Vous êtes sur la page 1sur 3

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Pesisir di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo


Untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Geografi Lingkungan yang dibimbing
Oleh Bapak Ardiyanto Tanjung

Disusun Oleh
Dwi Komala Dewi

120721435439

Offering B/ 2012

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
Desember 2014

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Pesisir di Kecamatan


Kademangan Kota Probolinggo

Kecamatan Kademangan merupakan salah satu kecamatan di Kota


Probolinggo yang lokasinya berbatasan dengan laut. Kelurahan yang berbatasan
dengan laut tersebut yaitu kelurahan Ketapang. Menjadi satu-satunya kelurahan di
Kecamatan Kademangan yang berbatasan langsung dengan Selat Madura
menyebabkan perlunya perhatian lebih terhadap isu-isu lingkungan yang terjadi di
kawasan pesisir Kelurahan Ketapang.
Penyusunan KLHS untuk Kecamatan Kademangan berfokus pada kondisi
daerah pesisir di Kelurahan Ketapang. Pemilihan daerah ini dilatarbelakangi oleh
tingginya konversi lahan dari hutan mangrove menjadi area tambak dan
pemukiman. Pada tahun 2011-2012 terjadi pengurangan luas hutan mangrove, dari
60 Ha menjadi 30 Ha (BLH. 2012). Konversi lahan ini memberikan dampak yang
cukup besar baik secara fisik maupun sosial. Setelah dilakukan analisis mengenai
RTRW dan RPJMD Kota Probolinggo, ternyata belum ada satupun Kebijakan,
Rencana, dan Program (KRP) pembangunan yang bersifat berkelanjutan. Berlatar
belakang dari kondisi tersebut, maka diperlukan penyusunan KLHS untuk
menghasilkan kebijakan, perencanaan, dan program yang komprehensif dalam
meminimalkan dampak lingkungan dan menjamin keberlanjutan pembangunan
dengan tanpa mencemari/merusak lingkungan di kawasan pesisir Kelurahan
Ketapang.
Hasil identifikasi dari permasalahan yang muncul di daerah pesisir
Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan sebagai bentuk KRP yang hanya
menitik beratkan pada kepentingan ekonomi dan sosial tanpa memperhitungkan
kondisi lingkungan adalah sebagai berikut: (1) Meningkatnya alih fungsi lahan
hutan mangrove menjadi area tambak dan pemukiman. (2) Minimnya monitoring
kelestarian hutan mangrove. (3) Minimnya monitoring kondisi pesisir pantai yang
rawan terkena abrasi. (4) Kurang optimalnya penataan area pemukiman dan
tambak. (5) Minimnya pengawasan terkait pelanggaran perusakan lingkungan
pesisir pantai (6) Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat pesisir dalam menjaga
kelestarian hutan mangrove.
Alternatif kebijakan yang direkomendasikan agar tercapai pembangunan
berkelanjutan adalah sebagai berikut: (1) Penggunaan batas maksimal prosentase
pemukiman dan area tambak. Pembatasan ini bertujuan untuk mengendalikan
pertambahan pembangunan (pemukiman dan lahan tambak) sehingga tidak
melampaui daya dukung lingkungan. (2) Peningkatan pengawasan oleh
pemerintah terhadap resiko yang memicu terjadinya kerusakan hutan atau
degradasi kawasan pesisir oleh sektor-sektor terkait. (3) Pengawasan dan

monitoring kawasan hutan mangrove dan kawasan rawan abrasi secara berkala.
Hal ini dimaksudkan agar tetap terjadi pengawasan yang ketat mengenai degradasi
kawasan pesisir. Mengingat bukan hanya tata pemukiman dan area tambak yang
menjadi masalah, namun limbah hasil industri di Kecamatan Kademangan (Dalam
RTRW Kota Probolinggo, Kec. Kademangan sebagai lokasi industri) yang
bermuara di pesisir pantai juga memberikan dampak menurunnya kualitas
lingkungan pesisir Kelurahan Ketapang, sehingga perlunya pengkajian secara
berkala. (4) Kebijakan penataan ruang yang disesuaikan dengan daya dukung
lingkungan. Kebijakan ini merupakan keberlanjutan dari kebijakan pada poin 1.
Dalam penataan ruang, perlu dilakukan tinjauan awal mengenai lokasi manasaja
yang dapat dijadikan sebagai area pemukiman, dan sebagainya berdasarkan
kondisi fisik (topografi, konstruksi tanah, tingkat produktifitas lahan, dll). (5)
Kebijakan partisipasi masyarakat dalam mengelola dan menjaga kawasan pesisir.
Dari alternatif kebijakan tersebut diperlukan adanya kerjasama dari berbagai
pihak, baik dari masyarakat, lembaga, dan pemerintah.
Selain memberikan alternatif kebijakan kepada pemerintah guna
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan, perumusan perencanaan dan
program yang mendukung alternatif kebijakan juga perlu dilakukan. Perencanaan
yang disusun yaitu mengenai; (1) Optimalisasi penggunaan SIG maupun Remote
Sensing. (2) Pembentukan lembaga pemerintah tingkat kecamatan yang
mengawasi kemungkinan terjadinya pelanggaran kerusakan kawasan pesisir. (3)
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melestarikan kawasan hutan
mangrove melalui kegiatan-kegiatan sosial. (4) Pembentukan lembaga pengawas
pelanggaran kerusakan kawasan pesisir. Selanjutnya, program pembangunan yang
digunakan sebagai usaha untuk menyempurnakan rancangan KRP ini yaitu; (1)
Penyediaan peta tematik mengenai kawasan yang cocok untuk pemukiman dan
pembangunan non pertanian. (2) Optimalisasi penggunaan SIG untuk
memonitoring perubahan kawasan hutan mangrove secara berkala. (3)
Pembentukan paguyuban petani tambak untuk ikut menjaga dan mengawasi
kelestarian hutan mangrove dan lingkungan pesisir. (4) Pembentukan lembaga
pemerintah tingkat kecamatan yang berbatasan dengan pantai yang bertugas
mengawasi kemungkinan terjadinya pelanggaran kerusakan kawasan pesisir. (5)
Mengoptimalkan kegiatan penanaman mangrove baik oleh lembaga pemerintah,
lembaga pendidikan, LSM, maupun masyarakat umum.
Daftar Pustaka
Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tahun 2012.

Vous aimerez peut-être aussi