Vous êtes sur la page 1sur 17

Anotasi Ekonomi

MATA KULIAH: Pendidikan Ekonomi

DOSEN:

Dr.PUJIATI, M.Pd

OLEH :
GUSNETTY JAYASINGA/ 1323031012

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan hidayahNya maka tugas ini dapat diselesaikan dalam rangka
memenuhi tugas perkuliahan Pendidikan Ekonomi pada Program Studi Magister
Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyajian
dan referensi yang dapat penyusun pergunakan dan menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak kelemahan dan kekurangan sehingga diharapkan
kritik dan saran dari Ibu Dr.Pujiati, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Ekonomi demi perbaikan dan kesempurnaan pemahaman yang
penyusun dapatkan dalam pembuatan tugas-tugas lainnya. Demikian tugas ini
disusun semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Metro, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Anotasi 1.

Sugiarto, dkk, (2005: 4), Ekonomi Mikro;


Sebuah Kajian Komprehensif, Gramedia:
Jakarta.

i
ii
1

Anotasi 2.

Sugiarto, dkk, (2005: 12), Ekonomi Mikro;


Sebuah Kajian Komprehensif, Gramedia:
Jakarta.

Anotasi 3.

Sugiarto, dkk, (2005: 17), Ekonomi Mikro;


Sebuah Kajian Komprehensif, Gramedia:
Jakarta.

Anotasi 4.

Sugiarto, dkk, (2005: 34), Ekonomi Mikro;


Sebuah Kajian Komprehensif, Gramedia:
Jakarta.

Anotasi 5.

Sugiarto, dkk, (2005: 35), Ekonomi Mikro;


Sebuah Kajian Komprehensif, Gramedia:
Jakarta.

Anotasi 6.

Sugiarto, dkk, (2005: 35), Ekonomi Mikro;


Sebuah Kajian Komprehensif, Gramedia:
Jakarta.

Anotasi 7.

Etty Budiarti & Trimorita, (2012: 13),


Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk
Detergen Rinso dan Detergen So Klin
(Studi Kasus Kelurahan Kebon Pala
Kecamatan Makasar Jakarta Timur),
Jurnal Ekonomi Mei 2012 Vol. XXII No. 1
ISSN: 0215-8442, UKI: Jakarta.

Anotasi 8.

Jacinta Winarto, (2012: 22), Dampak


Pengumuman Pembagian Dividen terhadap
Harga Saham, Return Saham dan Volume
Perdagangan Saham pada Industri
Telekomunikasi, Jurnal Ekonomi Mei 2012
Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442, UKI:
Jakarta.

Anotasi 9.

Jacinta Winarto, (2012: 34), Dampak


Pengumuman Pembagian Dividen terhadap
Harga Saham, Return Saham dan Volume
Perdagangan Saham pada Industri
Telekomunikasi, Jurnal Ekonomi Mei 2012
Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442, UKI:
Jakarta.

Anotasi 10.

Josephine Tobing & Stephanie Sutrisno


Putri, (2012: 44), Hubungan Motivasi
dengan Kepuasan Kerja PT Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk, Jurnal Ekonomi
Mei 2012 Vol. XXII No. 1, ISSN: 02158442, UKI: Jakarta.

Anotasi 11.

Saimul, M. Tambunan, R. Oktaviani, dan


M. Firdaus, (2012: 80), Respon Kinerja
Makroekonomi Indonesia atas Fluktuasi
Ekspor Pertanian, Jurnal Ekonomi Mei
2012 Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442,
UKI: Jakarta.

Anotasi 12.

Hj. Musriha, (2011: 13), Pengaruh Perilaku


Pembelian Hedonic dan Ultilitarian
terhadap Store loyalty di Matahari
Department Store Surabaya,
Jurnal
Ekonomika, Vol. 4 No. 1 Juni 2011: 1218,
ISSN 1978-9998, Airlangga University
Press: Surabaya.

Anotasi 13.

Syarif Hidayatullah dan Thomas Djaka


SBW. (2011: 34), Model Pemberdayaan
Masyarakat
Melalui
Pengembangan
Ekonomi Lokal (Studi pada UKM
Pengrajin di Kota Malang), Jurnal
Ekonomika, Vol. 4 No. 1 Juni 2011: 3337,
ISSN 1978-9998, Airlangga University
Press: Surabaya.

Anotasi 14.

Perminas Pangeran,
(2013: 26-27),
Orientasi Kewirausahaan dan kinerja
keuangan Usaha Mikro dan Kecil: Peran
Mediasi Kapabilitas Keuangan, JEB, Vol.
7, No. 1, Maret 2013: 27-36, SSN: 1978
3116, STIE YKPN: Yogyakarta.

Anotasi 15.

Noel Adrian Harjopranoto (2013: 48),


Pengaruh Brand Awareness, Brand

Association, Perceived Quality terhadap


Brand Trust, Brand Loyality, dan Brand
Strength, JEB, Vol. 7, No. 1, Maret 2013:
47-55, SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta
Anotasi 16.

Noel Adrian Harjopranoto (2013: 48),


Pengaruh Brand Awareness, Brand
Association, Perceived Quality terhadap
Brand Trust, Brand Loyality, dan Brand
Strength, JEB, Vol. 7, No. 1, Maret 2013:
47-55, SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta

Anotasi 17.

Retno Wulandari, (2013: 65-66), Faktorfaktor yang mempengaruhi perceived risk,


JEB, Vol. 7, No. 1, Maret 2013: 65-75,
SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta

Anotasi 18.

Wasiaturrahma, (2013: 92), Pengaruh


Kebijakan Fiskal terhadap Penerimaan
Negara dan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, JEB, Vol. 7, No. 2, Juli 2013:
91-99, SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta

Anotasi 19.

Subagyo dan Algifari, (2013: 137), Uji


Kausalitas antara Pembangunan Manusia
dan Pertumbuhan Ekonomi, Kasus Provinsi
di Jawa dan Bali, JEB, Vol. 7, No. 2, Juli
2013: 137-148, SSN: 1978 3116, STIE
YKPN: Yogyakarta

10

Anotasi 20.

Subagyo dan Algifari, (2013: 138), Uji


Kausalitas antara Pembangunan Manusia
dan Pertumbuhan Ekonomi, Kasus Provinsi
di Jawa dan Bali, JEB, Vol. 7, No. 2, Juli
2013: 137-148, SSN: 1978 3116, STIE
YKPN: Yogyakarta

10

Anotasi 21.

Sukirno, Sadono (2004, 9), Makro


Ekonomi; Teori Pengantar. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada (458
Halaman)

11

Anotasi 22.

Sukirno, Sadono (2004, 18). Makro


Ekonomi; Teori Pengantar. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada (458
Halaman)

11

Anotasi 1.
Sugiarto, dkk, (2005: 4), Ekonomi Mikro; Sebuah Kajian Komprehensif,
Gramedia: Jakarta.
Dalam ekonomi makro, analisis dijalankan terhadap keseluruhan produsen
dan konsumen dalam perekonomian. Teori ekonomi makro menerangkan
aspek-aspek seperti penentuan tingkat perekonomian negara yang
berkaitan dengan sampai dimana suatu perekonomian akan menghasilkan
barang dan jasa. Tingkat kegiatan perekonomian ditentukan oleh
pengeluaran agregat dalam perekonomian yang terdiri dari 4 komponen
yaitu: pengeluaran rumahtangga, pengeluaran pemerintah, pengeluaran
perusahaan-perusahaan, ekspor-impor. Selain itu, analisis dalam teori
ekonomi makro akan memperhatikan pula masalah perubahan harga,
perubahan penawaran, pengeluaran agregat serta masalah-masalah yang
akan timbul bila pengeluaran agregat tidak mencapai tingkatnya yang ideal
(yaitu kesempatan kerja tanpa inflasi).

Anotasi 2.
Sugiarto, dkk, (2005: 12), Ekonomi Mikro; Sebuah Kajian Komprehensif,
Gramedia: Jakarta.
Dalam kaitannya dengan perancangan program pemasarannya jasa
memiliki empat karakteristik yang harus dipertimbangkan yaitu,
intangibility (tak berwujud); tak dapat dilihat, tidak dapat dicicipi,
Inseparability (tidak dapat dipisahkan); dari pemberi jasa maupun
konsumennya, Variability (keragaman); berkaitan dengan sifat jasa yang
yang beragam karena tergantung pada siapa yang menyediakannya dan
kapan serta dimana disediakannya, Perishability (tidak tahan lama);
diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang mereka butuhkan.

Anotasi 3.
Sugiarto, dkk, (2005: 17), Ekonomi Mikro; Sebuah Kajian Komprehensif,
Gramedia: Jakarta.
Modal meliputi segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan
dihunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
butuhkan. Perlu kiranya dikemukakan perbedaan antara modal dan uang.
Uang seringkali disebut sebagai modal bagi seseorang dalam melakukan
produksinya. Tetapi modal tidak hanya terpaku pada uang saja, melainkan

banyak benda yang dapat digunakan oleh manusia dalam memproduksi


produk yang dibutuhkannya.

Anotasi 4.
Sugiarto, dkk, (2005: 34), Ekonomi Mikro; Sebuah Kajian Komprehensif,
Gramedia: Jakarta.
Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu
komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara
jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan.
Disisi lain, teori penawaran menerangkan sifat para penjual dalam
menawarkan komoditas yang akan dijualnya. Penggabungan permintaan
pembeli dan penawaran penjual dapat menunjukkan bagaimana interaksi
antara pembeli dan penjual akan menentukan harga keseimbangan atau
harga pasar serta jumlah komoditas yang akan diperjualbelikan.

Anotasi 5.
Sugiarto, dkk, (2005: 35), Ekonomi Mikro; Sebuah Kajian Komprehensif,
Gramedia: Jakarta.
Pasar dimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dapat dibedakan menjadi
pasar komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara para
pembeli dan para penjual dari suatu komoditas dalam menentukan jumlah dan
harga barang atau jasa yang diperjualbelikan. Pasar faktor adalah interaksi antara
para penguasa (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para pemilik faktor
produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi
yang akan digunakan dalam menghasilkan barang-barang dan jasa yang diminta
masyarakat.

Anotasi 6.
Sugiarto, dkk, (2005: 35), Ekonomi Mikro; Sebuah Kajian Komprehensif,
Gramedia: Jakarta.
Penawaran komoditas pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh banyak
faktor, seperti halnya:
1. Harga komoditas itu sendiri.
2. Harga komoditas-komoditas lain.
3. Biaya produksi, yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan mentah.

4.
5.
6.
7.

Tujuan dari perusahaan.


Tingkat teknologi yang digunakan.
Musim.
Dll.

Anotasi 7.
Etty Budiarti & Trimorita, (2012: 13), Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk
Detergen Rinso dan Detergen So Klin (Studi Kasus Kelurahan Kebon Pala
Kecamatan Makasar Jakarta Timur), Jurnal Ekonomi Mei 2012 Vol. XXII No. 1
ISSN: 0215-8442, UKI: Jakarta.
Kotler dan Amstrong (2007) berpendapat bahwa segmentasi pasar adalah
suatu tindakan untuk membagi pasar menjadi kelompok-kelompok
pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah
laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran
terpisah. Jadi dapat disimpulkan, manfaat dari segmetasi pasar adalah
perusahaan dapat mempertimbangkan dan menentukan bagian pasar mana
yang baik bagi dirinya untuk dilayani dengan efektif. Dengan menentukan
segmen pasarnya, suatu perusahaan yang tepat dan manajemen dapat
melaksanakan tugas-tugas pemasaran dengan baik.

Anotasi 8.
Jacinta Winarto, (2012: 22), Dampak Pengumuman Pembagian Dividen terhadap
Harga Saham, Return Saham dan Volume Perdagangan Saham pada Industri
Telekomunikasi, Jurnal Ekonomi Mei 2012 Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442,
UKI: Jakarta.
Investor yang menginvestasikan dananya pada suatu saham perusahaan
akan memperoleh pendapatan yang berupa dividen atau capital gain.
Dividen berasal dari laba yang dihasilkan perusahaan dan merupakan
pembagian laba yang diberikan perusahaan. Setelah mendapat persetujuan
dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
maka dividen dapat dibagikan. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan
dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut
berada dalam periode di mana pemodal diakui sebagai pemegang saham
yang berhak mendapatkan dividen Dividen yang dibagikan perusahaan
dapat berupa dividen tunai atau dividen saham. Dividen tunai artinya
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai untuk
setiap saham. Dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki

10

seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen


saham tersebut.

Anotasi 9.
Jacinta Winarto, (2012: 34), Dampak Pengumuman Pembagian Dividen terhadap
Harga Saham, Return Saham dan Volume Perdagangan Saham pada Industri
Telekomunikasi, Jurnal Ekonomi Mei 2012 Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442,
UKI: Jakarta.
Ada tiga pandangan mengenai preferensi return yang diharapkan investasi
antara dividen dan capital gain dalam berinvestasi di pasar modal yaitu:
1. Kebijakan dividen tidak relevan artinyadividen itu tidak mengandung
pengaruh yang berarti terhadap harga saham (Miller, Black & Scholes,
1974).
2. Investor lebih menyukai dividen karena memiliki sifat yang lebih pasti
daripada capital gain (Teori bird in hand oleh Gordon & Lintner, 1959).
3. Investor lebih menyukai capital gain, sementara dividen itu sebenarnya
merugikan investor terutama setelah dikaitkan dengan adanya faktor pajak
terhadap pendapatan dividen dan capital gain. Dari aspek perpajakan,
investor pasti lebih menyukai capital gain daripada pembayaran tunai.
Pendapatannya memang tertahan di perusahaan, tetapi harga saham
meningkat dan kenaikan itu bebas pajak sampai saham benar-benar terjual
(Brennan, 1970).

Anotasi 10.
Josephine Tobing & Stephanie Sutrisno Putri, (2012: 44), Hubungan Motivasi
dengan Kepuasan Kerja PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, Jurnal Ekonomi
Mei 2012 Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442, UKI: Jakarta.
Robbins (1993:177) mengemukakan bahwa: Satisfaction of job is common
attitude of individual to work of him. One with high satisfaction storey;
level have positive attitude to work, whereas disgruntled someone with
work have negative attitude to work of him. Artinya kepuasan kerja adalah
sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat
kepuasan yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaan,
sementara seseorang yang tidak puas dengan pekerjaan mempunyai sikap
negatif terhadap pekerjaannya.
Fieldman dan Arnorld yang dikutip oleh Landy (1989:459)
mengungkapkan bahwa: Satisfaction of job is to the number of positive
feeling or influences which owned by individual to work of them. Artinya
kepuasan kerja adalah banyaknya pengaruh atau perasaan positif yang

11

dimiliki individu terhadap pekerjaan mereka. Individu yang mempunyai


kepuasan kerja yang tinggi adalah individu yang pada umumnya menyukai
dan menilai pekerjaan secara baik serta mempunyai perasaan positif
terhadap pekerjaan tersebut.

Anotasi 11.
Saimul, M. Tambunan, R. Oktaviani, dan M. Firdaus, (2012: 80), Respon Kinerja
Makroekonomi Indonesia atas Fluktuasi Ekspor Pertanian, Jurnal Ekonomi Mei
2012 Vol. XXII No. 1, ISSN: 0215-8442, UKI: Jakarta.
Sumberdaya sebuah negara dapat mengalami pertumbuhan di antaranya
angkatan kerja meningkat karena pertumbuhan penduduk, atau kapital stok
fisik bertumbuh melalui net investasi. Pertumbuhan faktor ini
menyebabkan kurva kemungkinan produksi bergeser ke kanan yang berarti
kapasitas negara untuk berproduksi sedang naik. Pertumbuhan yang terjadi
ini kemudian akan berinteraksi dengan kondisi permintaan dalam negeri
dan luar negeri menentukan efek akhir pada output, termasuk kegiatan
perdagangan yaitu ekspor dan impor, dan term of trade (Dunn dan Mutti,
2004; Zhang, 2008).

Anotasi 12.
Hj. Musriha, (2011: 13), Pengaruh Perilaku Pembelian Hedonic dan Ultilitarian
terhadap Store loyalty di Matahari Department Store Surabaya, Jurnal
Ekonomika, Vol. 4 No. 1 Juni 2011: 1218, ISSN 1978-9998, Airlangga
University Press: Surabaya.
Menurut Assael (1998), perbedaan konsumsi antara hedonic dan
utilitarian didasarkan pada perilaku pembeliannya. Perilaku pembelian
utilitarian bertumpu pada perolehan barang, kegiatan berbelanja bukan
sesuatu hal yang menyenangkan tetapi sesuatu hal yang bermanfaat.
Kim (2006) berpendapat bahwa konsumen utilitarian memiliki 2 dimensi
yaitu efficiency dan achievement. efficiency berhubungan dengan
kebutuhan konsumen untuk menghemat waktu dan sumber daya
sedangkan achievement diartikan sebagai tercapainya tujuan dalam
berbelanja yaitu menemukan spesifik produk yang telah direncanakan
sebelum melakukan pembelian. Lain halnya dengan perilaku pembelian
hedonic, hedonic menganggap kegiatan berbelanja sebagai kegiatan yang
menyenangkan (pleasurable event). Kegiatan berbelanja juga menawarkan
peluang untuk berkomunikasi dengan salesperson.

12

Van Trijp et al. (1996) hedonic feeling sulit untuk mendapatkan suasana
belanja yang pas sehingga konsumen cenderung untuk melakukan
ekspedisi ke berbagai toko yang sesuai dengan perasaannya. Tetapi apabila
konsumen hedonic telah menemukan tempat belanja yang suitable
baginya, konsumen akan loyal terhadap toko dan memiliki niat untuk
datang kembali ke toko. Konsumen yang loyal ialah konsumen yang
merasa knows, likes and trust dengan toko tersebut (Berman & Evans,
2007). Konsumen yang loyal juga akan mengurangi proses pengambilan
keputusan sehingga bisa meminimalisasi waktu dalam memilih alternatif
tempat belanja.
Perilaku pembelian hedonic memiliki pengaruh positif terhadap store
loyalty sedangkan perilaku pembelian utilitarian memiliki pengaruh
negatif terhadap store loyalty (Scarpi, 2006). Van Trijp et al (1996)
menyatakan sulitnya untuk menemukan atmosfer belanja yang pas untuk
hedonic feeling sehingga konsumen cenderung untuk melakukan ekspedisi
ke berbagai toko yang sesuai dengan perasaannya. Tetapi apabila
konsumen dengan tipe perilaku pembelian hedonic telah menemukan
tempat belanja yang suitable baginya, konsumen akan loyal terhadap toko
dan memiliki niat untuk datang kembali ke toko.

Anotasi 13.
Syarif Hidayatullah dan Thomas Djaka SBW. (2011: 34), Model Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada UKM Pengrajin
di Kota Malang), Jurnal Ekonomika, Vol. 4 No. 1 Juni 2011: 3337, ISSN 19789998, Airlangga University Press: Surabaya.
Di Indonesia UMKM (usaha mikro) tergolong jenis usaha marginal, yang
antara lain ditunjukkan oleh penggunaan teknologi yang relatif sederhana,
tingkat modal dan kadang akses terhadap kredit yang rendah, serta
cenderung berorientasi pada pasar lokal. Studi-studi yang dilakukan di
beberapa negara menunjukkan bahwa UMKM (usaha mikro) mempunyai
peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga
kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, penyediaan barang dan jasa
dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Di samping itu,
UMKM (usaha mikro) juga merupakan salah satu komponen utama
pengembangan ekonomi lokal.

Anotasi 14.
Perminas Pangeran, (2013: 26-27), Orientasi Kewirausahaan dan kinerja
keuangan Usaha Mikro dan Kecil: Peran Mediasi Kapabilitas Keuangan, JEB,
Vol. 7, No. 1, Maret 2013: 27-36, SSN: 1978 3116, STIE YKPN: Yogyakarta.

13

Kapabilitas keuangan memiliki implikasi utama bagi kesejahteraan dan


kemampuan aktivitas kewirausahaan individu (Bosma and Harding, 2006;
Taylor and Wagland, 2011). Bosma and Harding (2006) mengungkapkan
bahwa kapabilitas keuangan yang buruk dan praktik manajemen yang
tidak memadai ternyata membatasi aktivitas kewirausahaan. Walaupun
demikian, keterkaitan kapabilitas keuangan dengan kapabilitas
kewirausahaan belumlah mendapat banyak perhatian para peneliti. Peran
penjelasan kapabilitas keuangan terhadap kapabilitas kewirausahaan ini
belumlah jelas.
Frishammar and Horte (2007) menyatakan bahwa dalam menghadapi
ketidakpastian, perusahaan atau organisasi perlu inovatif, proaktif, dan
berani mengambil risiko. Hal ini berarti organisasi perlu bertindak dengan
berorientasi pada kewirausahaan. Keinovasian mengacu kepada
kecenderungan perusahaan ikut serta dan mendukung gagasan baru,
kebaruan, eksperimentasi, dan proses kreatif yang menghasilkan proses
teknologi, jasa, dan produk baru (Lumpkin and Dess, 1999). Keinovasian
menunjukkan keinginan perusahaan untuk menggunakan teknologi dan
praktik terkini.

Anotasi 15.
Noel Adrian Harjopranoto (2013: 48), Pengaruh Brand Awareness, Brand
Association, Perceived Quality terhadap Brand Trust, Brand Loyality, dan Brand
Strength, JEB, Vol. 7, No. 1, Maret 2013: 47-55, SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta
Brand adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (logo, cap,
atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, sehingga dapat
dibedakan dari barang atau jasa yang dihasilkan pesaing. Brand equity
adalah efek pemasaran yang disebabkan brand dari suatu produk dengan
brand tertentu, dibandingkan dengan produk sama dengan brand lain.
Secara garis besar ada dua fungsi brand equity, yaitu untuk mengevaluasi
nilai suatu brand dan untuk meningkatkan produktifitas pemasaran lewat
pengembangan strategi brand. Brand equity dapat dikelompokan menjadi
perceived quality, brand awareness, brand loyalty, dan brand association.
Brand association adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan
mengenai sebuah brand. Berdasarkan pikiran pelanggan ada tiga brand
association,yaitu atribut produk yang dikaitkan terhadap brand, manfaat
atau keunggulan produk yang dikaitkan terhadap brand, yaitu berupa
manfaat yang didasarkan pada keunggulan utama, pengalaman konsumen,
dan asosiasi ekstrinsik, serta brand attitudes atau evaluasi keseluruhan
konsumen berdasarkan perilaku brand. Sebuah brand association yang
diorganisir dengan cara yang bermakna disebut dengan brand image

14

(Dean, 2004). Brand image sendiri berarti bangunan mental, sebagai entuk
konsumen dan berdasarkan hubungan manusia dengan asosiasi dalam
brand (Danes et al., 2010).

Anotasi 16.
Noel Adrian Harjopranoto (2013: 48), Pengaruh Brand Awareness, Brand
Association, Perceived Quality terhadap Brand Trust, Brand Loyality, dan Brand
Strength, JEB, Vol. 7, No. 1, Maret 2013: 47-55, SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta
Brand awareness atau kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi atau
mengenali sebuah brand sebagai kumpulan pengalaman dan gerbang
komunikasi konsumen dengan brand. Pembentukan brand awareness di
pikiran konsumen berlangsung dalam jangkauan continum, dari perasaan
tidak yakin hingga yakin bahwa brand menjadi satu-satunya pilihan
pelanggan. Proses ini dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah
brand unawareness, pelanggan sama sekali tidak mengetahui tentang
kehadiran brand. Tahap kedua adalah brand recognition. Pada tahap ini
pelanggan pernah mendengar atau melihat tentang brand dan mampu
membedakan sebuah brand dengan brand yang lain. Tahap ketiga adalah
posisi brand recall atau pelanggan mampu mengingat karakteristik brand
pada kategori produk yang telah diberikan (Erenkol and Duygun, 2010).
Tahap keempat adalah tempat top of mind. Brand loyalty merupakan
definisi dari dua sudut pandang yang saling melengkapi, yaitu attitudinal
dan behavioral. Sudut pandang attitudinal menekankan pada niat
pelanggan untuk setia, karena berkaitan dengan koneksi emotional
berdasarkan pengalaman pembelian yang berulang (Human et al., 2011).

Anotasi 17.
Retno Wulandari, (2013: 65-66), Faktor-faktor yang mempengaruhi perceived
risk, JEB, Vol. 7, No. 1, Maret 2013: 65-75, SSN: 1978 3116, STIE YKPN:
Yogyakarta
Berbagai risiko atau kerugian yang dipersepsikan antara lain adalah risiko
finansial, risiko fisik, risiko kinerja produk, risiko psikologis risiko sosial,
dan risiko waktu (Schiffman and Kanuk, 2010; Ko et al., 2004, Harris
2006; Suplet et al., 2009).
Konsep perceived risk telah banyak digunakan dalam riset perilaku
konsumen. Riset-riset perilaku konsumen telah dikategorikan ke dalam 5
bidang, yaitu sifat perceived risk, jenis perceived risk, hubungan antara
risiko yang dipersepsikan dengan kelas produk atau karakteristik produk,

15

pengaruh perbedaan individu terhadap persepsi risiko, dan pengukuran


risiko yang dipersepsikan. Istilah perceived risk untuk riset perilaku
konsumen pertama dikemukakan oleh Bauer bahwa consumer behaviour
involves risk in the sense that any action of a consumer will produce
consequences which he cannot anticipate with anything approximating
certainty, and some of which are likely to be unpleasant (Prez Caba ero,
2007). Perilaku konsumen mengandung risiko, dalam arti bahwa setiap
tindakan seorang konsumen akan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi
yang tidak dapat diantisipasi dengan apapun yang dapat diperkirakan
kepastiannya dan beberapa konsekuensi-konsekuensi di antaranya
mungkin akan mengecewakan.

Anotasi 18.
Wasiaturrahma, (2013: 92), Pengaruh Kebijakan Fiskal terhadap Penerimaan
Negara dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, JEB, Vol. 7, No. 2, Juli 2013: 9199, SSN: 1978 3116, STIE YKPN: Yogyakarta
Secara garis besar, APBN terdiri dari komponen pendapatan yang berasal
dari pajak dan bukan pajak, serta hibah,. Komponen berikutnya adalah
belanja yang meliputi belanja rutin dan belanja pembangunan dari
pemerintah pusat, serta transfer ke daerah. Selisih antara pendapatan
negara dan hibah dengan belanja negara merupakan surplus atau defisit
APBN. Jika terjadi defisit, maka perlu dibiayai dengan menggunakan
sumber pembiayaan dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan apabila
terjadi surplus, perlu dialokasikan untuk membayar pokok utang dalam
negeri dan/atau luar negeri. Perbedaan antara pendapatan yang berasal dari
penerimaan negara dan hibah dengan jumlah seluruh pengeluaran negara
merupakan keseimbangan umum (overall balance) yang hasilnya dapat
negatif atau positif. Tanda negatif berarti defisit dan tanda positif berarti
surplus. Sementara pembiayaan memiliki tanda yang berlawanan dengan
keseimbangan umum, apabila keseimbangan umum bertanda negatif atau
terjadi defisit, maka pembiayaan akan bertanda positif dalam jumlah yang
sama, begitu juga sebaliknya.
Salah satu bentuk kebijakan fiskal ekspansif adalah meningkatnya subsidi
pemerintah (Mankiw, 2000). Kenaikan subsidi pemerintah menyebabkan
pengeluaran pemerintah meningkat, sehingga mampu mendorong naiknya
tingkat investasi. Selain disebabkan oleh naiknya pengeluaran pemerintah,
kenaikan tingkat suku bunga dalam jangka pendek tidak banyak
berpengaruh terhadap investasi akibat langkah ekspansif pemerintah dalam
hal kebijakan fiskal.

16

Anotasi 19.
Subagyo dan Algifari, (2013: 137), Uji Kausalitas antara Pembangunan
Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi, Kasus Provinsi di Jawa dan Bali, JEB, Vol.
7, No. 2, Juli 2013: 137-148, SSN: 1978 3116, STIE YKPN: Yogyakarta
Masyarakat yang sejahtera dan cerdas merupakan cerminan dari
masyarakat yang maju dan mandiri. Indikator tingkat kesejahteraan
masyarakat misalnya Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Kesetaraan
Gender, Indeks Kualitas Hidup, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa
indikator tersebut, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
indikator tingkat kesejahteraan masyarakat yang paling banyak digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Menurut United National
Development Programme (UNDP), pembangunan manusia adalah suatu
proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk (Sukirno, 2006).
Pembangunan manusia menjadikan penduduk sebagai pusat perhatian
yang didukung dengan empat pilar, yaitu produktivitas, pemerataan,
kesinambungan, dan pemberdayaan. Tujuan pembangunan manusia adalah
agar manusia memiliki kemampuan yang tinggi untuk mencapai umur
panjang dan sehat, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan
memiliki akses terhadap sumberdaya agar dapat hidup secara layak. Saat
ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara
pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi.

Anotasi 20.
Subagyo dan Algifari, (2013: 138), Uji Kausalitas antara Pembangunan
Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi, Kasus Provinsi di Jawa dan Bali, JEB, Vol.
7, No. 2, Juli 2013: 137-148, SSN: 1978 3116, STIE YKPN: Yogyakarta
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus
menerus dalam jangka panjang. Jadi pertumbuhan ekonomi dipandang
sebagai sarana untuk menciptakan pembangunan manusia. Indonesia
berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu 10
tahun terakhir. Namun demikian, dalam periode tersebut Indonesia tidak
mampu meningkatkan IPM Indonesia yang berarti. Ranis (2004)
berpendapat bahwa antara pembangunan manusia dengan pertumbuhan
ekonomi memiliki hubungan dua arah. Artinya, pembangunan manusia
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi juga dapat mempengaruhi pembangunan manusia. Ranis (2004)
menjelaskan hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi melalui dua rantai. Rantai pertama adalah pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga dan pemerintah.
Kenaikan pendapatan rumahtangga akan meningkatkan kemampuan
rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan kualitas hidup

17

penduduk meningkat. Kenaikan pendapatan pemerintah akan dapat


meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk memberikan layanan
kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat. Hal ini akan mendorong
kualitas hidup masyarakat meningkat. Rantai kedua adalah pembangunan
manusia berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari proses
pembangunan manusia adalah meningkatnya kemampuan (produktivitas)
sumberdaya manusia. Pembangunan manusia mampu meningkatkan
kemampuan tenaga kerja, kemampuan kewirausahaan, dan kemampuan
manajerial penduduk.

Anotasi 21.
Sukirno, Sadono (2004, 9). Makro Ekonomi; Teori Pengantar. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada (458 Halaman)
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka
panjang.

Anotasi 22.
Sukirno, Sadono (2004, 18). Makro Ekonomi; Teori Pengantar. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada (458 Halaman)
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan di antara angkatan
kerja dengan penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Yang
dimaksudkan dengan angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu.

Vous aimerez peut-être aussi