Vous êtes sur la page 1sur 16

Batas Ambang Nilai Kebisingan

Kebisingan (noise) atau dapat didefiniskan sebagai terjadinya suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang akan
mengganggu dan membahayakan kesehatan. Noise dalam hal ini merupakan sebuah reaksi fisika yang terjadi
ditempat kerja, yang mana pemajanan factor fisika ini dapat mempengaruhi serta membahayakan kesehatan
yang akibatnya dari penyakit kebisingan ini adalah kecacatan yang ditimbulkan seperti ketulian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002, bahwa kebisingan
dapat diartikan sebagai terjadinya bunyi/suara yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan.
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem (ICD-X) in Occupational Health
mempunyai kode H83.3 (noise effects on inner ear). Tingkat kecacatan ditentukan dengan cara mengukur Nilai
Ambang Dengar (Hearing Threshold Level) yaitu angka rata-rata penurunan ambang dengan dalam dB (disibel)
pada frekuensi 500Hz, 1000Hz dan 2000Hz. Penurunan nilai ambang dengar dilakukan pada kedua telinga.
Kalkulasi HTL (Hearing Threshold Level HTL)
Kecacatan dalam pendengaran dibagi berdasarkan cacat monoaural, cacat biaural dan presbiakusis (cacat
pendengaran pada orang lanjut usia, lansia). Untuk penentuan cacat pendengaraan monoaural yaitu dengan
menentukan nilai ambang dengar pada frekuensi 500Hz, 1000Hz dan 2000Hz. Perhatikan tabel berikut ini untuk
perbandingan :

TELINGA KIRI
500 Hz
40
1000 Hz
50
2000 Hz
60
Jumlah
150
Sumber
:
kebisingan/

TELINGA KANAN
500Hz
35 dB
1000Hz
40 dB
2000Hz
60 dB
Jumlah
135 dB

dB
dB
dB
dB

https://erlandcom.wordpress.com/batas-ambang-nilai-

CAHAYA DAN PENGUKURAN CAHAYA DI


TEMPAT KERJA
Sumber :

http://aninkarina.blogspot.com/2012/06/cahaya-dan-pengukuran-cahaya-di-

tempat.html

2. 1

Pengertian Cahaya
Cahaya

merupakan

satu

bagian

berbagai

jenis

gelombang

elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki


panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy
cahaya lainnya dalam spectrum elektromagnetisnya (Suhadri, 2008).

Menurut

Kepmenkes

no.

1405

tahun

2002

tentang

Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah


jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.

2. 2

Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu dalam Firmansyah (2010), ada 5 sistem pencahayaan di
ruangan, yaitu:

1.

Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan
yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena
pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding
serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar
tampak menyegarkan.
2.

Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi.
Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki
pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.
3.

Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah
bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4.

Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding


bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang

optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat


dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta
kesilauan dapat dikurangi.
5.

Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding


bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar
seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian
dan

pemeliharaan

yang

baik.

Keuntungan

sistem

ini

adalah

tidak

menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi


effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

2. 3

Jenis-Jenis Sistem Pencahayaan


Beberapa jenis dan komponen sistem pencahayaan adalah (Suhadri,
2008):

1.

Lampu pijar (GLS)


Lampu pijar bertindak sebagai badan abu-abu yang secara selektif
memancarkan radiasi, dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola
lampu terdiri dari hampa udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan
oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun tidak akan menghentikan penguapan.
Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun
pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan adanya gas inert, akan
menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan
makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk lampu biasa dengan harga
yang murah, digunakan campuran argon nitrogen dengan perbandingan 9/1.
Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan khusus seperti lampu
sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi kenaikan
harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yang terdapat
dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya
hantar yang rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya
memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan
pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jika

patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan
sekering tidak begitu halnya.
Ciri-cirinya adalah:
a. Efficacy 12 lumens/watt
b. indeks perubahan warna 1 A
c. Suhu warna hangat (2500K 2700K)
d. Umut lampu 2000 jam

2.

Lampu tungsten halogen


Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar
tungsten seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola
lampunya diisi dengan gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar
panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten,
oksigen dan halogen bergabung pada dinding bola lampu membentuk molekul
oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida
tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana
suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan
kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar bukan ditempat yang sama
dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan antara
kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara
tajam.
Ciri-cirinya adalah :

a.

Efficacy 18 lumesn/watt

b.

Indeks perubahan warna 1 A

c.

Suhu warna hangat (3000K 3200K)

d.

Umur lampu 4000 jam


Kelebihan dari lampu ini adalah:

a.

Lebih kompak

b.

Umur lebih panjang

c.

Lebih banyak cahaya

d.

Cahaya lebih putih (suhu warna lebih tinggi)


Kekurangan dari lampu ini adalah:

a.

Lebih mahal

b.

IR meningkat

c.

UV meningkat

d.

Masalah handling

3.

Lampu neon
Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan
dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui
uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung
neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah
kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan
185nm.
Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk
menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki
efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu katode panas, sebab
katode dipanaskan sebagai bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat
pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan
ini akan mengeluarkan electron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan
ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang.
Lampu menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang
buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru
menggunakan amalgam merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini
menyebabkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran suhu yang lebih
luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena
memiliki fitting yang kompak.

2. 4

Komponen Pencahayaan
Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari
lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu

mencapai

area

yang

diterangi

dan

juga

pola

distribusi

cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai
penutup)

atau specular (dilapis

atau

seperti

kaca).

Tingkat

pemantulan

bahan reflector dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas


dan efisiensi fitting. Tabel berikut menggambarkan reflektan sebagai persentase
cahaya.

Tabel 2.1 Reflektan sebagai Persentase Cahaya


(Sumber : Suhadri, 2008)
Bahan Warna

Reflektan
(%)

Putih

100

Aluminium, kertas putih

80 - 85

Warna gading, kuning lemon, kuning dalam, hijau muda,


biru pastel, pink, pale, krim

60 65

Hijau lime, abu-abu plae, pink, orange dalam, bluegrey

30 35

Biru langit, kayu pale

40 45

Pale oakwood, semen kering

30 35

Merah dalam, hijau rumput, kayu, hijau daun, coklat

20 25

Biru gelap, merah purple, coklat tua

10 15

Hitam

Sedangkan menurut Municipal and Rural Sanitation dalam Soeripto


(2008), faktor pantulan zat dengan bermacam-macam warnadapat dilihat pada
tabel 2.2:
Tabel 2.2 Faktor Pantulan Zat dengan Permukaan Bermacam-macam Warna
(Sumber : Soeripto, 2008)
Klasifikasi

Koefisien Pantulan (dalam %)

Plester putih (dinding tembok)

90 92

Flat Mill White (mat)

75 90

Krem muda

74

Pink muda

67

Kuning muda

65

Biru muda

61

Kekuning-kuningan muda (light Buff)

58

Abu-abu muda

49

Hijau muda

47

Medium blue

36

Medium grey

30

Merah

13

Karakteristik kinerja luminer yang umum digunakan dapat dilihat pada


tabel2.3.

Tabel 2.3 Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari Luminer yang Umum digunakan
Jenis Lampu

2. 5

Lum/Watt

Indeks
Perubahan
Warna

Penerapan

Umur
(Jam)

Kisara
n

Ratarata

Lampu neon

46 60

50

Lapisan w.r.t
yang baik

Kantor, pertokoan,
rumah sakit, rumah

Lampu neon
kompak

40 70

60

Sangat baik

Hotel, pertokoan,
rumah, kantor

Merkuri
tekanan
tinggi
(HPMV)

44 57

50

Cukup

Penerangan umum di
pabrik, garasi, tempat
parker mobil,
penerangan berlebihan

Lampu
halogen

67 121

90

Cukup

Peraga, penerangan
berlebihan, arena
pameran, area
konstruksi

2000 4000

Sodium
tekanan
tinggi
(HPSV) SCN

67 121

90

Cukup

Penerangan umum di
pabrik, gudang,
penerangan jalan

6000 12000

5000
8000
10000
5000

Dampak Penerangan yang Tidak Baik


Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan
yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan (Suhadri, 2008):

1.

Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.

2.

Kelelahan mental.

3.

Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

4.

Kerusakan indra mata dan lain-lain.


Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara
kepada penurunan performansi kerja, termasuk (Suhadri, 2008):

1.

Kehilangan produktivitas

2.

Kualitas kerja rendah

3.

Banyak terjadi kesalahan

4.

Kecelakan kerja meningkat

2. 6

Merancang Sistem Pencahayaan


Menurut

Suhadri

(2008),

setiap

pekerjaan

memerlukan

tingkat

pencahayaan pada permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting


untuk menampilkan tugas yang bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik
akan membuat orang bekerja lebih produktif. Membaca buku dapat dilakukan
dengan 100 sampai 200 lux. Hal ini merupakan pertanyaan awal perancang
sebelum

memilih

tingkat

pencahayaan

yang

benar.

CIE

(Commission

International de lEclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah


menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai
pekerjaan. Nilai nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai
standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan. Pertanyaan
kedua adalah mengenai kualitas cahaya. Dalam kebanyakan konteks, kualitas
dibaca sebagai perubahan warna. Tergantung pada jenis tugasnya, berbagai
sumber cahaya dapat dipilih berdasarkan indeks perubahan warna.
Tabel 2.4 Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan
(Sumber : Suhadri, 2008)
Tingkat
Penerang
an (Lux)
Pencahayaan umum
untuk ruangan dan
area yang jarang

20

Area Kegiatan
Layanan penerangan yang minimum
dalam area sirkulasi luar ruangan,
pertokoan di daerah terbuka, halaman

digunakan dan/atau
tugas-tugas atau
visual sederhana

Pencahayaan umum
untuk interior

tempat penyimpanan
50

Tempat pejalan kaki dan panggung

70

Ruang boiler

100

Halaman trafo, ruangan tungku

150

Area sirkulasi di industri, pertokoan dan


ruang penyimpan

200

Layanan penerangan yang minimum


tugas

300

Meja dan mesin kerja ukuran sedang,


proses umum dalam industri kimia dan
makanan, kegiatan membaca dan
membuat arsip

450

Gantungan baju, pemeriksaan, kantor


untuk menggambar, perakitan mesin
dan bagian yang halus, pekerjaan
warna, tugas menggambar kritis

Tabel 2.4 Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan (Lanjutan)


Tingkat
Penerang
an (Lux)
Pencahayaan
tambahan setempat
untuk tugas visual
yang tepat

Area Kegiatan

1500

Pekerjaan mesin dan di aras meja yang


sangat halus, perakitan mesin presisi
kecil dan instrumen, komponen
elektronik, pengukuran dan
pemeriksaan. Bagian kecil yang rumit
(sebagian mungkin diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)

3000

Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,


misal instrumen yang sangat kecil,
pembuatan jam tangan, pengukiran

Sedangkan menurut PMP no. 7 tahun 1964, tingkat penerangan atau


NAB (Nilai Ambang Batas) di tempat kerja tercantum dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 Tingkat Penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas)
di Masing-Masing Area Kerja

Area Kegiatan

Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)

Penerangan darurat
Penerangan
perusahaan

untuk

5 lux
halaman

dan

jalan

dalam

lingkungan

Pekerjaan yang membedakan barang kasar, seperti:

50 lux

1.

Mengerjakan bahan-bahan kasar

2.

Mengerjakan arang atau abu

3.

Mengerjakan barang-barang yang besar

4.

Mengerjakan bahan tanah atau batu

5.

Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai

6.

20 lux

Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan


kasar
Pekerjaan yang
sepintas, seperti:

membedakan

barang-barang

kecil

secara

1.

Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai

2.

Pemasangan yang kasar

3.

Penggilingan padi

4.

Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas

5.

Mengerjakan bahan-bahan pertanian

6.

Kamar mesin dan uap

7.

Alat pengangkut orang dan barang

8.

Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal

9.

Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil

100 lux

10. Kakus, tempat mandi dan tempat kencing

Tabel 2.4 Tingkat Penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas)


di Masing-Masing Area Kerja (lanjutan)

Area Kegiatan

Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil agak teliti,


seperti:

Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)

200 lux

1.

Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak kasar)

2.

Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar

3.

Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang

4.

Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda

5.

Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam


kaleng

6.

Pembungkusan daging

7.

Mengerjakan kayu

8.

Melapis perabot
Pekerjaan perbedaan yang teliti daripada barang-barang kecil,
seperti:

1.

Pekerjaan mesin yang teliti

2.

Pemeriksaan yang teliti

3.

Percobaan-percobaan yang teliti dan halus

4.

Pembuatan tepung

5.

Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol


berwarna muda

6.

Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca,


pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus
kontras sedang dan dalam waktu yang lama, seperti:

1.

Pemasangan yang halus

2.

Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus

3.

Pemeriksaan yang halus

4.

Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca

5.

Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)

6.

Penjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua

7.

dengan

300 lux

500-1000
lux

Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau


pekerjaan kantor yang lama dan teliti
Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang sangat halus
dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama,
seperti:

1.

Pemasangan ekstra halus (arloji, dll)

2.

Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)

Paling
sedikit
1000 lux

3.

Percobaan alat-alat yang ekstra halus

4.

Tukang mas dan intan

5.

Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakan

6.

Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam percetakan

7.

Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua

Nilai pantulan (Reflektan) yang dianjurkan menurut Sumamur dalam


Firmansyah (2010) dapat dilihat pada tabel 2.5:
Tabel 2.5 Nilai Pantulan (Reflektan)
(Sumber : Sumamur dalam Firmansyah, 2010)

2. 7

No

Jenis Permukaan

Reflektan (%)

Langit-langit

80 -90

Dinding

40 - 60

Perkakas (mebel)

25 45

Mesin dan perlengkapannya

30 50

Lantai

20 - 40

Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja


Menurut Suhadri (2008), aplikasi penerangan di tempat kerja, secara
umum dapat dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan, yaitu:

1.

Desain tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan.


Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan
pada waktu mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana
kerja. Desain instalasi penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan,
pantulan dan bayang-bayang serta untuk tujuan kesehatan dan keselamatan
kerja

2.

Identifikasi dan penilaian problem dan kesulitan penerangan.


Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktorfaktor yang harus diperhitungkan adalah: sumber penerangan, pekerja dalam
melakukan pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja
secara keseluruhan.

3.

Penggunaan pencahayaan alami siang hari


Manfaat dari pemakaian cahaya alami pada siang hari sudah dikenal dari pada
cahaya listrik, namun cenderung terjadi peningkatan pengabaian terutama pada
ruang kantor modern yang berpenyejuk dan perusahaan komersial seperti hotel,
plaza perbelanjaan dan sebagainya.
Sebuah rancangan yang bagus yang memadukan kaca atap dengan bahan FRP
bersamaan

dengan

langit-langit

transparan

dan

tembus

cahaya

dapat

memberikan pencahayaan bagus bebas silau; langit-langit juga akan memotong


panas yang datang dari cahaya alami.
Pemakaian atrium dengan

kubah

FRP

pada

arsitektur

dasar

dapat

menghilangkan penggunaan cahaya listrik pada lintasan gedung-gedung tinggi.


Cahaya alam dari jendela harus juga digunakan. Walau begitu, hal ini harus
dirancang dengan baik untuk menghindari silau. Rak cahaya dapat digunakan
untuk memberikan cahaya alami tanpa silau.
Menurut

Kepmenkes

no.

1405

tahun

2002

tentang

Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, agar pencahayaan


memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
1.

Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan


kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

2.

Kontras

sesuai

dengan

kebutuhan,

hindarkan

terjadinya

kesilauan

atau

bayangan.
3.

Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk


tidak menggunakan lampu neon.

4.

Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan


bola lampu sering dibersihkan.

5.

2. 8

Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

Pengukuran Intensitas Cahaya di Dalam Ruang Kerja


Menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di
Tempat Kerja, pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja menggunakan

alat luxmeter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian
energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala.
Untuk alat digital, energy listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada
layar monitor.
Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
adalah sebagai berikut:
1.

Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi

2.

Menentukan titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum


Penerangan setempat adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa
meja kerja maupun peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja,
maka pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran
intensitas penerangan setempat seperti berikut:

Penerangan umum adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu
tersebut dibedakan luas ruangan sebagai berikut:
a.

Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.

b.

Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong
garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga)
meter.

c.

Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan
lebar

ruangan

adalah

pada

jarak

meter.

(selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas


Penerangan di Tempat Kerja)
3.

Syarat-syarat dalam pengukuran:

a.

Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan


dilakukan

b.

Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.

4.

Penggunaan luxmeter:

a.

Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor

b.

Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

c.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.

d.

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas


penerangan setempat

DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, F., 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata
PAda Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta
Timur. Skripsi : Universitas Sebelas Maret
Peraturan Menteri Perburuhan no. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
Soeripto, 2008. Higiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suhadri, B., 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Vous aimerez peut-être aussi