Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
6 pH 1 3 2 2 6
7 Amoniak (mg/l) 1 3 2 2 6
8 Kelerengan (o) 1 3 1 1 3
9 Tekstur (cm) 1 3 1 1 3
10 Amplitudo Pasut (m) 1 3 1 1 3
11 CH (mm/th) 1 3 1 1 3
Total 20 63
Berdasarkan rumus dan perhitungan di atas diperoleh interval klas kesesuaian lahan sebagai
berikut :
60 20
I = = 13,33
3
Maka diperoleh penilaian (Skor) kelas kesesuaian lahan untuk budidaya tambak udang windu
adalah seperti Tabel berikut :
Skor Tingkat Kesesuaian Keterangan
48 61
Sangat Sesuai Daerah ini tidak mempunyai pembatasan yang serius untuk menerapkan perlakuan
yang diberikan atau hanya mempunyai pembatasan yang tidak berarti atau tidak berpengaruh
secara nyata terhadap penggunannya dan tidak akan menaikan masukan atau tingkat perlakuan
yang diberikan.
34 47
Sesuai Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan
tingkat perlakuan yang diterapkan, pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat
perlakuan/penggunaan yang diberikan.
20 33
Tidak sesuai Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan/penggunaan pada daerah tersebut.
3.8.2. Analisis Pemanfaatan Lahan
Untuk menentukan luas lahan yang termanfaatkan untuk kegiatan budidaya tambak dilakukan
dengan membandingkan luasan lahan yang termanfaatkan untuk kegiatan budidaya tambak
dengan luasan lahan yang diperuntukan untuk kawasan budidaya tambak.
Untuk mengetahui tekanan penduduk (population pressure) terhadap suatu kawasan, rumus yang
digunakan adalah : (Suryanto, 2004)
(Si/Pi) (So/Po)
PP = X 100%
(So/Po)
Dimana :
PP : Laju pertumbuhan tekanan penduduk So
So : Jumlah sumberdaya yang dimanfaatkan pada tahun ke 0
Si : Jumlah sumberdaya yang dimanfaatkan pada tahun ke I
Po : Jumlah penduduk/pemanfaatan pada tahun ke 0
Pi : Jumlah penduduk/pemanfaatan pada tahun ke I
Dengan kriteria sebagai berikut
Skor : > 80 100%, Sangat serius
Skor : 60 79%, Lebih dari serius
Skor : 40 59%, Serius
Skor : 20 39%, Kurang serius
Skor : < 20%,Tidak Serius
Selanjutnya hasil persepsi masyarakat dilakukan analisis regresi dan korelasi untuk mengatahui
model regresi dan keeratan hubungan fungsional yang terbentuk dari umur, tingkat pendidikan
dan lama usaha tambak terhadap persepsi masyarakat tentang tatarung kawasan budididaya.
3.8.3. Analisis Ekonomis
Biaya (Soekartawi, 1995) :
TC : FC + VC
Dimana :
TC : Total Cost/Biaya total
FC : Fixed cost/Biaya tetap
VC : Variabel cost/ Biaya variable
Penerimaan (Soekartawi, 1995) :
TR : Yi . Pyi
Dimana :
TR : Total Revenue/Penerimaan total
Y : produksi yang diperoleh dalam suatu usaha i
Py : Harga Y
Pendapatan bersih/Keuntungan (Soekartawi, 1995) :
Pd : TR TC
Dimana :
Pd : Pendapatan bersih (keuntungan)
TR : Total revenue / penerimaan total
TC : Total cost/Biaya total
Kelayakan :
Untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha dapat dilakukan analisis perbandingan
penerimaan total dengan biaya total (Hernanto, 1989), dengan persamaan :
RCR : TR/TC
Dimana :
RCR : Revenu Cost Ratio
Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak tersebut dapat dijadikan sebagai dasar
penyusunan rencana tata ruang yang lebih detail lagi terutama kawasan yang mempunyai sifat
khusus seperti budidaya tambak, dimana dalam rencana tata ruang yang telah disusun tahun 2003
-2007 dan proyeksi pola pemanfaatan lahan ditahun 2014 tidak mencantumkan pemanfaatan
lahan untuk kegiatan budidaya tambak, hal ini bertolak belakang dengan potensi perikanan
tambak yang ada di kabupaten Tanah Bumbu sebagai pendukung Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu yang memiliki potensi pengembangan kawasan budidaya sebesar 11.140 ha,
dimana potensi yang terealisasi sampai sekarang baru mencapai 2.288,3 Ha atau baru 20,54%
dari total potensi yang ada.
Penataan ruang di Kapet Batulicin yang berada di Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilakukan
melalui proses perencanaan secara matang antara lain melalui persiapan penyusunan rencana
tataruang, merumuskan kebijakan pengaturan tata ruang, menyelaraskan antara program
pembangunan dengan rencana tata ruang kawasan, pengawasan atas pemanfaatan tata ruang serta
penertiban atas pelanggaran pemanfaatan ruang.
Aspek Pemanfaatan Lahan
Luas lahan yang termanfaatkan untuk kegiatan budidaya dapat dilihat pada pada Tabel berikut
Tabel Luas Lahan Termanfaatkan untuk Kegiatan Budidaya Tambak Rakyat pada Kapet
Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu
No Kecamatan Luas Potensi Lahan (Rawa)
(Ha) Eksistensi
Tambak (Ha) Luas lahan Termanfaatkan per Kecamatan
(%)
1
2
3
4 Batulicin
Kusan Hilir
Sei Loban
Satui 981
3.242
4.200
2.717 350,6
778,7
616
543 35.74
24.02
14.67
19.98
Total 11.140 2.288,3
Tergambar bahwa luas lahan yang termanfaatkan masih jauh dari luas potensi lahan yang tersedia
untuk budidaya tambak, dimana semua kecamatan masih di bawah 50% dan secara keseluruhan
hanya 20,54%
Selanjutnya untuk laju tekanan penduduk terhadap kawasan budidaya tambak udang windu dapat
6.689.003,62 22,78
25,25
21,25
30,72 12.332.367,65
12.463.571,47
11.803.707,54
14.865.101,49 23,96
24,22
22,94
28,88
Total 29.692.741,15 100,00 21.772.006,99 100,00 51.464.748,15 100,00
Rerata 7.423.185,29 5.443.001,75 12.866.187,04
Selanjutnya hasil analisis regresi menunjukkan model : Y = 11,508 + 0,1741 X1 + 3,327X2 +
5,004X3
pendidikan serta lama usaha menunjukkan keberartian yang nyata.
4.4.2. Aspek Ekonomi
Biaya produksi
Komponen biaya produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses
produksi meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Rerata biaya produksi di empat kecamatan adalah sebesar Rp. 12.866.187,04/kecamatan, dengan
komponen biaya tertinggi yang dikeluarkan adalah pada komponen biaya tetap sebesar Rp.
7.423.185,29/kecamatan dan terendah pada biaya tetap sebesar Rp. 5.443.001,75/ kecamatan
Tabel Tingkat Produksi (kg) dan Penerimaan (Rp) Petambak Rakyat di Kabupaten Tanah Bumbu
No Kecamatan Rerata Produksi
(kg) Persentase
Produksi
(%) Rerata Penerimaan
(Rp) Persentase
(%)
1
2
3
4 Batulicin
Kusan Hilir
Sei Loban
Satui 337,06
391,04
314,76
419,57 23,05
26,74
21,52
28,69 20.738.235,29
21.507.095,24
17.311.800,00
23.076.086,96 25,10
26,03
20,95
27,93
Total 1.462,43 100 82.633.217,49 100
Rereta 365,61 20.658.304,37
Diketahui bahwa rerata produksi diempat kecamatan adalah sebesar 365,61 Kg/Kecamatan,
dengan produksi tertinggi pada kecamatan Satui 419,57 kg (28,69%) dan terendah pada
Kecamatan Sei Loban 314,76 kg (21,52%) dari total produksi.
Rerata penerimaan di empat kecamatan adalah sebesar Rp 20.658.304,37/kecamatan dengan
penerimaan terbesar di Kecamatan Kusan Hilir sebesar Rp. 21.507.095,24 atau 26,03% dari
penerimaan total, dan penerimaan terendah di
Melihat gambaran di atas, maka rata-rata produksi udang windu yang dihasilkan dalam satu kali
produksi adalah sebesar 188,34 kg/ha. Dengan produksi tertinggi dihasilkan kecamatan Kusan
Hilir sebesar
Tabel Rerata Produksi Tambak Udang Windu pada Kapet Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu
No Kecamatan Rerata Luas Tambak (Ha) Rerata Produksi (Kg) Produksi/Ha Persentase
(%)
1
2
3
4 Batulicin
Kusan Hilir
Sei Loban
Satui 2,29
1,83
1,51
2,28 337,06
391,04
314,76
419,57 147,19
213,68
208,45
184,02 19,54
28,36
27,67
24,43
Total 7,91 1.462,43 753,34 100
Rerata 1,98 365,61 188,34
Produksi dan penerimaan
Hasil analisis produksi dan penerimaan menunjukkan bahwa tingkat produksi dan penerimaan
petani tambak diempat kecamatan bervariasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tebel
berikut.
Kecamatan Sei Loban sebesar Rp. 17.311.800,00 atau 20,95% dari total penerimaan. Untuk
produksi per hektar yang dihasilkan oleh masing-masing petambak dapat dilihat pada tabel
berikut.
213,68 kg/ha. Bila dibandingkan dengan data produksi udang windu Propinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2004 rerata sebesar 475,50 kg/ha dan tahun 2005 rerata 546,41 kg/ha (Dinas
perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Selatan, 2004 dan 2005), maka produksi udang
windu di Kabupaten Tanah Bumbu lebih rendah bila dibandingkan dengan rerata produksi di
tingkat propinsi, hal ini diduga masih belum optimalnya input teknologi budidaya yang
diterapkan para petambak di Kabupaten Tanah Bumbu.
Tingkat keuntungan
Tabel Tingkat Keuntungan Usaha Budidaya Tambak Udang Rakyat pada Kapet Batulicin
No Kecamatan Total Tingkat Keuntungan (Rp) Persentase
(%)
Penerimaan (Rp) Biaya (Rp)
1
2
3
4 Batulicin
Kusan Hilir
Sei Loban
Satui 20.738.235,29
21.507.095,24
17.311.800,00
23.076.086,96 12.332.367,65
12.463.571,47
11.803.707,54
14.865.101,49 8.405.867,65
9.043.523,77
5.508.092,46
8.210.985,46 26,97
29,01
17,67
26,34
Total 82.633.217,49 51.464.748,15 31.168.469,34 100,00
Rerata 20.658.304,37 12.866.187,04 7.792.117,34
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa rerata keuntungan sebesar Rp. 7.792.117,34/kecamatan,
dengan keuntungan tertinggi di Kecamatan Kusan Hilir sebesar Rp. 9.043.523,77 atau 29,01%,
dan terendah pada Kecamatan Sei Loban sebesar Rp. 5.508.092,46 atau sebesar 17,67% dari total
keuntungan.
Kelayakan ekonomis usaha budidaya tambak rakyat
Kecamatan Satui
Dengan demikian maka diketahui secara keseluruhan bahwa usaha budidaya Tambak pada Kapet
Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu didukung oleh potensi lahan yang sangat sesuai untuk
Kecamatan Satui dan Sei Loban dan tingkat sesuai untuk Kecamatan Batulicin dan Kusan Hilir
dan dari aspek ekonomis layak untuk diusahakan serta didukung oleh tingkat tekanan penduduk
terhadap lahan budidaya masih rendah. Namun pemanfaatan lahan untuk usaha budidaya masih
belum optimal. Maka selanjutnya perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan dengan
mempertahankan dan mengoptimalkan daya dukung lingkungan untuk usaha budidaya tambak
udang serta mengoptimalisasikan pemanfaatan lahan sesuai dengan potensi lahan dan perlu
adanya peraturan daerah untuk mempertahankan kawasan budidaya tambak terhadap tekanan
pemanfaatan lahan dari fungsi pemanfaatan lahan yang lainnya.
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasakan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kesesuaian lahan yang ada di kapet Batulicin pada Kabupaten Tanah Bumbu termasuk
kategori sesuai untuk Kecamatan Batulicin dan Kusan Hilir kemudian untuk Kecamatan Sei
Loban dan Satui dengan kriteria sangat sesuai untuk kegiatan budidaya tambak udang windu.
2. Pemanfaatan lahan yang ada di kapet Batulicin pada Kabupaten Tanah Bumbu untuk usaha
budidaya tambak masih belum optimal
3. Laju tekanan penduduk terhadap lahan budidaya tambak yang ada di Kapet Batulicin pada
Kabupaten Tanah Bumbu masih dalam kriteria tidak serius.
4. Kelayakan ekonomis usaha budidaya tambak udang windu yang ada di kapet Batulicin pada
Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan kriteria layak untuk diusahakan
Saran
Hendaknya masyarakat lebih mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk kegiatan usaha budidaya
tambak sesuai dengan potensi yang dimiliki sehinggga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, hal ini tentunya memerlukan dukungan dari pemerintah daerah baik berupa
dukungan teknis maupun non teknis. Selain itu pula perlunya peraturan daerah yang mengatur
tentang pemanfaatan lahan sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfatan lahan dikemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004b. Pekerjaan Rencana Pengembanagn Usaha (Bisnis Plan) Kapet dan Evaluasi
Kelayakan Peluang Investasi. Laporan Akhir. PT. Santika Consultindo-BP.Kapet Batulicin
______, 2007b. Metodologi Penelitian dan Pengkajian Perikanan. . Accessed 29 September
2007.
Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu, 2003. Lapporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu. Bappeda Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
BPS Kabupaten Tanah Bumbu, 2004.. Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka. Pemerintah
Kabupaten Tanah Bumbu. Kalimantan Selatan
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil. Depertemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2002. Kriteria Kesesuaian Lahan. Dirjen Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Dinas Perikanan dan Kelautan propinsi Kalimatan Selatan, 2004. Laporan Tahunan Dinas
Perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Tahun 2003/2004 Selatan. Kalimantan Selatan.
_________, 2005. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Kalimantan Tahun
2004/2005 Selatan. Kalimantan Selatan.
Eddy Prahasta, 2007. Sistem Informasi Geografis Tutorial ArcView. Informatika. Bandung.
Hernanto., F, 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Bappeda Tanah Bumbu, 2003.
Handoko, 1995. Klimatologi Dasar. PT. Dunia Pustaka. Jakarta.
Ibnu Dwi Purnomo, 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Kanisius.
Yogyakarta.
Muchammad Nazir, 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Suryanto.,A, 2004. Pedoman Zonasi. Pendekatan Daya Dukung Lingkungan Dalam Pemanfaatan
Potensi Wilayah Pesisir dan lautan. Bahan Bacaan Matakuliah Tata Ruang dan Pulau-Pulau
Kecil. Universitas Diponegoro. Semarang.
lain lain
Comments
Tue, 01/04/2008 - 9:49pm Tamu
k_ris_69@yahoo.com
pada pendekatan masalah anda potensi penduduk sekitar apakah simpatik terhadap lahan tambak
tersebut?
reply
Tanggapan penduduk
Pemanfaatan lahan untuk hal positif yang meletakan dasar pemikiran untuk rakyat dan
kesejahteraan di daerahnya dalah merupah hal yang saeharusnya. namu melihat batulicin sebagai
kabupaten yang memiliki PAD cukup besar saat ini, sangatlah potensial pula betuk KKN yang
terjadi di daerah ini oleh penguasa daerah beserta jajaran dibelakangnya. KAPET memang
merupakan lahan yang startegis walaupun secara teknis struktur daya dukung tanah kurang serta
sumber air tawar baku yang sulit. pada daerah ini disinyalir akan dilakukan praktik penguasaan
lahan oleh penguasa memalui pengalihan status dan Fungsi peruntukan KAPET menjadi
kepentingan bisnis secara kelompok/individu.
Kondisi masyarakat Batulicin saat ini tengah menikmati HEPORIA dibalik kesengsaraan dimasa
mendatang.
http://organisasi.org/analisis-usaha-budidaya-tambak-udang-dengan-pendekatantata-ruang-wilayah-pada-kawasan-pengembangan-ekonomi-terpadu-batulicin