Vous êtes sur la page 1sur 12

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KOMA HIPER


OSMOLAR HIPERGLIKEMIK NON KETOTIK

OLEH :
1. AHMAD NURIS
2. AHMAD MUNIRUL IHWAN
3. AINIYAH NURUL HIDAYATI
4. BERNADETE LINA HAJAR
5. DESY KRISDIANTIN
6. DIAN PUDI PURWONO
7. DIAN RAHMA AFITASASI
8. DINI TAURISIYA
9. ELITA RAHAYU
10. ETY SUGIARTI
11. FARIDI
12. HENDRY SOPTRIKA
13. IFRAHATUL ISTIANAH
14. ISKANDAR DINATA
15. ISLAHUL AMRI
16. LAILY NUR AZIZAH
17. LIA PUNIKA

(01)
(02)
(03)
(06)
(07)
(08)
(09)
(10)
(11)
(12)
(13)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
PRODI KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA
2005 / 2006

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KOMA HIPEROSMULAR
HIPERGLIKEMIK NON-KETOTIK
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Koma hiperosmolar hiperglikemik non ketotik ialah suatu sindrom
yang ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat
tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran.
2. Etiologi
- Faktor pencetus
- Sakit akut (pneumonia, stroke)
- Konsumsi akut yang menimbulkan insufisiensi insulin
- Poliuria
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya koma hiperglikemia hiperosmolar nonketotik hampir serupa dengan ketoasidosis diabetik. Pada mulanya sel beta
pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa keadaan stres yang
menyebabkan

terjadi

peningkatan

hormon

glukagon

sehingga

pembentukan glukosa akan meningkat dan menghambat pemakaian


glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan hiperglikemia. Selanjutnya
terjadi diuresis osmotik yang menyebabkan cairan dan elektrolit tubuh
berkurang, perfusi ginjal menurun dan sebagai akibatnya sekresi hormon
lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemia.

Diabetes Mellitus
Defisiensi insulin

Stress hormones

Proteolisis

Utilisasi glukosa jaringan

Produksi glukosa
hepatik
Kegagalan eksresi glukosa
Hiperglikemia

Pengurangan volume intravaskular

Diuresis osmotik

Kehilangan elektrolit
Kehilangan H2O
Hiperosmolaritas

Sel beta pankreas terhambat


Keadaan stress
Defisiensi insulin
Hormon glukagon
Pembentukan glukosa
Hiperglikemia
Diuresis osmotik
Kehilangan cairan
Sekresi hormon
Hiperosmolar hyperglikemia

4. Manifestasi Klinis
b. Sering ditemukan, pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun,
semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah ditemukan pada
anak
c. Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau diabetes
tanpa pengobatan insulin
d. Mempunyai penyakit dasar lain. Ditemukan 85% pasien KNKH
mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah ditemukan pada
penyakit akromegali, tiroksikosis, dan penyakit cushing.
e. Sering disebabkan obat-obatan antara lain tiazid, furosemid, manital,
digitalis, reserpin, steroid, klorpromazin, hidralazin, dilatin, simetidin,
dan haloperidol (neuroleptik)
f. Mempunyai faktor pencetus, misalnya penyakit kardiovaskular, aritmia,
perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik,
dan operasi
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

laboratorium

sangat

membantu

untuk

membedakannya dengan ketoasidosis diabetik. Kadar glukosa darah > 600


mg%, aseton negatif, dan beberapa tambahan yang perlu diperhatikan :
adanya hiperkalemia, hipernatremia, azotemia, kadar blood urea nitrogen
(BUN), kreatinin : 30 : 1 (normal 10 : 1) bikarbonat serum > 17,4 mEq / L.
Bila pemeriksaan asmolalitas serum belum dapat dilakukan, maka dapat
dipergunakan formula :
Serum osmolalitas = 2 (Na+ + K+) + urea * + glukosa mg % **
6
18
* urea diperhitungkan bila ada kelainan fungsi ginjal
** glukosa 1 mmol = 18 mg%
6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan menggunakan cairan, yaitu:
-

Nacl isotonik atau hipotonik normal, diguyur 1000 ml/jam sampai


keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik,
baru diperhitungkan kekurangannya dan diberikan dalam 12-48

jam. Pemberian cairan isotonik harus dipertimbangkan untuk


pasien dengan gagal jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia.
-

Glukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa darah sekitar


200-250 mg% glukosa darah 250-300 mg% agar resiko edema
serebri berkurang

b.

Insulin
Pada

kenyataannya

penggantian

cairan

dapat

menurunkan

hiperglikemia. Jumlah insulin yang lebih sedikit dari ketoasidosis


diabetik mungkin dibutuhkan. Pengobatan dapat menggunakan skema
mirip protokol ketoasidosis diabetik.
c.

Kalium
Dengan ketiadaan asidosis, hiperkalemia pada mulanya mungkin
tidak ada kecuali bila terdapat gagal ginjal. Kekurangan kalium total
dan terapi kalium ginjal yang membaik, perhitungan kekurangan
kalium harus segera diberikan.

d.

Menghindari infeksi sekunder

e.

Penggantian elektrolit sesuai kebutuhan


-

Kadar elektrolit, glukosa darah, dan bikarbonat

Analisa gas-gas darah

Pantau EKG

Tekanan vena sentral

Insulin subkutan dan / atau hipoglikemia oral

7. Komplikasi
-

Troboembolisme

Syok

Kejang

Koma

Terjadi kematian bila tidak ditangani

ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
- Identitas (nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, dx medis, dsb)
- Keluhan utama
Polidipsia
- Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien, pernah atau sedang menderita selalu penyakit
lainnya dan pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Klien pada umumnya mengeluh polidipsia (rasa haus yang
berlebihan)
- Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami
penyakit yang serupa dengan penyakit klien, dan tanyakan apakah ada
anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat lainnya
- Riwayat Psikososial Spiritual
Psikologis : Apakah klien menerima penyakit yang dideritanya atau
menarik diri ?
Sosial

: Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan sekitar


sebelum dan selama sakit dan apakah klien dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru (Rumah Sakit) ?

Spiritual

: Apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat


sakit ?

II. Pemeriksaan Fisik


- Observasi TTV (TD, S, N, P) pada umumnya tidak ada masalah atau
normal, dapat berubah sesuai dengan kondisi klien
- Observasi tingkat kesadaraan, keadaan klien pada umumnya baik atau dapat
berubah sesuai dengan kondisi klien

III. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


- Makan
Kaji frekuensi, jenis dan jumlah makanan
- Minum
Kaji frekuensi, jenis dan jumlah
- Pola Eliminasi
Alvi (BAB) : frekuensi, konsistensi, warna
Tanyakan apakah ada kelainan / kesulitan pada waktu BAB
Urin (BAK) : frekuensi warna
Tanyakan pula apakah ada kelainan / kesulitan pada waktu BAK
- Istirahat
Tanyakan apakah pasien merasa terganggu pada pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur
- Aktivitas
Membatasi aktivitas sehari-hari / bedrest total
IV. Pengkajian per sistem

Sistem Muskuluskeletal
Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal

Sistem Penglihatan
Mata cowong dan konjungtiva pucat

Sistem Pernafasan
Biasanya takipnea dengan pernafasan dangkal

Sistem Cardiovaskuler
Takikhardi, nadi lemah, hipotensi artostatik, kulit hangat sampai panas,
kering, dan kemerahan, turgor kulit menurun

Sistem Persyarafan
50% tidak sadar, mengantuk, kacau mental, disorientasi

Sistem Pencernaan
Perut tidak merasa kembung, tidak ada nyeri tekan

Sistem Reproduksi
Tidak adanya penyakit kelamin

Sistem Perkemihan
Tidak terdapat radang aliran kandung kemih (uretrititis)

V. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diuresis osmotik
2. Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan peningkatan
kerentanan yang diakibatkan oleh hiperglikemia dan penurunan protein
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
defisiensi insulin
4. Potensial terhadap cidera yang berhubungan dengan kekacauan mental dan
atau kejang
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang faktor resiko dan pencegahan HHNC
VI. Intervensi
Diagnosa I : kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diuresis
osmotik
Tujuan : terpenuhinya cairan dalam tubuh / cairan tubuh dalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
R/ : Hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan
darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi duduk /
berdiri
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R/ : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat
3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
R/ : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti fungsi ginjal,
dan keefektifan dari terapi yang diberikan

4. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hr dalam


batas yang ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah
dapat diberikan
R/ : Mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
5. Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan / atau melalui oral
sesuai indikasi
R/ : kalium harus ditambahkan pada IV (segera aliran urine adekuat) untuk
mencegah hipokalemia
Diagnosa 2 : Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan
peningkatan kerentanan yang diakibatkan oleh hiperglikemia
dan penurunan protein
Tujuan : mencegah atau menurunkan resiko infeksi
Kriteria hasil : pasien menunjukkan perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan,
adanya pus dan luka, sputum purulen, urine warna keruh atau berkabut
R/ : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial
2. Tingkat upaya pencegahan dan melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri
R/ : Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
3. Lakukan pengobatan melalui IV sesuai indikasi
R/ : Kadar glukoa yang tinggi dalam tubuh akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman
4. Berikan cairan oral sampai 3000 ml/hari bila diperbolehkan
R/ : Dapat mengembalikan cairan dalam batas normal
Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan defisiensi insulin
Tujuan : Mencernah jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Kriteria hasil : menunjukkan tingkat energi biasanya


Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
R/ : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya)
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien
R/ : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi
R/ : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan mortilitas / fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
Yang akan mempengaruhi pilihan intervensi
4. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika px sudah dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral
R/ : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan
fungsi gastrointestinal baik
5. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik
/ kultural
R/ : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang
Diagnosa 4 : Potensial terhadap cedera yang berhubungan dengan kekacauan
mental dan atau kejang
Tujuan : cidera berkurang
Kriteria hasil : px tidak memperlihatkan tanda cidera
Intervensi :
1. Kaji adanya kekurangan status neurologis / sensoris
R/ : Dapat mengetahui tingkat kesadaran pasien

2. Pertahankan orientasi terhadap lingkungan


R/ : Lingkungan yang nyaman dapat membantu proses penyembuhan
3. Berikan rangsangan pada lingkungan
R/ : Dapat membantu dalam mempertahankan orientasi
4. Pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah
R/ : Dapat membantu neurologis pasien yang sedang menjalani tirah
baring
Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang faktor resiko dan pencegahan HHNC
Tujuan : Rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Mengungkapkan HHNC dan tindakan yang harus dilakukan
Intervensi :
1. Jelaskan faktor-faktor yang menjadi predisposisi HHNC
R/ : Membantu px dalam mengurangi kecemasannya
2. Beri kesempatan pada px untuk mengungkapkan rasa ketidaktahuannya
tentang penyakitnya
R/ : Dapat meringankan beban pikiran px
3. Gunakan komunikasi terapeutik
R/ : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan keperawatan
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjuran pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan
R/ : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien
dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien
VII. Evaluasi
1. Apakah volume cairan dalam tubuh pasien sudah terpenuhi ?
2. Apakah infeksi pada pasien sudah berkurang ?
3. Apakah nutrisi pasien sudah terpenuhi ?
4. Apakah cidera pada pasien sudah berkurang atau hilang ?
5. Apakah pasien sudah mengerti tentang penyakitnya ?

DAFTAR PUSTAKA
Noer Sjaifoellah. (1996) : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. FKUI : Jakarta.
Mansjoer Arif. (2001) : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI : Jakarta.
Marilyn Doengoes. (1999) : Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.
Tucker Martin Susan. (1987) : Standar Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi