Vous êtes sur la page 1sur 13

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Program Studi Pendidikan Dokter

Disusun oleh:
Putri Ardian
11101-071

Pembimbing:
dr. May Valzon M.sc

MODUL KEPANITERAAN JUNIOR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2015

BAB I
ILUSTRASI KASUS
a. Indentitas
Nama

: Ny. F

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 22 tahun

Alamat

:-

Agama

: Islam

Pekerjaan

:-

Pendidikan

:-

Tanggal masuk

: 29 Desember 2014

Mondok di bangsal

:-

Nomor CM

:-

Nama suami

:-

Pendidikan

:-

b. Anamnesis
Keluhan

: Ny. F berusia 22 tahun G 1P0A0H0 datang ke RSIA Zainab dengan


keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak 4 jam yang lalu, nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari (-). Dari hasil pemeriksaan dokter
ditemukan

TD 126/73 mmHg, abdomen : Leopold I: TFU 3 jari

dibawah proc. Xyphoid, Leopold II: teraba bagian punggung di perut


kiri, Leopold III: teraba bagian bulat dan keras (presentasi kepala),
Leopold IV: Konvergen. VT: pembukaan 3-4 cm. Dokter
memutuskan memperbaiki keadaan Ny. T.

Riwayat perkawinan
Kawin

:-

Umur waktu kawin

:-

Umur suami waktu kawin

:-

Lama perkawinan

:-

Riwayat menstruasi
menarche

:-

Menstruasi

:-

Jumlah darah menstruasi

:-

Rasa sakit saat menstruasi

:-

Perdarahan di luar siklus

:-

HPM

:-

Riwayat fertilitas
Riwayat kehamilan sekarang
HPM

:-

HPL

:-

Mual-mual

:-

Sesak nafas

:-

Gangguan BAK/BAB

:-

Hipertensi

:-

Kejang

:-

Riwayat keluarga berencana

:-

c. Pemeriksaan fisik
Status generalis
KU

: tampak sakit sedang

Vital sign

: TD 126/73 mmHg, Nadi 80x/menit, Nafas 20x/menit

Berat badan

:-

Gizi

:-

Kepala

:-

Leher

:-

Dada

: bising jantung (-)

Abdomen

:-

Extremitas

: akral hangat CRT <2 detik

Status obstetri
Inspeksi

:-

Palpasi

: Leopold I
Leopold II

: TFU 3 jari dibawah proc. xyphoid


: punggung kiri

Leopold III : presentasi kepala


Leopold IV : konvergen (sudah masuk PAP)
Auskultasi

:-

Vaginal Toucher

: 1 cm

Lain-lain

: His (-)
Periksa I
Umur kehamilan (minggu)

39-40 minggu

TFU

3 jari dibawah proc. Xyphoid

Presentasi

Kepala

Letak anak dan turunnya bagian


bawah

Punggung

Punggung kiri

DJJ

147 x/menit

Edema

Tekanan darah (mmHg)

126/73 mmHg

Berat badan (kg)

d. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hb

: 10.6 g/dl

AL

:-

Hmt

:-

LED

:-

AT

:-

Bilirubin total

:-

Bilirubin direk

:-

Bilirubin indirek

:-

Protein total

:-

Albumin

:-

Masa pendarahan (duke)

: 4 menit

Masa pembekuan

: 8 menit

HJL

:-

Globulin

:-

SGOT

:-

SGPT

:-

Alkali phospatase

:-

Ureum

:-

Creatinin

:-

Uric

:-

Malaria

:-

Golongan darah

:-

Rhesus

:-

Urin

:-

pH

:-

albumin

:-

gula

:-

urobilin

:-

BJ

:-

Keton

:-

Darah samar

:-

Epitel

:-

Leukosit

:-

Eritrosit

:-

USG

:-

Radiologi

:-

e. Diagnosis

: Ketuban pecah dini

f. Prognosis

: bonam

g. Terapi

: Oral induksi
Injeksi Dexametasone 2 amp

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ketuban Pecah Dini (KPD)
No. ICPC II : W92 Complicated labour/delivery livebirth
No. ICD X : 042.9 Premature rupture of membrane, unspecified
Tingkat Kemampuan: 3A

2.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah
dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion, inkompeten serviks, dan solusio plasenta1.

2.2 Etiologi3
Penyebab ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Overdistensi uterus
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genitalia, meningkatnya enzim
proteolitik)
5. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi.
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin.
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.

2.2 Patofiologi2
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terjadi keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah2.
Degradasi kolagen mediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati persalinan, keseimbangan antara
MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan
membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan2.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh
adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah
dini prematur sering terjadi pada polihidroamnion, inkompeten seviks, solusio plasenta2.

2.3 Manifestasi klinis


Adanya riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
kadang kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Pada anamnesis, hal-hal yang perlu
digali adalah menentukan usia kehamilan, adanya cairan yang keluar dari vagina, warna
cairan yang keluar dari vagina, dan adanya demam1.

2.4 Pemeriksaan Fisik


a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Pastikan
bahwa cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan bau cairan ketuban yang
khas.
b. Jika tidak ada cairan amnion, dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengejan.

c. Tidak ada tanda inpartu


d. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya tanda-tanda infeksi pada ibu dengan
mengukur suhu tubuh (suhu 380C).

2.5 Pemeriksaan Penunjang1,2


a. Pemeriksaan pH vagina (cairan ketuban) dengan kertas lakmus (Nitrazin test) dari merah
menjadi biru.
b. Pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran pakis yang mengering pada sekret serviko
vaginal.
c. Pemeriksaan darah rutin, leukosit > 15.000/mm3.

2.6 Komplikasi
a. Infeksi maternal dan neonatal
b. Persalinan prematur
c. Hipoksia karena kompresi tali pusat
d. Deformitas janin
e. Meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagal persalinan normal.
(Komplikasi yang timbul bergantung pada usia kehamilan)

2.7 Penatalaksanaan
a. Pembatasan aktivitas pasien
b. Apabila belum in partu berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari
c. Apabila sudah in partu segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

Penatalaksanaan konservatif2:
1. Jika dirawat di rumah sakit, berikan antibiotik : ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin
(bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari.
2. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
3. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
maka berikan dexametasone, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik,
dexametasone, dan induksi sesudah 24 jam.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
6. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexametasone IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

2.8 Prognosis
Prognosis umumnya bonam pada ibu, namun dubia ad bonam pada janin

DAFTAR PUSTAKA
1

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan edisi Keempat Cetakan ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2011.


2

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Nomor 5 tahun 2014 tentang

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.


3

Manuaba IA., Manuaba IB., Manuaba IBG. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC,

2008.

Vous aimerez peut-être aussi