Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SAHAM LQ-45
Thesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh
Tonny Wijaya Setiadi
09/ 294656/ PEK/ 14155
Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia yang tidak terhingga
sehingga penulisan tesis dengan judul Analisis Penentuan Nilai Intrinsik Dan Target
Price Pada Saham LQ-45 dapat diselesaikan dengan baik. Dengan diselesaikannya
penulisan tesis ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Abdul Halim, MBA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dan memberi pengarahan dan bimbingan guna
menyelesaikan penelitian ini.
2. Direksi, manajemen, dan rekan-rekan PT Indosurya Securities yang cukup membantu dan
memberi peluang untuk proses penyelesaian penelitian ini.
3. Manajemen dan rekan-rekan PT Mega Capital Indonesia yang cukup membantu dan
memberi peluang untuk aktivitas akademik dan proses penyelesaian penelitian ini.
4. Seluruh karyawan dan staf Program Studi Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada
Jakarta dan Yogyakarta yang telah membantuk penulis dalam seluruh aktivitas akademik
dan aktivitas pendukung lainnya.
5. Untuk orang tua penulis, Bapak Sadirun dan Ibu yang selalu setia memberi dukungan
moral, kasih sayang, dan materiil untuk semua aktivitas akademik dan proses
penyelesaian penelitian ini.
6. Istri tercinta Zara Dwinandita, yang telah memberikan seluruh kasih sayang serta
dukungan penuh baik moril maupun materiil.
7. Untuk seluruh keluarga penulis yang telah memberikan seluruh kasih sayang serta
dukungan penuh baik moril maupun materiil
iii
INTISARI
Penelitian ini menunjukkan metode analisis untuk menentukan nilai intrinsic dengan
menggunakan proyeksi EPS dan nilai PE ratio. Penelitian juga menunjukkan metode
analisis teknikal untuk menentukan target price. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap metode bisa diterapkan di perdagangan saham. Saham yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah sembilan saham dengan kapitalisasi terbesar dengan jangka waktu
periode dari tahun 2005-2010 untuk data keuangan dan 2008-2010 untuk data analisis
teknikalnya.
Kata kunci : analisis fundamental, valuasi, analisis teknikal, target price, kapitalisasi
pasar.
xiii
ABSTRACT
This research identified analysis method to concluded intrinsic value using EPS
projection and PE ratio. This research also explained how to obtain target price using
technical analysis method. The conclusion of this research identified that each methods
can be implemented at stock exchange. There are nine stock objects with the biggest
capitalization that been studied in this research using financial reports period 2005-2010
and historical data period 2008-2010.
Key words: fundamental analysist, valuation, technical analysist, target price, market
capitalitation
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
karena perbedaan sikap yang lebih membuka diri terhadap perubahan dan hal yang
baru. Investasi di pasar modal termasuk salah satu investasi yang paling mudah untuk
memulainya. Selain investasi di pasar modal dan sektor keuangan maka masyarakat
juga mengenal investasi di sektor riil, investasi di properti. Namun yang terjadi saat
ini, adalah tingginya tingkat inflasi tidak diimbangi oleh kenaikan pendapatan yang
cukup mumpuni bagi sebagian besar masyarat untuk bisa berinvestasi di sektor riil
dan properti secara layak karena besarnya modal dan hambatan lain.
Walaupun terlihat mudah, tetapi untuk berinvestasi di pasar modal, sudah
seharusnya investor harus membekali diri dengan pengetahuan yang cukup. Hal ini
merupakan syarat mutlak agar investor bisa mendapatkan return dari keuntungan
secara konsisten. Investasi di pasar modal, terutama sebagai investor saham, harus
membekali diri dengan pengetahuan yang cukup untuk bisa menghasilakn
keuntungan yang akan didapat secara konsisten. Sama seperti investasi yang lain,
investasi di pasar modal, khususnya saham juga memiliki risiko untuk mengurangi
modal investasi tersebut, bisa juga sampai modal tersebut hilang tak bernilai secara
keseluruhan. Investasi di pasar modal adalah sebuah cara yang cerdas dan sangat
menarik untuk bisa meningkatkan nilai modal yang kita miliki sehingga bisa
melawan inflasi yang terjadi.
Melihat perkembangan investasi di pasar modal, khususnya saham sekarang
ini. Penulis melihat bahwa investasi di saham sangat layak untuk dipelajari dan
dilakukan, karena saat ini informasi adalah hal berharga yang mudah didapat oleh
setiap individu. Selain itu, untuk pasar modal di Indonesia sendiri masih sangat akan
berkembang untuk waktu ke depannya. Hal ini karena kondisi pasar dan negara
Indonesia sendiri yang merupakan pasar berkembang yang menjanjikan keuntungan
yang cukup seimbang dengan risikonya. Namun, karena kemudahan dan keuntungan
yang cukup besar dari investasi di pasar modal ini, seringkali investor melupakan
bahwa pada dasarnya dengan membeli saham berarti mereka membeli surat bukti
kepemilikikan sebuah perusahaan. Karena tertarik dengan cara cepat untuk meraup
keuntungan yang besar di pasar modal, investor seringkali menjadi lebih
menggunakan nalarnya daripada menggunakan logika dan akalnya.
Untuk melakukan analisis saham sebagai bahan dasar pertimbangan sebelum
melakukan pembelian suatu saham, maka ada beberapa metode yang umumnya
dilakukan oleh analis dan investor yang sudah cukup berpengalaman di pasar modal,
yaitu dengan menggunakan analisis fundamental dan analisis tehnikal.
Secara garis besar analisis fundamental yaitu dengan analisis top-down.
Analisis ini mencoba untuk melihat dimulai dari situasi global dan faktor eksternal
yang akan mempengaruhi harga saham, dan diperkecil ke faktor perusahaan nya
sendiri yang akan berpengaruh ke kinerja sahamnya. Pendekatan analisis top- down
ini, yang pertama adalah analisis perekonomian, kondisi dan situasi, serta arah
perekonomian secara global dan nasional. Hal ini meliputi: Kebijakan fiscal,
kebijakan moneter, inflasi, politik, komoditas dan inter market, antara pasar-pasar
keuangan global. Setelah itu, analisis industri, dari hasil analisis perekonomian itu
maka analisis ke industri-industri yang terkena pengaruh, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Mengidentifikasi industri-industri yang mengalami kenaikan
atau penurunan dalam suatu siklus ekonomi karena reaksi industri-industri terhadap
perubahan perekomian akan berbeda-beda pada siklus bisnis (business cycle) tertentu,
industri mana yang diuntungkan dan industri mana yang dirugikan. Kemudian, dari
analisis perekomian, industri, barulah analisis perusahaan. Pada tahap ini dengan
menganalisis dan membandingkan kinerja perusahaan-perusahaan di industri sejenis
dengan membandingkan dengan menggunakan indikator bisnis dan indikator
keuangan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah: Kinerja bisnis, jejak
rekam manajemen, kinerja keuangan, dan rencana serta proyeksi bisnis dari
perusahaan sendiri. Selain dengan pendekatan analisis top-down, bisa juga dengan
menggunakan pendekatan analisis bottom-up, kebalikan dari analisis top-down, pada
analisis bottom-up ini maka kerangka analisis dimulai dari perusahaan sendiri.
Dimulai dari mencari perusahaan yang memiliki kinerja bagus, konsisten untuk
dimiliki melalui sahamnya.
Selain dengan menggunakan analisis fundamental, maka investor juga bisa
melakukan penilaian saham dengan menggunakan analisis teknikal sebagai
pertimbangan untuk melakukan pembelian saham. Analisis teknikal adalah analisis
dengan mempelajari pergerakan harga saham yang telah terjadi di masa lalu, yang
diintreprestasikan berupa grafik untuk memperkirakan pergerakan harga saham di
masa yang akan datang. Biasanya, analisis tehnikal juga menggunakan perhitunganperhitungan statistika, yang juga diinterprestasikan berupa indikator grafik sebagai
alat bantu optimalisasi analisis teknikal ini. Dengan menggunakan analisis teknikal
maka investor bisa mendapatkan pola-pola tertentu sebagai acuan dalam
memprediksikan pergerakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis teknikal
juga sangat membantu bagi investor untuk menentukan di harga berapa sebaiknya
suatu saham dibeli, dan di harga berapa juga saham tersebut sebaiknya dijual. Selain
itu, dengan analisis teknikal juga berguna untuk menentukan sampai di harga berapa
seorang investor tetap memiliki saham sebuah perusahaan yang harganya terus
mengalami penurunan, hal ini karena investor juga harus melindungi modalnya agar
tidak terus mengalami penurunan karena nilai saham yang juga terus mengalami
penurunan.
Terdapat sembilan perusahaan yang selain tergabung dalam indeks LQ-45,
juga merupakan perusahaan yang termasuk dalam kapitalisasi pasar terbesar dalam
perdagangan di Bursa Efek Indonesia dan di industrinya. Perusahaan-perusahaan
tersebut adalah; PT Astra Internasional Tbk. (ASII); PT. Bank Central Asia Tbk
(BBCA); PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Bank Mandiri (BMRI), PT
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Perusahaan Gas
Negara (PGAS), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Sembilan perusahaan tersebut berada di daftar teratas kapitalisasi pasar
terbesar dan merupakan pemimpin pasar di masing-masing sektor dan industrinya,
memiliki pertumbuhan yang stabil, perusahaan yang dijadikan subyek penelitian
harus perusahaan dengan kapitalisasi yang besar karena semakin besar kapitalisasi
pasar saham suatu perusahaan maka pergerakan saham tersebut lebih mewakili
permintaan dan penawaran mengingat masih banyaknya saham di Bursa Efek
Indonesia yang memiliki karakter cenderung mudah untuk digerakkan, atau dalam
bahasa nya merupakan saham gorengan. Tidak jarang suatu saham di Bursa Efek
Indonesia diam cukup lama (saham tidur), dan kemudian tanpa ada informasi yang
berarti saham yang semula diam tersebut tiba-tiba digerakkan dengan kenaikan dan
tren yang cukup kuat walau hanya untuk sesaat. Dengan memilih saham yang
memiliki kapitalisasi terbesar maka pergerakan harga sahamnya bisa lebih mewakili
dari kinerja dan kondisi perusahaan di pandangan investor.
Pasar modal sendiri terbuka buat setiap individu ataupun organisasi yang
tertarik untuk investasi. Hal ini membuat penulis melakukan penelitian mengenai
Analisis Penentuan Nilai Intrinsik dan Target Price Pada Saham LQ-45
dipilih adalah saham dari perusahaan yang merupakan unggulan di sektor dan
industrinya. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah; PT Astra Internasional Tbk.
(ASII); PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA.; PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
(TLKM); ); PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI); PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR); PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS); PT
United Tractors Tbk. (UNTR); PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Jangka waktu yang dijadikan periode penelitian adalah 5 tahun untuk analisis
fundamental, yaitu valuasi nilai intrinsiknya, dengan menggunakan data keuangan
tahunan dari periode tahun 2005 sampai dengan data periode tahun 2010. Analisis
fundamental mencakup ekonomi, industri, dan perusahaan. Namun pada penelitian ini
hanya membahas tentang analisis perusahaan sebagai dasar dari valuasi intrinsik
perusahaan, dengan sedikit menyinggung analisis fundamental yang lain.
Pada analisis tehnikal mempergunakan data dari program yang telah ada,
namun memiliki keterbatasan akan periode dari data yang diberikannya. Dalam
analisis teknikal, ada banyak indikator yang digunakan. Selain beberapa indikator
yang digunakan, maka penelitian ini juga akan meneliti beberapa jenis grafik sebagai
interprestasi data, dan juga beberapa pola grafik untuk menentukan nilai harga saham
yang akan dituju ke depannya.
1.
2.
2.
pendapatan per saham dan teknikal. Penelitian ini juga akan memberi masukan bagi
para investor untuk memahami kedua metode tersebut, keunggulan, dan kelemahan
masing-masing untuk ke depannya bisa diterapkan dalam investasi di pasar pada
saham dengan latar belakang perusahaan yang berbeda. Bagi para akademisi,
penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dalam dunia saham,
khususnya metode valuasi untuk menemukan nilai intrinsik dari saham.
10
11
BAB II
LANDASAN TEORI
12
13
14
berupa Dollar Amerika (US Dollar). Hal ini masih bisa kita lihat sampai sekarang di
Jakarta ada beberapa gedung dan proyek yang masih dalam proses pembangunan
dihentikan begitu saja.
Penurunan IHSG yang terjadi di tahun 2008 akibat dari capital outflow
pengaruh dari krisis ekonomi global, pada gambar 2.2 berikut ini:
Krisis yang kedua, belum lama berlalu adalah pada saat krisis global 2008,
yaitu krisis yang disebabkan oleh kredit sub prime di Amerika Serikat, perekonomian
dan kegiatan bisnis di Indonesia juga masih bertahan, karena pada tahun 2008
15
16
kinerja
perusahaan-perusahaan
di
industri
sejenis
dengan
menggunakan indikator bisnis dan indikator keuangan. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam analisis perusahaan: Kinerja bisnis, dengan melihat pangsa
pasar (market share) di industri, apakah suatu produk, ataukah suatu perusahaan
menjadi pemimpin di pasarnya (market leader). Merek dagang (brand image), merek
dagang sendiri seharusnya bisa memiliki nilai jual yang tinggi melalui proses
perbaikan dan pemasaran yang seringkali membutuhkan waktu cukup lama., serta
fungsi manajemen lain yang bersinergi untuk menaikkan nilai dari suatu merek
dagang, jika merek dagang tersebut bernilai tinggi dan bisa dipercaya maka
17
penjualannya akan semakin mudah dan akan terus meningkat, yang akan berujung
pada peningkatan penjualan perusahaan dan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Kinerja penjualan, selain dipengaruhi oleh produknya sendiri, maka kinerja
penjualan juga sangat dipengaruhi oleh fungsi manajemen yang terkait di dalam
perusahaan tersebut, mulai dari pimpinan sampai tenaga penjual yang menjadi ujung
tombak penjualan, program penjualan yang terfokus untuk menaikkan penjualan
dalam jangka panjang tentunya akan menaikkan penjualan secara konsisten dalam
jangka panjang. Manajemen, yaitu orang-orang di dalam perusahaan, pengalaman
kerja, pengalaman dengan perusahaan besar. Investor seharusnya mempertimbangkan
nama-nama besar yang menduduki jabatan dan fungsi strategis di dalam perusahaan,
jejak rekam mereka selama ini apakah bersih ataukah pernah tersangkut kasus dan
kemampuan mereka selama ini. Kinerja keuangan, dengan melihat kinerja keuangan
perusahaan paling tidak selama lima tahun terakhir dan menggunakannya sebagai
acuan untuk proyeksi lima tahun ke depan.
Kinerja keuangan yang bisa dilihat dari laporan keuangan dari perusahaan
adalah bagaikan rapor bagi perusahaan untuk investor. Angka-angka yang
diperlihatkan adalah penilaian yang paling objektif terhadap suatu perusahaan. Untuk
bisa melakukan penilaian dan proyeksi terhadap kinerja keuangan maka dibutuhkan
setidaknya data dari beberapa periode ke belakang. Semakin banyak dan lama data
yang dimiliki maka semakin valid dan hasil dari proyeksinya, namun seringkali para
analis menggunakan data setidaknya paling sedikit lima tahun.
18
Dari kinerja keuangan ini ada beberapa hal yang penting diperhatikan oleh
investor: Pertumbuhan pendapatan (Revenue Growth), rasio laba terhadap saham
beredar (earning per share/ EPS), rasio pertumbuhan rasio laba ke saham beredar,
rasio harga terhadap laba per lembar saham (price earning ratio/ PER), rasio harga
saham terhadap pertumbuhan laba perseroan (price earning growth/ PEG ratio),
rasio harga saham terhadap penjualan (price per sales ratio), rasio harga saham
terhadap nilai buku (price to book value/ PBV ratio), rasio hutang (debt ratio),
margin pendapatan bersih (net profit margin), tingkat pengembalian aset (Return on
Assets), dan tingkat pengembalian ekuitas (Return on Equity).
Rencana dan proyeksi bisnis yang dilihat perusahaan, serta pengembangan
dan program yang ada di dalamnya. Pada umumnya investor dalam melakukan
pembelian saham untuk mendapatkan keuntungan, baik keuntungan yang didapat dari
pembagian dividen, ataupun keuntungan yang didapat dari kenaikan nilai saham yang
dimilikinya (capital gain). Kedua hal ini bisa tercapai jika nilai perusahaan terus
meningkat, peningkatan ini berarti keuntungan dan skala bisnis dari perusahaan itu
sendiri. Hal inilah yang mendasari investor untuk mengetahui proyeksi dan rencana
dari manajemen perusahaan untuk perjalanan perusahaan di masa yang akan datang.
19
20
Gambar 2.4 di atas merupakan salah satu model untuk memahami analisis
bottom up. Selain analisis fundamental dengan pendekatan top-down, investor bisa
juga dengan menggunakan pendekatan bottom-up. Pendekatan bottom-up sendiri
berbanding terbalik dengan pendekatan top-down. Bagi investor dan analis yang biasa
menggunakan pendekatan top-down ini, mereka lebih memfokuskan kepada nilai dari
perusahaan itu. Mereka cenderung berpendapat kalau kondisi perekonomian, industri
dan secara makro keseluruhan bisa secara cepat berubah tanpa indikasi yang bisa
terbaca, atau dengan kata lain perekonomian global bisa berubah secara cepat tanpa
ada yang memprediksi.
Para analis dan investor yang menggunakan pendekatan bottom-up ini lebih
melihat dan percaya terhadap nilai dari suatu perusahaan yang dicerminkan dari harga
saham sebagai kepemilikan dari perusahaan tersebut. Bahwa setiap perusahaan
memiliki nilai wajar (fair value) yang juga diturunkan ke harga sahamnya yang
21
memiliki nilai wajar nya. Dari harga wajar ini lah yang seharusnya menjadi patokan
bagi investor untuk menilai suatu saham dan suatu perusahaan.
Pergerakan harga saham sendiri terjadi karena ada permintaan dan penawaran
di pasar, dan seringkali permintaan dan penawaran yang terjadi adalah reaksi yang
berlebihan karena adanya informasi dan berita yang tidak selalu benar. Sampai pada
satu saat maka harga dari saham tersebut seharusnya akan kembali ke harga wajarnya.
Setelah melakukan valuasi terhadap perusahaan dan harga sahamnya maka investor
baru ke tahap berikutnya, ke lingkungan yang lebih besar dan luas, yaitu melakukan
analisis terhadap sektor dan industrinya. Kemudian ke tahap terakhir, yaitu
melakukan analisis terhadap perekonomian secara global.
Secara sederhana ada beberapa hal mendasar yang digunakan untuk
menganalisa suatu perusahaan, yaitu: Lingkungan dari bisnis perusahaan. Investor
mempelajari bagaimana suatu bisnis dijalankan. Produknya, segmen pasarnya,
pesaingnya, bagaimana potensi kesinambungan bisnisnya, bagaimana manajemennya.
Investor mengetahui bagaimana suatu perusahaan beroperasi. Hubungan antara bisnis
dengan manajemen bisa bermacam-bermacam, terkadang suatu bisnis bisa begitu
bagus sehingga manajemennya biasa tetapi perusahaan tetap mampu menghasilkan
keuntungan, atau juga sebaliknya. Bisnis yang menurun dengan manajemen yang
tidak baik harus diketahui investor untuk sebaiknya dihindari.
Permodalan adalah salah satu hal yang harus diketahui oleh investor. Di awal
mendirikan perusahaan, langkah awal adalah mencari modal. Salah satu cara adalah
dengan mencari investor yang bersedia menyertakan modal dalam bentuk
22
kepemilikan bisnis. Dalam perusahaan yang telah menjadi perusahaan terbuka dan
terdaftar di bursa, kepemilikan tersebut dalam bentuk saham, semakin besar
keuntungan perusahaan semakin besar juga keuntungan untuk para investor, pemilik
saham tersebut. Cara berikutnya adalah dengan meminjam dana, pinjaman yang juga
berbentuk hutang ini suatu saat nanti harus dikembalikan. Kreditur akan secara
berkala menerima bunga dengan jumlah tertentu. Semakin besar pinjaman ini akan
membebani perusahaan dengan beban bunga, Semakin besar hutang ini yang akan
mempengaruhi rasio hutang akan menyebabkan risiko semakin menjadi besar, apalagi
jika perekonomian dalam kondisi buruk, dimana perusahaan
pada umumnya
23
tidak tertagih dan ekspansi yang terlalu agresif tanpa terukur dengan baik biasanya
menjadi penyebab terganggunya arus kas dalam perusahaan.
Setalah investor melakukan analisa yang telah disebutkan, dan mungkin
menemukan beberapa perusahaan yang bagus, berarti berikutnya investor tinggal
melihat ke harga sahamnya, agar bisa membeli saham perusahaan tersebut di harga
yang wajar, tidak terlalu mahal, maka investor melakukan sebuah proses lagi, proses
ini yang dinamakan valuasi. Di pasar modal, harga saham tidak hanya dipengaruhi
oleh perusahaan dari saham itu sendiri, namun harga saham itu terbentuk karena
adanya penawaran dan permintaan. Dalam hal ini, seringkali psikologis para investor
ikut terlibat dalam mengambil keputusan investasi pembelian atau jualan saham yang
dimilikinya.
Pada saat pasar lagi bagus, harga dari saham-saham terus mengalami
kenaikan, seringkali harga saham menjadi terlalu mahal, sampai dengan terjadi
gelembung (bubble)di bursa. Namun, pada saat terjadi krisis dan ketakutan para
investor memuncak maka hampir semua saham dijual dengan harga sangat murah.
24
2.1.2. Risiko
Dalam setiap investasi, bisnis, bisa dipastikan semuanya memiliki risiko yang
besar kecilnya berbeda-beda. Untuk berinvestasi di saham di pasar modal, maka
investor juga harus mengenali beberapa risiko yang bisa terjadi.
Risiko bisnis: Risiko ini berhubungan dengan lingkup perusahaan dan bisnis
dari perusahaan itu sendiri, semakin tinggi ketidak pastian arus kas masuk untuk
investor seharusnya investor akan meminta premi risiko yang lebih tinggi.
Risiko keuangan: Risiko yang disebabkan oleh kegiatan keuangan dari
perusahaan, adanya daya ungkit (financial leverage) keuangan perusahaan. Risiko ini
termasuk ketidakpastian imbal hasil (return) yang disebabkan oleh metode
pembiayaan dan investasi dari perusahaan, adanya pinjaman menyebabkan biaya dan
beban bunga, jika terlalu besar maka investor juga akan meminta premi risiko yang
semakin besar.
Risiko likuiditas, merupakan risiko yang disebabkan karena perdagangan
yang terjadi di pasar sekunder (bursa), semakin likuid suatu saham dalam
perdagangannya, maka semakin rendah risiko dan preminya.
Risiko nilai tukar: Risiko yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar dari
mata uang, baik dari sisi investor ataupun pendapatan dan pembiayaan perusahaan
yang dalam bentuk mata uang asing. Secara tidak langsung risiko ini berhubungan
dengan kondisi geo politik dan kebijakan pemerintahan suatu negara.
Risiko negara: Risiko ini dipengaruhi oleh negara tempat perusahaan berada
atau beroperasi dalam menjalankan kegiatannya. Sebaiknya investor mengetahui dan
25
memperhitungkan premi risiko dari suatu negara dimana investor tersebut akan
berinvestasi baik dalam bentuk saham ataupun investasi dalam bentuk lain, seperti
bisnis riil.
Risiko pasar, merupakan risiko sistematis dari suatu saham terhadap pasar
atau bursa dimana saham tersebut diperdagangkan. Biasa diukur dengan
menggunakan Beta sebagai ukuran sensitivitas saham terhadap pasar, semakin besar
Beta semakin besar korelasi positif antara pasar dan saham.
2.1.3. Valuasi
Valuasi sendiri secara bahasa berarti adalah penilaian, yang dimaksud disini
adalah metode atau cara untuk mendapatkan nilai wajar dari suatu saham, dengan
terlebih dahulu mendapatkan nilai wajar dari perusahaan berikutnya diturunkan
menjadi harga wajar dari saham perusahaan tersebut. Beberapa hal mendasar dalam
valuasi: Nilai(value) suatu aset adalah nilai sekarang(present value) dari arus kas
imbal hasil yang diharapkan(expected cash flows), sehingga seharusnya suatu aset
dapat memberikan aliran kas (cash flows) selama investor memilikinya. Berikutnya,
untuk mengkonversikan aliran kas tersebut menjadi nilai saham, yaitu dengan cara
mendiskontokan aliran tersebut dengan tingkat bunga yang diminta investor (required
rate of return). Dalam valuasi sendiri ada dua estimasi utama, yaitu: The stream of
expected cash flows. Required rate of return.
Valuasi bisa disebut juga merupakan proses untuk estimasi nilai dari sebuah
saham. Sebagai sebuah estimasi, tentu saja nilai kebenaran dari sebuah valuasi akan
26
tergantung pada asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam proses itu. Oleh karena itu,
seringkali hasil valuasi terhadap saham suatu perusahaan dari beberapa investor,
bahkan analis akan berbeda hasilnya.
Mengenai valuasi sendiri, ada beberapa sifat yang cenderung pro dan kontra.
Valuasi merupakan pencarian obyektif terhadap nilai saham. Pada dasarnya semua
valuasi mengandung bias, hanya saja toleransi dari bias itu sendiri seberapa besar,
secara nilai dan saran yang diberikan berdasarkan hasil valuasi tersebut.
Valuasi yang optimal adalah valuasi yang berhasil mengestimasikan nilai
wajar saham secara akurat, sebenarnya tidak ada valuasi yang akurat, hal ini
dikarenakan banyaknya masukan dan informasi yang digunakan dalam metode
valuasi tersebut.
Valuasi dengan menggunakan model atau metode yang semakin kompleks
dianggap semakin bagus hasilnya. Tidak selalu valuasi yang paling kompleks akan
memberi hasil yang paling bagus, bahkan seringkali metode valuasi yang sederhana
lebih efektif daripada metode valuasi yang kompleks yang semakin banyak masukanmasukannya.
Melakukan penilaian atau valuasi merupakan proses untuk menenukan berapa
harga yang wajaur untuk sebuah saham. Hal ini sangat penting bagi investor, karena
harga dari saham berubah setiap waktu karena adanya permintaan dan penawaran
yang terjadi di bursa namun jika investor telah mengetahui nilai wajar dari suatu
saham maka seharusnya bisa lebih tenang dalam menyikapi perubahan harga yang
terjadi di bursa.
27
..............................................................................
(1)
28
dimana :
FV : Nilai pada masa yang akan datang
Po : Nilai pada saat ini
i : Tingkat suku bunga
n : Jangka waktu
................................................................................
(2)
dimana :
PV : Nilai sekarang
Po : Nilai di masa yang akan datang
r
: Jangka waktu.
29
= tingkat bunga
n = jangka waktu
30
31
dan
pendanaan.
Laporan
yang
berasal
dari
kegiatan
operasi
menggambarkan kegiatan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya seharihari. Laporan yang berasal dari kegiatan investasi menggambarkan kegiatan
perusahaan dalam melakukan investasi yang berguna bagi perusahaan. Laporan yang
berasal dari kegiatan pendanaan menunjukan prediksi klaim terhadap arus kas di
masa depan oleh para pemilik perusahaan (Tandelilin, 2010).
32
pasar
dan
perdagangan
mencatat
data
harga
yang
terjadi
dan
2.2.1. Konsep
Ada beberapa konsep dan teori yang mendasari dari analisa teknikal.
Beberapa konsep ini yang menjadi dasar untuk melakukan analisis teknikal terhadap
pergerakan harga saham.
33
perubahan
harga,
dan
distribusi.
Pergerakan
harga
di
pasar
menggambarkan semua informasi yang ada, hal ini sesuai dengan hipotesis pasar
yang efisien. Rata-rata saham saling mengkonfirmasi. Tren yang berlaku akan
dikonfirmasi oleh volume.Trend berlaku sampai ada sinyal yang kuat .untuk merubah
tren tersebut.
34
35
Pola ini dinamai Kepala dan Bahu karena sekilas bentuknya menyerupai
kepala dan bahu dari manusia, pada pola ini ada beberapa support, salah satunya
adalah garis leher yang merupakan garis tahanan penting untuk konfirmasi validnya
pola dan tren yang berlaku. Istilah Kepala dan Bahu berlaku untuk tren naik yang
berubah menjadi tren turun, untuk sebaliknya disebut kepala dan bahu terbalik
(Inverted Head and Shoulders).
36
Seperti pada ilustrasi gambar 2.7 di atas. Pola ini menandakan tren yang
berbalik, harga yang semula dalam tren naik perlahan berubah menjadi tren turun
dengan membentuk pola lingkaran. Sebaliknya, jka pola seperti ini ditemui pada tren
naik kemudian menjadi turun maka disebut rounded bottom.
37
Pada pola ini harga mencoba untuk menembus resistance yang ada dari
puncak sebelumnya namun ternyata kekuatannya masih kurang sehingga tren yang
terjadi pada harga pun berubah
2.2.2.1.4. Tiga puncak (Triple Top)
Gambar 2.8: Pola TripleTop
38
Pada gambar 2.8 diatas, hampir sama dengan pola sebelumnya namun pada
pola ini harga masih mencoba untuk kembali kepada trennya sebelum akhirnya gagal
dan tren berbalik. Untuk pola yang sama dengan arah tren yang berlawanan adalah
tiga dasar (triple bottom).
bagian bawah, dari kiri ke kanan merupakan pola: Wedge, flag, channel.
Gambar 2.10: Pola Grafik Tren Berkelanjutan
Selain beberapa pola grafik yang menandakan dalam pergerakan akan terjadi
pembalikan tren. Beberapa pola grafik lainnya, menandakan dalan pergerakan harga,
tren masih akan berlanjut.
39
40
41
Kekurangan dari grafik garis ini informasi yang didapat dari grafik ini kurang
lengkap. Namun, karena mengabaikan harga pembukaan dan penutupan grafik ini
dianggap mengabaikan simpangan kecil (noise)dalam tren yang terjadi. Secara umum
grafik ini paling sering digunakan karena paling sederhana, namun informasi dalam
grafik ini lebih sedikit dibandingkan dengan tipe grafik yang lain.
42
43
Dalam sejarahnya, grafik jenis ini diciptakan oleh pedagang beras di Jepang
lebih dari seabad yang lalu. Grafik ini paling banyak digunakan dalam analisis
teknikal. Bentuk dan warna dari grafik ini memberi informasi yang lebih banyak dari
grafik jenis lain.
44
2.2.4.2. Harami
Gambar 2.16: Pola Grafik Harami
45
46
2.2.5. Indikator
Grafik yang digunakan dalam analisis tehnikal adalah visualisasi dari datadata yang didapat dari pergerakan harga di pasar. Indikator sendiri juga merupakan
visualisasi dari rumusan statistik yang digunakan dalam analisis tehnikal untuk
optimalisasi atau sebagai alat bantu dalam analisis tehnikal. Pada gambar 2.19 di
bawah adalah contoh grafik yang lengkap dengan indikator-indikator. Pada grafik
dasar menggunakan tiga moving average dengan periode 10,20, 50. Masih di grafik
dasar juga ada indikator volume. Sedangkan tambahan jendela dari atas ke bawah,
yaitu: accumulation distribution, MACD, stochastic oscillator.
47
48
0,4. Langkah terakhir adalah menjumlahkan angka rata-rata awal dengan hasil
perkalian eksponen yang telah didapat pada langkah sebelumnya.
Pergerakan Rata-Rata Ganda. Umumnya pergerakan rata-rata ganda dilakukan
dengan menggunakan periode yang berbeda. Misalnya menggunakan periode lima
hari dan lima belas hari. Tujuan penggunaan rata-rata bergerak berganda adalah untuk
menentukan kecenderungan. Saat dua rata-rata bergerak digunakan, sinyal
pembalikan terjadi jika rata-rata bergerak periode yang lebih pendek memotong ratarata bergerak periode yang lebih panjang. Pemotongan terjadi dari bawah ke atas
(golden cross). Sinyal menjual terjadi saat rata-rata bergerak periode yang lebih
pendek memotong rata-rata bergerak yang periodenya lebih panjang namun dari atas
ke bawah (death cross).
2.2.5.2. Volume
Indikator volume digunakan untuk mengetahui volume perdagangan yang
terjadi di satu periode tertentu, dari volume perdagangan tersebut bisa diketahui
kecenderungan dari jual beli saham yang terjadi pada periode itu lebih didominasi
oleh penjualan atau pembelian. Selain itu, volume yang besar mengkonfirmasi tren
atau grafik yang terjadi.
49
(4)
......................................
(5)
Nama indikator ini berdasarkan ide bahwa selama akumulasi terjadi pembeli
memegang kendali dan harga akan bergerak terus naik, dan akan pulih jika terjadi
penjualan. Dan juga sebaliknya jika terjadi distribusi.
50
Closeprice L
,
H L
.................................................................
(6)
dimana H dan L adalah nilai tertinggi dan terendah selama n periode, dan %D= 3
periode pergerakan rata-rata dari %K.
Interprestasi dari indikator ini adalah saat garis %D memotong garis %K dan
posisi dari stochastic sendiri yang sudah berada di area jenuh jual (20) atau jenuh beli
(80).
51
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN DAN METODE PENELITIAN
3.1.Profil Perusahaan
Penelitian ini membahas tentang sembilan perusahaan yang sahamnya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masuk dalam daftar Indeks LQ-45.
Saham perusahaan tersebut juga yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar sebagai
syarat suatu harga saham akan bergerak mengikuti fundamental perusahaan. Selain
itu, semakin besar kapitalisas pasar maka kemungkinan saham bergerak tidak wajar
dalam pasar (unusual market activity) cenderung semakin kecil.
52
53
perusahaan global unggulan. Perusahaan ini telah terdafar di Bursa Efek Indonesia
sejak tahun 1990.
Dalam sejarahnya perusahaan ini telah jatuh bangun dan berhasil mencatatkan
namanya dengan tinta emas dalam perjalanan industri manufaktur di Indonesia.
Perusahaan ini memiliki filosofi dasar yang disebut Catur Dharma: Menjadi sebuah
aset dari negara; Menghadirkan pelayanan terbaik untuk kustomernya; Menghargai
individu dan mempromosikan kerjasama tim; Upaya berkelanjutan untuk menjadi
yang berkualitas. Perusahaan ini juga memiliki visi: Untuk menjadi salah satu
perusahaan terbaik di Asia Pasifik dengan fokus terhadap pertumbuhan yang
berkelanjutan meliputi pembangunan kompetensi melalui pembangunan manusia,
struktur keuangan yang solid, kepuasan kustomer, dan efisiensi; Untuk menjadi
perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan.
Saat ini, Astra bergerak dalam enam sektor bisnis, yaitu: Otomotif; Jasa
Keuangan; Alat Berat; Pertambangan dan Energi; Perkebunan; Teknologi Informasi;
Infrastruktur; dan Logistik. Sampai tahun 2010 perusahaan yang bernaung di bawah,
berasosiasi, dan dikontrol oleh Grup Astra mencapai 154 perusahaan. Untuk
Perusahaan dari grup ini yang terdaftar di bursa adalah: PT Astra International Tbk;
PT Astra Autoparts Tbk; PT Bank Permata Tbk; PT United Tractors Tbk; PT Astra
Agro Lestari Tbk; dan PT Astra Graphia Tbk.
Struktur bisnis dari perusahaan ini diperlihatkan pada gambar 3.2 di bawah
ini:
54
55
Anthony John
Liddell
Nightingale
0.01%
Muhhamad
Chatib Basri
0.0002%
56
(BPPN) mengambil alihnya di tahun 1998. Tidak lama kemudian, masih pada tahun
yang sama, di bulan Desember 1998, BCA berhasil pulih dengan kembalinya dana
pihak ketiga kembali ke tingkat sebelum krisis. BPPN menyerahkan BCA ke Bank
Indonesia di tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan
public. Penawaran saham perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham
sebesar 22.55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah itu BPPN sendiri masih
menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran ke dua dilaksanakan di
bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi.
Dalam perjalanannya BCA seringkali mendapatkan penghargaan karena
kinerja dan kepercayaan masyarakat terhadapnya. BCA memiliki beragam produk,
dan terkenal sebagai bank yang mengedepankan teknologi jaringan untuk
menawarkan rangkaian jasa yang luas dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik untuk nasabahnya.
Pada tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BVA melalu tender
penempatan privat yang strategis. Farindo Invesment Ltd memenangkan tender
tersebut. Sampai saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan
yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan
komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga
intermediasi finansial.
57
Masyarakat
46.70%
Farindo
Invesment
51.15%
Anthony Salim
1.76%
Manajemen
0.39%
58
tersebut diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel)
yang dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN. Pos & Giro), dan
perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Dan pada tahun 1974, PN
Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel)
yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada
tanggal 14 November 1995 diresmikan PT Telekomunikasi Indonesia sebagai nama
perusahaan terbesar di Indonesia berbarengan juga dengan dilakukannya penawaran
umum perdana sahamnya.dan restrukturisasi dari 12 Wilayah Telekomunikasi
menjadi 7 Divisi Regional (Divre) serta dimulainya pembangunan jaringan network
GSM Telkomsel yang dimulai dari Batam.
TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wire line), jasa telepon
tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak(mobile service), data/ internet
serta jasa multimedia lainnya. Untuk ke depannya TELKOM akan ekspansi dengan
meningkatkan kemampuan dan kapasitas layanan datanya.
Pada tahun 2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat
sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di
Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan
silang antara TELKOM dan INDOSAT. Saat ini pemerintah Republik Indonesia
merupakan pemilik mayoritas dari perusahaan ini. Kepemilikan saham di masyarakat
juga cukup besar. Struktrur kepemilikan dari TELKOM sendiri ditunjukkan pada
gambar 3.5 di bawah ini
59
Negara
Republik
Indonesia
51.19%
Masyarakat
34.02%
JPMCB US
8.73%
The Bank of
New York
6.06%
60
Nama Perusahaan
Anak
Perbankan
London
100%
Perbankan
Syariah
Jakarta
99,99%
Property
Management
Jakarta
99,00%
Mandiri Sekuritas
Sekuritas
Jakarta
95,69%
Pengelolaan
Properti
Jakarta
93.33%
Perbankan
Denpasar
81,46%
Auto Finance
Jakarta
51%
Mandiri International
Remittance (MIR)
Jasa Pengiriman
Uang
Kuala Lumpur
100%
Asuransi Jiwa
Jakarta
51%
61
Negara Republik
Indonesia 67.86%
Masyarakat
32.14%
Dari gambar 3.6 di atas menunjukkan saat ini, secara mayoritas Bank Mandiri
masih dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 67,86 % dan masyarakat
sebesar 32.14%.
62
Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30%
saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada
pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit
kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan
penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar
yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999
sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka
sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447
buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi
/SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor
Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor
Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,
3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.
Bank Rakyat Indonesia memiliki visi untuk menjadi bank komersial termuka
yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Dengan misi melakukan kegiatan
perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil,
dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Memberikan
pelayanan prima kepada nasabah melalu jaringan kerja yang tersebar luas dan
63
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek
good corporate governance. Memberikan keuntungan dan manfaaat yang optimal
kepada pihak yang berkepentingan.
Saat ini Bank Rakyat Indonesia secara mayoritas dimiliki oleh Pemerintah
Republik Indonesia, dan kepemilikan di masyarakat dengan porsi yang cukup besar.
Gambar 3.7 memperlihatkan struktur kepemilikan Bank Rakyat Indonesia.
Gambar 3.7 Struktur Kepemilikan Bank Rakyat Indonesia
Negara
Republik
Indonesia
56.97%
Masyarakat
43.03%
64
dan
senantiasa
mengembangkan
cara
baru
dalam
berbisnis
yang
65
Indonesia, dan beberapa periode terakhir selalu berada di dalam daftar kapitalisasi
terbesar.
Perusahaan induknya, Unilever Global masih memegang kepemilikan
terbesar, disusul oleh kepemilikan di masyarakat. Gambar 3.8 berikut ini
menunjukkan struktur kepemilikannya.
Mavibel
BV,Roterdam
84.99%
Masyarakat
15.01%
66
mudah untuk perusahaan lain membangun jalur pipa yang menghubungkan ladang
gas dengan pelanggan.
Perusahaan ini awalnya merupakan perusahaan gas swasta Hindia Belanda
yang berdiri di tahun 1958, dengan nama I.J.N Eindhoven & Co, sebagai sebuah
perusahaan penyedia gas dari batubara. Perusahaan ini kemudian dinasionalisasi dan
diubah menjadi PN Gas di tahun 1958 dan akhirnya menjadi Perusahaan Negara Gas
di tahun 1965. Seiring dengan penemuan gas alam, pada tahun 1974, PGAS beralih
dari penyedia gas berbasis batubara dan minyak ke distributor gas alam. Walau
Indonesia sendiri memiliki cadangan gas terbesar di dunia, ternyata upaya
pengembangan usaha ke hulu yang bisa dilakukan perusahaan ini adalah sebagai
perusahaan transporter, alias melakukan transmisi gas. Namun, kondisi tersebut
membuat perusahaan ini menjadi perusahaan yang unggul di bidangnya.yang sulit
ditandingi pesaing, baik dalam bisnis tranmisi atau distribusi.
Perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi sebuah perusahaan kelas dunia
dalam bidang utilisasi gas alam. Selain itu perusahaan juga memiliki misi:
Memperkuat bisnis inti, yaitu distribusi dan perdagangan gas alam. Membangun
bisnis pabrik penghasil gas. Mengembangkan bisnis operasional, perawatan, dan
teknik yang berhubungan dengan industri minyak dan gas. Menghasilkan keuntungan
dari aset dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan juga mengembangkan
bisnis lain.
67
Saat ini, pemilik mayoritas dari Perusahaan Gas Negara adalah pemerintah
Republik Indonesia. Kepemilikan masyarakat ke dua terbesar dan sebagian dimiliki
oleh manajemen perusahaan. Seperti gambar 3.10 di bawah ini:
68
Manajemen
0.61%
69
PT Astra
International
Tbk. 58.45%
Masyarakat
41.55%
melalui
pemahaman
Menciptakan
usaha
peluang
bagi
perusahaan
interaksi
untuk
dapat
meningkatkan ststus sosial dan aktualisasi diri melalui kinerjanya. Menghasilkan nilai
tambah yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan melalui tiga aspek
70
berimbang dalam hal ekonomi, sosial dan lingkungan. Memberi sumbangan yang
bermakna bagi kesejahteraan bangsa.
Gambar 3.12 berikut ini adalah organisasi, anak perusahaan, dan afiliasi dari
PT United Tractors
71
72
Timur. Pada saat itu perusahaan telah berhasil memproduksi 50 juta batang rokok
kretek yang dipasarkan di daerah Kediri dan sekitarnya.
Pada tahun 1971, status perusahaan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan
memperoleh fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri. Status baruu perusahaan
memungkinkan untuk bisa menjadi lebih progresif dalam hal produksi, manajemen
mutu,dan teknologi.Kemudian, pada tahun 1979, PT Gudang Garam mulai
menggunakan mesin untuk produksi rokoknya. Dengan menggunakan mesin tetap
tidak mempengaruhi prinsip padat karya, bahkan Ia memberikan kesempatan
pekerjaan yang lebih.banyak.
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan dan posisi keuangan,
perusahaan menawarkan sebagian sahamnya ke publik melalui bursa efek di
Indonesia pada tahun 1990. Saat ini, pemilik mayoritas dari PT Gudang Garam
sendiri adalah PT Suryaduta Investama, kemudian porsi terbesar di masyarakat.
Gambar 3.13 di bawah ini adalah struktur kepemilikan dari perusahaan
Gambar 3.13. Struktur Kepemilikan Gudang Garam
PT Suryaduta
Investama
66.80%
Masyarakat
25.82%
PT Suryamitra
Kusuma 6.26%
Wonowidjojo
1.12%
73
Data didapat melalui situs dari masing-masing perusahaan dan situs yang
berkaitan dengan pergerakan saham dan data keuangan dari perusahaan yang terdaftar
di bursa saham, seperti www.ft.com (Financial Times), www.reuters.com,, Bursa
Efek Indonesia, dan beberapa situs lain.. Data yang dikumpulkan berupa laporan
keuangan dan grafik pergerakan saham. Melalui laporan keuangan, peneliti bisa
mendapatkan informasi tentang keuangan dan berbagai informasi mengenai
perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Data pergerakan saham dengan
menggunakan perangkat lunak untuk analisis grafik, yaitu Chartnexus yang
digunakan
untuk
menganalisis
trend
pergerakan
saham
perusahaan
yang
bersangkutan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 5
tahun terakhir dari setiap perusahaan dalam periode 2006-2010, terkecuali untuk PT
74
Adaro Energy Tbk, yang baru terdaftar di bursa sejak 3 tahun terakhir dengan laporan
keuangan yang memiliki kekurangan di tahun-tahun awal. Selain perusahaan tersebut
untuk data laporan keuangan dari perusahaan lain yang menjadi objek penelitian bisa
diperoleh secara lengkap. Analisis teknikalnya sendiri, dari perangkat lunak yang
dipergunakan telah menyediakan data mulai dari pertengahan bulan Agustus 2008.
3.2.2
Metode pengolahan data dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah
melakukan analisis fundamental. Pada tahap ini, peneliti menghitung nilai earning
per share, price earning ratio, dan rasio lainnya yang diperoleh dari laporan
keuangan tahunan. Perhitungan dilakukan setiap perusahaan untuk setiap tahun.
Berdasarkan analisis fundamental yang telah dilakukan, dapat terlihat nilai intrinsik
setiap tahunnya, dan juga perkembangan nilai perusahaan dengan rasio keuangannya
setiap tahun. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan 5 tahun dari periode 2006-2010
75
PER perusahaan kurang dari 20, maka asumsi nilai PER yang digunakan adalah
12.(Mizrahi, C.S, 2007). Tahap kedua adalah data yang didapat diolah untuk
menghasilkan rasio yang diperlukan untuk digunakan dalam perhitungan proyeksi
EPS .
Tahap ketiga adalah melakukan analisis teknikal terhadap perusahaanperusahaan tersebut. Analisis teknikal dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
grafik pergerakan saham dengan menggunakan perangkat lunak, yaitu Chartnexus..
Perangkat lunak yang dipergunakan sendiri hanya menyediakan data mulai dari
pertengahan Agustus 2008. Analisis dilakukan dengan menggunakan periode
mingguan untuk setiap candlestick nya. Kemudian, kedua hasil analisis dengan
metode yang berbeda tersebut akan dibandingkan dan saling melengkapi. Umumnya
analisis teknikal dan analisis fundamental memberikan hasil yang searah. Namun,
terdapat kemungkinan dua analisis ini memberikan hasil yang tidak searah.
76
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Nilai
54.550
2.852
12,57
1.019
50,92%
6,75%
7,88%
14,63%
15,63
35,72%
15%
12.00
77
3.772
4.338
4.989
5.737
6.597
79.170
25.433
9.085
88.255
76.991
67.165
58.593
51.115
44.591
44.591
-18,26%
Dari hasil valuasi terhadap saham ASII didapat bahwa nilai wajarnya di tahun
2010 adalah Rp. 44.591 / lembar saham, sedangkan harga pasar ada di Rp. 54.550,
sehingga harga pasar saham ASII lebih mahal 18.26% dibandingkan harga wajarnya.
78
79
4.2.1.. Valuasi
Tabel 4.2 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham BBCA
Tabel 4.2:Valuasi BBCA
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend (Est)
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS per tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Nilai
6.400
550
16,90
162
18,98%
6,75%
7,88%
14,63%
29,50%
15%
12,00
400
460
529
609
700
8.400
2.698
796
80
9.196
8.022
6.998
6.105
5.326
4.646
4.646
-27,40%
Valuasi terhadap saham BBCA menghasilkan fair value Rp. 4.646, sedangkan
harga di pasar saat ini adalah Rp. 6.400. Harga saat ini 27,40% di atas fair valuenya.
81
kemudian.
Pergerakan
harga
membentuk
channel
yang
membatasi
pergerakannya.
82
telekomunikasi
terbesar
milik
pemerintah
Indonesia
ini
Item
Harga Pasar
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS akhir tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Nilai
8.000
666
13,75
304
21,45%
6,75%
7,88%
14,63%
16,08
45,68%
15%
12,00
881
1.013
1.165
1.340
1.541
18.489
5.940
83
2.713
21.202
18.496
16.135
14.076
12.279
10.712
10.712
33,90%
Valuasi menghasilkan fair value untuk harga saham ini adalah Rp. 10.712.
Sedangkan harga saham di pasar adalah Rp. 8.000. Harga saham ini masih di bawah
fair valuenya sebesar 33.90%. Salah satu penyebabnya adalah untuk industri
telekomunikasi dan infrastruktur yang merupakan industri dari perusahaan ini.
Pergerakan sahamnya cenderung bersifat bertahan dan memiliki jeda (lagging) saat
ekonomi mengalami pertumbuhan yang cepat.
84
85
4.4.1. Valuasi
Tabel 4.4 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham BMRI
Tabel 4.4: Valuasi BMRI
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend (Est)
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS per tahun
Nilai
6.400
497
15,44
113
6,00%
6,75%
7,88%
14,63%
22,85%
6%
12,00
497
526
558
591
627
7.523
2.799
640
8.162
86
87
Grafik BMRI sendiri menunjukkan pola double bottom yang terjadi di sekitar
akhir tahun 2008 sebagai konfirmasi tren akan berubah. Setelah harga sampai di
resistance nya maka harga terus bergerak dengan jarak antara harga terendah ke
resistance sebagai target price berikutnya. Pergerakan memiliki target price 1 di
level 4300 dan target price 2 di level 6100 yang keduanya sudah terlewati sampai
akhir 2010.
88
4.5.1. Valuasi
Tabel 4.5 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham BBRI
Tabel 4.5: Valuasi BBRI
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend (Est)
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS per tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Nilai
5.250
550
13,10
203
28,10%
6,75%
7,88%
14,63%
36,80%
15%
12,00
550
633
728
837
962
11.546
3.709
1.365
89
12.911
11.263
9.825
8.571
7.478
6.523
6.523
24,25%
Harga saham perusahaan ini adalah Rp. 5.250. Sedangkan perhitungan nilai
wajarnya adalah Rp. 6.523. Harga saham ini masih 24,25% di bawah nilai wajarnya.
90
Grafik saham BBRI memperlihatkan pola double bottom. Setelah itu tren
berbalik naik. Dengan garis resistance di level 3000 sebagai target price pertama
yang juga digunakan untuk target price berikutnya di level 4500 Pergerakan harga
berhasil mencapai target price ketiga di 6000.
91
4.6.1. Valuasi
Tabel 4.6 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham UNVR
Tabel 4.6: Valuasi UNVR
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS EoY
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Nilai
16.500
460
28,96
390
18,59%
6,75%
7,88%
14,63%
23,69
84,92%
15%
17,00
608
699
804
925
1.063
18.078
4.099
3.481
21.559
92
18.807
16.407
14.313
12.486
10.893
10.893
-33,98%
93
94
4.7.1. Valuasi
Tabel 4.7 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham PGAS
Nilai
4.650
301
39,02
189
199,71%
6,75%
7,88%
14,63%
22,69
62,75%
15%
17,00
398
458
527
606
697
95
2.687
1.686
13.533
Fair Value
Margin of Safety
6.838
47,05%
11.806
10.299
8.985
7.838
6.838
Saham dari perusahaan ini masih sangat menarik. Dengan nilai wajar Rp
6838, harga pasar ini Rp 4650, masih di bawah nilai wajarnya sebesar 47.05%.
96
Grafik dari saham ini menggambarkan kenaikan yang dimulai dengan adanya
pola double bottom. Setelah menembus resistancenya yang juga dijadikan range
untuk target price berikutnya berada di 4.000 an. Setelah harga bergerak mencapai
target price tersebut harga saham ini cenderung sideways. Target price berikutnya
ada di level 5400. Perusahaan ini sendiri termasuk dalam sektor infrastruktur yang
97
merupakan sektor defensif. Saat ekonomi tumbuh maka perusahaan ini ikut tumbuh
dengan pertumbuhan di bawah sektor lain.
4.8.1. Valuasi
Tabel 4.8 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham UNTR.
Tabel 4.8: Valuasi UNTR
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
EPS EoY
Akhir tahun 2011
Nilai
22.900
1.257
16,51
458
45,90%
6,75%
7,88%
14,63%
15,66
36,41%
15%
12,00
1.663
98
1.912
2.199
2.529
2.908
34.896
11.210
4.081
38.977
34.002
29.663
25.877
22.574
19.693
19.693
-14,00%
harganya adalah Rp 22.900. Terdapat perbedaan 14%.antara nilai wajar dan harga
pasarnya.
99
Pada grafik dari saham ini pergerakan harga membentuk pola cup and handle.
Dengan mengambil range dari nilai terendah ke resistance di pola ini, didapat target
price pergerakan saham berikutnya di sekitar level 20000. Target price tersebut tidak
terlalu jauh dari fair valuenya.
100
4.9.1. Valuasi
Tabel 4.9 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham GGRM
Tabel 4.9: Valuasi GGRM
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
EPS EoY
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Nilai
40.000
2.065
13,26
913
44,31%
6,75%
7,88%
14,63%
16,02
44,21%
15%
12,00
2.732
3.141
3.612
4.154
4.777
57.329
18.417
8.142
65.472
101
57.116
49.826
43.467
37.919
33.080
33.080
-17,30%
Saham ini memiliki harga pasar Rp 40.000. Nilai wajar dari saham ini adalah Rp
33.080. Saat ini harga pasar saham berada di atas dari nilai wajarnya dengan
perbedaan 17.38%
102
Grafik dari saham ini menunjukkan rally yang terjadi. Kenaikan yang diikuti
dengan volume pembelian yang besar mengkonfirmasi kenaikan harga. Tidak ada
pola yang ditemukan hanya channel yang membatasi range pergerakan saham ini,
sehingga tidak bisa untuk menentukan target price pada pergerakan harga saham ini.
103
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
5.1. Kesimpulan
1. Valuasi yang dilakukan terhadap sembilan perusahaan dalam penelitian ini,
enam dari sembilan saham memiliki harga pasar overvalue. Harga pasar tiga saham
yang lain masih di bawah nilai wajarnya. Dua dari tiga saham yang masih undervalue
adalah berasal dari sektor infrastruktur yang cenderung defensif dan lagging.
Sedangkan enam saham yang overvalue merupakan saham perusahaan yang
sektornya termasuk tumbuh cepat seiring dengan tumbuhnya perekonomian. Di
bawah ini tabel 5.1 yang menunjukkan hasil valuasi tersebut:
Sektor
Fair
Value
1 ASII
Misc Industries
44,591.00 54,550.00
-18.26%
2 BBCA
Finance
4,646.00
6,400.00
-27.40%
3 TLKM
Infrastruktur
10,712.00 8,000.00
33.90%
4 BMRI
Finance
4,124.00
6,400.00
-35.56%
5 BBRI
Finance
6,523.00
5,250.00
24.25%
6 UNVR
Consumer goods
10,983.00 16,500.00
7 PGAS
Infrastruktur
6,838.00
No Saham
Harga
Pasar
4,650.00
Margin of
Safety
-33.98%
47.05%
104
8 UNTR
Trade
19,693.00 22,900.00
-14.00%
9 GGRM
Consumer goods
33,080.00 40,000.00
-17.38%
Kode
Saham
ASII
BBCA
TLKM
BMRI
BBRI
UNVR
PGAS
UNTR
GGRM
Formasi
Pola
Grafik
Double Bottom
Cup and Handle
Double Top
Double Bottom
Double Bottom
Break Resistance
Double Bottom
Cup and Handle
Tidak ada Pola
Target
Price 1
21050
5200
Target
Price 2
36200
Target
Price 3
50000
4300
3000
15400
4000
20000
6100
4500
6000
5400
105
saham-saham tersebut, ke tiga saham masih undervalue. Satu saham belum mencapai
target pricenya, yaitu PGAS, satu saham, yaitu BBRI berhasil mencapai target price
nya. Satu saham lagi, yaitu TLKM, analisis teknikal menunjukkkan kecenderungan
harga akan turun, walau dengan valuasi nilai wajarnya masih di atas. Analisis
sembilan saham di Bursa Efek Indonesia tersebut memperlihatkan bahwa para pelaku
pasar di bursa kita cenderung masih bereaksi berlebihan terhadap pemulihan ekonomi
yang terjadi, ekspektasi kinerja perusahaan yang mungkin berlebihan juga akan
membuat harga saham di pasar naik meninggalkan nilai wajarnya.
5.2 Saran-saran
Karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya:
1. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan analisis laporan keuangan periode
lima tahun sebelumnya. Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat melakukan
forecasting untuk laporan keuangan periode yang akan datang.
2. Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis dengan menggunakan valuasi
dan analisis teknikal secara terpisah. Disarankan untuk penelitian berikutnya akan
mengukur korelasi antara kedua metode tersebut.
106
107
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Zvi, Kane, Alex and Marcus, A.J, Invesment, Eight Edition, MC Graw Hill
Education, 2009.
Brigham, Eugene F and Houston, Joel F, Essentials of Financial Management,
Thomson, 2007.
Brigham, Eugene F and Ehrhardt, Michael C, Financial Management, Eleven Edition,
South Western Cengage Learning, 2005.
Graham, Benjamin, The Intelligent Investor: The Definitive Book on Value
Investing, Revised Edition, HarperBusiness Essentials.
Mizrahi, Charles S, Getting Started in Value Investing, John Wiley & Sons, Inc,
2007.
Murphy, John, Technical Analysist for Financial Market, John Wiley & Sons, Inc
Tandelilin, Eduardus, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi, Kanisius, 2010
Weygandt, Kieso, Kimmel, Accounting Principles, Seventh Edition, John Wiley &
Sons, Inc, 2005
Website Financial Times: http://www.ft.com
Website Reuters: http://www.reuters.com
Website Yahoo Finance: http://www.finance.yahoo.com
Website Chartpatterns: http://www.chartpatterns.com
Website Bursa Efek Indonesia: http://www.idx.co.id
Website Hotcandlestick: http://www.hotcandlestick.com
Website Galeri Saham: http://www.galerisaham.com
Website PT Astra International Tbk: http://www.astra.co.id
Website PT Bank Central Asia Tbk: http://www.klikbca.com
108
109
Lampiran 1
PT Astra International Tbk: Financial Summary
ASII
Items
2010
2009
2008
2007
2006
Revenue
129,991,000
98,526,000
97,064,000
70,183,000
55,709,184
103,117,000
75,755,000
75,334,000
53,694,000
43,386,103
Operating Income
14,725,000
12,756,000
11,876,000
8,501,000
4,243,243
Net Income
14,366,000
10,040,000
9,191,000
9,421,000
3,712,097
3,548.91
2,480.24
2,270.50
2,327.32
916.94
1,300.15
860.00
784.00
450.00
490.00
43.1%
9.2%
-2.4%
153.8%
7,078,000
8,771,000
8,852,000
6,466,000
5,148,407
Receivables
25,822,000
18,669,000
15,973,000
14,703,000
4,558,244
Inventory
10,842,000
7,282,000
8,666,000
4,582,000
4,000,697
Current Assets
46,843,000
36,742,000
35,531,000
28,160,000
15,731,494
Fixed Assets
28,888,000
24,555,000
20,679,000
13,005,000
13,030,347
57,929,290
Assets
112,857,000
88,938,000
80,740,000
63,520,000
Account payable
9,275,000
7,278,000
6,815,000
4,434,000
3,390,084
Current Liabilities
36,482,000
26,760,000
26,883,000
21,343,000
20,070,497
Long-term debt
13,935,000
10,667,000
10,554,000
8,848,000
10,214,659
Total Debt
31,738,000
21,921,000
23,533,000
19,846,000
23,177,787
Liabilities
54,168,000
49,044,000
47,660,000
36,557,000
35,553,524
Equity
58,689,000
39,894,000
33,080,000
26,963,000
22,375,766
Retained earnings
44,731,000
35,586,000
29,027,000
22,489,000
17,791,041
4,048
4,048
4,048
4,048
4,048
484,000
547,000
597,000
762,000
760,726
Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations
2,907,000
11,335,000
9,953,000
11,244,000
8,945,292
Capital Expenditures
-6,340,000
-5,296,000
-5,483,000
-2,969,000
-2,406,848
9,172,000
-1,372,000
1,873,000
-4,358,000
-2,246,920
54,550
34,700
10,550
27,300
15,700
Price
Profitability Ratio
Gross Margin
20.67%
23.11%
22.39%
23.49%
22.12%
Operating margin
11.33%
12.95%
12.24%
12.11%
7.62%
11.05%
10.19%
9.47%
13.42%
6.66%
ROE
29.14%
27.52%
30.61%
38.19%
ROA
14.57%
12.29%
13.32%
16.39%
Current Ratio
1.3
1.4
1.3
1.3
0.8
Cash Ratio
0.2
0.3
0.3
0.3
0.3
Liquidity Ratios
110
1.0
1.1
1.0
1.1
0.6
0.9
1.2
1.4
1.4
1.6
Debt Ratios
DER ratio
Long time DER
Interest coverage ratio
0.2
0.3
0.3
0.3
0.5
30.4
23.3
19.9
11.2
5.6
Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio
Payout ratio
Dividend yield
1.7
1.4
0.4
1.6
1.1
15.4
14.0
4.6
11.7
17.1
12.6
36.64%
34.67%
34.53%
19.34%
53.44%
35.72%
2.38%
2.48%
7.43%
1.65%
3.12%
PBV
3.8
3.5
1.3
4.1
2.8
PEG ratio
0.3
0.3
0.1
0.2
FCF
-3,433,000
6,039,000
4,470,000
8,275,000
6,538,444
10,361,000
9,982,000
8,648,000
6,817,000
-4,339,003
5.4%
6.7%
13.1%
5.8%
4.3%
37.5%
36.9%
40.5%
42.9%
48.8%
-64.3
23.3
9.6
13.4
9.7
Earning Yield
ROC
P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth
23.59%
95.12%
Earning Growth
40.26%
83.68%
111
Lampiran 2
PT Telekomunikasi Indonesia Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
TLKM
2010
2009
2008
2007
2006
Revenue
16,046,414
14,549,413
12,301,277
9,590,596
7,495,728
12,393,834
13,436,405
13,832,548
13,831,703
13,026,696
Operating Income
22,491,120
22,787,636
22,436,968
26,472,708
21,593,241
Net Income
11,536,999
11,398,826
29,450,858
12,857,018
11,005,577
585.55
579.22
1,491.29
644.08
547.15
288.17
323.59
407.59
303.21
267.50
1.2%
-61.3%
129.1%
16.8%
21.5%
9,490,282
8,164,967
7,156,989
10,300,295
8,400,328
Receivables
4,566,905
4,584,060
4,188,597
3,920,007
4,224,594
Inventory
515,536
435,244
511,950
211,441
213,329
Current Assets
18,730,627
16,186,024
14,622,310
15,978,095
13,920,792
Fixed Assets
75,832,408
76,419,897
71,066,244
60,780,899
55,232,692
Assets
75,135,745
99,758,447
97,814,160
91,256,250
82,058,760
Account payable
7,510,795
828,311
698,966
1,391,060
221,602
Current Liabilities
20,472,898
26,893,125
26,998,151
20,674,629
20,535,685
Long-term debt
16,655,754
14,899,229
13,240,900
10,595,319
10,249,038
Total Debt
22,015,221
22,659,292
20,341,133
15,999,797
15,612,437
Liabilities
43,343,664
59,161,900
56,942,179
48,310,181
47,067,056
Equity
56,414,783
38,652,260
34,314,071
33,748,579
28,068,689
Retained earnings
41,907,443
36,129,718
31,499,963
28,915,008
22,105,438
19,669
19,669
19,669
19,915
20,042
1,928,035
2,095,978
1,641,285
1,436,165
12,286,354
Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations
27,758,763
29,811,604
24,553,925
27,727,272
26,695,188
Capital Expenditures
-15,674,994
-21,143,162
-16,230,727
-15,056,802
-16,336,628
-777,537
2,447,227
2,267,310
1,007,930
1,010,262
7,950
9,450
6,900
10,150
10,100
0.23
0.08
-0.12
-0.44
-0.74
Price
Profitability Ratio
Gross Margin
Operating margin
1.40
1.57
1.82
2.76
2.88
0.72
0.78
2.39
1.34
1.47
ROE
0.24
0.31
0.87
0.42
ROA
0.13
0.14
0.35
0.18
Liquidity Ratios
112
Current Ratio
0.91
0.60
0.54
0.77
0.68
Cash Ratio
0.46
0.30
0.27
0.50
0.41
0.89
0.59
0.52
0.76
0.67
Debt Ratios
DER ratio
0.77
1.53
1.66
1.43
1.68
0.30
0.39
0.39
0.31
0.37
11.67
10.87
13.67
18.43
1.76
9.74
12.78
11.03
21.08
27.01
13.58
16.32
4.63
15.76
18.46
13.75
Payout ratio
0.49
0.56
0.27
0.47
0.49
0.46
Dividend yield
0.04
0.03
0.06
0.03
0.03
PBV
2.77
4.81
3.96
5.99
7.21
PEG ratio
0.63
0.76
0.22
0.73
FCF
12,083,769.00
12,670,470.00
10,358,560.00
8,323,198.00
12,375,841.00
-1,742,271.00
8,668,442.00
10,707,101.00
-4,696,534.00
-6,614,893.00
Earning Yield
0.11
0.09
0.12
0.11
0.09
ROC
0.30
0.35
0.38
0.47
0.44
12.94
21.44
16.31
15.95
19.54
P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth
0.21
0.99
Earning Growth
0.01
0.00
113
Lampiran 3
PT Unilever Indonesia: Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
Revenue
UNVR
2010
2009
2008
2007
2006
19,690,239
18,246,872
15,577,811
12,544,901
11,335,241
9,485,274
9,205,131
7,946,674
6,247,189
5,704,438
Operating Income
4,542,625
4,214,891
3,431,098
2,777,360
2,435,370
Net Income
3,386,970
3,044,107
2,407,231
1,964,652
1,721,595
444.72
399.77
315.75
257.74
226.20
399.00
320.00
262.00
215.00
200.00
11.3%
26.5%
22.5%
14.1%
18.6%
317,759
858,322
722,347
437,224
1,014,379
Receivables
1,752,633
1,348,173
993,923
771,174
685,570
Inventory
1,574,060
1,340,036
1,284,659
857,463
763,398
Current Assets
3,748,130
3,601,711
3,103,295
2,694,667
2,604,552
Fixed Assets
4,148,778
3,035,915
2,559,875
2,199,810
1,724,663
Assets
8,701,262
7,484,990
6,504,736
5,333,406
4,626,000
Account payable
1,816,593
1,429,691
1,096,673
864,149
702,144
Current Liabilities
4,402,940
3,589,188
3,091,111
2,428,128
2,057,451
0
Long-term debt
190,000
Liabilities
4,652,409
3,782,171
3,404,424
2,641,265
2,257,473
Equity
4,048,853
3,702,819
3,100,312
2,692,141
2,368,527
Retained earnings
3,873,119
3,530,519
2,928,012
2,519,841
2,196,227
7,630
7,630
7,630
7,630
7,630
29,927
9,658
Total Debt
Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations
3,619,189
3,280,710
2,785,785
2,250,013
2,174,808
Capital Expenditures
-1,238,520
-563,129
-506,243
-614,134
-341,111
190,000
16,500
11,050
7,800
6,750
6,600
Gross Margin
51.83%
49.55%
48.99%
50.20%
49.68%
Operating margin
23.07%
23.10%
22.03%
22.14%
21.48%
17.20%
16.68%
15.45%
15.66%
15.19%
ROE
87.39%
89.49%
83.12%
77.64%
ROA
42.11%
43.62%
40.67%
39.45%
Price
Profitability Ratio
Liquidity Ratios
114
Current Ratio
0.9
1.0
1.0
1.1
1.3
Cash Ratio
0.1
0.2
0.2
0.2
0.5
0.5
0.6
0.6
0.8
0.9
DER ratio
1.1
1.0
1.1
1.0
1.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
151.8
436.4
6.4
4.6
Debt Ratios
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio
Payout ratio
Dividend yield
PBV
PEG ratio
3.8
4.1
4.4
37.1
27.6
24.7
26.2
29.2
29.0
89.72%
80.05%
82.98%
83.42%
88.42%
84.92%
2.42%
2.90%
3.36%
3.19%
3.03%
31.1
22.8
19.2
19.1
21.3
2.0
1.5
1.3
1.4
2,380,669
2,717,581
2,279,542
1,635,879
1,833,697
-654,810
12,523
12,184
266,539
547,101
3.5%
4.8%
5.5%
5.1%
4.6%
130.0%
138.3%
133.4%
112.6%
107.2%
52.9
31.0
26.1
31.5
27.5
14.80%
98.13%
Earning Growth
18.43%
98.05%
115
Lampiran 4
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (Persero): Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
Revenue
PGAS
2010
2009
2008
2007
2006
19,765,716
18,024,279
12,793,849
8,801,822
6,632,006
3,506,421
3,128,261
2,909,153
1,922,122
1,428,365
Operating Income
9,035,725
7,676,026
4,657,252
3,081,690
2,393,322
Net Income
6,239,361
6,229,043
633,860
1,164,995
1,892,705
257.40
261.99
26.16
48.52
83.55
144.20
41.74
34.24
41.69
20.93
0.2%
882.7%
-45.6%
-38.4%
11,065,595
6,593,237
3,499,801
1,356,950
970,804
1,949,894
1,711,200
1,619,734
1,164,222
823,300
14,046
14,120
14,522
20,840
22,789
199.7%
Current Assets
13,858,679
9,262,712
5,196,658
3,686,366
1,977,087
Fixed Assets
16,781,897
17,329,189
17,613,479
16,446,173
13,025,528
Assets
32,087,431
28,670,440
25,550,850
20,444,622
15,113,902
643,991
828,311
698,966
1,391,060
221,602
Account payable
Current Liabilities
4,035,777
3,729,795
3,297,977
3,159,996
1,357,679
Long-term debt
10,742,889
10,605,030
12,900,300
9,961,835
7,501,536
Total Debt
12,788,078
11,716,780
13,412,387
10,265,128
7,791,981
Liabilities
16,986,477
16,938,359
18,475,323
14,507,732
9,537,868
Equity
15,100,954
11,732,080
7,055,257
5,936,890
5,576,033
Retained earnings
10,317,327
8,022,835
2,796,961
2,944,618
2,754,366
Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations
24,242
24,240
22,965
22,699
22,685
381,575
576,164
552,682
410,060
248,398
9,545,180
6,952,935
3,778,939
2,926,543
2,341,911
Capital Expenditures
-1,139,199
-1,799,491
-1,352,737
-2,510,661
-4,684,942
452,699
-51,751
-317,764
1,093,192
-188,044
4,650
3,900
1,860
3,070
2,320
Gross Margin
0.82
0.83
0.77
0.78
0.78
Operating margin
0.46
0.43
0.36
0.35
0.36
0.32
0.35
0.05
0.13
0.29
ROE
0.47
0.66
0.10
0.20
ROA
0.21
0.24
0.04
0.08
Price
Profitability Ratio
Liquidity Ratios
116
Current Ratio
3.43
2.48
1.58
1.17
1.46
Cash Ratio
2.74
1.77
1.06
0.43
0.72
3.43
2.48
1.57
1.16
1.44
Debt Ratios
DER ratio
1.12
1.44
2.62
2.44
1.71
0.71
0.90
1.83
1.68
1.35
23.68
13.32
8.43
7.52
9.64
5.70
5.24
3.34
7.92
7.94
18.07
14.89
71.09
63.27
27.77
39.02
Payout ratio
0.56
0.16
1.31
0.86
0.25
0.63
Dividend yield
0.03
0.01
0.02
0.01
0.01
PBV
7.46
8.06
6.05
11.74
9.44
PEG ratio
0.09
0.07
0.36
0.32
FCF
8,405,981.00
5,153,444.00
2,426,202.00
415,882.00
2,343,031.00
9,822,902.00
5,532,917.00
1,898,681.00
526,370.00
619,408.00
Earning Yield
0.07
0.07
0.08
0.04
0.04
ROC
0.34
0.34
0.24
0.18
0.18
13.41
18.34
17.61
167.56
-22.46
P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth
0.31
0.98
Earning Growth
0.35
0.61
117
Lampiran 5
PT United Tractors Tbk Financial Summary
UNTR
Items
2010
2009
2008
2007
2006
Revenue
37,323,872
29,241,883
27,903,196
18,165,598
13,719,567
30,528,174
22,570,824
22,403,992
14,918,211
11,338,614
Operating Income
5,162,521
5,168,744
4,158,663
2,397,187
1,337,118
Net Income
3,872,931
3,817,541
2,660,742
1,493,037
930,372
1,110.98
1,093.21
834.71
456.93
276.37
471.23
336.50
234.13
133.39
142.59
1.5%
43.5%
78.2%
60.5%
45.9%
1,343,220
2,769,187
3,324,942
1,036,406
914,887
Receivables
5,349,688
4,549,566
3,630,637
3,007,519
2,060,836
Inventory
7,669,789
4,144,024
5,521,368
2,555,024
1,949,226
Current Assets
15,532,762
11,969,001
12,883,590
7,036,656
5,402,542
Fixed Assets
13,261,374
11,835,726
9,505,248
5,527,058
519,154
Assets
29,700,914
24,404,828
22,847,721
13,002,619
11,247,846
Account payable
5,531,387
4,164,316
4,366,722
2,172,727
1,354,254
Current Liabilities
9,919,225
7,225,966
7,874,135
5,238,663
4,049,798
Long-term debt
2,698,843
2,367,322
2,967,353
1,842,476
2,427,932
Total Debt
5,680,355
3,736,038
4,860,354
3,883,699
4,742,246
Liabilities
13,535,508
10,561,118
11,716,114
7,269,284
6,653,409
Equity
16,165,406
13,843,710
11,131,607
5,733,335
4,594,437
Retained earnings
11,139,012
8,896,251
6,243,117
4,320,054
3,240,500
3,460
3,460
3,460
3,100
3,100
207,141
188,467
283,117
415,281
398,847
Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations
2,423,881
5,101,022
4,253,895
2,657,778
1,623,773
Capital Expenditures
-3,357,689
-3,152,732
-5,030,481
-1,241,979
-617,225
1,604,525
-1,032,963
197,896
-1,324,837
-375,236
22,900
14,400
4,225
10,000
6,025
Gross Margin
18.21%
22.81%
19.71%
17.88%
17.35%
Operating margin
13.83%
17.68%
14.90%
13.20%
9.75%
10.38%
13.06%
9.54%
8.22%
6.78%
ROE
25.81%
30.57%
31.55%
28.91%
ROA
14.85%
16.72%
15.95%
14.71%
Price
Profitability Ratio
Liquidity Ratios
118
Current Ratio
1.6
1.7
1.6
1.3
1.3
Cash Ratio
0.1
0.4
0.4
0.2
0.2
0.8
1.1
0.9
0.9
0.9
Debt Ratios
DER ratio
0.8
0.8
1.1
1.3
1.4
0.2
0.2
0.3
0.3
0.5
24.9
27.4
14.7
5.8
3.4
2.1
1.7
0.5
1.7
1.4
20.6
13.2
5.1
21.9
21.8
16.5
42.42%
30.78%
28.05%
29.19%
51.59%
36.41%
2.06%
2.34%
5.54%
1.33%
2.37%
PBV
4.9
3.6
1.3
5.4
4.1
PEG ratio
0.4
0.3
0.1
0.5
Payout ratio
Dividend yield
-933,808
1,948,290
-776,586
1,415,799
1,006,548
5,613,537
4,743,035
5,009,455
1,797,993
1,352,744
5.6%
8.6%
15.8%
6.3%
5.3%
27.4%
31.2%
28.7%
32.7%
71.4%
-84.9
25.6
-18.8
21.9
18.6
28.43%
96.54%
Earning Growth
42.84%
94.80%
119
Lampiran 6
PT Gudang Garam Tbk: Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
Revenue
GGRM
2010
2009
2008
2007
2006
37,691,997
32,973,080
30,251,643
27,389,265
26,339,297
3,007,726
1,958,679
1,990,872
1,786,055
2,526,343
Operating Income
4,542,625
4,214,891
3,431,098
2,777,360
2,435,370
Net Income
4,146,282
3,455,702
1,880,492
1,443,585
1,007,822
2,154.93
1,796.02
315.75
977.34
750.27
650
350
250
250
500
20.0%
83.8%
30.3%
43.2%
1,249,249
1,222,997
1,134,826
486,586
439,140
915,004
1,038,958
2,098,598
2,639,274
2,505,726
Inventory
20,174,168
16,853,310
13,528,987
13,502,038
11,649,091
Current Assets
22,908,293
19,548,533
17,008,576
17,124,562
14,815,847
7,406,632
7,019,464
6,608,094
6,410,978
6,841,100
30,741,679
27,230,965
24,072,959
23,779,951
21,773,034
375,048
322,781
175,185
223,701
165,244
8,481,933
7,961,279
7,670,532
87,753,417
7,855,005
Fixed Assets
Assets
Account payable
Current Liabilities
Long-term debt
Total Debt
Liabilities
44.3%
2,683,654
3,182,762
4,331,923
4,419,076
4,921,567
9,554,517
8,929,428
8,553,693
9,660,155
8,575,801
Equity
21,197,162
18,301,537
15,519,266
14,119,796
13,157,233
Retained earnings
20,181,418
17,285,793
14,503,522
13,010,923
12,048,360
1,924
1,924
1,924
1,924
1,924
238,285
445,230
553,073
335,210
602,353
Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations
2,879,598
3,265,201
2,260,895
1,449,178
1,905,618
Capital Expenditures
-1,097,169
-874,569
-411,738
-260,998
-114,990
-499,108
-1,149,161
-87,642
-502,491
-760,326
40,000
21,550
4,250
8,500
10,200
0.92
0.94
0.93
0.93
0.90
Price
Profitability Ratio
Gross Margin
Operating margin
0.12
0.13
0.11
0.10
0.09
0.11
0.10
0.06
0.05
0.04
ROE
0.21
0.20
0.13
0.11
ROA
0.15
0.15
0.09
0.07
Liquidity Ratios
120
Current Ratio
2.70
2.46
2.22
0.20
1.89
Cash Ratio
0.15
0.15
0.15
0.01
0.06
0.32
0.34
0.45
0.04
0.40
Debt Ratios
DER ratio
0.45
0.49
0.55
0.68
0.65
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
19.06
9.47
6.20
8.29
4.04
2.04
1.26
0.27
0.60
0.75
18.56
12.00
13.46
8.70
13.60
13.26
Payout ratio
0.30
0.19
0.79
0.26
0.67
0.44
Dividend yield
0.02
0.02
0.06
0.03
0.05
PBV
3.63
2.27
0.53
1.16
1.49
PEG ratio
0.42
0.27
0.30
0.20
1,782,429.00
2,390,632.00
1,849,157.00
1,790,628.00
0.09
14,426,360.00
11,587,254.00
9,338,044.00
1,188,180.00
70,628,855.00
Earning Yield
0.05
0.08
0.21
0.11
ROC
0.21
0.23
0.22
-0.04
0.18
43.18
17.34
4.42
13.76
10.96
P/FCF
6,960,842.00
0.09
0.95
Earning Growth
0.42
0.94
121