
Pakunden
792
792
792
792
792
Burengan
807
807
807
807
807
Pesantren
849
849
849
849
849
Bangsal
853
853
853
853
853
Blabak
871
871
871
871
871
Tosaren
1013
1013
1013
1013
1013
Singonegaran
1111
1111
1111
1111
1111
4.2 Pembahasan
Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan beberapa sistem tersebut
memiliki prioritas yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi data yang ada pada setiap
kelas interval dalam masing-masing sistem. Sistem yang memiliki prioritas 1 adalah sistem
dispersal yang diambil berdasarkan break point dalam grafik data. Hal tersebut secara manual
menentukan anggota kelas interval, sehingga data terdistribusi dengan normal.
Sedangkan dengan menggunakan sisitem geometrik data tidak terdistribusi normal.
Sebab, terdapat 3 kelas interval yang tidak memiliki anggota. Olek karena, itu sistem tersebut
memiliki prioritas 5 yang merupakan prioritas terakhir apabila data digunakan dalam
pemetaan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa media masa, pada tahun 2010
lalu pemerintah Kota Kediri menganggap bahwa program KB belum memenuhi target,
bahkan menurun dibandingkan tahun 2009. Oleh karena itu, program KB gencar dilakukan
di Kota Kediri untuk mampu menekan laju pertumbuhan penduduk. Berbagai upaya sudah
dilakukan, di antaranya sosialisasi program KB, hingga pemberian KB gratis.
Walaupun saat itu peserta KB masih belum sesuai target, tidak berarti program KB
gagal terealisasi. Dimungkinkan, peserta lain mengikuti program ini di rumah sakit swasta,
sehingga tidak terdata di pemerintah. Beberapa masyarakat juga sudah mengikuti program ini
sebelumnya, sehingga tidak perlu mengulang dan ikut pendataan lagi.
Pihak pemeritah berupaya semaksimal mungkin melakukan sosialisasi program ini,
dengan sasaran baik pihak laki - laki (suami) maupun pihak perempuan (istri). Diharapkan,
program ini mampu menekan laju perkembangan penduduk, yang membuat tingkat
kesejahteraan mereka lebih tinggi daripada sebelumnya.
Banyak dan sedikitnya pengguna alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain termasuk kesadaran pada pasangan suami istri untuk mengurangi angka kelahiran.
Sebab semakin banyak maka beban dan angka tanggungan bagi pasangan tersebut juga akan
semakin banyak. Selain itu, pelayanan kesehatan yang baik serta sosialisasi di masyarakat
juga harus diperhatikan supasa program KB dapat berjalan sesuai dengan target.
Banyaknya pasangan usia subur digunakan sebagai pembanding untuk pengguna alat
kontrasepsi, sebab pada pasangan usia subur lebih berpotensi untuk melahirkan keturunan
dibandingkan dengan pasangan usia yang tidak subur.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa di wilayah Kelurahan Ngletih merupakan
wilayah yang paling sedikit pengguna alat kontrasepsi, sebab di wilayah tersebut pasangan
usia suburnya juga paling sedikit, serta pasangan usia subur yang termasuk pengguna alat
kontrasepsi juga merupakan jumlah yang paling sedikit. Namun, bila dipersentase di wilayah
tersebut terdapat 72,3% pasangan usia subur yang telah menggunakan alat kontrasespi.
Hal ini, menunjukkan kesadaran masyarakat untuk menekan angka natalitas semakin
bagus, selain itu sarana dan prasarana kesehatan juga mendukung, seperti adanya sebuah
puskesmas yang sudah dilengkapi dengan IGD 24 jam, ruang rawat inap dan pelayanan gratis
bagi warga kurang mampu dan memiliki kartu Askes maupun Jamkesmas. Oleh karena itu,
tidak heran apabila sosialisasi yang pernah dilakukan dan pelayanan untuk menerapkan
program KB sudah berjalan dengan baik.
Sedangkan persentase pengguna alat kontrasepsi di Kelurahan Bawang yang memiliki
jumlah pasangan usia suburlebih banyak dibandingkan dengan Kelurahan Ngetih justru hanya
68,9%, padahal secara administratif kelurahan ini tepat berada di sebelah selatan Kelurahan
Ngletih, aksesbilitas menuju puskesmas terdekat juga mudah.
Sedikitnya persentase pengguna alat kontrasepsi tersebut dapat dipengaruhi oleh
kurangnya sosialisasi di masyarakat mengenai pentingnya program Keluarga Berencana
untuk mengurangi kepadatan penduduk serta ledakan penduduk pada tahun-tahun berikutnya.
Kemungkinan lainnya yaitu, sebagian besar pasangan usia subur dan pengguna alat
kontrasepsi sudah didata pada tahun sebelmunya, sehingga tidak tercantum pada pendataan
tahun 2013.
Berbeda dengan kedua kelurahan di atas, Kelurahan Singonegaran memiliki catatan
jumlah pasangan usia subur paling banyak, namun partisipasi KB sudah cukup baik,
dibuktikan dengan persentase jumlah pengguna alat kontrasepsi mencapai 73,6% dan
Fatma Roisatin Nadhiroh 21
BAB V
KESIMPULAN
1. Data yang diolah menggunakan beberapa sistem tersebut tidak terdistribusi normal
pada sistem geometrik, sebab terdapat 3 kelas yang tidak memiliki anggota.
Sedangkan sistem yang memiliki prioritas 1 adalah sistem geometrik. Sehingga,
pemetaan menggunakan data yang diperoleh dari perhitungan menggunakan sistem
geometrik.
2. Pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan Pesantren Tahun 2013 sudah mencapai ratarata 72%. Masyarakat sudah banyak yang menyadari pentingnya mengendalikan
kepadatan penduduk dan kelahiran untuk kesejahteraannya.
3. Peta Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi Kecamatan Pesantren Tahun 2013 dapat
digunakan untuk perencanaan program KB pada tahun mendatang untuk mencapai
target yang diinginkan.
BAB VI
RUJUKAN
Payne, Richard J. (2009) Chapter 10: Population and Migration. Global Issues:
Politics,Economics, and Cultures. Pearson Education, Inc.
Shah, Anup. (2001) Populations: A Numbers Game. Global Issues. [Diakses 22
November 2014].
Shah, Anup.(2002) Human Population.Global Issues, 13 Juni 2002. [Diakses 22
November 2014]
http://dragva.wordpress.com/2010/10/25/choroplath/[Diakses 30 November 2014].
http://kedirikota.bps.go.id/[ Diakses 13 November 2014].
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/49504/program-kb-di-kediri-belum-penuhitarget [Diakses 30 November 2014].
http://www.bakosurtanal.go.id/peta-tematik/[Diakses 30 November 2014].
http://www.kedirikota.go.id/read/Berita/2014/8/28/3/6/579/BPPKB%20sampaikan%2
0Informasi%20Melalui%20Layar%20Tancap.html [Diakses 30 November 2014].
MEDIAINDONESIA.COM - Hot Topics :: BKKBN Ingatkan Pentingnya
Kontrasepsi Jangka Panjang [Diakses 30 November 2014].