Vous êtes sur la page 1sur 10

Pelatihan Keterampilan Membuat Tas Dari Daur Ulang Sampah Plastik Sebagai Upaya

Memberdayakan Ibu-Ibu Pkk Di Desa Kemantren Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto


JURNAL
SITI NUR AINI
091034209
Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Eny.nuraini91@gmail.com
Abstrak
Banyaknya tumpukan sampah yang dapat menyebabkan polusi atau pencemaran
lingkungan. Penting diadakan pelatihan keterampilan membuat tas dari daur ulang sampah
plastik sebagai upaya memberdayakan ibu-ibu PKK yang bertujuan untuk, (1) mengetahui
proses pelaksanaan pelatihan (2) mengetahui hasil pelatihan (3) mengetahui faktor
pendukung (4) mengetahui faktor penghambat dalam pelatihan (5) mengetahui tentang
dampak dari pelatihan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:(1)
proses pelaksanaan pelatihan keterampilan membuat tas dari daur ulang sampah plastik ini
sudah berjalan dengan baik. Tutor/instruktur berperan sebagai fasilitator yang mendampingi
peserta didik, serta berperan sebagai penyelenggara, (2) hasil yang di dapat dalam pelatihan
ini dengan perubahan sikap hidup, pengetahuan, keterampilan yang dirasakan oleh peserta
didik, (3) faktor pendukung dari pelatihan ini adalah antusias peserta didik dalam mengikuti
pelatihan dan bahan yang mudah didapat, (4) Faktor penghambat pelatihan ini adalah
kurangnya fasilitas mesin jahit dan kurangnya tutor yang membuat terhambatnya
pelaksanaan pelatihan ini, (5) dampak yang dirasakan oleh peserta didik dari hasil
pelaksanaan pelatihan ini adalah adanya pembentukan usaha kelompok yang diikuti dengan
peningkatan pendapatan ekonomi keluarga dan peningkatan partisipasi sosial dalam
kehidupan masyarakat. Saran yang penulis ingin sampaikan sebaiknya pelatihan ini
dilakukan terus menerus.
Kata kunci :Pelatihanketerampilanmembuattas, pemberdayaanibu-ibu PKK
Abstract
Many piles of garbage that may cause pollution or environmental pollution. Essential skills
training held bag made from recycled plastic waste as it empowers the PKK aimed for, (1)
determine training processes (2) determine the result of training (3) determine contributing
factors (4) knowlimiting factor in training (5) find out about the impact of the training. The
method used is descriptive qualitative method approach while data collection techniques by
observation , interviews, documentation. The results of this study are as follows: (1) the
process of implementation skills elatihan making bags from recycled plastic waste is
already underway with baik.Tutor / instructors act as facilitators who assist the students, as
well as acting as organizer, (2) results in can in this training to change attitudes, knowledge,
skills perceived by the students, (3) supporting factor of this training are enthusiastic
learners in training and materials are readily available , (4) training inhibiting factor is the
lack of engine facility sewing and lack of tutors who make this training implementation
delays, (5) the impact is felt by the students of the results of the implementation of this
training is the formation of a group effort, followed by an increase in economic income
families and increase social participation in the life of the author wants to convey
masyarakat.Saran this training should be done continuously .
Keywords :bag-making skills training, empowermentPKK

Sumber daya manusia kita tidak terlepas dari


rendahnya pendidikan masyarakat, terutama pada usia
sekolah. Di era saat ini pendidikan memegang
peranan yang sangat penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang handal. Serta
otonomi daerah jalur Pendidikan Nonformal dituntut
untuk memperluas program pendidikannya dan salah
satunya adalah program life skills (Kecakapan Hidup).
Permasalahan lingkungan telah menjadi isu
global (mendunia), setelah hampir semua masyarakat
manyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari
kerusakan lingkungan. Salah satu penyebab kerusakan
lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh menumpuknya limbah yang
dihasilkan oleh manusia. Limbah adalah segala
sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi. Sebagai
barang produksi maupun konsumsi, yang jika
langsung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan
terlebih dahulu dapat menjadi beban bagi lingkungan.
Dewasa ini telah mulai muncul kesadaran bahwa
karena setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang layak dan nyaman, maka setiap orang wajib pula
menjaga kenyamanan lingkungan. Hal itu berarti
bahwa setiap orang harus paham tentang lingkungan
hidupnya, serta wajib memelihara kelestarian
lingkungan tanpa kecuali. Di berbagai kota telah
mencanagkan program green and clean, yaitu
program yang bertekad mewujudkan kota yang bersih
dan nyaman tanpa sampah yang berserakan. Program
ini antara lain dengan memanfaatkan peran warga,
termasuk Ibu-Ibu PKK, dalam mengurangi dan
memanfaatkan sampah yang ada disekitarnya.
Ibu- Ibu
PKK marupakan bagian dari
masyarakat yang mengahsilkan limbah atau sampah.
Aktivitas rumah tangga menyumbangkan sampah
yang cukup signifikan ke lingkungan setiap harinya,
baik sampah organik maupun sampah anorganik.
Penanganan sampah anorganik relatif lebih rumit
daripada sampah organik, karena sampah anorganik
tidak dapat terurai secara alami. Sampah anorganik
yang berasal dari aktivitas rumah tangga bermacammacam, seperti sampah plastik bekas kemasan suatu
produk rumah tangga, tas kresek, sedotan minuman,
kaleng, dll. Sampah anorganik tersebut selama ini
kebanyakan hanya dibuang dan menumpuk menjadi
sampah.
Kreatifitas warga di Desa Kemantren
Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto perlu
penanganan khusus yaitu dengan diberikan
keterampilan pembuatan tas dari daur ulang sampah
plastik. Diharapkan dengan pemberian keterampilan
tersebut dapat menambah kreatifitas dan mampu
memotivasi peserta didik di Desa Kemantren

PENDAHULUAN
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan
bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan
mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu,
life skills dalam lingkup pendidikan nonformal
ditujukan pada penguasan vokasional skills yang
intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara
khusus (spesifik). Apabila dipahami dengan baik,
maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam
pemaknaan
program
pendidikan
nonformal
diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki
harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang
yang ada di lingkungannya. Program pendidikan
keterampilan mempunyai nilai strategis karena
mempunyai sasaran kelompok masyarakat kurang
mampu dan pengangguran. Pendidikan keterampilan
terfokus pada usaha untuk mengentaskan masyarakat
marginal agar bisa hidup secara mandiri. Ace Suryadi
(2009:136).
Untuk membantu mewujudkan kesiapan sumber
daya alam atau life skills
dalam arti potensi
masyarakat, pendidikan luar sekolah dapat mengambil
peran yang sangat penting mengingat pendidikan luar
sekolah ada, tumbuh, berkembang, ditengah-tengah
masyarakat. Pendidikan luar sekolah bukan sesuatu
yang aneh untuk masyarakat, karena itulah program
pembelajaran melalui jalur pendidikan luar sekolah
selalu terarah pada usaha meningkatkan kemampuan
masyarakat
untuk
memacahkanpermasalahanpermasalahan yang dihadapi setiap hari.
Keberadaan penddikan nonformal adalah
mengakomodir warga masyarakat yang karena suatu
hal kebutuhan akan pendidikan tidak terlayani oleh
pendidikan jalur persekolahan. Pendidikan nonformal
adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan
kontinyu diluar sistem sekolah, melalui hubungan
sosial untuk membimbing individu, kelompok dan
masyrakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial
yang efektif guna meningkatkan taraf hidup dibidang
materil, sosial dan mental dalam rangka usaha
mewujudkan kesejahteraan sosial. Mustofa Kamil,
(2009: 13).

Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto untuk hidup


dalam era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke
depan (learning to be future). Karena pembelajaran
tidak hanya cukup dalam bentuk keterampilan untuk
dirinya sendiri, tetapi keterampilan untuk hidup
bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pelatihan keterampilan pembuatan tas dari daur
ulang sampah plastik diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di Desa Kemantren
Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Mereka
menggantungkan kelangsungan hidupnya dari upaya
mengelola sampah plastik. Dengan kreatifitas ini
dapat menghasilkan nilai jual tinggi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dengan pemberdayaan Ibu-ibu PKK
dapat memberikan semangat kreatifitas dan
mengurangi pengangguran.
Di desa Kemantren Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto dianggap menarik untuk
diberikan pelatihan pembuatan tas dari daur ulang
sampah plastik, karena sebelumnya ibu-ibu PKK di
Desa Kemantren Kecamatan Gedeg tiap bulannya
sudah mengumpulkan sampah-sampah plasti tetapi
hanya dijual pada rosookan (pemulung) tanpa
dimanfaatkan atau diolah dulu. Agar menambah
penghasilan mereka maka ibu-ibu PKK diberi bekal
keterampilan mengolah sampah tersebut agar menjadi
sebuah tas dan agar menambah penghasilan.
Menurut data yang ada di kelurahan dari 100%
warga yang ada di Desa Kemantren Kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto hampir 70% ibu-ibunya
tidak memiliki pekerjaan tetap (menganggur) dan
memiliki kreatifitas yang rendah. Sebelumnya warga
di Desa Kemantren Kecamatan Gedeg Kabupaten
Mojokerto tidak berdaya dengan tidak mempunyai
pekerjaan tetap (menganggur) sehingga mereka tidak
mempunyai penghasilan. Dengan pemberian pelatihan
pembuatan tas dari daur ulang sampah plastik ini
diharapkan ibu-ibu PKK dapat menambah
penghasilan mereka dan dapat memberdayakan hidup
mereka.
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan pelatihan membuat tas dari
daur ulang sampah plastik untuk memberdayakan ibuibu PKK di Desa Keamantren Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto, maka penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif dalam arti mencatat segala gejala
atau fenomena yang dilihat, didengar, dan dibaca
dengan apa adanya, menurut Bob dan Taylor (dalam
Moleong,2007:4) pendekatan kualitatif adalah
prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
Istilah kualitatif merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan


dengan cara deskrtiptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa,pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
(Moleong, 2007:6)
Dengan pengertian di atas, penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan kata-kata
atau kalimat untuk memperoleh suatu kesimpulan
yaitu dengan mencatat secara teliti gejala yang
dibicarakan atau disesuaikan dengan kenyataan di
lapangan (diambil) sehingga menghasilkan data yang
deskriptif. Itulah alasan memilih pendekatan
kualitataif ini karena dari data yang diperoleh dari
hasil pendekatan secara kualitatif ini peneliti
menggambarkan atau menguraikan dengan kata-kata
atau kalimat yang dipilah-pilah sesuai dengan
kategori dan permasalahan yang ada untuk
memperoleh kesimpulan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana datadata dapat diambil berasal dari daerah satu tempat
yang menjadi subyek penelitian.Pada penelitian ini
lokasi penelitian dilakukan di satu tempat,yaitu di
Desa Keamntren Kecamatan Gedeg Kabupaten
Mojokerto.
C. Subyek Penelitian
1. Penyelenggara
Penyelenggara selaku pihak yang berperan dalam
mengoptimalkan dan menfasilitasi program
pelatihan membuat tas dari daur ulang sampah
plastik. Adapun data-data yang dibutuhkan oleh
peneliti antara lain data pendidik dan peserta didik
yang mengikuti pelatihan, selain itu data-data lain
mengenai sarana dan prasarana, jadwal
pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, evaluasi dan lain sebagainya.
2. Pendidik
Pendidik merupakan sumber dalam mencari data,
dalam penelitian ini pendidik yang menjadi
informan berjumlah 1orang yang digunakan
sebagai sumber informasi untuk menggali tentang
pelatihan
yang
terkait
dengan
proses
pembelajaran. Data-data tersebut meliputi sumber
belajar apayang digunakan, metode apa yang
digunakan, pelaksanaan pembelajaran dan
evaluasi. Tetapi dalam pelatihan ini pendidik/tutor
juga berperan sebagai penyelenggara.
3. Peserta didik
Peserta didik merupakan bagian yang penting dari
sebuah proses pelatihan. Karena dalam sebuah
proses pelatihan dapat terlihat bahwa peserta didik
merupakan subjek yang utama selain pendidik dari
sebuah proses pelatihan, dimana peserta didik
sebelumnya tidak bisa dan setelah mengikuti
pelatihan menjadi bisa. Maka dari itu peneliti
membutuhkan data-data yang penting dari peserta
didik mengenai pernyataan peserta didik secara
langsung mengenai tujuan mereka mengikuti
pelatihan, manfaat yang didapat selama mengikuti
pelatihan, dan masih banyak hal mengenai
pelatihan yang berlangsung dan kemampuan

peserta didik maupun keterampilan yang telah


didapat. Peserta didik yang menjadi informan
dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Berikut
nama-nama peserta didik yang mengikuti
pelatihan pembuatan tas dari daur ulang sampah
plastik.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data tentang peristiwa-peristiwa
masa lalu, sikap, dan pandangan seseorang, halhal yang berkaitan dengan perasaan, dan lainlainnya yang tidak mungkin datanya dapat
dikumpulkan memlalui observasi.
Wawancara dilakukan terhadap peserta
didik serta kepada tutor serta penyelenggara tetapi
disini tutor juga berperan sebagai penyelenggara.
Wawancara yang dilakukan terhadap tutor adalah
untuk memperoleh informasi mengenai pandangan
beliau terhadap pelatihan serta para warga belajar.
Dari wawancar yang dilakukan kepada peserta
didik dilakukan wawancara secar terus terang.
Dalam wawancara ini peneliti seperti teman
sebaya mereka, jadi seperti ngobrol (berbicara)
biasa. Hal yang menjadi pembicara adalah terkait
dengan hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan pembuatan tas dari daur ulang
sampah plastik pada setiap aspek yaitu berkaitan
dengan penelitian ini ada beberapa aspek pelatihan
yang diamati meliputi; pengorganisasian tujuan
dan bahan ajar, metode pembelajaran, alokasi
waktu, dana belajar, tempat belajar dan sarana
pendukung,
alat
media
pembelajaran,
sumber/narasumber,
iklim
sosial
pembelajaran/suasana pembelajaran dan evaluasi
(Anwar,2006:95).
Wawancara ini selain bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pelatihan keterampilan
peserta didik, juga untuk menjalin pendekatan
secara personal dengan peserta didik. Kedekatan
ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti
dalam melengkapi data-data penelitian.
2. Observasi
Metode
observasi
ini
merupakan
pengamatan atau mendengarkan perilaku individu
dalamsituasi atau selang waktu tertentu tanpa
memanipulasi atau mengontrol dimana perilaku
ini ditampilkan. Dalam metode observasi ini juga
tidak mengabaikan kemungkinan menggunakan
sumber-sumber non manusia seperti dokumen dan
catatan-catatan.
Dalam mengumpulkan informasi, penulis
menggunakan proses pengamatan peran serta
sehingga penulis relatif lebih bebas dalam
membuat catatan yang diperlukan berdasarkan
pedoman observasi yang telah direncanakan.
Disamping menggunakan alat tulis dalam
pelaksanaan metode observasi ini dibantu pula
dengan kamera foto untuk memperkuat
argumentasi dengan gambar visual hasil rekaman
kamera tersebut.

Berkaitan dengan penelitian ini ada


beberapa aspek pelatihan yang diamati;
pengorganisasian tujuan dan bahan ajar, metode
pembelajaran, alokasi waktu, dana belajar, tempat
belajar dan sarana pendukung, alat media
pembelajaran, sumber/narasumber, iklim sosial
pembelajaran/ suasana pembelajaran, dan evaluasi
(Anwar,2006: 95)
3. Dokumentasi
Menurut Riyanto (2007: 91), dokumentasi
berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data-data
yang sudah ada. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai:
E. Teknik Analisis Data
1. Koleksi Data
Setelah data terkumpul dari hasil observasi,
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
peneliti mulai mengolah data yang terkumpul
yang pertama kali dilakukan adalah memilah datadata (klasifikasi) mana yang diperlukan dan mana
yang tidak diperlukan. (Miles dan Huberman,
1992)
2. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data
yang berasal dari lapangan, sehingga data yang
telah siap direduksi dapat memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.
(Riyanto, 2007:32).
Dalam langkah ini peneliti melakukan
penelaahan terhadap semua data yang diperoleh
dari berbagai sumber dan dengan berbagai metode
pengumpulan data, kemudian peneliti menyusun
abstraksi yaitu berusaha membuat rangkuman
yang intinya mengenai proses dan pertanyaanpertanyaan pada setiap komponen-komponen.
Dalam langkah reduksi data ini, peneliti dapat
mengabaikan berbagai data informasi yang
diyakini tidak berhubungan dengan tujuan
penelitian atau bila kemubadziran data maka
peneliti dapat menyaringnya. Dalam penelitian ini
reduksi data dilaksanakan dengan cara:
a. Membuat ringkasan kontak
Ringkasan kontak berisi uraian singkat
hasil penelaahan dan penajaman melalui
ringkasan-ringkasan singkat terhadap data
mengenai pemberdayaan ibu-ibu PKK melalui
pelatihan pembuatan tas dari daur ulang sampah
plastik,
faktor-faktor
penghambat
dan
pendukung serta kegiatan usaha setelah
pelatihan yang telah berhasil dikumpulkan di
lapangan.
b. Mengembangkan kategori pengkodean
Data-data
yang
telah
berhasil
dikumpulkan selanjutnya dibaca dan ditelaah
kembali.Penelaahan
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi semua topik yang disajikan
berdasarkan fokus penelitian.

c. Membuat catatan refleksi


Setelah pengkodean dilakukan, semua
catatan yang diperoleh kemudian dibaca
kembali, digolongkan, dan di edit untuk
menentukan satuan-satuan data.Hal ini
bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam atas data yang telah berhasil
dikumpulkan.
d. Pemilahan data
Pemilahan data merupkan pemberian
kode yang sesuai terhadap satuan-satuan data
yang diperoleh dari lapangan. Pemilahan
data dilakukan untuk menghindari bias yang
timbul sebagai akibat kompleksitas data yang
keluar dari fokus penelitian.
Keempat teknik reduksi data ini
dilakukan terus menerus selama penelitian
berlangsung dan diharapkan mampu memberikan
hasil penelitian yang lebih tajam.
3. Display Data
Display
data
merupakan
proses
menampilkan data secara sederhana dalam bentuk
kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik, dan
grafik dengan maksud agar data yang telah
dikumpulkan dapat dikuasai oleh peneliti sebagai
dasar mengambil kesimpulan yang tepat. (Riyanto,
2007:33).
Data hasil reduksi didisplaykan atau
dipaparkan, peneliti membuat uraian secara rinci
atas hasil temuan penelitiannya, sehingga dapat
dibaca dan dipahami.
4. Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data, peneliti
harus membuat simpulan-simpulan sementara.
Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut
harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan
yang dibuat oleh peneliti dan selanjutnya ke arah
simpulan yang mantap.
Simpulan adalah intisari dari temuan
penelitian yang menggambarkan pendapatpendapat terakhir yang berdasarkan pada uraianuraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh
berdasarkan metode berfikir induktif atau
deduktif.Simpulan akhir yang dibuat harus relevan
dengan fokus penelitian, tujuan penelitian, dan
temuan penelitian sudah dilakukan pembahasan.
(Riyanto, 2007:34).
Hasil wawancara mendalam, observasi
partisipan dan dokumentasi diuraikan kemudian
disimpulkan berdasarkan fokus penelitian. Dalam
penelitian ini terdapat lima fokus penelitian yang
meliputi pelaksanaan pelatihan pembuatan tas dari
daur ulang sampah plastik sebagai upaya
pemberdayaan ibu-ibu PKK,hasil dari pelatihan
pembuatan tas drai daur ulang sampah plastik,
faktor pendukung dan penghambat, dan dampak
Ibu-ibu PKK setelah mengikuti pelatihan
pembuatan tas dari daur ulang sampah plastik.
F. Kriteria Keabsahan Data
1. Kredibilitas

Dengan kriteria ini data dan informasi yang


dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran,
yang berarti bahwa hasil penelitian kualitatif harus
dapat dipercaya oleh para pembaca yang kritis dan
dapat diterima oleh orang-orang informan yang
memberi informasi yang dikumpulkan selama
informasi berlangsung. Lincoln dan Guba (1985)
merekomendasikan tujuh teknik yang perlu
dilakukan peneliti dalam memenuhi standar
kredibilitas, tetapi dalam (Riyanto, 2007:17)
merasa cukup 6 teknik saja dalam standar
kredibilitas ini, yaitu:
a. Prolonged Engagement
Artinya bahwa peneliti harus tinggal di
tempat penelitian yang cukup lama, dengan
tujuan
(1)
agar
dapat
menumbuhkan
kepercayaan dari subyek yang diteliti, (2) agar
memahami dan mengalami sendiri kompleksitas
situasi, dan (3) agar dapat menghindari distorsi
akibat kehadiran peneliti di lapangan. Disini
peneliti berada dalam lapangan selama 2 bulan
terhitung mulai bulan april sampai mei saat
pelatihan berlangsung tetapi setelah pelatihan
berlangsung selama 3 bulan sesudahnya peneliti
melakukan penelitian lagi untuk melihat hasil
dan dampak dari penelitan tersebut.
b. Persistent Observation
Observasi yang dilakukan terus menerus
dalam jangka waktu tertentu sehingga data yang
diperoleh benar-benar apa adanya dan
mendalam. Dengan teknik ini maka peneliti
akan dapat menetapkan aspek-aspek mana yang
penting dan yang tidak, dan kemudian
memusatkan perhatian kepada aspek-aspek yang
relevan dengan fokus penelitian.
c. Trianggulation
1) Trianggulasi sumber
Trianggulasi
sumber
berarti
membandingkan dan mengecek kembali
derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi
sumber dilakukan dengan cara menggali
sumber data dari informan diantaranya yaitu
penyelenggara
program
pelatihan,
tutor/instruktur pelatihan dan peserta didik
pelatihan dengan cara membandingkan dan
mengecek ulang derajat kepercayaan data yang
diperoleh dengan menggunakan sumber lain
atau informan yang berbeda. Oleh karena itu,
peneliti senantiasa mengecek dan menanyakan
kembali data-data penting yang diperoleh dari
seorang informan yang lain yang dianggap
juga mengetahui informasi tersebut.
2) Trianggulasi metode
Menurut Patton (dalamMoleong, 2005:
331) trianggulasi dengan metode memiliki dua
strategi, yaitu (a) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan (b)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama.


Trianggulasi metode dilakukan dengan cara
menggali sumber data melalui teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Peneliti membandingkan dan mengecek ulang
derajar kepercayaan data yang diperoleh
menggunakan teknik lain yang berbeda.
Menurut Denzin seperti (dalam
Moleong, 2007: 178) Triangulasi yang
memanfaatkan penggunaan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif. Oleh karena itu, peneliti
senantiasa mengecek dan menanyakan kembali
data-data penting yang diperoleh dari seorang
informan kepada informasi lain yang dianggap
juga mengetahui informasi tersebut.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
melakukan pemeriksaan berulangkali dengan
membandingkan sumber yakni tanggapan
informan satu dengan yang lain, serta
melakukan pembandingan metode yaitu hasil
wawancara di bandingkan dengan pengamatan
peneliti kemudian dilengkapi dengan data-data
dokumentasi dan rekaman.
d. Referential Adequacy Checks
Melacak kesesuaian semua hasil
analisis data, semakin sesuai maka semakin
terpercaya hasil penelitiannya.Dalam hal ini
yang
dilakukan
termasuk
mengecek
pengarsipan data yang dikumpulkan selama
penelitian lapangan. Arsip-arsip ini akan
digunakan sebagai bahan referensi untuk
mengecek apakah menyangsikan atau tidak.
e. Member Checks
Mengecek
kesesuaian
rekaman
informasi/data, interpretasi dan simpulansimpulan hasil penelitian dengan jalan
meminta kepada mereka untuk mereview dan
mengecek kebenarannya. Teknik ini juga
sangat penting dilakukan dengan upaya untuk
menguji atau memeriksa keabsahan data yang
telah diperoleh.
2. Dependabilitas
Dependabilitas adalah kriteria untuk
penelitian kualitatif apakah proses penelitian
bermutu atau tidak.Cara untuk menetapkan bahwa
penelitian dapat dipertanggungjawabkan proses
penelitian yang benar ialah dengan mengaudit
dependabilitas guna mengkaji kegiatan yang
dilakukan penelitian. Jadi standar ini untuk
mengecek apakah hasil penelitian kualitatif
bermutu atau tidak, antara lain dilihat apakah
penelitian sudah hati-hati atau belum bahkan
apakah
memuat
kesalahan
dalam:(a)
mengkonseptualisasikan apa yang diteliti, (b)
mengumpulkan data, (c) menginterpretasikan data
yang telah dikumpulkan dalam suatu laporan
penelitian. Auditor dalam penelitian ini adalah
dosen pembimbing dan penguji.

3. Konfirmabilitas
Kriteria untuk menilai kualitas hasil
penelitian dengan penelurusan dan pelacakan
catatan/rekaman data lapangan dan koherensinya
dalam interpretasi dan simpulan hasil penelitian
yang dilakukan auditor.Untuk penilaian kualitas
hasil penelitian ini dilakukan oleh auditor
independen.Auditor dalam penelitian ini adalah
dosen pembimbing dan penguji yaitu bpk.I Ketut
Atmaja selaku dosen pembimbing, bapak prof.
Yatim Riyanto dan bpk. Heri Susilo selaku dosen
penguji. Untuk melakukan audit konfirmabilitas
ini dapat dilakukan secara simultan dengan
pelaksanaan audit dependabilitas. Sehingga jika
hasil audit tersebut menunjukkan adanya
konfirmabilitas,
maka
hasil
penelitian
kualitatifnya bisa diterima dan diakui.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan pelatihan ketrampilan membuat
tas sebagai upaya memberdayakan ibu-ibu
PKK.
a. Pengorganisasian Peserta Didik.
Peserta didikyang mengikuti pelatihan
keterampilan pembuatan tas dari daur ulang
sampah plastik ini rata-arat adalah ibu rumah
tangga yang tidak mempunyai pekerjaan, peserta
didik yang mengikuti pelaksanaan pelatihan
keterampilan membuat tas dari daur ulang
sampah plastik ini berjumlah 10 orang yang
berusia rata-rata diatas 40 tahun.
Pengorganisasian peserta didik dalam
pelaksanaan pelatihan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik ini tidak dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil, semua peserta diidik
mendapatkan materi secara bersama-sama, agar
peserta didik mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang sama.
Aspek pengorganisasian peserta didik
dapat dikatakan tepat karena peserta pelatihan
hanya berjumlah 10 peserta, sehingga proses
pelatihan dilakukan secara bersama-sama dalam
kelompok besar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anwar, (2006:95) yaitu yang menyatakan
pengorganisasian peserta pelatihan dalam
jumlah kecil dapat menyajikan peluang belajar
yang lebih besar karena interaksi diantara
mereka dapat efektif.
b. Pengorganisasian Tujuan Dan Bahan Ajar
Dalam pelatihan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik ini bahan ajar yang
digunakan sudah cukup tepat, karena tutor
mengetahui apa yang diinginkan oleh peserta
didik dalam pelatihan.
Adanya tujuan pelatihan dan bahan ajar
yang baik, maka bisa di katakan bahwa
pelatihan ini mempunyai arah tujuan, indicator
keberhasilan pelatihan, serta mempunyai
persiapan pelaksanaan pelatihan yang baik.
Bahan ajar yang diberikan kepada para
peserta pelatihan berupa bahan ajar dan

teori,sehingga dapat mempermudah peserta


didik untuk mempelajari ulang materi yang
diberikan.
c. Metode Pembelajaran Yang Dipakai
Dalam proses pelatihan keterampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik
metode yang digunakan adalah metode
ceramah, dan praktik. Bisa dikatakan kedua
metode tersebut disebut metode pembelajaran
partisipatif, pelaksanaan metode ini sudah
dikatakan baik, karena pada saat pembelajaran
para peserta pelatihan bisa aktif dan ikut
berpartisipasi dengan baik dalam pelatihan.
Adanya partisipasi dari peserta
pelatihan, peserta pelatihan tidak hanya bisa
menguasai konsep dari materi yang
disampaikan namun peserta didik dapat
langsung
mempraktekkan
sehingga
keterampilan mereka dapat meningkat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Anwar, (2006:95)
bahwa metode yang paling baik digunakan
dalam pelatihan adalah metode pembelajaran
partisipatif, metode ini melibatkan peserta
kursus/pelatihan sebanyak mungkin terlibat
dalam proses pembelajaran.
d. Alokasi Waktu
Pelatihan dilaksanakan 1 minggu 2 kali
pertemuan pada hari sabtu dan minggu, 2 jam
pertemuan. Untuk alokasi waktu yang dipakai
pada pelaksanaan pelatihan keterampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik
sudah tepat karena untuk penyampaian teori
30% dan 70% praktik, hal ini di ketahui oleh
peneliti pada saat melakukan observasi.
Pembagian alokasi waktu ini sudah
tepat dengan pendapat Anwar, (2006:95) yang
menyatakan proporsi yang disarankan oleh
instruktur kursus/pelatihan pada setiap
lembaga kursus dan pelatihan, untuk program
kursus yang berorientasi kewirausahaan adalah
karena 30% teori atau tutorial dan 70% bersifat
praktik.
e. Dana Belajar
Dana yang digunakan dalam pealatihan
ini sudah bagus dana terorganisir dengan baik,
dana yang di dapat disini dana dari PNPM
(program nasional pemberdayaan masyarakat)
yang tersalurkan dengan baik dan hasil dari
penjualan sampah plastik (botol aqua)
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mustofa Kamil, (2011: 167) bahwa dana
merupakan faktor utama yang menunjang
berjalannya sebuah program, kemitraan
dengan lembaga lain yang memiliki dana perlu
dijalin dalam rangka mewujudkan sebuah
program yang akan dilaksanakan.
f. Tempat Belajar

rumah ibu Anis ruang tamunya luas dan


nyaman. Hal ini sesuai dengan 10 patokan
Dikmas yaitu tempat pelatihan bisa dapat
berwujud rumah, tempat pertemuan, tempat
beribadah, balai desa, atau bangunan yang
tidak
digunakan
lagi
namun
masih
memungkinkan digunakan. Pembelajaran
dapat terjadi dimana saja, sepanjang peserta
didik, sumber belajar dan pamong belajar
menganggap tempat itu sesuai untuk
mendukung pencapaian hasil belajaryang
diinginkan.
g. Alat Dan Media Pembelajaran.
Alat dan media yang dibutuhkan dalam
pelatihan ini sangat mudah di dadapatkan.Alat
yang dibutuhkan berupa plastik bekas
detergent, gunting, lem, mesin jahit, bisban,
dan lain-lain.Hal ini sesuai dengan pendapat
Anwar, (2006:95) alat dan media pembelajaran
perlu disediakan secara memadai.Alat dan
media pembelajaran itu sebaiknya diusahakan
murah, mudah di dapat dan masal. Pada sisi
lain, alat dan media pembelajaran itu harus
bersifat atau dapat membawa peserta kursus
pada pengalaman belajar yang paling kongkrit
(tidak bersifat abstrak). Sejauh mungkin alat
dan media pembelajaran adalah barang,
tempat,
lokasidan/atau
peristiwa
yang
sebenarnya, jumlah, kualitas, dan frekuensinya
penggunaanya perlu disesuaikan secara
memadai.Untuk mendukung kegiatan, maka
ketua pelaksana disini, yaitu ibu Anis Haryati
mencari bantuan ke PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat)
untuk
mendapatkan mesin jahit,dan akhirnya
mendapat bantuan mesin jahit dari PNPM
(Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat) 3 buah mesin jahit dan 1 buah
mesin jahit bantua dari ibu Anis sendiri yang
dapat digunakan bersama.
h. Sumber belajar.
Sumber belajar dapat dikatakan tutor
atau narasumber. Dalam pelatihan ini tutornya
adalah ibu Anis Haryati yang merangkap
sebagai penyelenggara juga. Tutor harus
berpengalaman dalam memberi materi
sekaligus mempraktekkan pelatihan membuat
tas dari daur ulang sampah plastik. Dengan ini
maka peserta didik mudah memahami dan
mempraktekkan
sendiri
dalam
proses
pembuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anwar (2006:95) sumber belajar atau
narasumber perlu dipilih yang kredibel dan
berpengalaman.
i. Suasana pembelajaran
Pada saat pembelajaran berlangsung
suasana yang di jumpai oleh peneliti dalam
pelaksanaan pelatihan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik sangat kondusif, karena
peserta didik dapat mengikuti pelatihan dengan

Tempat yang dipakai adalah rumah ibu


Anis Haryati (selaku tutor sekaligus pengelola
pelatihan), ditempatkandi ruang tamu. Karena

baik. Peserta didik lebih memahami


penyampaian materi melalui praktek karena
melalui praktek mereka dapat melihat hasil
pembuatan tas dari daur ulang sampah plastik,
tidak hanya angan-angan dari teori yang
disampaikan oleh instruktur dan teori dalam
modul pelatihan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mustofa Kamil, (2011: 154) bahwa
lingkungan fisik yang diciptakan harus
kondusif dan situasi pelatihan akan
berpengaruh
terhadap
proses
secara
keseluruhan baik positif maupun negatif.
j. Evaluasi.
Evaluasi pelatihan dilakukan setelah
praktek berlangsung. Untuk aspek evaluasi
dalam pelatihan ini sudah baik, karena evaluasi
dilakukan setiap selasai penyampaian materi
dan praktek. Setelah semua kegiatan pelatihan
keterampilan membuat tas dari daur ulang
sampah
plastik
selesai,
maka
tutor
mengadakan evaluasi lagi secara keseluruhan
mulai dari persiapan sampai pelatihan selesai.
Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Anwar,
(2006:95) evaluasi harus dipilih yang bisa
asecar cepat dan dapat memberikan umpan
balik kepada peserta pelatihan akan tingkat
kemajuan belajarnya. Dengan demikian,
peserta pelatihan mengetahui secara sadar
setiap kemajuan belajar yang dicapainya.
2. Hasil pelatihan keterampilan membuat tas dari
daur ulangt sampah plastik sebagai upaya
memberdayakan ibu-ibu PKK di Desa
Kemantren kecamatan Gedeg kabupaten
Mojokerto.
Menurut
Suyono
(dalam Saleh
Marzuki, 2010: 88) menyatakan bahwa
pemberdayaan adalah: Proses pengembangan
manusia agar memiliki kapasitas penuh, memiliki
pilihan-pilihan yang lebih luas dan kesempatan
yang lebih besar sehingga mereka dapat mencapai
kehidupan yang lebih bermartabat dan lebih
makmur. Dari teori diatas maka akan muncul
indikator dari pemberdayaan antara lain tingkat
partisipasi, perubahan kesadaran, kepedulian dan
kerjasama, peningkatan pengetahuan, ketrampilan
manajerial, dan perubahan kehidupan.
Ditinjau dari
pengetahuan atau
perubahan kesadaran peserta didik yang mulanya
hanya membuang atau membakar sampah plastik
tetapi
tidak
memiliki
keinginan
untuk
memanfatkan sampah plastik tersebut. Tetapi
setelah
mengikuti
pelatihan
keterampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik ini
masyarakat akan menjaga lingkungannya menjadi
tetap bersih dan mengurangi pencemaran
lingkungan dengan tidak membuang sampah atau
membakarnya tetapi mereka akan memanfaatkan
sampah-sampah tersebut untuk dijadikan sesuatu
yang bernilai jual, serta pengetahuan peserta didik
tentang pengolahan sampah menjadi bertambah.

Ditinjau dari peningktan keterampilan


peserta didik sebelum dan sesudah adanya
pelatihan keterampilan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik, sebelum peserta didik
mengikuti pelatihan keterampilan membuat tas
dari daur ulang sampah plastik mereka hanya
membuang dan menjual sampah plastik tersebut
kepada perosok, akan tetapi setelah itu mereka
memiliki ketrampilan baru yaitu dengan membuat
tas dari daur ulang sampah plastik mereka akan
memanfaatkan sampah plastik tersebut. Selain
mendapatkan tambahan pengetahuan keterampilan
tentang pembuatan tas dari daur ulang sampah
plastik, peserta didik juga bisa membuat dompet,
sandal, kotak pensil dll, teapi dalam penelitian ini
difokuskan pada pembuatan tas dari daur ulang
sampah plastik.
Ditinjau
dari
perubahan
sikap
kehidupan dengan adanya pelatihan keterampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik ini
peserta didik akan memiliki
jiwa berusaha
sehingga peserta didik mendapatkan pekerjaan
baru yang dapat menambah pendapatan peserta
didik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saat
ini.
3. Faktor
pendukungdalam
pelaksanaan
pelatihan keterampilan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik diDesa Kemantren
Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.
faktor yang menjadi pendukung paling
besar adalah antusias dari peserta didik di Desa
Kemantren
Kecamatan Gedeg
Kabupaten
Mojokerto
terhadap pelatihan keterampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik. Hal
ini dapat dilihat dari keaktifan peserta didik dalam
pelaksanaan pelatihan keterampilan membuat tas
dari daur ulang sampah plastik, mereka sangat
semangat sekali dalam mengikuti pelatihan
keterampilan membuat tas dari daur ulang sampah
plastik, selain itu dapat dilihat pula jumlah peserta
didik dari awal hingga sekarang masih tetap 10
peserta didik.
Dengan
mengikuti
pelatihan
keterampilan membuat tas dari daur ulang sampah
plastik gratis mereka juga mendapatkan tambahan
ilmu, pengalaman dan juga tidak kalah pentingnya
adalah tambahan pendapatan bagi keluarga
mereka, dan disamping itu mereka juga dapat
mengurangi limbah sampah plastik dengan
mendaur ulang sampah plastik tersebut.
Selain itu faktor pendukung yang lain
yaitu dengan bahan baku yang mudah di dapat
yang membuat peserta didik sangat menyenangi
pelatihan ini. Dengan bahan baku yang mudah di
dapat sehingga membuat peserta didik tidak
bingung mencari dan mengeluarkan uang apabila
akan meneruskan pelatihan ini.
4. Faktorpenghambat
dalam
pelaksanaan
pelatihan keterampilan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik di desa kemantren
kecamatan Gedeg Mojokerto.

Ada faktor pendukung ada pula factor


penghambat antara lain adalah factor kurangnya
fasilitas mesin jahit yang membuat peserta didik
menuggu cukup lama giliran untuk melakukan
praktek menjahit, dengan berkurangnya mesin
jahit membuat terhambatnya pelatihan ini.
Sehingga dalam pelatihan keterampilan membuat
tas dari daur ulang sampah plastik ini dari 10
peserta didik ynag bisa menjahit dengan mahir
Cuma 6 peserta didik, sedangkan yang lain
bertugas sebagi pengumpul sampah, mencuci,
menempel serta memasang bisban.
Faktor penghambat yang lain yaitu
kurangnya tutor, dengan kurangnya tutor membuat
peserta didik masih ada yang kurang bias dalam
hal menjahit tas dari daur ulang sampah
plastik,karena tutornya cuma satu dan mereka
harus mengajari sepuluh peserta didik mulai dari
awal sampai akhir semuanya.
5. Dampak
dari
pelatihan
ketetrampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik di
Desa Kemantren Kecamatan Gedeg Kabupaten
Mojokerto.
Saleh Marzuki, (2010: 221) berpendapat
bahwa: Istilah pemberdayaan telah diperkenalkan
sejak tahun 1970-an oleh Suzanne Kindervatter
(1979) dalam bukunya Nonformal Education as
an Empowering Process, yang mendefinisikan
pemberdayaan sebagai upaya untuk membuat
orang memperoleh pemahaman pengendalian
tentang kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, dan
politik guna memperbaiki kedudukannya di
masyarakat.
Karena itu menurut Sumodiningrat
(dalam Kusnadi, 2005: 220) menyatakan bahwa:
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.Dari kedua
pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan
memberdayakan masyarakat itu upaya untuk
merubah kehidupan seseorang atau masyrakat itu
dengan memberikan bekal keterampilan agar bisa
bertahan
hidup.Bekal
pengetahuan
dan
keterampilan kepada ibu-ibu PKK. Peserta
pelatihan dapat meminimalisasi sampah plastik
dengan cara memanfaatkannya menjadi barangbarang kerajinan yang bernilai ekonomi.
Setelah program ini berjalan sampai
sekarang maka peserta didik merasakan hasil yang
lain yaitu bertambahnya pendapatan mereka yang
sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan, sekarang
mereka mempunyai pekerjaan dan menambah
pendapatan mereka dengan adanya usaha
kelompok membuat tas dari daur ulang sampah
plastik yang nantinya hasilnya juga dipakai untuk
bersama juga.
Dalam usaha kelompok ini yang
dilakukan oleh 10 peserta didik yang sudah
mengikuti pelatihan tersebut yang terbagi dengan

bagian masing-masing diantaranya 6 peserta didik


yang bertugas sebagai menjahit, yang 4 peserta
didik bertugas sebgai pengumpul sampah,
mencuci, menempel serta memasang bisban. Dari
10 peserta didik tersebut mereka bekerja sama
dengan berbagai tugasnya masing-masing itu
dengan baik.
Dan setelah mengahasilkan beberapa tas
dari daur ulang sampah plastik, tas-tas tersebut
akan dijual atau disetorkan di toko-toko atau di
pasar-pasar terdekat yang nantinya hasilnya akan
dibagi bersama.
Dengan demikian pelatihan keterampilan
pembuatan tas dari daur ulang sampah plastik di
Desa Kemantren Kecamatan Gedeg Kabupaten
Mojokerto tersebut memiliki dampak yang positif
terhadap peserta didik yaitu bertambahnya
pengetahuan, prengalaman, hubungan social dan
juga yang tidak kalah penting untuk peserta didik
adalah bertambahnya pendapatan mereka setelah
mengikuti pelatihan keterampilan membuat tas
dari daur ulang sampah plastik ini. Dengan apa
yang mereka miliki sekarang mereka lebih bisa
mandiri dan memiliki kompetensi yang bisa
mereka andalkan.
PENUTUP
SIMPULAN
1. Pelaksanaan pelatihan keterampilan membuat tas
dari daur ulang sampah plastik telah berjalan
dengan lancar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Terbukti
dengan
instruktur
memadukan materi antara teori dan praktek serta
mendampingi peserta didik selama proses
pelatihan pembuatan tas dari daur ulang sampah
plastik.
2.Hasil yang diperoleh dari pelatihan keterampilan
membuat tas dari daur ulang sampah plastik ini
adalah dengan adanya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap hidup. Terbukti dengan
adanya pengetahuan tentang pengolahan sampah,
keterampilan peserta didik dapat membuat tas dari
daur ulang sampah plastik, serta sikap hidup
dengan adanya jiwa untuk berusaha yang dapat
menambah pendapatan.
3. Faktor yang sangat mendukung pelaksanaan
pelatihan ini adalah antusias peserta didik dalam
mengikuti pelaksanaan pelatihan dan bahan yang
mudah di dapat.
4.

Faktor penghambat adalah kurangnya fasilitas


mesin jahit seingga membuat peserta didik cukup
lama menunggu giliran untuk praktek menjahit
dan kurangnya tutor.

5. Dampak atau pengaruh yang dirasakan oleh peserta


didik
dari
hasil
pelaksanaan
pelatihan
keterampilan membuat tas dari daur ulang sampah
plastik ini adanya pembentukan usaha kelompok,

peningkatan pendapatan ekonomi keluarga dan


peningkatan partisipasi sosial dalam kehidupan
keluarga.

Moleong, Lexy J (2010). Metodologi Penelitian


Kualitatif.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.

A. Saran
Berdasarkan kenyataan yang berkaitan dengan
adanya fokus penelitian di atas, maka ada beberapa
saran yang diajukan peneliti sebagai berikut :
1. Sebaiknya tutor atau penyelenggara dalam
pelatihan keterampilan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik ini menjalin kerja sama
dengan lembaga lain agar para lulusan atau peserta
didik setelah mengikuti pelatihan ini bisa bekerja
di berbagai tempat.
2. Dalam pelaksanaan pelatihan membuat tas dari
daur ulang sampah plastik ini, perlu ditambah
jumlah tutor yang ahli dibidang membuat tas.
Hendaknya pelatihan membuat tas dari daur ulang
sampah plastik benar-benar dimanfaatkan sebagai
modal dalam motivasi berwirausaha pribadi
maupun kelompok untuk menambah penghasilan
serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
hidup peserta didik.
3. Pelatihan keterampilan membuat tas dari daur
ulang sampah plastik ini sebaiknya dilanjutkan
terus karena pelatihan ini berdampak positif bagi
masyrakat.

Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung: Remaja Rosda Karya.
Riyanto,

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran :


Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik
Dalam Implementasi Pembelajaran Yang
Efektif Dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Sudjana, Djuju.,dan Simmamora, H., (2007). Strategi
Pembelajaran.
Sugiyono,

Suryadi,

Ace (2009). Mewujudkan Masyarakat


Pembelajar: Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi. Bandung: Widya Aksara
Press.

Timpenyusun.PanduanPenulisandanPenilaianSkripsiU
niversitasNegeriSurabaya. Surabaya:
Unesa University pres
Tim penyusun. 2011. MenulisIlmiah: BukuAjar MPK
Bahasa Indonesia. Surabaya: Unesa
University pres
Undang-undang SISDIKNAS NO. 20 Tahun 2003.
System Pendidikan Nasional. Surabaya:
Media Centre.
yusi-wiliantika . Tips Membuat Tas Cantik.
lhttp://yusiwiliantika.blogspot.com/2012/0
1/tips-membuat-tas-plastik.htm diakses
pada tgl 2 mart 2013 jam 15.00.

Mustofa (2009). Pendidikan Nonformal:


Pengembangan
Melalui
PKBM
di
Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Zubaedi (2007). Wacana Pembangunan Alternatif:


Ragam Perspektif Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jogjakarta: ArRuzz Media.

Kamil, Mustofa.2011. Model Pendidikan dan Pelatihan


Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Kusnadi, dkk (2005). Pendidikan Keaksaraan: Filosofi,
Strategi, Implementasi. Jakarta: Dirjen PLS
Direktorat
Pendidikan
Masyarakat,
Depdiknas.
Marzuki,

2008. Metode Penelitian Kuantitatif


kualitatif Dan R&D. Bandung: PT.
Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek. Jakarta:
Asdimahasatya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill
education). Bandung: Alfabeta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.2001. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua.
Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman
Umum Pelaksanaan Pendidikan Berbasis
Keterampilan Hidup (life skills) Melalui
Pendidikan Broad Based Education Dalam
Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Ditjen
PLS dan Pemuda.
Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat model &
strategi
pembangunan
berbasis
kerakyatan.Bandung: Humaniora.
Kamil,

Yatim. 2007. Metodologi Penelitian


Pendidikan Kualitatif DanKuantitatif.
Unesa University Press: Surabaya.

Saleh. 2010. Pendidikan Nonformal.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Remaja Roesdakarya.

10

Vous aimerez peut-être aussi