Vous êtes sur la page 1sur 6

ASAS-ASAS HUKUM

ASAS HUKUM INTERNASIONAL


Asas territorial adalah prinsip yang memberikan hak kepada masing-masing Negara
untuk melaksanakan hukum yang berlaku di negaranya terhadap semua orang dan atau barang
yang berada dalam wilayah negaranya. Berkenan dengan hal tersebut, maka semua orang dan
atau barang yang berada diluar dari wilayah kekuasaan suatu Negara akan diberlakukan
hukum asing atau hukum internasional.
Asas kebangsaan adalah prinsip yang mengakui adanya kekuasaan Negara terhadap
warga negaranya. Menurut asas ini, setiap warga Negara dimanapun dia berada tetap dapat
memperoleh perlakuan hukum dari negaranya. Asas kebangsaan memiliki kekuatan
ekstraterritorial yang berarti hukum yang berlaku di suatu Negara tetap dapat berlaku
terhadap warga negaranya meskipun warga Negara tersebut berada di Negara lainnya.

ASAS HUKUM PERDATA


Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPdt yang sangat penting dalam Hukum
Perdata adalah:[1]
1.

Asas kebebasan berkontrak,

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam
undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1)KUHPdt, yang berbunyi: Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
1.

Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2.

Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3.

Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;

4.

Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham


individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan oleh
kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui antara lain ajaranajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke dan J.J. Rosseau.Menurut paham
individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa saja yang dikehendakinya.

Dalam hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam kebebasan berkontrak.


Teorileisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin kelangsungan
jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi
didalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Paham individualisme memberikan peluang
yang luas kepada golongan kuat ekonomi untuk menguasai golongan lemah ekonomi. Pihak
yang kuat menentukan kedudukan pihak yang lemah.
2.

Asas Konsesualisme,

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada
pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata
kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa
perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan
pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman.
Didalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi lebih dikenal dengan
sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang
dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam hukum adat disebut secara kontan). Sedangkan
perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik
berupa akta otentik maupun akta bawah tangan).
Dalam hukum Romawi dikenal istilahcontractus verbis literis dan contractus
innominat. Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang telah
ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal dalam KUHPdt adalah berkaitan dengan
bentuk perjanjian.
3.

Asas Kepercayaan,

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan


mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka
dibelakang hari

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA


Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan
(Pasal 1 Ayat (1) KUHP).[butuh rujukan] Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan
dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka yang dipakai adalah aturan yang paling ringan
sanksinya bagi terdakwa (Pasal 1 Ayat (2) KUHPi)
Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Untuk menjatuhkan pidana kepada orang yang
telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang
tersebut.

ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA


Asas-asas yang terkandung didalam Undang-Undang Dasar 1945:
1. Asas Pancasila
Asas pancasila merupakan sumber hukum materil karena itu setiap pengaturan isi
peraturan perundangan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan jika terjadi maka
peraturan tersebut harus segera dicabut.
Pancasila sebagai asas Hukum Tata Negara dapat dilihat dari:
a. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Asas prikemanusiaan
c. Asas kebangsaan
d. Asas kedaulatan rakyat
e .Asas keadilan

2 . Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan terdapat pada batang tubuh UUD 1945 dan didalam
penjelasannya: Pasal 33 ayat 1 menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA


Asas-Asas Hukum Acara perdata Asas Hukum adalah dasar-dasar filosofis yang
menjadi dasar norma hukum yang mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis yang
menjadi jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita sosial serta pandangan etis
masyarakat
Hakim Bersifat Menunggu : maksudnya ialah hakim bersifat menunggu datangnya
tuntutan hak di ajukan kepadanya, kalau tidak ada tuntutan hak atau penuntutan maka tidak
ada hakim. Jadi apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu
akan di ajukan atau tidak, sepenuhnya di serahkan kepada pihak yang berkepentingan.(pasal
118 HIR, 142 Rbg.)Hakim Pasif (Lijdelijkeheid Van De Rehter): hakim di dalam memeriksa
perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa
yang di ajukan kepada hakim untuk di periksa pada asasnya di tentukan oleh para pihak yang
berperkara dan bukan oleh hakim.

ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA


1.

Asas Legalitas

Legalitas berasal dari kata legal (latin), aslinyalegalis, artinya sah menurut undangundang. Asas legalitas di kenal sebagai berikut:
a. Dalam hukum pidana mengatakan tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali
berdasarkan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada . ( Nullum Delictum
Nulla Poena Sine Previa Lege Poenali ). Asas ini terdapat dalam pasal 1 ayat 1 KUHP.
b. Setiap perkara pidana harus diajukan ke depan hakim. ( Lihat Konsideran KUHAP huruf
a. kemudian selain asas ini juga ada asas Oportunitas yaitu seseorang tidak dapat dituntut
oleh jaksa karena dengan alasan dan pertimbangn Demi Kepenringan Umum jadi dalam hal
ini dideponer (dikesampingkan). Walaupun asas ini dianggap bertolak belakang dengan asas
legalitas namun dalam UU Pokok Kejaksaan Agung Nomor 15 Tahun 1961, pasal 8 memberi
kewenangan kepada Kejaksaan Agung untuk mendeponer/ menyampingkan suatu perkara
berdasarkan Demi Kepentingan Umum. Hal ini dipertegas lagi dalam pejelasan KUHAP
pasal 77 yang berbunyi: yang dimaksud penghentian penuntutan tidak termasuk
penyampingan perkara untuk kepentingan umum yang menjadi wewenang Jaksa Agung.
2.

Asas Perlakuan Yang Sama Di Muka Hukum ( Equality Before The Law )

Asas ini sesuai dengan UU Pokok Kekuasaan Kehakiman, Pasal 5 Ayat 1 yang berbunyi:
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Terdapat juga
dalam penjelasan umum KUHAP butir 3 a yang berbunyi: perlakuaan yang sama atas diri
setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.

ASAS HUKUM ADAT


a. Asas Religio Magis (Magisch-Religieus)
Asas Religio Magis(Magisch-Religieus ) adalahpembulatan atau perpaduan kata yang
mengandung unsure beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogika, animisme, pantangan,
ilmu gaib dan lain-lain. Kuntjaranigrat menerangkan bahwa alam pikiran religiomagis itu
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: Kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus, rokhrokh dan hantu-hantu yang menempati seluruh alam semesta dan khusus gejala-gejala alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda- benda.
Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semesta dan khusus terdapat
dalam peristiwa- peristiwa luar biasa, tumbuh- tumbuhan yang luas biasa, binatang-binatang
yang luar biasa, benda-benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa. Anggapan bahwa
kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai magische kracht dalam berbagai
perbuatan ilmu gaib untuk mencapai kemauan manusia atau menolak bahaya gaib. Anggapan
bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan krisis, menyebabkan
timbulnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat dihindari atau dihindarkan dengan
berbagai macam pantangan.

Bushar Muhammmad tentang pengertian religio-magis mengemukakan kata participerend


cosmisch yang mengandung pengertian komplek. Orang Indonesia pada dasarnya berpikir,
merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan (religi) kepada tenaga-tenaga gaib (magis)
yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta (dunia kosmos) dan yang terdapat pada orang,
binatang, tumbuh-tubuhan besar dan kecil, benda-benda; dan semua tenaga itu membawa
seluruh alam semesta dalam suatu keadaan keseimbangan. Tiap tenaga gaib itu merupakan
bagian dari kosmos, dari keseluruhan hidup jasmaniah dan rokhaniah, participatie, dan
keseimbangan itulah yang senantiasa harus ada dan terjaga, dan apabila terganggu harus
dipulihkan. Memulihkan keadaan keseimbangan itu berujud dalam beberapa upacara,
pantangan atau ritus (rites de passage ).
b. Asas Komun (Commun )
Asas Komun berarti mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan diri
sendiri. Asas korum merupakan segi atau corak yang khas dari suatu masyarakat yang masih
hidup sangat terpencil atau dalam hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada tanah
atau alam pada umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang lebih
mementingkan keseluruhan; lebih diutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
individual. Dalam masyarakat semacam itu individualitas terdesak ke belakang.
Masyarakat, desa, dusun yang senantiasa memegang peranan yang menentukan, yang
pertimbangan dan putusannya tidak boleh dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan Desa
adalah berat, berlaku terus dan dalam keadaan apapun juga harus dipatuhi dengan hormat,
dengan khidmat. Biasanya dalam masyarakat Indonesia transaksi itu bersifat contant (tunai)
yaitu prestasi dan contra prestasi dilakukan sekaligus bersama-sama pada waktu itu juga.

TUGAS PIH (PENGANTAR ILMU HUKUM)

ASAS-ASAS HUKUM

DISUSUN OLEH:
HILMAN PRAYUDA
D1A 011 126

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013/2014

Vous aimerez peut-être aussi