Vous êtes sur la page 1sur 24

IP ADDRES DAN SUBNET

IP Address versi 4 (IPv4)


Memiliki 32 bit alamat logikal yg bersifat unique
yang terbagi dalam 4 oktet tiap oktet terdiri dari 8 bit
yang setiap oktet dapat dikonversi kedalam bilangan
desimal
Format pengalamatan yg digunakan dikenal
dengan istilah :dotted decimal notation
Nilai minimum masing2 oktet adalah 0 dan
maksimum adalah 1.Sehingga kalau minim adalah 0
dan maximal adalah 255.
Dalam jaringan yg sama dua device jaringan tidak
diperkenankan menggunakan satu alamat yg sama
tapi boleh memiliki lebih dari satu IP adress

IP CLASS
Untuk memudahkan proses administrasi
IP address dibagi dalam kelas-kelas.
Yaitu:
1. Kelas A
2. Kelas B
3. Kelas C
4. Kelas D
5. Kelas E

Kelas A :Memiliki 8 bit alamat jaringan


dan 24 bit alamat host
Kelas B : Memiliki 16 bit alamat jaringan
dan 16 bit alamat host
Kelas C : Memiliki 24 bit alamat jaringan
dan 8 bit alamat host
Class A NetID

HostID

Class B NetID

HostID

Class C Net ID
Class D Multicast Adress
Class E Reserved for future use

HostID

Penentuan kelas IP ditentukan oleh byte


pertama IP adress di masing-masing kelas.
Perubahan bit pada byte pertama akan
menentukan kelas IP adress.
Untuk menentukan kelas A,B atau C cukup
dengan melihat angka 8 bit pertama yaitu
A=0, B=10, C=110, D=1110,E=1111 atau
oktet pertama dari format dotted decimal
yaitu A=0-127, B=128-191, C=192-223,
D=224-239, E=240-255

NETMASK
Digunakan untuk memisahkan antara NetID dan
HostID dengan definisi :
1. binary 1 untuk networ-id
2. Binary 0 untuk host-id
Tiap kelas IP memiliki default netmask (natural
netmask)
Kelas A: 11111111.00000000.00000000.00000000
255 .
0
.
0
. 0
Kelas B: 11111111 11111111 00000000 00000000
255
. 255
.
0
. 0
Kelas C: 11111111.11111111.11111111.00000000
255
.
255
.
255 .

IP Address versi 6 (IPv6)


Memiliki 128 bit alamat logikal yang terbagi dalam 8 blok
tiap blok terdiri dari 16 bit yang dapat dikonversikan
kedalam bilangan hexadesimal 4 digit
Format pengalamatan yg digunakan dikenal dengan
istilah: colon-hexadecimal format yang mana cara
penulisannya tiap blok dipisahkan oleh titik dua (:) dan
cara konversinya satu blok dibagi menjadi empat digit
yang tiap empat digitnya dikonversi ke dalam
hexadecimal
Contoh:
1010 1101 1000 1110
A
D
8
E

PERBEDAAN IP V4 DAN IP V6
Sebagai protokol pengalamatan internet generasi baru,
IPv6 tentu hadir dengan berbagai kelebihan ketimbang
sang pendahulunya, IPv4.
Berikut adalah perbedaan antara IPv4 dan IPv6 menurut
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo):
Fitur
IPv4: Jumlah alamat menggunakan 32 bit sehingga
jumlah alamat unik yang didukung terbatas
4.294.967.296 atau di atas 4 miliar alamat IP saja. NAT
mampu untuk sekadar memperlambat habisnya jumlah
alamat IPv4, namun pada dasarnya IPv4 hanya
menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi
laju pertumbuhan internet dunia.
IPv6: Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x
10^38 alamat IP yang unik. Jumlah yang masif ini lebih
dari cukup untuk menyelesaikan masalah keterbatasan
jumlah alamat pada IPv4 secara permanen.

Routing
IPv4: Performa routing menurun seiring dengan
membesarnya ukuran tabel routing. Penyebabnya
pemeriksaan header MTU di setiap router dan hop
switch.
IPv6: Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari
pendahulunya, IPv6 memiliki kemampuan untuk
mengelola tabel routing yang besar.
Mobilitas
IPv4: Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh
kemampuan roaming saat beralih dari satu jaringan ke
jaringan lain.
IPv6: Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui
roaming dari satu jaringan ke jaringan lain dengan tetap
terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini
mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi.

Keamanan
IPv4: Meski umum digunakan dalam
mengamankan jaringan IPv4, header IPsec
merupakan fitur tambahan pilihan pada standar
IPv4.
IPv6: IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6.
Header IPsec menjadi fitur wajib dalam standar
implementasi IPv6.
Ukuran header
IPv4: Ukuran header dasar 20 oktet ditambah
ukuran header options yang dapat bervariasi.
IPv6: Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah
header pada IPv4 seperti Identification, Flags,
Fragment offset, Header Checksum dan
Padding telah dimodifikasi.

Header checksum
IPv4: Terdapat header checksum yang diperiksa oleh
setiap switch (perangkat lapis ke 3), sehingga
menambah delay.
IPv6: Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header,
melainkan secara end-to-end. Header IPsec telah
menjamin keamanan yang memadai
Fragmentasi
IPv4: Dilakukan di setiap host yang melambatkan
performa router. Proses menjadi lebih lama lagi apabila
ukuran paket data melampaui Maximum Transmission
Unit (MTU) paket dipecah-pecah sebelum disatukan
kembali di tempat tujuan.
IPv6: Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan
paket data. Di samping itu, terdapat fitur MTU discovery
yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat
menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat
dalam sebuah jaringan dari ujung ke ujung.

Configuration
IPv4: Ketika sebuah host terhubung ke sebuah
jaringan, konfigurasi dilakukan secara manual.
IPv6: Memiliki fitur stateless auto configuration
dimana ketika sebuah host terhubung ke sebuah
jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis.
Kualitas Layanan
IPv4: Memakai mekanisme best effort untuk
tanpa membedakan kebutuhan.
IPv6: Memakai mekanisme best level of effort
yang memastikan kualitas layanan. Header
traffic class menentukan prioritas pengiriman
paket data berdasarkan kebutuhan akan
kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi

Pengelolaan Alamat IP
Di asia pacific pengelolaan IP dilakukan
oleh APNIC (Asia Pacific Network
Information Center) yang beranggotakan
ISP (internet service provider) dan
instansi-instansi yang berkepentingan
dengan internet
APNIC bertugas sebagai pembagi blok
nomor IP dan nomor Autonomous System
kepada ISP dikawasan Asia Pacific

1.
2.
3.

Selain APNIC badan-badan lain yang


bertugas melakukan manajemen IP
antara lain :
ARIN (America Registry for Internet
Number
RIPE (Reseaux IP Europens)
AFRINIC (African Regional Internet
Registry Network Information Center)

SUBNETTING
adalah proses memecah suatu IP
jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil
yang disebut "subnet agar :
1. bisa menghindari limitasi jumlah simpul
dalam segmen
2. Bisa mereduksi trafik yang disebabkan
oleh broadcast maupun benturan
(collision)

Pembentukan subnet dapat dilakukan


dengan meminjam sebagian bit hostID
yang selanjutnya dilakukan kombinasi bit.
Sebagai contoh IP 192.168.9.0 menjadi 3
subnet
Maka kombinasi bitnya : 00 01 10 11
00 subnet-zeroes dan 11 subnet-ones
Berarti ada 2 kombinasi bit yg bisa dibuat
jaringan

Karena tidak memenuhi permintaan untuk


3 subnet maka perlu ditingkatkan
kombinasinya menjadi 3 bit yaitu :
000 001 010 011 100 101 110 111
Dalam format selengkapnya :
0010 0000=32 : 192.168.9.32
0100 0000=64 : 192.168.9.64
0110 0000=96 : 192.168.9.96
1000 0000=128 : 192.168.9.128
1010 0000=160 : 192.168.9.160
1100 0000=192 : 192.168.9.192

Karena mengambil 3 bit dari hostID untuk


dijadikan subnet, maka networkID bertambah 3
bit.dengan demikian perhitungan netmasknya
adalah:
11111111 11111111 11111111 00000000
+ 3 bit
= 11111111 11111111 11111111 11100000
Jumlah binary 1 yang ada pada netmask adalah :
24 + 3 = 27
Sehingga IP dapat digambarkan sebagai berikut :
192.168.9.0/27=192.168.9.0/255.255.255.224

Variable length subnet mask (VLSM)


Merupakan pengembangan mekanisme
subnetting clasic dimana subnet-zeroes
dan subnet-ones adalah valid (dapat
digunakan)
Dalam metode VLSM ini yang terlebih
dahulu dilakukan adalah dengan
menghitung jumlah host terbanyak yang
dibutuhkan.

Contoh kasus :
Sebuah alamat jaringan 172.16.0.0/16
dan diminta menyediakan 5 buah subnet
yang masing2 memiliki 100 host, dan 3
subnet yang masing2 memiliki 2 host.
Jawab :
Untuk menyediakan minimal 100 host
diperlukan 7 bit (27=128)( 128 merupakan
2 pangkat x yang paling dekat dengan
host terbanyak (100)).dengan demikian
subnet yang dapat diambil adalah 16-7=9
bits ( kelas b memiliki 16 bit hostID)

Dengan tersedianya 9 bit untuk dijadikan subnet, secara


keseluruhan total subnet yang bisa disediakan adalah
29=512 subnet.Dari network adress yang sudah
ditentukan sebelumnya yaitu 172.16.0.0/16 dapat
ditentukan subnetnya sebagai berikut :
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.1.128
172.16.2.0
172.16.2.128
subnetmask dari subnet diatas adalah
255.255.255.128 atau dg bitcount adalah16+9=25

Sedangkan untuk 3 buah subnet dengan jumlah


host masing2 2 host dapat dilanjutkan dari
subnet ke-6 yaitu 172.16.2.128.kita mengambil
subnet 1 s/d 5 karena sudah digunakan untuk
memenuhi 5 jaringan dengan host 100 per
subnet.
Dari 172.16.2.128 yg mempunyai 7 bit sebagai
bagian dari host, untuk memenuhi kebutuhan 2
host yang diminta per jaringan maka kita hanya
butuh 2 bit saja.sehingga sisa (7 bit) dikurangi
dengan 2 bit untuk alamt host.dengan sisa bit yg
digunakan subnetid adalah 5 bit. 172.16.0.0
172.16.0.128

Sunet mask dari jaringan tersebut adalah :


255.255.255.252 atau bitcountnya adalah
30 yaitu dari 25+5=30.

Subnet pada IP.v6


Caranya dengan mengelola bit yang
tersisa dari alamat jaringan.
Contoh:
2001:1:0:1:1::4/126
Subnetnya terdiri dari :
2001:1:0:1:1::4 network id
2001:1:0:1:1::5 IPv6 pertama
2001:1:0:1:1::6 IPv6 kedua
2001:1:0:1:1::7 IPv6 ketiga

Vous aimerez peut-être aussi