Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANGINA PEKTORIS
oleh :
DESSY PUTERI HARIYANTI
G99141086
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah pengendapan plak aterosklerosis di
dalam pembuluh darah koroner. Prevalensinya mencapai 213 kasus dari tiap 100.
000 orang berusia di atas 30 tahun (Vasiliki et al., 2010). Pengendapan plak
tersebut menyebabkan penyempitan hingga oklusi total dari pembuluh darah
koroner dan memperlihatkan spektrum klinis yang luas, dari angina atau nyeri
dada sampai serangan jantung (infark miokard akut).
Angina pektoris merupakan sindrom klinis yang sering terjadi berupa
nyeri dada karena iskemia pada miokardium. Angina terjadi akibat suplai oksigen
jantung tidak mencukupi kebutuhan metabolik, baik karena meningkatnya
kebutuhan atau menurunnya suplai oksigen (Antmant et al., 2008). Prevalensi
angina pektoris meningkat sesuai umur, baik pada pria maupun wanita.
Diperkirakan 2-4% dari populasi dewasa di Eropa mengalami angina pektoris.
Angka ini akan terus meningkat karena angka harapan hidup terus meningkat
(Vasiliki et al., 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian yang
cukup besar di Indonesia, yaitu 5,1% dari seluruh kematian pada semua golongan
usia. Presentase tersebut meningkat menjadi 8,7% pada rentang usia 45-54 tahun
(Depkes RI, 2007)
Terapi penyakit jantung koroner adalah mengatasi faktor risiko yang dapat
dimodifikasi, menyesuaikan aktivitas pasien, dan memberikan terapi farmakologis
atau terapi bedah yang bertujuan mengembalikan aliran darah. Penyesuaian
aktivitas dilakukan berdasarkan hasil exercise test. Terapi farmakologis dapat
dilakukan dengan memberikan obat-obatan seperti nitrat, -Blocker, dan antagonis
kalsium. Sementara itu terapi bedah berupa bypass arteri koroner atau
percutaneous cardiovascular intervention (PCI). Terapi pembedahan merupakan
terapi definitif untuk penyakit jantung koroner dengan keterbatasan lokasi
anatomis yang sulit dari pembuluh darah teroklusi sehingga kadang tidak dapat
diterapkan (Arora et al., 1999)
Permasalahannya adalah terdapat 25.000-75.000 kasus angina yang
refrakter terhadap terapi medis maksimal dan prosedur revaskularisasi koroner
standar tiap tahunnya. Sebanyak 15% pasien tidak merespons terapi secara baik
atau memiliki kontraindikasi terhadap intervensi selanjutnya,sehingga mengalami
angina pektoris yang refrakter. Kegiatan sehari-hari seperti menaiki tangga,
mengajak anjing berjalan-jalan, atau berkebun menjadi sulit dilakukan pasien
tersebut (Arora et al., 1999)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada
yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat
melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan.
Merupakan kompleks gejala tanpa kelainan morfologik permanen
miokardium yang disebabkan oleh insufisiensi relatif yang sementara di
meningkatkan
kebutuhan
O2
miokard
sehingga
mengganggu
akhirnya
membentuk
trombus
dan
keadaan
ini
akan
timbulnya
angina
pektoris
didasarkan
pada
kekauan
arteri
dan penyempitan
lumen
arteri
koroner
perasaan tidak enak didada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik,
lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
3. Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat
melakukanaktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa,
atau sedang berjalanmendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat
aktivitas ringan seperti mandiatau menggosok gigi, makan terlalu
kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkannyeri dada. Nyeri dada
tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.
Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada
waktutidur malam.
4. Lamanya serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadangkadang perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang.
Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien
mendapat serangan infark miokard akut dan bukan angina pektoris
biasa. Pada angina pektoris dapat timbulkeluhan lain seperti sesak
napas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat
dingin (Hanafiah, 2003).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina
seringmasih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa
pasien pernahmendapat infark miokard di masa lampau. Kadangkadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi
dan angina; dapat pulamenunjukkan perubahan segmen ST dan
gelombang T yang tidak khas. Pada saatserangan angina, EKG akan
menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi
negatif.
2. Foto rontgen dada
sasarannya
dengan cara : a.
untuk
tambahan
-blocker
apabila
ada
1)
2)
3)
4)
operatif
dengan
CABG
dilakukan
pada
pasien
dengan
BAB III
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. B
Umur
: 65 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Karanganyar
No. CM
: 01254365
Tanggal Masuk
: 30 Juli 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 30 Juli 2014
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Nyeri dada
2. Keluhan Penyerta :
Sesak napas
Nyeri dada dan sesak nafas dirasakan saat pasien sedang mencangkul
di sawahnya.
Pasien memiliki riwayat merokok satu bungkus per hari sejak
usia 18 tahun. Keluhan berdebar-debar (+), keringat dingin (+), pusing
(-), mual (+). Buang air kecil dan air besar masih normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat sakit serupa
disangkal
b. Riwayat hipertensi
disangkal
disangkal
disangkal
e. Riwayat mondok
disangkal
disangkal
b. Riwayat hipertensi
disangkal
disangkal
disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1
2
Keadaan Umum
Tanda Vital
Kepala
Suhu
: 36,1 0C
: Bentuk kepala normal , konjungtiva anemis tidak
Leher
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Takikardi
6
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Sama
: Fremitus raba kanan dan kiri sama
Perkusi
: Sonor/ sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
8. Ekstremitas
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil EKG
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
A. Nitrat Organik
Nitrat organik menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai
oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskular. Nitrat organik
menimbulkan vasodilatasi semua sistem vaskular. Vasodilatasi pembuluh
vena menyebabkan terjadinya pengumpulan darah pada vena perifer serta
splanknikus. Hal ini mengakibatkan berkurangnya aliran balik darah ke
dalam jantung, sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan
(preload) menurun. Nitrat organik juga menimbulkan dilatasi arteriol
perifer sehingga tekanan darah sistolik dan diastolik yang berpengaruh
terhadap afterload juga menurun. Penurunan preload dan afterload
mengurangi wall stress dan kebutuhan oksigen (Suyatna, 2009; Tjay dan
Rahardja, 2005).
Peningkatan suplai oksigen ke jantung terjadi karena nitrat organik
memperbaiki aliran darah miokard ke daerah iskemik dan mengurangi
beban preload sehingga perfusi subendokard membaik. Nitrat organik
meningkatkan suplai oksigen ke jantung dengan memperbaiki sirkulasi
koroner. Hal ini terjadi melalui redistribusi aliran darah pada daerah
iskemik akibat dilatasi pembuluh darah koroner besar di epikardial dan
perbaikan aliran darah kolateral (Suryatna, 2009).
1. Isosorbid-dinitrat: isordil, sorbidin, cedocard.
Derivat nitrat siklis ini sebagaimana juga nitrat lainya berkhasiat
relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran empedu, lambung-usus, dan
kemih, tetapi bersifat long-acting. Di dinding pembuluh zat ini di ubah
menjadi nitrogenoksida (NO) yang mengaktivasi enzim guanilsiklase dan
menyebabkan peningkatan kadar cGMP (cyclo-guanilmonophospate) di
sel otot polos dan menimbulkan vasodilatasi. Akibatnya, Tekanan darah
turun dengan pesat dan aliran darah vena yang kembali ke jantung
(preload) berkurang. Penggunaan oksigen jantung menurun dan bebannya
dikurangi. Arteri koroner juga di perlebar, tetapi tanpa efek langsung
terhadap miokard (Tjay dan Rahardja, 2005).
Secara sublingual kerjanya dalam 3 menit dan bertahan sampai 2
jam, secara spray masing-masing 1 menit dan 1 jam, sedangkan oral
simpatomimetik
intrinsik
yang
kurang
menimbulkan
efektif
dibandingkan
Blocker
tanpa
aktivitas
subkutan
atau
intravena.
Pemberian
secara
subkutan
Salah satu kontra indikasi obat ini adalah bila ada riwayat heparin induced
thrombocytopenia (Sjaharudin dan Alwi, 2009).
Selain UFH, pada pasien angina tak stabil dapat di berikan lowmolecular-weight heparin (LMWH). Dosis yang biasa di berikan 0,6-1,0
U/ml dengan resiko pendarahan yang meningkat pada dosis 1,8-2 U/ml
(Sjaharudin dan Alwi, 2009).
D. Anti Antiagregasi Trombosit
1. Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboxan A2 (TXA2) di dalam
trombosit dan protasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan
menghambat secara ireversibel enzim siklooksigenase (akan tetapi
sikolooksigenase dapat di bentuk kembali oleh sel endotel).
Penghambatan
enzim
siklooksigenase
terjadi
karena
aspirin
tromboxan
A2
juga
menghambat
pembentukan
DAFTAR PUSTAKA
Antman EM, Selwyn AP, Braunwald E, Loscalzo J (2008). Ischemic heart
disease. Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo
DL, Jameson JL et al., (eds). Harrisons principles of internal Medicine
Edisi ke 17. Singapore: The McGraw-Hill Comp, pp: 1514-1527
Arora RR, Chou TM, Jain D, Fleishman B, Crawford L, McKiernan T, Nesto RW
(1999). The multicenter study of enhanced external counterpulsation
(MUST-EECP): effect of EECP on exercise-induced myocadial ischemia
and anginal episodes. J Am Coll Cardiol 33 (1):1833-1840.
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Ahli Bahasa Pendit, B.U. Editor
Endah, P. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI (2007). Pedoman pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah. Kementerian Kesehatan RI. http://www.hukor.
depkes.go.id Diakses Juli 2014
Dewoto HR (2009). Antikoagulan, antitrombotik, trombolitik dan hemostatik.
Dalam: Gunawan SG (ed). Farmakologi dan terapi Edisi ke 5. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, pp: 361-372