Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAGUS
HILMAWAN
Dr. DEWI
Sp.P
ASMA
INFLAMASI KRONIS SALURAN NAPAS
HIPERESPONSIF JALAN NAPAS
GEJALA PERNAPASAN
Keterbatasan aliran udara yang reversibel
EPIDEMIOLOGI
Asma dapat ditemukan pada laki-laki dan perempuan ,
terutama pada usia dini
Perbandingan laki laki dan perempuan
usia dini 2:1
usia remaja 1:1.
FAKTOR RESIKO
Atopi (Riwayat Keluarga)
Hiperreaktivitas bronkus
Jenis Kelamin
Ras
Obesitas
FAKTOR PENCETUS
Faktor Lingkungan
Alergen dalam rumah
Alergen luar rumah
Faktor Lain
Alergen makanan
Alergen obat obat tertentu
Bahan yang mengiritasi
Ekspresi emosi berlebih
Asap rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif
Polusi udara dari dalam dan luar ruangan
PATOGENESIS
Asma : Inflamasi
Saluran Napas
kronis
Pemicu
Hipereaktivitas
Banyak sel :
Melepas Mediator :
Sel Mast
Histamin
Eosinofil
Prostaglandin
Netrofil
Leukotrien
Limfosit
BATUK,
SESAK
MENGI,
KLASIFIKASI ASMA
Asma diklasifi kasikan atas asma saat tanpa serangan
dan asma saat serangan (akut) :
Asma tanpa serangan :
Intermitten;
Persisten ringan;
Persisten sedang; dan
Persisten berat
Ringan
Sedang
Berat
Henti napas
DIAGNOSIS
Pemeriksaa
n fisik
Anamnesis
Pemeriksaa
n
penunjang
ASMA
DIAGNOSIS
Batuk ,
mengi ,
Sesak ,
Riwayat
terpapar
pencetus,
riwayat
alergi,
Anamnes
is
Riwayat
keluarga
asma
Pasien gelisah
Sesak pada malam
inspeksi
hari
Ada/tanpa sianosis
palpasi
Tidak ada
kelainan
Pada berat :
pulsus
paradoksus
Perkusi
Tidak ada
kelainan
Pemeriksaa
n fisik
Auskulta
si
Whezzing (+)
Ekspirasi
memanjang
Pemeriksaan
Penunjang
Tes alergi
Uji
provoka
si
bronkus
DIAGNOSIS DEFERNSIAL
Bronkotis kronik
Emfi sema
Gagal jantung kiri
Emboli paru
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa ada kendala dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
TUJUAN PENATALAKSANAAN
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi akut
Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
Menghindari efek samping obat
Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara ( airfl ow
limitation) irreversibel
Mencegah kematian karena asma.
Pengontrol (controller)
1. Kortikosteroid Inhalasi
KORTIKOSTEROID INHALASI
Cara pemberian
oral atau parenteral
KORTIKOSTER
OID SISTEMIK
Efek samping sistemik:
osteoporosis, HT, diabetes,
supresi aksis adrenalpituitari-hipotalamus,
glaukoma, obesitas, dan
kelemahan otot
Diberikan selang
sehari / sekali sehari
pagi hari
Pada asma
persisten berat
Gunakan prednison,
prednisolon,
metilprednisolon efek
mineral kortikoid
minimal
Sodium kromoglikat
dan Nedokromil
sodium
KROMOLIN
Me hiperresponsif
jalan napas
Pengontrol asma
persisten ringan
Efek samping
minimal: batuk, rasa
obat tidak enak saat
inhalasi
Teofilin, aminofilin
Bronkodilator
tambahan
METILSANTIN
Diberikan dengan
agonis beta 2 kerja
singkat
Formeterol/
salmoterol
Me frekuansi
serangan asma
Efek
bronkodilator
LEUKOTRIEN
MODIFIERS
Obat anti-asma
yang relatif baru
Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui
relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan
dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di
dada, dan batuk, tidak memperbaiki infl amasi
jalan napas atau menurunkan hiperresponsif
jalan napas.
Salbutamol,
tarbutalin, fenoterol
AGONIS BETA-2
KERJA SINGKAT
re lak sas i o t ot p o lo s s alu r an
n ap as,
m e n in gkatkan b e r si han
m u ko si lie r ,
m e n u ru n kan p e rm e ab ili ti
p e m b ulu h d ara h
m o d ul asi p e ng le pas an m e dia to r
d ar i se l m ast
Pemberian secara
inhalasi
Cara pemberian
oral atau parenteral
KORTIKOSTER
OID SISTEMIK
Efek samping sistemik:
osteoporosis, HT, diabetes,
supresi aksis adrenalpituitari-hipotalamus,
glaukoma, obesitas, dan
kelemahan otot
Diberikan selang
sehari / sekali sehari
pagi hari
Pada asma
persisten berat
Gunakan prednison,
prednisolon,
metilprednisolon efek
mineral kortikoid
minimal
ipratropium bromide
dan tiotropium bromide
ANTI
KOLINERGIK
Menimbulkan bronkodilatasi
dengan menurunkan tonus
kolinergik vagal intrinsik
menghambat refl eks
bronkokostriksi yang
disebabkan iritan.
memblok efek
penglepasan asetilkolin
dari saraf kolinergik
pada jalan napas.
Pemberian secara
inhalasi
Disarankan kombinasi
dengan agonis beta -2 kerja
singkat
terapi awal asma berat
atau
yang kurang respon dengan
agonis beta -2 kerja singkat
saja
ADRENALIN
Pemberian secara subkutan
harus dilakukan hati-hati
pada penderita usia lanjut
atau dengan gangguan
kardiovaskular
Keadaan
Mengancam Jiwa
Ringan
Sedang
Berat
Sesak napas
Berjalan
Berbicara
Istirahat
Posisi
Cara berbicara
Dapat
terlentang
Satu kalimat
Kesadaran
Beberapa kata
Duduk
membungkuk
Kata demi kata
Mungkin gelisah
Gelisah
Gelisah
Frekuensi napas
< 20/menit
20-30/menit
>30 menit
Nadi
Pulsus Paradoksus
Otot bantu napas
dan
retraksi
suprasternal
Mengi
< 100
10mmHg
-
100-120
+/- 10-20mmHg
+
>120
+ >25mmHg
+
APE
Akhir
paksa
>80%
PaO2
tidur Duduk
Inspirasi
ekspirasi
<60%
>80mmHg
80-60mmHg
<60mmHg
PaCO2
<45mmHg
<45mmHg
>45mmHg
SaO2
>95%
91-95%
<90%
Mengantuk, gelisah,
kesadaran menurun
Bradikardia
Kelelahan otot
Torakoabdominal
paradoksal
dan Silent chest
ALGORITME PENATALAKSANAAN
ASMA DI RUMAH
SAKIT
Penilian awal :
Riwayat dan pemeriksaan fisik
yang mendukung asma, bila
mungkin faal paru, AGDA, dan
pemeriksaan lain
Serangan asma
ringan
Serangan asma
sedang/ berat
Pengobatan awal :
1. Oksigenasi dengan kanul
nasal
2. Inhalasi agonis beta-2 kerja
singkat (nebuliasi), setiap 20
menit dalam satu jam atau
agonis beta-2 kerja injeksi SK
(terbutalin 0,5 mg ) /
adrenalin 1/1000 0,3 ml SK
Serangan asma
mengancam jiwa
Kortiikosteroid
sistemik :
1. Serangan asma
berat
2. Tidak ada respon
segeran dengan
pengobatan
bronkodilator
3. Dalam
kortikosteroid
oral
Prosedu
r di
rawat
ICU
Respon baik :
1. Respon baik setelah
1 jam
2. Pem. Fis normal
3. APE>
70%
prediksi/nilai terbaik
4. Saturasi O2 > 90%
Respon
tidak
sempurna :
1. Resiko
tinggi
distres
2. Pem. Fis : gejala
ringan sedang
3. APE> 50% tetapi
< 70%
4. Saturasi O2 tidak
perbaikan
Respon buruk
dalam 1 jam :
1. Resiko tinggi
distres
2. Pem. Fis : berat,
gelisah dan
kesadaran
menurun
3. APE < 30%
4. PaCO2 > 45
mmHg
5. PaO2 < 60 mmHg
Pulang :
1. Pengobatan
dilanjutkan dengan
inhalasi
agonis
beta-2
2. Membutuhkan
kortikosterodi oral
3. Edukasi penderita :
1. Memakai obat
yang benar
2. Ikut
rencana
pengobatan
selanjutnya
Dirawat di RS:
1. Inhalasi
agonis
beta 2 anti
kolinergik
2. Kortikosteroid
sistemik
3. Aminofilin drip
4. Terapi
oksigen,
peritimbangkan
kanul nasal atau
masker venturi
5. Pantau APE, sat
O2, nadi, kadar
teofilin
Perbaikan
Pulang bila APE> 60 %
prediksi/nilai terbaik. Tetap
berikan terapi oral atau
Dirawat di ICU :
1. Inhalasi agonis
beta 2 anti
kolinergik
2. Kortikosteroid IV
3. Pertimbangan
agonis beta -2
injeks SC/IM/IV
4. Aminofilin drip
5. Terapi oksigen,
menggunakan
kanul nasal atau
masker venturi
6. Mungkin
perlu
intubasi
dan
ventilasi
mekanik
Tidak
perbaikan
Bila tidak perbaiakan dalam 612 jam
PELANGI ASMA
Pelangi Asma, monitoring keadaan asma secara mandiri
Hijau
Kondisi baik, asma terkontrol
Tidak ada/gejala minimal
APE: 80-100% nilai dugaan/terbaik
Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna
hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan turunkan terapi
Kuning
Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/eksaserbasi
Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa berat baik saat
aktivitas maupun istirahat) dan/ atau APE 60-80% prediksi/ nilai terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi
Merah
Berbahaya
Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari
APE < 60% nilai dugaan/terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan yang disepakati dokterpenderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada respons, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit.
Kontrol Teratur
Pola Hidup Sehat
Meningkatkan kebugaran fi sik
Berhenti merokok
Self hygiene
PROGNOSIS
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya.
Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari
5000
Pada penderita yang mengalami serangan intermitten
angka kematiannya 2%, sedangkan angka kematian
pada penderita yang dengan serangan terus menerus
angka kematiannya 9%.
TERIMA KASIH....