Vous êtes sur la page 1sur 28

Aborsi Dalam Perspektif Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kriminalitas adalah sebuah tema yang tidak akan habis dibicarakan dari waktu ke waktu selama
penegakan hukum dinegara kita masih carut marut dalam pelaksanaannya. Kejahatan meupakan
bagian kehidupan masyarakat dan merupakan peristiwa sehari-hari. Perampokan, pemerkosaan,
penipuan, penodongan atau berbentuk perilaku lainnya, memperlihatkan sebuah dinamika sosial.
Pernah terbayangkan dibenak kita mengapa beritaberita yang berbau kejahatan/ kriminal sering
muncul di layar kaca kita, bahkan tidak hanya cukup disitu berita-berita di media cetak juga
memuat tentang berita kriminal yang sangat tinggi presentasenya.
Dari sederet berita-berita tentang kriminalitas yang sering muncul di tayangan televisi maupun
media cetak berita kriminal tentang penganiayaan terhadap anak, penculikan anak, aborsi
ataupun pembunuhan sering muncul di dalam berita televisi maupun media cetak. Melihat
kenyataan yang seperti ini sungguh sangat ironis dan kita dapat menggelengkan kepala betapa
bejatnya moral sang pelaku. Berangkat dari hal yang seperti ini, merupakan tugas dan tanggung
jawab kita bersama dalam pencegahan maupun pengawasannya.
Berbicara mengenai tindak kejahatan pembunuhan tidaklah sangat jauh keterkaitannya dengan
tindak kejahatan aborsi,yang sama halnya menghilangkan nyawa seseorang, Cuma yang perlu
menjadi pertanyaan adalah usia kandungan berapa yang boleh dan tidak boleh dilakukan tidakan
aborsi dan dengan alasan apa melakukan tidakan aborsi, sebab menurut beberapa kalangan
pendapat itu berbeda-beda. Seperti dalam Islam sikap para ulama terhadap menentukan kapan
mulainya awal kehidupan manusia berbeda-beda, Imam Malik menganggap kehidupam dimulai
sejak masa konsepsi, karena itu aborsi sejak awal tidak dibolehkan. Sebagian lagi seperti Imam
Abu Hanifah, sebagian pengikut Imam Syafii, dan pengikut Ahmad Ibn Hambal, menganggap
bahwa awal hidup manusia ketika ia berusia akhir bulan ke empat di kandungan, karena pada
masa itu sebuah janin di berikan ruh oleh Allah SWT. Masalah aborsi merupakan masalah yang
sangat pelik dalam sejarah hidup manusia baik dari sejak zaman kuno,ini diperlihatkan pada latar
belakang sejarah pada 2000 tahun Sebelum Masehi, kekaisaran China kuno di era Kaisar Shan
Nung yang telah mengenal ramuan obat-obatan untuk menggugurkan kandungan. Seiring dengan
perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,sebagaimana era saat ini,
masalah aborsi tetap menjadi masalah krusial bahkan menjadi fenomena sosial politik dalam
sejarah manusia modern.
Status hukum aborsi pada era ini diperjelas dengan argumentasi yang konstruktif, aborsi dilarang
jika pelaksanaannya terjadi sesudah janin terbentuk atau sudah mendapatkan nyawa/ jiwa, yakni
sejak adanya tanda-tanda pergerakan janin (quickening). Perkembangan mutakhir yang
mengiringi perdebatan mengenai aborsi ini, mulai bergeser pada masalah sosial-politik. Hal ini
diperlihatkan pada munculnya gerakan feminisme di Amerika yang pada mulanya menentang
aborsi, namun belakangan gerakan ini menyuarakan status hukum yang berbeda mengenai
aborsi.
Secara demonstrable, gerakan ini memandang bahwa aborsi adalah hak wanita. Karenanya
wanita berhak mengatur tubuhnya sendiri, termasuk mengatur sendiri apa yang tidak ingin
dikehendaki ada di dalam tubuh. Mereka bahkan mengatakan, jika memang janin yang ada di
dalam kandungannya tidak di kehendaki, maka menghilangkannya adalah hak wanita itu sendiri.

Dinegara kita permasalahannya memang sedikit berbeda, meskipun pada dasarnya sama saja.
Permasalahan aborsi lebih banyak berhubungan dengan keadaan ekonomi dan sikap hedonisme
yang mulai merasuki warga kita, yang menempatkan kesenangan sebagai nilai yang tertinggi
yang ingin di capai dengan berbagai cara.
Berangkat dari sikap hidup seksual yang permisif telah menghilangkan sakralitas seksual
manusia, dan mengaburkan nilai luhurnya, sehingga kegiatan seksual dipandang sebagai
kebutuhan biologis, seolah-olah seperti halnya rekreasi, makan dan minum yang harus dipenuhi
dengan segala macam cara. Akibatnya aborsi juga sering dipandang sebagai bagian dari
kebutuhan, sebab kehamilan bukan lagi dipandang sebagai berkah dan rahmat, tetapi sebagai
penghalang mencapai hidup enak, kesenangan dan kemandirian hidup. Tetapi dengan alasan dan
dalih apapun aborsi tetap dipandang sebagai tindakan melanggar etika moral, norma agama
maupun asas hukum, entah itu dalam islam maupun di hukum positif kita tetap saja aborsi
dilarang.
Fakta berbicara bahwa aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan (kompas, 3 Maret 2000).
Larangan aborsi bukan membuat pelaku aborsi semakin berkurang, tetapi semakin bertambah.
Seiring dengan bertambahnya pelaku aborsi disinyalir karena mudahnya mengakses ke penyedia
jasa aborsi/ pengguguran kandungan, bahkan hal ini telah marak dilakukan dan dipraktekkan.
Ternyata oknum penyedia jasa aborsi tidak hanya dilakukan oleh segelintir orang saja, bahkan
dari pihak orang yang berpengalaman tentang medis pun ikut andil dalam pelaksanaan praktek
aborsi ini. Menurut data WHO terdapat 15-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman.
Dari 20 juta pengguguran kandungan yang tidak aman yang di lakukan tiap tahun, ditemukan
70.000 perempuan yang meninggal dunia.
Keputusan yang diambil oleh perempuan bukanlah keputusan yang mudah dan dilematis. Karena
tindakan tersebut bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Sering sekali perempuan yang melakukan aborsi merasa malu, takut, sedih, stress, merasa
berdosa, ingin bunuh diri dan sebagainya. Dan biasanya keputusan itu diambil setelah perempuan
itu tidak ada jalan lain yang lebih baik.
Di Indonesia, perlakuan hukum terhadap pelaku aborsi mendapat perhatian yang luar biasa. Ini
diperlihatkan pada lahirnya kerangka acuan hukum positif, baik berupa KUHP maupun Undangundang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, khususnya pasal 15 dan 80. Disamping dianggap
sebagai tindak pidana, persoalan aborsi kerap menghiasi wajah suram dunia kedokteran di tanah
air.
Didalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, secara khusus aborsi di bahas dalam pasal 15
Undang-Undang Kesehatan ini, meskipun didalamnya tidak secara jelas memakai kata aborsi
atau pengguguran kandungan. UU Kesehatan ini memberikan celah untuk melakukan aborsi bila
ada indikasi medis. Tetapi kita sering melihat pada implementasinya UU Kesehatan ini malah
dijadikan sebagai tameng untuk mereka sebagai oknum yang ingin melakukan tindakan aborsi,
jadi pada intinya masih banyak beberapa oknum menyalahgunakan UU Kesehatan sebagai
legalisasi praktek aborsi.
Dewasa ini maraknya isu-isu tentang praktek aborsi ataupun bisnis aborsi terselubung sungguh
sangat tertata rapi jaringannya, dan hal ini sungguh sangat membuat keresahan masyarakat.
Karena aborsi sendiri merupakan sebuah tindakan yang tercela dan sangat dilarang dalam KUHP
maupun dalam agama Islam. Maraknya praktek aborsi terselubung dikarenakan tindakan
pencegahan dan pengawasan yang kurang maksimal, sebagai contoh saja para pelaku aborsi baik
penyedia dan pengguna jasa bila tertangkap hanya diberikan hukuman yang tidak setimpal
dengan apa yang telah diperbuatnya, dengan alasan mempertimbangkan dari aspek kesehatan

atau faktor medis, jadi memang agak pelik dalam menangani persoalan aborsi, disamping
berhadapan dengan hak asasi manusia dan hal ini yang akan tetap membuat si pelaku enjoy
dalam melakukan/ mempraktekkan tindakan aborsinya.
Banyak pasal yang menerangkan tentang aborsi/ pengguguran kandungan, baik itu hukuman
untuk pelaku maupun pihak yang ikut membantu tindakan aborsi, KUHP menegaskan bahwa
segala macam aborsi dilarang dengan tidak ada kekecualiannya, yaitu dalam Pasal 229, 346,347,
348, dan Pasal 349 . Namun disini lebih dijelaskan secara detail dan terperinci terdapat di Pasal
349 yang ada keterkaitannya dengan pihak yang ikut membantu dalam proses/ pelaksana
pengguguran kandungan.
Pasal 349: Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, atau pun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah sepertiganya dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Didalam pasal-pasal tersebut diatas merumuskan dengan tegas tanpa pengecualian bahwa barang
siapa memenuhi unsur-unsur kejahatan tersebut diancam dengan hukuman sampai lima belas
tahun; bahkan bagi dokter, bidan dan tukang obat yang melakukan atau membantu melakukan
abortus, pidananya bisa ditambah sepertiga dan bisa dicabut haknya untuk melakukan praktek
profesinya.
Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin dan menjunjung tinggi moralitas banyak mengatur
dan memberikan arahan tentang kehidupan sehari- hari mulai dari persoalan aqidah, ibadah,
muamalah, dan sebagainya. Jadi didalam islam, aborsi/menggugurkan janin calon manusia yang
dimuliakan Allah Swt tetap dilarang karena ia berhak tetap survive dan lahir dalam keadaan
hidup, sekalipun eksistensinya hasil dari hubungan yang tidak sah. Sebab menurut Islam setiap
anak yang lahir dalam keadaan suci (tidak bernoda).
Dalam tradisi Islam misalnya, menyebutkan bahwa hak hidup seseorang terlindungi. Karenanya
siapapun pihaknya, terlarang untuk merampas hak hidup orang lain. Setiap makhluk hidup
mempunyai hak untuk menikmati kehidupan; hewan tumbuh- tumbuhan terlebih manusia yang
memiliki predikat khalifatullah di muka bumi.
Pada bagian lain Islam juga sangat memperhatikan kelangsungan hidup manusia ketika ia telah
lahir kedunia dan terus melangsungkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Di
samping ia sebagai makhluk sosial, manusia memiliki karakteristik yang fundamental yakni
sebagai makhluk religious dan monoteis, makhluk yang beragama dan percaya kepada Keesaan
Allah. Oleh karena itu,istilah pengguguran kandungan yang dipopulerkan dengan sebutan aborsi,
melanggar moral keislaman dan merusak kemuliaan manusia yang dimuliakan oleh Allah Swt.
Namun demikian konsepsi Islam mengenai aborsi sendiri, dalam kenyataannya memiliki
pandangan yang berbeda diantara para fuqaha (ahli yuris). Perbedaan pendapat tersebut bertolak
dari pembahasan mengenai hak hidup perempuan (ibu-ibu) dengan hak hidup janin. Selain itu
kalangan ahli fiqh juga terdapat perdebatan mengenai penentuan awal batas kehidupan,
sedikitnya dua problematika itulah yang dalam tradisi kajian hukum pidana islam menjadi
asbabu al-ikhtilaf dalam konteks pengguguran kandungan.
Dengan maraknya praktek aborsi dewasa ini membuat kita terkejut dan menarik nafas panjang,
betapa kejinya perbuatan itu dan sudah sangat meresahkan masyarakat. Ditinjau dari segi
moralitas yang menunjukan betapa rusaknya hati nurani bagi pelaku aborsi yang tanpa sebab
pasti melakukan tidakan itu. Disamping itu betapa mudahnya untuk dapat mengakses jaringan
penyedia jasa aborsi, semua elemen masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan jasa aborsi

yang terselubung.
Beranjak dari persoalan diatas penyusun mengambil obyek penelitian tentang aborsi yang
terselubung, didalam salah satu koran lokal yang ada di Yogyakarta. Ada asumsi dari masyarakat
bahwa didalam iklan baris koran tersebut kelompok yang disinyalir di manfaatkan oleh beberapa
oknum untuk mengiklankan layanan aborsi yang berkedok jasa pengobatan.
Media cetak yang penyusun maksud adalah : Kedaulatan rakyat, jadi didalam media tersebut ada
lembaran khusus iklan baris yang disebut :Iklan Cilik, didalam lembaran tersebut terdapat
banyak sekali kolom-kolom pembagian iklan seperti : AC, Ahli Sumur, Bahan Bangunan,Barang
hilang, bengkel, pengobatan, indekos, les, peluang usaha, kredit rumah, pijat (message) dan lainlain. Iklan baris yang disinyalir menyediakan layanan pengguguran (aborsi) terselubung adalah :
pengobatan, dan yang penulis maksud adalah jasa pengobatan telat datang bulan/ pengobatan
pelancar haid, dalam kolom pengobatan itu tidak hanya mengiklankan jasa obat pelancar haid/
obat telat datang bulan, ada juga
bermacam- macam ilkan seperti, jasa pijat (message), terapi tradisional, jual madu dan lain
sebagainya. Iklan- iklan ini setiap harinya berubah- ubah, baik dari jenis maupun jumlahnya.
Berangkat dari persoalan diatas penyusun merasa tertarik untuk mengkaji dan menelitinya untuk
mendapat jawaban yang pasti yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, sekaligus untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menganjal dihati masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
yang hendak dikaji lebih mendalam, yaitu:
1. Jasa pengobatan yang seperti apa yang mengandung unsur-unsur aborsi ?
2. Bagaimanakah hukum positif dan hukum islam memandang itu?
C. Tujuan dan kegunaan
1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk dapat mengetahui secara pasti kebenaran dari hipotesa tentang aborsi yang terselubung
tersebut.
b. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana hukum positif dan hukum islam
memandang hal tersebut?
2. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan wacana pemikiran tentang aborsi menurut
hukum positif perspektif hukum pidana islam.
b. Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan tindakan
pencegahan agar dapat diatasi secara tepat.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah salah satu etika ilmiah yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan
kejelasan informasi yang sedang dikaji dan diteliti melalui khasanah pustaka, dapat diperoleh
kepastian orisinalistis tema yang dibahas, agar skripsi ini tidak rancu dengan yang lain. Maka
sebelum penyusun menelaah berapa karya yang dianggap setema dengan kajian penyusun skripsi
ini.
Penyusun banyak menemukan literatur yang berkaitan langsung dengan pokok masalah terkait,
baik itu berupa buku-buku ilmiah, tesis, dan beberapa artikel lainnya. Untuk pembahasan yang
berkaitan dengan masalah aborsi (pengguguran janin sebelum waktunya lahir), penyusun
menemukan beberapa buku diantaranya buku karangan Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater

yang berjudul Aborsi Dimensi Psikoreligi. Buku ini focus kajiannya berkisar tentang gambaran
besar/ pengertian tentang aborsi yang ditinjau dari akibat dampak pergaulan bebas, hubungan
diluar nikah dan aborsi sebagai akibatnya. Selain dari pada itu mereka yang melakukan aborsi
mengalami gangguan kejiwaan yang disebut stress pasca trauma aborsi. Karena aborsi bukan
hanya masalah medik saja tetapi juga masalah psikososial.
Kemudian karya CB. Kusmaryanto, SCJ yang berjudul Kontroversi Aborsi. Dalam karya tulis ini
disebutkan bahwa penghormatan terhadap hak hidup adalah kondisi dasar supaya manusia bisa
berfungsi dengan semestinya. Maka, penghormatan terhadap hak asasi untuk hidup menjadi
prasyarat utama untuk masyarakat yang bermartabat dan berbudaya luhur. Dalam ilmu biologi,
hampir semua ahli sepakat mengenai saat dimulai hidup manusia, yakni pada saat selesainya
proses pembuahan. Dengan kata lain, selama embrio didalam rahim tidak ada yang tambah atau
dikurangi lagi unsur-unsurnya, karena didalam satu sel itu sudah tersurat akan menjadi manusia
macam apa dikemudian hari, sehingga aborsi tidak bisa dibenarkan,pemusnahan embrio juga
tidak dibenarkan.
Dalam karya Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail fiqhiyah, beliau mengatakan bahwa sejak
bertemunya sel sperma (mani lelaki) dengan ovum (sel telur wanita), maka pengguguran adalah
suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun sijanin belum di beri nyawa, sebab sudah ada
kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi
makhluk baru yang bernyawa bernama manusia yang harus di hormati dan di lindungi
eksistensinya. Dan makin jahat dan makin besar dosanya, apabila pengguguran dilakukan setelah
janin bernyawa, apalagi sangat besar sekali dosanya kalau sampai dibunuh atau dibuang bayi
yang baru lahir dari kandungan.
BGD. Armaidi Tanjung dalam bukunya Free Sex No! Nikah Yes! Mengatakan bahwa aborsi
sama saja melakukan pembunuhan terhadap nyawa manusia. Sesungguhnya tidak ada satupun
agama dimuka bumi ini mengesahkan terjadinya pembunuhan janin/bayi normal melalui aborsi.
Menggugurkan anak dalam kandungan merupakan kejahatan terhadap makhluk yang telah
berwujud. Islam benar-benar menghormati janin sebagai proses lanjutan dari pertemuan sperma
dan sel telur didalam rahim perempuan. Yang selanjutnya menuju pembentukan proses seorang
bayi didalam rahim perempuan. Penghormatan terhadap janin ini terlihat dari adanya penundaan
hukuman kejahatan pada perempuan yang tengah hamil sampai si perempuan melahirkan
kandungannya. Keputusan ini mempertegas pengakuan atas hak hidup janin. Maria Ulfah Anshor
dalam buku yang berjudul Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, menegaskan bahwa
pengguguran kandungan pada prinsipnya dilarang. Tetapi untuk keadaan tertentu dengan
sejumlah alasan tertentu yang dibenarkan secara medis, maka aborsi dapat dilakukan.
Dalam skripsi saudari Letty Daya Pretty Margareth Mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab
dan Hukum yang berjudul Pelaku Aborsi dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum positif di
Indonesia. Skripsi ini membahas tentang bagaimanakah pandangan Hukum islam dan Hukum
Positif mengenai criteria delik aborsi dan sanksi hukum bagi pelaku, dan bagaimana persamaan
dan perbedaan kedua system tersebut dengan system komparasi. Abdul Basit mahasiswa
Perbandingan Mazhab dan Hukum fakultas Syariah juga telah membahas tentang Aborsi dalam
skripsinya yang berjudul Aborsi Dalam Indikasi Medis dalam Pandangan Hukum Islam dan
Kode Etik Kedokteran, yang membahas tentang bagaimana persamaan dan perbedaan antara
Hukum Islam dan Koda Etik Kedokteran dalam memberikan kejelasan Hukum terhadap praktek
Aborsi karena indikasi Medis.
Adapun pembahasan mengenai penelitian terhadap praktek aborsi yang terselubung belum ada,
oleh karena itu penyusun mencoba untuk membahas masalah ini dan akan tetap menerangkan

bagaimana hukum Islam dan hukum positif memandang tentang persoalan aborsi tersebut.
E. Hipotesa
Keberadaan iklan baris di Koran Kedaulatan Rakyat tentang layanan jasa Pengobatan di
asumsikan oleh sebagian masyarakat, bahwa iklan tersebut ada indikasi menyediakan jasa
Induksi Haid/Aborsi dengan ada ketentuan lain atau syarat-syarat lain, misalnya
mempertimbangkan berapa batas maksimal keterlambatan Haid nya.

F. Kerangka Teoritik
Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin dan menjunjung tinggi moralitas, mengatur dan
memberikan arahan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari persoalan aqidah, ibadah, muamalah
dan sebagainya.
Salah satunya perbuatan yang mendapat perhatian dalam Islam ialah masalah tentang aborsi.
Didalam Islam diterangkan bahwa janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
karena dengan alasan yang benar (Q.S. Al Israa, 17 : 33).
Aborsi atau pengguguran kandungan berasal dari bahasa inggris yaitu abortion yang berarti
gugur kandungan atau keguguran. Dalam bahasa Arab disebut Isqatu Al Hamli atau Al Ijhadh.
Sedangkan aborsi sendiri adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja. Aborsi ada
dua macam, Yakni aborsi spontan (spontaneous abortus), yang berarti aborsi yang tidak disengaja
yang bisa terjadi karena faktor-faktor penyakit atau kecelakaan. Aborsi spontan oleh ulama
disebut Isqath Al Afwu. Dan abortus yang disengaja (abortus provocatus) Yakni, kehamilan
yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan
keguguran adalah kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneus).
Abortus provocatus ada dua macam: pertama, abortus provocatus medicalis, yakni penghentian
kehamilan yang disengaja karena alasan medik. Aborsi ini dikalangan ulama disebut Isqath Al
Dharury atau Isqath Al Ilajiy yang berarti aborsi darurat atau aborsi pengobatan. Kedua, abortus
provocatus criminalis, yakni penghentian kehamilan atau pengguguran yang melanggar kode etik
kedokteran, melanggar hukum agama, dan melanggar undang-undang. Aborsi ini dikalangan
ulama disebut Al Isqath Al Ikhtiyary, yang berarti pengguguran yang disengaja tanpa sebab
memperbolehkan sebelum masa kelahiran tiba.
Hubungan sex sangat erat kaitannya dengan aborsi, karena dengan hubungan inilah awal
terjadinya pembuahan antara sel-sel dari kedua jenis makhluk itu, baik yang dikehendaki atau
tidak.
Di Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang proses kejadian manusia,
Firman Allah Swt :
( 13) ( 12)
(14)
Dari ayat tersebut jelas dapat dipahami, bahwa proses kejadian atau fase-fase manusia adalah
sebagai berikut; dari tanah, dari air hina yaitu dari air mani/sperma, dari air yang terpancar yang
dalam buku-buku sex dikenal dengan istilah orgasme, dari setetes mani yang ditumpahkan
kedalam rahim wanita, dari setetes mani yang terpancar hal ini dalam embryologi adalah tahap
awal pembuahan, saripati air mani yang disimpan ditempat kokoh(rahim), berbentuk segumpal
darah, segumpal daging, berbentuk tulang belulang (segumpal daging diatas membentuk tulang),

daging (tulang tadi dibungkus dengan daging), dan terakhir berbentuk makhluk lain yang berarti
manusia yang mempunyai cirri-ciri istimewa yang siap untuk meningkat.
Dengan keterangan tersebut jelas Islam sangat benar-benar menghormati janin sebagai proses
lanjutan dari pertemuan sperma dan sel telur di dalam rahim perempuan yang selanjutnya
menuju proses pembentukan seorang bayi didalam rahim perempuan. Jadi proses pembentukan
kehidupan manusia dimulai sejak bertemunya sel sperma dengan ovum dan sudah terjadi
pembuahan, jadi jelas aborsi tidak dibenarkan dan haram hukumnya.
Dalam konsep Islam kehidupan dimulai sejak proses pembuahan, oleh sebab itu pengguguran
(aborsi) sejak adanya pembuahan adalah haram hukumnya, oleh sebab itu semakin besar
kandungannya makin besar juga jinayahnya (tindak pidana), dan semakin besar pula dosanya
setelah bernyawa di lakukan aborsi terlebih membunuhnya setelah janin lahir meskipun bayi itu
hasil dari hubungan gelap (diluar perkawinan yang sah) karena anak yang baru lahir adalah
dalam keadaan suci (fitrah). Yang dimaksud dengan fitrah yaitu pembawan manusia (human
nature) yang religious dan monotheis yang artinya; bahwa manusia dari dasar pembawan adalah
makhluk yang beragama dan percaya pada kekuasaan Allah secara murni atau tauhid khalish. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran Surat Al Araf ayat 172:

(172)
Dari ayat tersebut menunjukan, bahwa manusia sebelum turun kebumi, telah mengakui
ketuhanan Allah dan kekuasaannya. Oleh sebab itu aborsi yang dilakukan tanpa ada alasan yang
tepat maka hukumnya haram.
Didalam hukum positif kita (KUHP) bahkan tidak memberi celah dan melarang segala bentuk
aborsi baik itu pelaku atau pihak yang membantu tanpa ada kecuali, yang diatur pada pasal 299,
346, 347, 348, dan 349. Jadi dengan dalih apapun tindakan aborsi menurut pasal tersebut
dilarang dan barang siapa yang melakukan atau ikut membantu akan dikenai sanksi atau
hukuman.
G. Metodologi penelitian
Metodologi penelitian adalah cara-cara atau prosedur ilmiah yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah bahan dan menyajikan serta menganalisis data guna menemukan atau
menguji kebenaran suatu hipotesa dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian
lapangan pengambilan data-data diambil dari obyek penelitian secara langsung melalui metode
survey research : metode investigasi melalui wawancara secara langsung maupun melalui
telepon (hand phone), dengan pembicaraan melalui via handphone diharapkan obyek dapat
memaparkan secara terperinci data yang diinginkan.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu : penelitian yang membuat gambaran secara
sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena
yang diselidiki. Penelitian deskripsi terdiri dari beberapa jenis yaitu : penelitian survey,
diskriptif, berkesinambungan, studi kasus, analisis pekerjaan dan aktifitas, studi komparatif, studi
waktu, dan gerakan.
2. Sasaran penelitian
Adapun yang menjadi sasaran penelitian atau obyek penelitian adalah iklan baris yang ada
dikoran Kedaulatan Rakyat tentang layanan jasa pengobatan (pengobatan telat haid atau dating

bulan), dan hal-hal yang masih ada kaitannya dengan iklan tersebut seperti, personalia atau
redaksi Kedaulatan Rakyat.
3. Jenis sampling
Pada dasarnya tekhnik sampling dikelompokkan pada dua macam, yakni : sampling acak
(random), dan sampling tidak acak (non random) yaitu sampling yang dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu. Dan didalam penelitian ini penyusun menggunakan sampling acak.
4. Pengumpulan data
a) Data primer
Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka pengumpulan data primer dilakukan dengan metode
survey research, yaitu dengan cara mengumpulkan langsung dari obyek penelitian dan dari
sumber lain yangmasih ada kaitannya dengan masalah ini, dengan cara investigasi melalui
wawancara secara langsung maupun via telepon.
b) Data sekunder
Kemudian data-data sekunder yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah berupa bukubuku yang membahas tentang dinamika aborsi yang dipandang dari norma-hukum, agama, etika
psikoreligi dan berbagai macam tulisan baik secara eksplisit maupun implisit membahas tentang
aborsi.
c) Data tertier
Sedangkan data tertier yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah segala tulisan yang
berkaitan dengan masalah aborsi secara umum, baik yang tertuang didalam buku, tulisan, jurnal,
bahkan dalam bentuk esai sekalipun.
5. Pendekatan masalah
Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan tiga pendekatan, pertama : pendekatan
normatif, dalam pendekatan ini penyusun akan mencoba mengkaji persoalan ini melalui normanorma hukum yang dipercaya dan dipatuhi oleh masyarakat, kedua : pendekatan empiris, dengan
pendekatan ini penyusun akan mencoba menganalisa serta mengkaitkan realitas obyektif kondisi
masyarakat saat ini, dan terakhir ketiga : dengan pendekatan historis, yaitu dengan menelusuri
dinamika persoalan aborsi, diharapkan dengan tiga pendekatan ini akan mendapatkan kejelasan
mengenai persoalan ini.
6. Analisa data
Dalam menganalisa data penyusun mnggunakan pendekatan :
a) Metode induktif, yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa
yang terjadi, dari fakta tersebut akan ditarik kesimpulan secara umum. Metode ini digunakan
untuk memperoleh pengertian yang utuh tentang pemahaman topic yang diteliti.
b) Metode komparatif, yaitu metode penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan
melalui analisa tentang perubahan sebab akibat, yaitu meneliti faktor-faktor tertentu yang
berhubungan dengan situasi atau fenomena-fenomena yang diselidiki dan membandingkan
antara satu faktor dengan faktor lainnya.
H. Sistematika pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang terdiri atas beberapa sub bab yakni : pertama, diawali
dengan pendahuluan berisi tentang penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, hipotesa, metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab dua, yakni Islam dan Aborsi, di bab ini akan dipaparkan bagaimana islam memandang
aborsi, yang akan dirinci dalam beberapa sub bab yaitu : pengertian aborsi, sejarah aborsi, islam

memandang aborsi.
Bab tiga, di dalam bab ini akan dipaparkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber secara
detail dan terperincidan akan dibagi beberapa sub bab yakni : bentuk-bentuk iklan, jenis layanan
jasa, frekuensi iklan, dan iklan yang mengandung unsur aborsi.
Bab empat, analisa dari hasil penelitian atau pembahasan hasil penelitian tentang Induksi haid
(aborsi) yang berkedok jasa pengobatan yang terdiri dari : Analisa data primer, Analisa data
sekunder, fungsi media dalam pencegahan aborsi, manfaat dan mudhorat.
Akhirnya kesimpulan dan saran-saran dari penelitian ini dituangkan dalam bab lima yang
sekaligus merupakan bab penutup.

HUKUM ABORSI DALAM AGAMA ISLAM DAN NEGARA


Sumber : http://zonaislami.blogspot.com/2012/02/hukum-aborsi-dalamagama-islam-dan.html
Kami akan membahas hal ini dari segi agama Islam (Al-Quran & Aborsi)
serta agama Kristen (Alkitab & Aborsi) untuk menggambarkan pemahaman
lebih lanjut mengenai aborsi dan agama. Pertama-tama kami akan
membahasnya dari segi agama Islam dan kemudian dari segi agama
Kristen.
Al-Quran & Aborsi
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama
bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah
bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua
umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi
boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang
menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak
ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang
membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.
Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali
ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya,
Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat
manusia.(QS 17:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan
semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain,
memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang
siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia
semuanya. (QS 5:32)
Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman
Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu

karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang
besar. (QS 17:31)
Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap
perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan
tanpa alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatus kriminalis
yang merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah. AlQuran menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat
keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan
di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan
kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman
yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36)
Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal
kita. Al-Quran menyatakan:Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan
ibumu.(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang
dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.
Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau
kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah
dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran
mencatat firman Allah: Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim
menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami
keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS 22:5) Dalam ayat ini
malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup selama umur
kandungan. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin
sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!
Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan
dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas
terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW seperti
dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang wanita
yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah
kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan
berkata,Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.. Dia (Nabi yang
suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,Utusan Allah, mengapa
engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau
menampik Mais. Demi Allah, aku telah hamil. Nabi berkata,Baiklah jika
kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir. Ketika wanita itu

melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan


berkata,Inilah anak yang kulahirkan. Jadi, hadis ini menceritakan bahwa
walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu
harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
Aborsi Menurut Hukum Islam
Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah
Dalam Islam
halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum
atau sesudah
ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh,
yaitu
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih
(fuqoha)
sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat
jika aborsi
dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan
sebagiannya
mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain
Muhammad Ramli (w.
1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada
makhluk yang
bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena
janin sedang
mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar
(w. 1567
M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya`
Ulumiddin.
Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir
berpendapat
bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi
adalah
haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami
pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa
yang bernama
manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin
jahat dan
besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan
lebih
besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai
dibuang

atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum
Islam,
halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada
Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman,
1994, Agama
Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93;
Mahjuddin, 1990,
Masailul
Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,
halaman
77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya
melakukan aborsi
setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan
bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah
bin
Mas?ud berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
?Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu
selama 40
hari dalam bentuk ?nuthfah?, kemudian dalam bentuk ?alaqah? selama itu
pula,
kemudian dalam bentuk ?mudghah? selama itu pula, kemudian ditiupkan
ruh
kepadanya.? [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram,
karena
berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk
dalam kategori
pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil
syar?i
berikut. Firman Allah SWT:
?Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan.
Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.? (Qs. al-An?aam [6]:
151).
?Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin.
Kami akan
memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.? (Qs. al-Isra` [17]: 31).
?Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan
dengan (alasan) yang benar (menurut syara?).? (Qs. al-Isra` [17]: 33).
?Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa
apakah

ia dibunuh.? (Qs. at-Takwiir [81]: 8-9)


Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang
bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian
berarti
aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan
Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah
diuraikan di
atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi
menurut
pendapat Syaikh Abdul Qadim Zallum (1998) dan Dr. Abdurrahman Al
Baghdadi
(1998), hukum syara? yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika
aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua)
hari
dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka
hukumnya
haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi
setelah
peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang
usianya
belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja?iz) dan tidak apa-apa.
(Abdul
Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan
Islam:
Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ
Tubuh
Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Dr. Abdurrahman Al
Baghdadi,
1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).
Dalil syar?i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari
atau
40 malam adalah hadits Nabi Saw berikut:
?Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka
Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut;
dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan
tulang
belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), ?Ya Tuhanku,
apakah dia
(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?? Maka Allah
kemudian
memberi keputusan...? [HR. Muslim dari Ibnu Mas?ud r.a.].

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda:


?(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...?
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan
penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.
Dengan
demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan
terhadap janin
yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara
darahnya
(ma'shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan
pembunuhan
terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun
dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya
telah berumur
40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti
telah
berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan
pembayaran
diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan,
atau
sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah
diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut.
Rasulullah Saw bersabda :
Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang
perempuan
Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu
seorang
budak laki-laki atau perempuan...?
[HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah
r.a.] (Abdul Qadim Zallum, 1998).
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya
boleh (ja?iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam
rahim
belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai
nutfah
(gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan
ciri-ciri
minimal sebagai manusia.
Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi

hukum dapat
disamakan dengan ?azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk
mencegah
terjadinya kehamilan. ?Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak
menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab ?azl
merupakan tindakan
mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan
mengakibatkan
kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur,
sehingga
akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur
yang tentu
tidak akan menimbulkan kehamilan.
Rasulullah Saw telah membolehkan ?azl kepada seorang laki-laki yang
bertanya
kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya,
sementara dia
tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah Saw
bersabda
kepadanya:
?Lakukanlah ?azl padanya jika kamu suka!? [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu
Dawud].
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap
penciptaan janin,
ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya
menetapkan
bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian
ibu dan
janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi
dan
mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan
kehidupan adalah
sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:
?Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya.? (Qs. al-Maa?idah [5]:
32) .
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan.
Sedangkan Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat.
Rasulullah
Saw bersabda:
?Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian!? [HR. Ahmad].

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:


?Idza ta?aradha mafsadatani ru?iya a?zhamuha dhararan birtikabi
akhaffihima?
?Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih
yang lebih
ringan madharatnya.? (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi
Ushul Al
Fiqh wa Al Qawa?id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan
kandungannya
jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini
berarti
membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu
mafsadat. Begitu
pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya
juga suatu
mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu
lebih
ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau
membiarkan
kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr.
Abdurrahman Al
Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel
telur
dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada
kandungan,
adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak
hanya wujud
setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel
sperma
itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua
sel
itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam
kitabnya
Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah ?sesuatu
yang ada
pada organisme hidup.? (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri
adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,
membutuhkan
nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan
ini,
maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak)
sebenarnya

sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak
ada
kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel
sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur
dan sel
sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah
pembuahan.
Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi
setelah
pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya
kehidupan, adalah
pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta
yang tepat
akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara implisit
menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel
sperma, berarti
tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak
demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala
sesuatu
aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ?azl.
Sebab dalam
aktivitas ?azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu
maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum bertemu).
Padahal
?azl telah dibolehkan oleh Rasulullah Saw. Dengan kata lain, pendapat
yang
menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma
dengan
alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadits-hadits
yang
membolehkan ?azl.
Kesimpulan
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun
juga
problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban
Barat. Maka
pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamentalradikal, yang
intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat
dengan
menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang
bertentangan
dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang
manusiawi

dan adil.
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika
umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada
janin. Untuk
janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat.
Jadi
ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami,
pendapat yang
rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau
42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan
pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran
kandungan yang
usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak
apa-apa.
Wallahu a?lam [M. Shiddiq al-Jawi]
Referensi
Abduh, Ghanim, 1963, Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah, t.p., t.tp
Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema
Insani
Press, Jakarta
Hakim, Abdul Hamid,1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa?
id Al
Fiqhiyah, Sa?adiyah Putera, Jakarta
Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi
Hukum
Islam Masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta
Uman, Cholil, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad
Modern, Ampel
Suci, Surabaya
Zallum, Abdul Qadim, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam
Pandangan Islam :
Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ
Tubuh
Buatan, Definisi Hidup dan Mati, Al-Izzah, Bangil
Zuhdi, Masjfuk, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, Haji
Masagung, Jakarta

HUKUM DAN ABORSI menurut hukum negara


Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah

Abortus Provocatus Criminalis


Yang menerima hukuman adalah: 1. Ibu yang melakukan aborsi 2. Dokter
atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi 3. Orang-orang
yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah:
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. 2. Jika yang
bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3. Jika yang
bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347 1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang

wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama


dua belas
tahun. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima
tahun enam bulan. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.

ABORSI MENURUT PANDANGAN ISLAM


Pendahuluan
Berbicara mengenai aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan bukan merupakan hal
yang risih untuk dibicarakan, sebab aborsi pada saat ini sudah menjadi tren dan bisa terjadi di
mana-mana. Aborsi pun dapat terjadi di semua kalangan baik dari kalangan remaja yang
terjerumus dalam pergaulan bebas maupun para orang tua yang tidak mau terbebani dengan
kedatangan anaknya. Kelahiran anak yang semula merupakan anugerah dari Allah swt. sebagai
Sang Pencipta justru dianggap sebagai momok, beban yang kelahirannya sangat disesalkan,
ironisnya banyak pasangan suami istri yang lain yang sangat mendambakan lahirnya serang anak
di antara mereka, namun di sisi lain banya anaknya yang masih janin salam kandungan dibuang
sia-sia.
Dalam memandang hukum aborsi di Indonesia perlu diperhatikan kembali apa yang menjadi
tujuan dari perbuatan aborsi tersebut Sejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh
sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam hukum positif di
Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan
abortus provokatus medicialis. Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak
pidana lebih dikenal sebagai abortus provokatus criminalis. Terlepas dari persoalan apakah
pelaku aborsi melakukannya atas dasar pertimbangan kesehatan (abortus provokatus medicialis)

atau memang melakukannya atas dasar alasan lain yang kadang kala tidak dapat diterima
oleh akal sehat, seperti kehamilan yang tidak dikehendaki (hamil di luar nikah) atau takut
melahirkan ataupun karena takut tidak mampu membesarkan anak karena minimnya kondisi
perekonomian keluarga, tetap saja angka kematian akibat aborsi begitu mencengangkan dan
sangat memprihatinkan. Data-data statistik yang ada telah membuktikannya. Di luar negeri,
khususnya di Amerika Serikat, dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control
(FCDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI), telah mengumpulkan data aborsi yang
menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu
hampir 2 juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang
mana pun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika Serikat
dari tiap-tiap perang adalah: Perang Vietnam 58.151 jiwa, Perang Korea 54.246 jiwa, Perang
Dunia II 407.316 jiwa, Perang Dunia I 116.708 jiwa, Civil War (Perang Sipil) 498.332 jiwa.
Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang
yang meninggal dalam semua perang jika digabungkan sekaligus .
Pengertian Aborsi
Gugur kandungan atau aborsi (Bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat
(hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran
prematur.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebabsebab alami.
Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk
di dalamnya adalah:
o Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam
kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
o Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
o Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous abortion,
sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion .
Aborsi sebagai suatu pengguguran kandungan yang dilakukan oleh wanita akhir-akhir ini
mempunyai sejumlah alasan yang berbeda-beda. Banyak alasan mengapa wanita melakukan
aborsi, diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Alasan sosial ekonomi untuk mengakhiri kehamilan dikarenakan tidak mampu
membiayai atau membesarkan anak.
2. Adanya alasan bahwa seorang wanita tersebut ingin membatasi atau menangguhkan
perawatan anak karena ingin melanjutkan pendidikan atau ingin mencapai suatu karir tertentu.
3. Alasan usia terlalu muda atau terlalu tua untuk mempunyai bayi.
4. Akibat adanya hubungan yang bermasalah (hamil diluar nikah) atau kehamilan karena
perkosaan dan incest sehingga seorang wanita melakukan aborsi karena menganggap
kehamilan tersebut merupakan aib yang harus ditutupi.
5. Alasan bahwa kehamilan akan dapat mempengaruhi kesehatan baik bagi si ibu maupun
bayinya. Mungkin untuk alasan ini aborsi dapat dibenarkan .
Metode yang digunakan yntuk aborei antara lain:
1. Curratage dan dilatage (C & D)
2. Dengan alat khusus yaitu mulut rahim dilebarkan kemudian janin dikiret (di-curet) dengan

alat seperti sendok kecil.


3. Aspirasi yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
4. Hysteronomi (operasi)
Aborsi dalam Pandangan Islam
Aborsi merupakan perbuatan menghilangkan kehidupan manusia (baca : pembunuhan), Merujuk
pada surat Al-Midah ayat 32 , setiap muslim meyakini bahwa siapa pun yang membunuh
manusia yang lain, merupakan dosa besar. Selanjutnya Allah juga memberi peringatan agar
jangan sekali-kali membunuh seorang anak dikarenakan takut akan kemiskinan atau tidak
mampu membesarkannya secara layak.
Dalam studi hukum Islam terdapat perbedaan antara satu ulama dengan yang lain dalam
memandang hukum aborsi, yaitu:
Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman
127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa)
ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa
kehamilan, maka semua ulama ahli fikih (fuqoh) sepakat akan keharamannya. Tetapi, para
ulama fikih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya .
Sedangkan pendapat imam empat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Mazhab Hanaf merupakan paham yang paling fleksibel, di mana sebelum masa empat
bulan kehamilan, aborsi bisa dilakukan apabila mengancam kehidupan si perempuan
(pengandung).
2. Mazhab Mliki melarang aborsi setelah terjadinya pembuahan.
3. Menurut mazhab Syafii, apabila setelah terjadi fertilisasi zygote tidak boleh diganggu,
dan intervensi terhadapnya adalah sebagai kejahatan.
4. Mazhab Hambali menetapkan bahwa dengan adanya pendarahan yang menyebabkan
miskram menunjukkan bahwa aborsi adalah suatu dosa .
Di antara para ulama yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar
dalam kitabnya Al-Tuhfah dan Al-Ghazli dalam kitabnya Ihy` Ulmiddin. Bahkan Mahmd
Syaltt, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel
sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru
yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan
makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih
besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh.
Dengan melihat perbandingan pendapat para ulama di atas, secara garis besar bahwa
perbuatan aborsi tanpa alasan yang jelas, dalam pandangan hukum Islam tidak
diperbolehkan dan merupakan dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa
manusia yang tidak bersalah dan terhadap pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban
atas perbuatannya tersebut. Aborsi apabila dilakukan karena terpaksa demi melindungi
keselamatan sang ibu maka Islam membolehkannya, bahkan mengharuskannya karena Islam
mempunyai prinsip menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang
berbahaya adalah wajib . Hal ini juga sejalan dengan kaidah usul fikih yang berbunyi Jika
berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan
madharatnya . Jadi Islam tidak membenarkan tindakan menyelamatkan anak dan mengorbankan
nyawa sang ibu, mengngat ibu adalah ting keluargadan mempunyai hak dan kewajiban, baik
terhadap Allah swt maupun terhadap sesama makhluk, berbeda dengan janin, selama dia belum

lahir di dunia dalam keadaan hidup, maka ia belum mempunyai hak seperti hak waris dan juga
belum mempunyai kewajiban apapun .
Aborsi Menurut Hukum Indonesia
Dalam hukum positif di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat di
dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Ketentuan di
dalam KUHP yang mengatur masalah tindak pidana aborsi terdapat di dalam Pasal 299,
346, 347, 348, dan 349.
Pasal 299 KUHP :
(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak tiga ribu rupiah; (2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk
mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan,
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga; (3)
Jika
yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan pencarian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346 KUHP :
Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
penjara.
Pasal 347 KUHP :
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas bulan;
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 KUHP :
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 KUHP :
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan itu dilakukan.
Di dalam KUHP sendiri, istilah aborsi lebih dikenal dengan sebutan pengguguran dan
pembunuhan kandungan yang merupakan perbuatan aborsi yang bersifat kriminal (abortus
provokatus criminalis). Istilah kandungan dalam konteks tindak pidana ini menunjuk pada
pengertian kandungan yang sudah berbentuk manusia maupun kandungan yang belum
berbentuk manusia. Karena adanya dua kemungkinan bentuk kandungan tersebut maka
tindak pidana yang terjadi dapat berupa :
1. Pengguguran yang berarti digugurkannya atau dibatalkannya kandungan yang belum
berbentuk manusia;

2. Pembunuhan yang berarti dibunuhnya atau dimatikannya kandungan yang sudah


berbentuk manusia
Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan sebagaimana yang diatur dalam
KUHP terdiri dari 4 (empat) macam tindak pidana, yaitu:
1. Tindak pidana pengguguran atau pembunuhan kandungan yang dilakukan sendiri, yang
diatur dalam Pasal 346 KUHP.
2. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain
tanpa persetujuan dari wanita itu sendiri, yang diatur dalam Pasal 347 KUHP.
3. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang
lain dengan persetujuan wanita yang mengandung, yang diatur dalam Pasal 348 KUHP. 541
4. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain
yang mempunyai kualitas tertentu, yaitu dokter, bidan, atau juru obat baik yang dilakukan atas
persetujuan dari wanita itu atau tidak atas persetujuan dari wanita tersebut, yang diatur
dalam Pasal 349 KUHP. Berdasarkan aturan-aturan yang terdapat dalam KUHP terlihat jelas
bahwa tindakan aborsi disini merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum karena
perbuatan aborsi yang dilakukan tanpa alasan kesehatan/alasan medis yang jelas. Pelaku
melakukan perbuatan aborsi karena memang sejak awal tidak menginginkan keberadaan
bayi yang akan dilahirkan, biasanya hal ini dilakukan karena kehamilan yang terjadi di
luar nikah atau karena takut akan kemiskinan dan tidak mampu membiayai hidup anak
tersebut kelak apabila telah lahir ke dunia. Selain itu, jika melihat pada ketentuan yang
terdapat dalam KUHP, perbuatan aborsi (baik pengguguran maupun pembunuhan
kandungan) harus dapat dipertanggungjawabkan secara pidana oleh wanita hamil yang
melakukan aborsi maupun orang yang membantu proses aborsi tersebut. Dengan demikian,
baik pelaku maupun yang membantu perbuatan aborsi dapat dikenakan sanksi pidana. .
Penutup
Membahas persoalan aborsi, apakah itu tergolong aborsi yang dibenarkan berdasarkan alasan
medis maupun aborsi tanpa alasan yang jelas, perlu dilihat dulu akar permasalahannya.
Aborsi yang dibenarkan berdasarkan alasan medis, baik itu menurut hukum positif maupun
hukum Islam adalah tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan apabila kehamilan
tersebut dapat membahayakan nyawa wanita hamil dan hal itu hanya dapat dilakukan sebelum
kandungan berusia empat bulan. Sedangkan aborsi yang merupakan suatu perbuatan
criminal (abortus provokatus criminalis) merupakan perbuatan aborsi yang dilakukan tanpa
alasan yang jelas, misalnya takut akan kemiskinan atau takut karena kehamilan tersebut
merupakan aib. Aborsi yang merupakan suatu perbuatan kriminal perlu mendapat perhatian
yang serius dari pemerintah, khususnya bagi para penegak hukum. Selain dengan mengadakan
sweeping secara berkala ke berbagai klinik-klinik terselubung yang diduga melegalkan praktek
aborsi, diperlukan juga adanya aturan tentang aborsi yang tegas dan tidak mendua hati
untuk menjerat pelaku maupun pembantu aborsi sehingga dapat mengeliminir perbuatan
aborsi serta korban nyawa-nyawa yang tidak berdosa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi adalah pengguguran kandungan. Pada dasarnya,
setiap orang dilarang melakukan aborsi berdasarkan Pasal 75 ayat (1) UU No. 36Tahun 2009
tentang Kesehatan ("UU Kesehatan").

Pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan HANYA dalam 2 kondisi berikut:
a)

indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau

b)

kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

(lihat Pasal 75 ayat [2] UU Kesehatan)

Namun, tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan itu pun HANYA
DAPAT dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang
(lihat Pasal 75 ayat [3] UU Kesehatan).

Selain itu, aborsi hanya dapat dilakukan:


a)

sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b)

oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c)

dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d)

dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e)

penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

(lihat Pasal 76 UU Kesehatan)

Jadi, praktik aborsi yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana


disebut di atas merupakan aborsi ilegal. Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal diatur dalam
Pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi;

"setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak Rp1 miliar."

Pasal 194 UU Kesehatan tersebut dapat menjerat pihak dokter dan/atau tenaga kesehatan yang
dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak perempuan yang dengan sengaja
melakukannya.

Selain itu, sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal juga diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana ("KUHP"). Ketentuannya antara lain sebagai berikut:

Pasal 299
1)

Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

2)

Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3)

Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian,


maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
1)

Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.

Pasal 348
1)

Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.

Pada praktiknya, bila ada dokter yang melakukan aborsi, maka masyarakat dapat melaporkan
dokter tersebut ke kepolisian untuk diselidiki. Selanjutnya, bila memang ada bukti yang cukup
dokter tersebut dengan sengaja telah melakukan aborsi ilegal terhadap pasien(-pasien)nya, maka
proses pidana akan dilanjutkan oleh penyidik dan jaksa sebelum melalui proses di pengadilan.

Vous aimerez peut-être aussi