Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Minyak Kopra
Mentega
Lilin
Minyak VCO
Minyak Sawit
n-butanol
n-heksana
Kloroform
2 FASE
1 FASE
1 FASE
1 FASE
3,45
1,825
2,75
1 FASE
1 FASE
1 FASE
3,025
2,5
2,375
1 FASE
1 FASE
1 FASE
4,125
2,425
2,6
1 FASE
1 FASE
1 FASE
1 FASE
2,35
2,37
1,95
1,475
1 FASE
1 FASE
1 FASE
1 FASE
2,325
2,725
2,65
1,95
1 FASE
1 FASE
1 FASE
1 FASE
2,05
3,825
3,175
3,25
2 FASE
2 FASE
-
Lapisan
Sampel
Minyak Wijen
Organik
0,45
1,7
Minyak Kopra
2,1
Mentega
2,025
Lilin
2,15
Minyak VCO
1,775
Minyak Sawit
2,325
4.2 Reaksi
1.
O
CH2 O C R1
O
CH O C R2
O
H2O
CH2 O C R3
2.
3.
CH2
C
O
CH
C
O
CH2
+ 3C4H9OH
CH2
C
O
CH
C
O
CH2
R C4H9OH
CH2
C
O
CH2
C
O
CH
C
O
R + 3C6H14
CH
CH2
C
O
CH2
R C6H14
4.
CH2
C
O
CH
C
O
CH2
+ 3CHCl3
CH2
C
O
CH
C
O
CH2
R CHCl3
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Dalam percobaan kelarutan minyak dan lemak, semua sampel minyak dan
lemak ditambahkan dalam beberapa pelarut yaitu akudes, n-butanol, n-heksana, dan
kloroform. Dari data pada Tabel 1, semua sampel minyak dan lemak dapat larut
dalam n-butanol, n-heksana, dan kloroform. Sedangkan pada akuades, sampel minyak
wijen, minyak kopra, dan mentega tidak larut. Namun untuk sampel lilin, minyak
VCO, dan minyak sawit larut dalam air. Seharusnya semua sampel tidak larut dalam
air, kesalahan adanya sampel yang larut dalam air dikarenakan penggunaan pipet tetes
yang telah terkontaminasi dengan pelarut organik. Sampel minyak dan lemak tidak
larut dalam akuades karena pelarut akuades bersifat polar, pelarut kloroform bersifat
sedikit nonpolar, sedang pelarut n-butanol dan n-heksana bersifat sangat nonpolar.
Pada sampel minyak dan lemak yang digunakan bersifat nonpolar. Seperti yang
diketahui bahwa zat terlarut yang bersifat polar akan larut pula dalam pelarut yang
sejenisnya yaitu polar dan tidak larut dengan pelarut yang tidak sejenis yaitu
nonpolar, begitu pun sebaliknya. Sampel minyak dan lemak yang digunakan umunya
merupakan trigliserida dengan rantai panjang sehingga sulit larut dalam akuades yang
bersifat polar, sedangkan pada pelarut kloroform hanya sedikit yang larut karena sifat
kepolaran kloroform yang juga sedikit nonpolar karena pada strukturnya atom H
terikat pada C, sedangkan pada pelarut n-butanol dan n-heksana dapat larut dengan
baik karena struktur dari kedua pelarut yang merupakan rantai karbon yang panjang
sama seperti pada sampel minyak dan lemak yang digunakan.
Hubungan antara kelarutan dengan pengukuran diameter noda pada kertas
saring yaitu semakin besar diameter noda, semakin besar pula kelarutan minyak dan
lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin larut minyak dan
lemak dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan
semakin terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan
pada suatu kertas saring dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga
pelarutnnya menguap, akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar.
Berbeda jika minyak dan lemak tidak larut dalam pelarut yang polar yaitu jika kertas
saring dipanaskan dalam oven, maka tidak terdapat noda pada kertas saring karena
tidak adanya partikel-partikel minyak dan lemak pada pelarut dalam kertas saring.
Sehingga ketika pelarut menguap maka kertas saring tidak meninggalkan noda.
Jadi pelarut yang baik untuk minyak dan lemak berdasarkan sifat
kepolarannya yaitu n-heksana > n-butanol > kloroform > akuades.
4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Dalam ekstraksi pelarut, hal yang paling penting adalah perbandingan antara
koefisien distribusi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara konsentrasi zat
dalam pelarut organik dengan konsentrasi zat dalam pelarut air. Semakin banyak zat
yang larut dalam suatu pelarut, maka semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam
ekstraksi Hal ini disebabkan karena akan semakin besar nilai koefisien distribusinya,
dimana semakin besar nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik
untuk digunakan.
Pada percobaan ini, tabung reaksi yang berisi campuran minyak dan lemak
dengan akuades ditambahkan 1 mL n-heksana, lalu dikocok dan didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan. Setelah itu lapisan organik dipisahkan dalm tabung reaksi yang
lain, selanjutnya lapisan akuades ditambahkan lagi denga 1 mL n-heksana. Dikocok
dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan, selanjutnya lapisan organik
digabungkan.
Berdasarkan data pada Tabel 2, pada lapisan akuades tidak terdapat noda
pada kertas saring, kecuali pada lapisan air pada ekstraksi minyak wijen yang
menghasilkan noda, sedangkan pada lapisan organik terdapat noda pada kertas saring.
Seharusnya semua sampel dengan lapisan akuades tidak membentuk noda pada kertas
saring, kesalahan terjadi karena mungkin pada waktu pemisahan lapisan akuades dan
organiknya yang tidak sempurna.