Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I.
PENDAHULUAN..
A. Latar Belakang
Tujuan Instruksional Umum .
Tujuan Instruksional Khusus
01
01
02
02
BAB II
03
05
07
10
12
17
BAB III
21
21
21
21
24
24
24
26
27
27
27
27
BAB IV
29
29
29
BAB V.
40
40
41
BAB VI
44
44
44
46
50
BAB II
FILOSOFI KESELAMATAN RADIASI DAN ALARA
Hampir semua keputusan mengenai kegiatan atau aktivitas manusia
berdasarkan pada pertimbangan untung-rugi antara biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan atau kemudahan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan. Kadangkadang juga didasarkan pada keuntungan maksimum yang akan didapat oleh
seseorang atau oleh masyarakat. Analisa atau perhitungan untung rugi ini harus
mencakup keuntungan yang akan diperoleh oleh masyarakat dan tidak hanya
keuntungan yang akan diperoleh suatu kelompok tertentu atau perorangan.
Perhitungan
untung
rugi
ini
dalam
proteksi
radiasi
hampir
dapat
yang
menekuni
bidang
dipenuhi.
Yang dimaksudkan dengan sistim pembatasan dosis yang komprehensip
adalah:
a. Kegiatan yang melibatkan penyinaran radiasi hanya dilakukan apabila
menghasilkan nilai lebih (azas manfaat)
JUSTIFIKASI.
radiasi
dapat
ditentukan
dengan
mempertimbangkan
dikuantifikasikan
walaupun
kadang-kadang
tidak
selalu
memberi
V.
X.
y.
yang dapat
faktor
ekonomi
dan
sosial
OPTIMASI.
Syarat ini menyatakan bahwa kerugian/ kerusakan dari suatu praktek harus
diperkecil dengan menggunakan peraturan proteksi, sampai diperoleh
suatu nilai dimana pengurangan selanjutnya menjadi kurang penting jika
dibandingkan dengan upaya tambahan yang dibutuhkan. Syarat dasar ini
mungkin dapat dipenuhi dengan cara kualitatif dalam praktek operasional
dan dengan cara yang lebih kuantitatif dengan pemilihan kriteria desain.
Secara khusus pendekatan kuantitatif direkomendasikan untuk dijadikan
pedoman oleh Instansi yang berwenang dalam menetapkan persyaratan
4
LIMITASI.
2.
As
Reasonably
Achievable
ALARA),
dengan
bahaya dari radiasi pengion ini. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja
radiasi pada waktu itu sangat besar jika dibandingkan dengan standar
sekarang. Pembatasan dosis atau pada waktu itu merupakan pembatasan
lamanya bekerja dimulai pada tahun 1925 dengan terbitnya rekomendasi
dari British X-ray and Radium Protection Committee, dalam kongresnya
yang pertama. Rekomendasi ini baru dilaksanakan pada tahun 1928. Yang
perlu dikemukakan dari pembatasan dosis yang pertama adalah bahwa :
a. Dianggap adanya suatu nilai ambang, di bawah nilai tersebut akibat
radiasi tidak terjadi.
b. Proteksi hanya ditujukan bagi pekerja radiasi.
c. Dosis radiasi dapat ditolerir bila jumlah yang diterima pegawai adalah
0,2 R/hari (1934).
Dengan bertambah banyaknya penelitian-penelitian dalam bidang akibat
radiasi ini baik dari pendahulu/penemu pemakaian pesawat sinar-x maupun
dari korban bom atom di Nagasaki dan Hirosima, secara bertahap nilai
batas dosis ini makin lama makin diperkecil. Rekomendasi yang
dikeluarkan
Komisi
Internasional
untuk
Proteksi
Radiasi
(ICRP-
Tabel 1 : Nilai batas dosis seluruh tubuh untuk pekerja (di Inggris)
No.
Tahun
1.
2.
1951
1955 1959
3.
1959 1977
4.
1977 sekarang
Dosis
0.5 R/minggu
0.3 R/minggu
(200 R selama hidup)
Rata-rata 5 R/tahun
5 rem/th; 3 rem/13 minggu
5 (N-18) rem
50 mSv (5rem)/tahun
Pekerjaan
Menangkap
ikan
1974 - 1978
di 1 dari 360
1985 1987
1 dari 1100
lautan dalam
2.
Tambang batubara
1 dari 4750
1 dari 9433
3.
Konstruksi
1 dari 6700
1 dari 10900
4.
Perkebunan
1 dari 9000
1 dari 11500
5.
Pabrik
1 dari 32000
1 dari 43000
Dalam rekomendasi ICRP No. 26, dikemukakan pula suatu sistim tentang
Nilai Batas dan Tingkat-tingkat Radiasi sebagai berikut:
1. Nilai Batas Dosis Ekivalen Primer (NBD)
5.
atau
diperkirakan
melebihi
tingkat
referensi.
sampai
pada
tindakan
intervensi.
Apabila
Dalam
menentukan
standar
keselamatan
radiasi
dianggap
bahwa
faktor
resikonya adalah :
Untuk penyinaran sebagian tubuh terhadap radiasi eksternal atau dari
penyinaran internal sebagai akibat dari masuknya zat radioaktif kedalam
tubuh manusia, dosis ekivalen efektif H besarnya adalah :
H - Wt Ht
(1)
Jaringan
Gonad
Payudara
Resiko Sv-1
Keterangan
genetik
terhadap
Faktor
bobot
2 0.25
4.0 x 10-3
Resiko
2.5 x 10-3
generasi pertama
Rata-rata untuk semua usia dan 0.15
0.12
belakang
Paru-paru
Thyroid
Permukaan
2.0 x 10-3
5.0 x 10-4
5.0 x 10-4
Cancer
Cancer
Osteosarcoma
0.12
0.03
0.03
tulang
Selebihnya
Resiko total
5.0 x 10-3
1.65 x 10-2
Cancer
0.30
untuk
melaksanakan
semua
ketentuan
1928,
1934
1935,
1950,
1955,
1956,
1977,
Batas
Dosis
Yang
Diizinkan,
akan
tetapi
ini disamakan
a.
b.
c.
b.
b.
c.
penguasa
instalasi
nuklir
harus
menjamin
kontribusi
7. Nilai batas dosis dalam satu tahun untuk magang dan siswa yang
harus menggunakan sumber radiasi :
a.
b.
c.
yang dihirup oleh seorang manusia (acuan) adalah 20 liter dalam satu
menit, dengan demikian maka :
KRU
BMT Bq
(2)
2400 m3
Keterangan :
Untuk
menentukan
batas
masukan
melalui
pencernaan
makanan
perhitungannya agak sulit terutama untuk zat radioaktif yang sulit diserap
oleh tubuh. Saluran pencernaan akan memperoleh dosis terbanyak dan
dianggap bahwa zat radioaktif terdistribusi secara merata dalam tiap bagian
saluran pencernaan dan perlu diketahui pula waktu rata-rata zat radioaktif
berada dalam tiap bagian saluran pencernaan makanan tersebut.
Dalam menentukan Batas Masukan Tahunan, disamping nilai batas untuk
efek Stokastik dan Non-Stokastik juga tergantung pada pada distribusi zat
radioaktif didalam tubuh, yang tergantung pada jenis unsur dan senyawa
zat radioaktif tersebut, dan cara pemasukan apakah melalui saluran
pernafasan atau saluran pencernaan.
Sebagai contoh, misalnya suatu radioanuklida masuk ke dalam tubuh
manusia, dan menyinari organ/ jaringan X, Y dan Z. Dimisalkan bahwa
pemasukan 1 Bq. Radionuklida tersebut menyebabkan dosis ekivalen
terikat pada tiap organ tersebut sebesar HX, Hy, dan HZ. Jika faktor bobot
jaringan tersebut masing-masing adalah wx, wy dan wz, maka
dosis
(3)
_____50___________
dalam Bq
(4)
lebih
____Hwb___ +
Ij___
H wb, L
<
(5)
I j, L
dimana:
Hwb,
yang berasal
dari dosis eksterna.
Hwb , L
Ij
Ij , L
tersebut diatas.
19
Tabel 4.
Nuklida
BMT
Pernafasan (Bq)
Pencernaan
Natrium -22
semua senyawa
2 x 10
(Bq)
1 x 107
Yodium-131
semua senyawa
2 x 106
2 x 106
Cs 137
semua senyawa
6 x 106
4 x 106
Pu 239
dioksida Pu
5 x 102
2 x 106
senyawa lainnya,
2 x 102
2 x 104
oksida, hidroksida
senyawa lainnya
20
BAB III.
KETENTUAN UMUM PROTEKSI RADIASI
Dalam PP 63 Tahun 2000 diatur hal-hal yang berkaitan dengan proteksi dan
keselamatan radiasi.
A. Sistem Pembatasa Dosis.
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan
lingkungan hidup, pengusaha instalasi yang melaksanakan setiap kegiatan
pemanfaatan tenaga nuklir harus memenuhi prinsip-prinsip keselamatan
dan kesehatan sebagai berikut :
1. setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat yang lebih
besar dibanding dengan resiko yang ditimbulkan
2. penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak
melebihi nilai batas yang ditetapkan Badan pengawas
3. kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber
radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan
radiasi yang terjadi ditekan serendah-rendahnya
B. Syarat Peralatan Radiasi
1. Pengusaha instalasi yang merancang, membuat, mengoperasikan dan
atau merawat sistem dan koponen sumber radiasi yang mempunyai
potensi bahaya radiasi harus mencegah terjadinya penerimaan dosis
yang berlebih
2. Sistem dan komponen sumber radiasi tersebut harus dirancang dan
dibuat sesuai dengan standar
3. Dalam menerapkan dosis untuk keperluan medik dengan tujuan
diagnostik dan terapi , pengusaha instalasi harusmemperhatikan
perlindungan pasien terhadap radiasi.
C. Sistem Menajemen Keselamatan Radiasi.
Pengusaha instalasi harus menerapkan sistem manajemen keselamatan
radiasi, yang meliputi :
21
instalasi
harus
melakukan
pemantauantingkat
dan
rohani
serta
serendah-rendahnya
berusia
18
harus
menyelenggarakan
pemeriksaan
(delapanbelas) tahun
b. Pengusaha
instalasi
instalasi
harus
menyelenggarakan
pemeriksaan
Daerah radiasi
Daerah radiasi sedang, yaitu yang memungkinkan seseorang
menerima dosis 15 mSv atau lebih dan kurang dari 50 mSv
dalam satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang sesuai
untuk organ tertentu.
Daerah radiasi tinggi, yaitu yang memungkinkan seseorang
menerima dosis 50 mSv atau leib dalam satu tahun atau nilai
yang sesuai terhadap organ tertentu.
2) Daerah kontaminasi
Kontaminasi radioaktif dapat didefinisikan sebagai adanya zat
radioaktif yang tidak terwadahi dan yang tidak dikehendaki
berada disuatu lokasi atau tempat tertentu. Contohnya adalah
bubuk radioaktif tumpah dilantai (kontaminasi permukaan),
zat radioaktif cair tumpah di tangan seseorang (kontaminasi
personel) dan zat radioaktif yang mengudara (kontaminasi
udara). Radiasi tidak akan mengakibatkan kontaminasi, akan
tetapi kontaminasi radioaktif akan menimbulkan bahaya
radiasi eksterna apabila jumlahnya besar dan memancarkan
radiasi yang dapat menembus jaringan tubuh, dan bahaya
radiasi interna apabila kemudian masuk ke dalam tubuh
25
26
sumber
radiasi
diperlukan
alat
ukur
yang
dapat
b.
Hasil pemonitoran dilaporkan berkala dan bila dosis yang diterima lebih
besar dari NBD atau melebihi 2 X NBMT maka PPR harus menyerahkan
masalah ini kepada dokter instalasi yang bertanggungjawab menaksir
efeknya.
J.
Pencatatan dosis
PPR harus menyimpan untuk jangka waktu 30 tahun dokumen :
a.
b.
c.
K.
Pengawasan Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2000, antara lain mengatur mengenai
pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi. Pengawasan Kesehatan ini
dimaksudkan untuk menentukan apakah keadaan kesehatan pekerja
radiasi sesuai dengan tugas yang akan dilakukan dan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh radiasi pada kesehatan pekerja radiasi tersebut
selama bekerja dengan radiasi (ingat efek stokastik dan non-stokastik).
Keharusan pemeriksaan kesehatan ini tidak hanya bagi mereka yang
27
diatur
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
nomor
28
BAB IV.
PROTEKSI RADIASI EKSTERNA
A. Sumber Bahaya
Bahaya eksterna berasal dari sumber radiasi yang terdapat diluar tubuh.
Jika zat radioaktif masuk dalam tubuh, maka akan timbul bahaya radiasi
interna. Untuk mengatasinya diperlukan cara pengendalian yang sangat
berlainan. Partikel alpha umumnya tidak dianggap sebagai sumber
berbahaya eksterna yang potensial karena daya tembusnya sangat kecil
dengan demikian mudah tertahan pada lapisan luar dari kulit. Bahaya
eksterna mungkin ditimbulkan oleh pancaran beta, sinar-x, gamma atau
neutron yang dapat menembus lebih dalam kebagian dalam tubuh. Bahaya
eksterna dikendalikan dengan mempergunakan tiga prinsip dasar proteksi
radiasi yaitu memperhitungkan waktu, jarak dan penahan radiasi.
B. Faktor Proteksi Radiasi Eksterna
1. Faktor Waktu
Besar dosis radiasi yang diterima oleh seorang yang sedang bekerja
dengan laju dosis tertentu berbanding langsung dengan lama waktu ia
berada di tempat itu.
Dt - Do . t
(5)
Dt
Do
= waktu
Dt
Do x t
100 mrem
10 mrem x t
10 jam
29
Faktor Jarak
Paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber
radiasi. Bila sumber radiasi dimensinya kecil sekali, maka fluks radiasi
pada jarak t dari sumber ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
Karena laju dosis proporsional dengan fluk maka laju dosispun
mengikuti hukum kuadrat terbalik. Hal ini secara eksak hanya berlaku
untuk sumber radiasi berbentuk titik, detektor berbentuk titik dan jika
absorbsi radiasi antara sumber dan detektor dapat diabaikan.
Dr = K 1
r2
(6)
r22 =
Dr3
20 x r2
30
Dari
(50 x 22/20)1/2
(10)1/2 m
rumus
tersebut
dapat
diambil
kesimpulan,
bahwa
jika
32
Sebaliknya bila jarak sumber radiasi diperpendek kali, laju dosis
radiasi akan menjadi 4 kali lebih besar dan bila jarak diperpendek
menjadi 1/3 kali, maka laju dosis menjadi 9 kali lebih besar. Jadi bila
terlalu dekat pada sumber, misalnya langsung menyentuh atau
memegang sumber radiasi, maka laju dosis pada tangan berlipat ganda
besarnya. Oleh karena itu dilarang memegang sumber radiasi langsung
dengan
tangan.
Untuk
menangani
sumber
radiasi
diperlukan
foton
(Bremstrahlung)
Z
E maks
(8)
32
3
Jadi pelindung sinar beta dapat dibuat dari bahan yang nomor
atomnya cukup rendah. Jangkauan sinar (Beta) dapat dilihat pada
gambar 1 dan 2 terlampir yang menunjukkan hubungan antara
jangkauan dalam mg/cm2 dan energi dalam MeV. Misalnya untuk
pemancar (Beta) Sr90 dapat digunakan pelindung dari plexiglass
atau alumunium. Sr90 memancarkan beta dengan energi 0.5 MeV
dan anaknya Y90 memancarkan beta dengan energi 2.27 MeV.
Dalam hal ini harus dipilih tebal pelindung yang dapat menyerap
seluruh beta dengan energi 2.27 MeV.
Dari grafik dapat dilihat bahwa untuk radioisotop ini diperlukan 1.1
gr/cm2 . Densitas plexiglas 1.18 mg/ cm2 , maka tebal Plexiglas yang
diperlukan dapat dihitung dengan rumus sbb :
t1 =
td
1.1 gr/cm2
1.18 gr/cm3
0.932 cm
t1 =
1.1 gr/cm2
2.7 gr/cm3
= 0.41 cm
pelemahan
sinar-X
atau
gamma
terutama
apabila
(9)
Keterangan :
Do
= Koefisien absorbsi linier, yaitu fungsi penahan yang bersangkutan dan energi sumber radiasi, dimensinya =
panjang-1
Do
= Do.e-(HVT)
e-(HVT)
- (HVT) = In
HVT
= 0.693/
Dt : Do/ 2 t/HVL
Konsep HVT ini sangat berguna untuk menghitung secara cepat
tebal bahan penahan yang diperlukan.
Umpamanya :
a. Untuk mengurangi laju dosis hingga setengahnya, diperlukan
bahan penahan setebal 1 kali HVT harga HVT ini telah
ditentukan dalam suatu table grafik.
b. Untuk mengurangi laju dosis hingga atau 2 diperlukan
bahan penahan setebal 2 kali HVT.
c. Untuk mengurangi laju dosis hingga 1/8 atau 3 diperlukan
bahan penahan setebal 3 kali HVT.
Dengan cara yang sama konsepnya rumusan konsep tenth value
layer (TVL).
ln 10
TVL =
2.303
(10)
Dimana :
Do
tebal penahan
35
ENERGI
Pb (mm)
PANCARAN (Mev)
0.5
1.0
1.5
2.0
HVL
0.40
1.10
1.50
1.90
TVT
1.25
3.50
5.00
6.00
H2O (mm)
HVL
15.0
19.0
20.0
22.5
TVT
50.0
62.5
70.0
75.0
contoh :
Berapa tebal Pb yang dibutuhkan untuk mengurangi laju dosis disuatu
titik dari 160 hingga 10 mrem/jam, (diketahui HVT = 2mm Pb). Laju
dosis dari 160 menjadi 10 mrem/jam, berarti terjadi pengurangan
sebesar faktor 16 atau 24. Jadi tebal yang dibutuhkan = 4 x 2mm Pb =
8mm Pb.
Sebagai telah diungkapkan, atenuasi radiasi gamma secara kualitatif
berbeda dengan atenuasi radiasi alpha dan beta. Kedua partikel ini
mempunyai jangkauan tertentu sehingga dapat diserap seluruhnya
dalam medium yang dilalui. Sebaliknya radiasi gamma hanya dapat
dikurangi intensitasnya bila pelindung dipertebal. Faktor transmisi
untuk berbagai jenis bahan pelindung dapat dihitung dengan rumus
I / Io = e -t
Untuk harga dapat dihitung dari nilai HVL pada table 4.
192
Neutron
Untuk penahan neutron perhitungannya agak sulit. Ada 3 interaksi
penting yang perlu diketahui :
a. Hamburan kenyal (elastik)
Neutron bertumbukan dengan inti atom bahan penahan dengan
cara yang sama seperti tumbukan bola bilyard. Dalam
tumbukan, neutron kehilangan sebagian energinya yang
berpindah kepada inti sasaran. Seluruh energi pindahan ini
menjadi energi kinetik inti sasaran. Menurut hukum tumbukan
yang berlaku, unsur ringan yang intinya mendekati massa
neutron adalah yang paling baik untuk menurunkan energi
neutron dengan jalan hamburan elastik. Untuk ini dapat
digunakan bahan yang memiliki banyak hydrogen, misalnya air
dan paraffin.
38
10
58
59
Fe
39
BAB V.
PROTEKSI RADIASI INTERNA
A. Bahaya Radiasi Interna
Radiasi interna terjadi, apabila tubuh manusia terkontaminasi dengan
radioisotop baik kontaminasi pada bagian dalam tubuh ataupun
permukaan tubuh manusia. Oleh karena itu yang menjadi perhatian dalam
proteksi radiasi interna adalah mencegah atau pengupayaan sekecil
mungkin terjadinya kontaminasi pada permukaan tubuh pekerja atau
masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat dicapai
dengan adanya suatu program yang dibuat untuk mengusahakan agar
supaya kontaminasi lingkungan berada pada nilai yang dapat diterima,
dan sekecil yang dapat dicapai (ALARA). Apabila seseorang
terkontaminasi interna, maka orang tersebut akan terus menerus
mendapat radiasi dari zat radioaktif yang berada di dalam tubuhnya,
sampai zat radioaktif tersebut berkurang aktivitasnya karena proses
peluruhan dan dikeluarkannya zat radioaktif dari dalam tubuh melalui
proses metabolisme dari tubuh sendiri. Usaha untuk mempercepat
keluarnya zat radioaktif dari tubuh merupakan usaha yang agak sulit
dilakukan.
1. Cara pemasukan zat radioaktif ke dalam tubuh dan waktu paro
efektif.
Seperti halnya bahan toksik lainnya, zat radioaktif masuk ke dalam
tubuh manusia melalui tiga cara pemasukan yaitu :
a. Pernafasan dengan menghirup gas dan debu radioaktif.
b. Melalui saluran makanan dengan cara meminum air yang
terkontaminasi, memakan makanan yang terkontaminasi atau
secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
d.
(12)
1/(T)b + 1/ (T)f .
dan
lain-lain
(misalnya
dalam
kecelakaan
yang
maupun
syarat
pakaian
pelindung
dan
syarat
alat
42
43
BAB VI
PENERAPAN PROTEKSI RADIASI OPERASIONAL.
A.
Umum.
Sesuai dengan Peraturan pemerintah No. 63, 64 tahun 2000 dan
ketentuan lain yang berlaku,
yang masa
yang telah disebutkan dalam butir X.1. diatas, catatan atau usaha
minimum yang harus dilakukan adalah:
1. Memasang tanda peringatan (bahaya) radiasi pada alat atau berdekatan
dengan alat yang mengandung zat radioaktif. Tanda/ label peringatan
ini harus dapat tahan lama, mencantumkan nama dan aktivitas zat
radioaktif serta sifat lainnya yang dianggap perlu. Perlu dicantumkan
pula nama Petugas Proteksi Radiasi (PPR) alamat dan nomor telponnya.
2. Mempunyai catatan inventori serta lokasi dari semua zat radioaktif
yang tercantum dalam izin pemakaian.
3. Mempunyai catatan hasil tes kebocoran pada sumber dan catatan pada
alat:
a. tes kebocoran dilakukan pada sumber dengan aktivitas yang lebih
besar dari 50 MBq, dan bukan Kripton-85 atau Tritium dalam
bentuk gas.
b. nilai batas ada-tidaknya kebocoran, adalah 0,2 kBq, dicacah dengan
alat yang mampu.
c. frekuensi tes kebocoran.
1) alat-alat gauge; sekali dalam 12 bulan.
2) sumber alat crawler, logging, XRF (analisa) iradiator, sekali
dalam 6 bulan.
3) bila terjadi suatu kejadian yang memungkinkan terusiknya
sumber.
d. apabila akan disingkirkan (dispose), sumber bekas:
1) dikembalikan ke negara asalnya.
2) dikirimkan ke Pusat Pengembangan Pengolahan Limbah
radioaktif
(P2PLR)
Batan,
setelah
terlebih
dahulu
46
tertera
dalam
buku
Ketentuan
Keselamatan
untuk
(SK Kepala
Bapeten).
5. Cara pembungkusan dan pengangkutan zat radioaktif harus sesuai
dengan ketentuan seperti yang tercantum dalam buku ketentuan
keselamatan untuk pengangkutan zat radioaktif (SK Kepala Bapeten).
6. Hanya orang-orang yang telah memperoleh latihan untuk bekerja
dengan zat radioaktif dan yang telah diberitahun tentang bahaya yang
dapat ditimbulkannya, yang boleh menangani zat radioaktif.
7. Sebelum dekomisioning/ penutupan suatu lokasi dimana zat radioaktif
digunakan/
kontaminasi.
disimpan
perlu
terlebih
dahulu
dilakukan
survai
untuk
meyakinkan bahwa:
a. tingkat kontaminasi zat radioaktif pemancar alfa yang tidak lekat,
tidak boleh lebih besar dari 0,05 Bq/ cm2 dirata-ratakan dari luas
daerah yang tidak lebih besar dari 100 m2.
b.
c. laju dosis dari kontaminasi lekat tidak lebih besar dari 0,5 Sv/ jam
pada jarak 0,5 meter dari permukaan.
8. Alat-alat yang digunakan harus dianggap terkontaminasi sampai
pemeriksaan kontaminasi dilakukan.
47
a. tingkat kontaminasi tidak boleh lebih besar dari 0,5 Bq/ cm2 dirataratakan dari seluas 100 cm2.
b. laju dosis yang berasal dari kontaminasi lekat tidak boleh lebih
besar dari 2,5 uSv/ jam pada jarak 10 cm dari permukaan.
9. laporan tertulis harus dikirimkan ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir
dalam jangka waktu 60 hari setelah operasi: *
studi
sumur
aktivitas
spesifik dari bahan yang masuk dan keluar sistem, serta perlakuan
terhadap bahan yang telagh diberi tanda dengan senyawa radioaktif.
48
Tabel 7 :
Kvp
50
70
100
125
150
200
250
300
400
500
1000
2000
3000
4000
6000
8000
10000
Cesium-137
Cobalt-60
Radium
Pb (mm)
HVT
0.06
0.17
0.27
0.28
0.30
0.51
0.88
1.47
2.5
3.6
7.9
12.5
14.5
16
16.9
16.9
19.6
6.5
12
16.6
TVT
0.17
0.52
0.88
0.93
0.99
1.7
2.9
4.8
8.3
11.9
26
42
48.5
53
56
56
55
21.6
40
55
Beton (cm)
HVT
0.43
0.84
1.6
2.0
2.24
2.5
2.8
3.1
3.3
3.6
4.4
6.4
7.4
8.8
10.4
11.4
11.9
4.8
6.2
6.9
TVT
1.5
2.8
5.3
6.6
7.4
8.4
9.4
10.4
10.9
11.7
14.7
21
24.5
29.2
34.5
37.8
39.6
15.7
20.6
23.4
Besi (cm)
HVT
TVT
2.7
3.0
3.1
3.2
1.6
2.1
2.2
9.1
9.9
10.3
10.5
5.3
6.9
7.4
49
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
50