Vous êtes sur la page 1sur 137

ANALISIS PENENTUAN NILAI INTRINSIK DAN TARGET PRICE PADA

SAHAM LQ-45

Thesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan oleh
Tonny Wijaya Setiadi
09/ 294656/ PEK/ 14155

Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia yang tidak terhingga
sehingga penulisan tesis dengan judul Analisis Penentuan Nilai Intrinsik Dan Target
Price Pada Saham LQ-45 dapat diselesaikan dengan baik. Dengan diselesaikannya
penulisan tesis ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Abdul Halim, MBA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dan memberi pengarahan dan bimbingan guna
menyelesaikan penelitian ini.
2. Direksi, manajemen, dan rekan-rekan PT Indosurya Securities yang cukup membantu dan
memberi peluang untuk proses penyelesaian penelitian ini.
3. Manajemen dan rekan-rekan PT Mega Capital Indonesia yang cukup membantu dan
memberi peluang untuk aktivitas akademik dan proses penyelesaian penelitian ini.
4. Seluruh karyawan dan staf Program Studi Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada
Jakarta dan Yogyakarta yang telah membantuk penulis dalam seluruh aktivitas akademik
dan aktivitas pendukung lainnya.
5. Untuk orang tua penulis, Bapak Sadirun dan Ibu yang selalu setia memberi dukungan
moral, kasih sayang, dan materiil untuk semua aktivitas akademik dan proses
penyelesaian penelitian ini.
6. Istri tercinta Zara Dwinandita, yang telah memberikan seluruh kasih sayang serta
dukungan penuh baik moril maupun materiil.
7. Untuk seluruh keluarga penulis yang telah memberikan seluruh kasih sayang serta
dukungan penuh baik moril maupun materiil

iii

INTISARI

Penelitian ini menunjukkan metode analisis untuk menentukan nilai intrinsic dengan
menggunakan proyeksi EPS dan nilai PE ratio. Penelitian juga menunjukkan metode
analisis teknikal untuk menentukan target price. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap metode bisa diterapkan di perdagangan saham. Saham yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah sembilan saham dengan kapitalisasi terbesar dengan jangka waktu
periode dari tahun 2005-2010 untuk data keuangan dan 2008-2010 untuk data analisis
teknikalnya.

Kata kunci : analisis fundamental, valuasi, analisis teknikal, target price, kapitalisasi
pasar.

xiii

ABSTRACT
This research identified analysis method to concluded intrinsic value using EPS
projection and PE ratio. This research also explained how to obtain target price using
technical analysis method. The conclusion of this research identified that each methods
can be implemented at stock exchange. There are nine stock objects with the biggest
capitalization that been studied in this research using financial reports period 2005-2010
and historical data period 2008-2010.
Key words: fundamental analysist, valuation, technical analysist, target price, market
capitalitation

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi maka masyarakat
semakin menyadari pentingnya investasi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
kesejahteraan dan untuk memenuhi kebutuhan di waktu yang akan datang. Investasi
sendiri saat ini sangat banyak pilihan-pilihannya, dengan bermacam produk dan cara
yang bebas ditentukan sesuai dengan karakter dan kemampuan dari investornya.
Sejarah pasar modal di Indonesia sendiri dimulai jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda , yaitu
pada tahun 1912 di Batavia yang didirkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Kemudian dilanjutkan dengan
didirikannya bursa di Surabaya dan Semarang pada tahun 1925. Dalam
perkembangannya, pasar modal di Indonesia mengalami masa kejayaannya saat
masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Pasar modal Indonesia sempat juga
mengalami kevakuman yang antara lain disebabkan oleh perang dunia ke I dan
perang dunia ke II. Setelah kemerdekaan pemerintah Republik Indonesia
mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian
pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS

(Jakarta Automatic Trading System). Perdagangan saham kemudian berubah menjadi


scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa bukti fisik kepemilikan saham
(warkat). Saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan
sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh sehingga transaksi bisa
dilakukan dari mana saja tanpa mengenal batas ruang. Pada akhir 2007 Bursa Efek
Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan pada awal 2008 berubah
nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Dalam perkembangannya,saat ini lebih mudah untuk berinvestasi di pasar
modal. Setelah menjadi investor sendiri pun jauh lebih mudah untuk bisa mengakses
informasi, data, dan perdagangan yang terjadi di bursa saat ini. Kemajuan teknologi,
khususnya teknologi informasi selama satu dekade ini yang sangat cepat membawa
pengaruh positif terhadap kemajuan iklim investasi karena banyaknya kemudahan
yang didapat.
Perlahan-lahan masyarakat Indonesia mulai membuka diri terhadap investasi
di sektor keuangan, khususnya pasar modal. Sampai saat ini, walaupun telah
mengalami kemajuan yang cukup besar dalam pertumbuhan investor di pasar modal
namun perbandingan masyarakat yang menjadi investor di pasar modal dengan
keseluruhan jumlah masyarakat Indonesia yang sangat besar masihlah sangat kecil
perbandingannya.
Saham sebagai kepemilikan suatu perusahaan terbuka yang terdaftar di bursa
sebagai investasi sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan
dengan alat investasi lainnya. Masyarakat sekarang lebih terbuka dengan investasi

karena perbedaan sikap yang lebih membuka diri terhadap perubahan dan hal yang
baru. Investasi di pasar modal termasuk salah satu investasi yang paling mudah untuk
memulainya. Selain investasi di pasar modal dan sektor keuangan maka masyarakat
juga mengenal investasi di sektor riil, investasi di properti. Namun yang terjadi saat
ini, adalah tingginya tingkat inflasi tidak diimbangi oleh kenaikan pendapatan yang
cukup mumpuni bagi sebagian besar masyarat untuk bisa berinvestasi di sektor riil
dan properti secara layak karena besarnya modal dan hambatan lain.
Walaupun terlihat mudah, tetapi untuk berinvestasi di pasar modal, sudah
seharusnya investor harus membekali diri dengan pengetahuan yang cukup. Hal ini
merupakan syarat mutlak agar investor bisa mendapatkan return dari keuntungan
secara konsisten. Investasi di pasar modal, terutama sebagai investor saham, harus
membekali diri dengan pengetahuan yang cukup untuk bisa menghasilakn
keuntungan yang akan didapat secara konsisten. Sama seperti investasi yang lain,
investasi di pasar modal, khususnya saham juga memiliki risiko untuk mengurangi
modal investasi tersebut, bisa juga sampai modal tersebut hilang tak bernilai secara
keseluruhan. Investasi di pasar modal adalah sebuah cara yang cerdas dan sangat
menarik untuk bisa meningkatkan nilai modal yang kita miliki sehingga bisa
melawan inflasi yang terjadi.
Melihat perkembangan investasi di pasar modal, khususnya saham sekarang
ini. Penulis melihat bahwa investasi di saham sangat layak untuk dipelajari dan
dilakukan, karena saat ini informasi adalah hal berharga yang mudah didapat oleh
setiap individu. Selain itu, untuk pasar modal di Indonesia sendiri masih sangat akan

berkembang untuk waktu ke depannya. Hal ini karena kondisi pasar dan negara
Indonesia sendiri yang merupakan pasar berkembang yang menjanjikan keuntungan
yang cukup seimbang dengan risikonya. Namun, karena kemudahan dan keuntungan
yang cukup besar dari investasi di pasar modal ini, seringkali investor melupakan
bahwa pada dasarnya dengan membeli saham berarti mereka membeli surat bukti
kepemilikikan sebuah perusahaan. Karena tertarik dengan cara cepat untuk meraup
keuntungan yang besar di pasar modal, investor seringkali menjadi lebih
menggunakan nalarnya daripada menggunakan logika dan akalnya.
Untuk melakukan analisis saham sebagai bahan dasar pertimbangan sebelum
melakukan pembelian suatu saham, maka ada beberapa metode yang umumnya
dilakukan oleh analis dan investor yang sudah cukup berpengalaman di pasar modal,
yaitu dengan menggunakan analisis fundamental dan analisis tehnikal.
Secara garis besar analisis fundamental yaitu dengan analisis top-down.
Analisis ini mencoba untuk melihat dimulai dari situasi global dan faktor eksternal
yang akan mempengaruhi harga saham, dan diperkecil ke faktor perusahaan nya
sendiri yang akan berpengaruh ke kinerja sahamnya. Pendekatan analisis top- down
ini, yang pertama adalah analisis perekonomian, kondisi dan situasi, serta arah
perekonomian secara global dan nasional. Hal ini meliputi: Kebijakan fiscal,
kebijakan moneter, inflasi, politik, komoditas dan inter market, antara pasar-pasar
keuangan global. Setelah itu, analisis industri, dari hasil analisis perekonomian itu
maka analisis ke industri-industri yang terkena pengaruh, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Mengidentifikasi industri-industri yang mengalami kenaikan

atau penurunan dalam suatu siklus ekonomi karena reaksi industri-industri terhadap
perubahan perekomian akan berbeda-beda pada siklus bisnis (business cycle) tertentu,
industri mana yang diuntungkan dan industri mana yang dirugikan. Kemudian, dari
analisis perekomian, industri, barulah analisis perusahaan. Pada tahap ini dengan
menganalisis dan membandingkan kinerja perusahaan-perusahaan di industri sejenis
dengan membandingkan dengan menggunakan indikator bisnis dan indikator
keuangan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah: Kinerja bisnis, jejak
rekam manajemen, kinerja keuangan, dan rencana serta proyeksi bisnis dari
perusahaan sendiri. Selain dengan pendekatan analisis top-down, bisa juga dengan
menggunakan pendekatan analisis bottom-up, kebalikan dari analisis top-down, pada
analisis bottom-up ini maka kerangka analisis dimulai dari perusahaan sendiri.
Dimulai dari mencari perusahaan yang memiliki kinerja bagus, konsisten untuk
dimiliki melalui sahamnya.
Selain dengan menggunakan analisis fundamental, maka investor juga bisa
melakukan penilaian saham dengan menggunakan analisis teknikal sebagai
pertimbangan untuk melakukan pembelian saham. Analisis teknikal adalah analisis
dengan mempelajari pergerakan harga saham yang telah terjadi di masa lalu, yang
diintreprestasikan berupa grafik untuk memperkirakan pergerakan harga saham di
masa yang akan datang. Biasanya, analisis tehnikal juga menggunakan perhitunganperhitungan statistika, yang juga diinterprestasikan berupa indikator grafik sebagai
alat bantu optimalisasi analisis teknikal ini. Dengan menggunakan analisis teknikal
maka investor bisa mendapatkan pola-pola tertentu sebagai acuan dalam

memprediksikan pergerakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis teknikal
juga sangat membantu bagi investor untuk menentukan di harga berapa sebaiknya
suatu saham dibeli, dan di harga berapa juga saham tersebut sebaiknya dijual. Selain
itu, dengan analisis teknikal juga berguna untuk menentukan sampai di harga berapa
seorang investor tetap memiliki saham sebuah perusahaan yang harganya terus
mengalami penurunan, hal ini karena investor juga harus melindungi modalnya agar
tidak terus mengalami penurunan karena nilai saham yang juga terus mengalami
penurunan.
Terdapat sembilan perusahaan yang selain tergabung dalam indeks LQ-45,
juga merupakan perusahaan yang termasuk dalam kapitalisasi pasar terbesar dalam
perdagangan di Bursa Efek Indonesia dan di industrinya. Perusahaan-perusahaan
tersebut adalah; PT Astra Internasional Tbk. (ASII); PT. Bank Central Asia Tbk
(BBCA); PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Bank Mandiri (BMRI), PT
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Perusahaan Gas
Negara (PGAS), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Sembilan perusahaan tersebut berada di daftar teratas kapitalisasi pasar
terbesar dan merupakan pemimpin pasar di masing-masing sektor dan industrinya,
memiliki pertumbuhan yang stabil, perusahaan yang dijadikan subyek penelitian
harus perusahaan dengan kapitalisasi yang besar karena semakin besar kapitalisasi
pasar saham suatu perusahaan maka pergerakan saham tersebut lebih mewakili
permintaan dan penawaran mengingat masih banyaknya saham di Bursa Efek
Indonesia yang memiliki karakter cenderung mudah untuk digerakkan, atau dalam

bahasa nya merupakan saham gorengan. Tidak jarang suatu saham di Bursa Efek
Indonesia diam cukup lama (saham tidur), dan kemudian tanpa ada informasi yang
berarti saham yang semula diam tersebut tiba-tiba digerakkan dengan kenaikan dan
tren yang cukup kuat walau hanya untuk sesaat. Dengan memilih saham yang
memiliki kapitalisasi terbesar maka pergerakan harga sahamnya bisa lebih mewakili
dari kinerja dan kondisi perusahaan di pandangan investor.
Pasar modal sendiri terbuka buat setiap individu ataupun organisasi yang
tertarik untuk investasi. Hal ini membuat penulis melakukan penelitian mengenai
Analisis Penentuan Nilai Intrinsik dan Target Price Pada Saham LQ-45

1.2 Perumusan Masalah


Penelitan ini akan membahas tentang metode analisis fundamental dan
teknikal untuk penelitian nilai intrinsik dan target price terhadap ke sembilan saham
berkapitalisasi terbesar di dalam indeks LQ-45 sebagai indeks acuan di Bursa Efek
Indonesia. Masalahnya adalah seringkali investor melakukan pembelian saham tanpa
mempertimbangkan valuasinya, yang bisa berarti investor membeli saham pada harga
yang sudah terlalu mahal, ataupun pertumbuhan dari perusahaan tidak bagus.

1.3 Batasan Masalah


Perusahaan yang menjadi bahan penelitian adalah sembilan perusahaan yang
sahamnya tergabung dalam indeks LQ-45, saham-saham tersebut termasuk dalam
saham yang memiliki kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia, dan saham yang

dipilih adalah saham dari perusahaan yang merupakan unggulan di sektor dan
industrinya. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah; PT Astra Internasional Tbk.
(ASII); PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA.; PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
(TLKM); ); PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI); PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR); PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS); PT
United Tractors Tbk. (UNTR); PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Jangka waktu yang dijadikan periode penelitian adalah 5 tahun untuk analisis
fundamental, yaitu valuasi nilai intrinsiknya, dengan menggunakan data keuangan
tahunan dari periode tahun 2005 sampai dengan data periode tahun 2010. Analisis
fundamental mencakup ekonomi, industri, dan perusahaan. Namun pada penelitian ini
hanya membahas tentang analisis perusahaan sebagai dasar dari valuasi intrinsik
perusahaan, dengan sedikit menyinggung analisis fundamental yang lain.
Pada analisis tehnikal mempergunakan data dari program yang telah ada,
namun memiliki keterbatasan akan periode dari data yang diberikannya. Dalam
analisis teknikal, ada banyak indikator yang digunakan. Selain beberapa indikator
yang digunakan, maka penelitian ini juga akan meneliti beberapa jenis grafik sebagai
interprestasi data, dan juga beberapa pola grafik untuk menentukan nilai harga saham
yang akan dituju ke depannya.

1.4. Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan hal di atas maka permasalahan yang mendasari penulis
melakukan penelitain adalah:

1.

Bagaimanakah penilaian saham dengan menggunakan metode


proyeksi pendapatan per saham di beberapa saham yang tergabung
dalam indeks LQ-45?

2.

Bagaimanakah penilaian saham dengan menggunakan metode


analisis teknikal untuk beberapa saham yang tergabung dalam
indeks LQ-45?

1.5. Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah dan pertanyaan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan umum penelitian ini adalah :
1.

Menentukan nilai hasil dari penilaian dengan menggunakan metode


Proyeksi pendapatan per saham pada saham yang diukur di
pergerakannya di pasar

2.

Menentukan nilai hasil dengan menggunakan analisis teknikal


untuk memperoleh target price pada saham-saham yang diukur
pergerakannya di pasar.

1.6. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para investor yang
melakukan penilaian saham, khususnya valuasi untuk menentukan nilai intrinsik dan
target price dengan menggunakan analisis fundamental melalui metode proyeksi

pendapatan per saham dan teknikal. Penelitian ini juga akan memberi masukan bagi
para investor untuk memahami kedua metode tersebut, keunggulan, dan kelemahan
masing-masing untuk ke depannya bisa diterapkan dalam investasi di pasar pada
saham dengan latar belakang perusahaan yang berbeda. Bagi para akademisi,
penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dalam dunia saham,
khususnya metode valuasi untuk menemukan nilai intrinsik dari saham.

1.7. Sistematika Penulisan


Tesis ini ditulis dalam lima bagian. Bagian pertama memuat pendahuluan
yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian. Dalam bab ini juga disinggung dan dijelaskan mengenai hal-hal tersebut di
atas yang mendasari penelitan ini.
Bagian kedua akan memuat tinjauan pustaka dan mengulas teori yang
berhubungan dengan analisis fundamental dan analisis teknikal yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Teori yang diambil dari berbagai sumber yang akan disebutkan
juga dalam penelitian ini. Teori ini akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan
analisa.
Pada bagian ketiga akan dijelaskan mengenai gambaran perusahaan, sejarah,
struktur kepemilikan. Selain tentang perusahaan maka dalam bab ini juga akan
membahas mengenai metode penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

10

Bagian keempat akan menjelaskan analisis data berdasarkan metode


penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapat dari analisis data.
Bagian kelima akan menguraikan kesimpulan, saran, dan keterbatasan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

11

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Analisis Fundamental


Secara umum, analisis fundamental berarti analisis yang dilakukan
berdasarkan faktor eksternal perusahaan dan internal perusahaan tanpa mempelajari
rekam data dari pergerakan harga saham itu sendiri.

2.1.1. Tahapan Pendekatan Analisis Fundamental


Analisis fundamental bisa dilakukan investor bisa dengan melalui pendekatan
top-down. Pendekatan top-down ini dimulai dari hal yang bersifat makro dan besar,
kemudian secara bertahap sampai ke bagian yang paling kecil, yaitu perusahaannya
itu sendiri, dengan pendekatan ini maka investor seakan menaiki sebuah helikopter
untuk melihat lingkungan perekonomian yang paling luas, lalu turun perlahan,
semakin mengecil menjadi ke sektor industri, sampai akhirnya mendarat lalu meneliti
detail ke perusahaannya.
Gambar 2.1 berikut ini salah model untuk memahami pendekatan analisis top
down:

12

Gambar 2.1. Analisis Top Down

Sumber: www.online-stock-trading-guide.com (diakses pada 20 April 2011)


Tahap pertama dari pendekatan top-down ini adalah dengan menganalisis
perekonomian. Situasi dan kondisi dari perekonomian, secara global, regional, dan
nasional dilakukan. Di tahap ini ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan salah satu faktor yang penting.i
Jika kedua kebijakan tersebut terlalu ketat, maka akan memperlambat konsumsi dan
memperlambat dunia usaha.Sebaliknya, jika kedua kebijakan tersebut terlalu longgar
juga adalah hal yang berbahaya karena bisa menyebabkan kondisi yang tidak
terkontrol.
Selain itu, inflasi juga akan menimbulkan perbedaan tingkat bunga, mengubah
perilaku konsumen dan perusahaan dalam berbelanja dan menabung. Perbedaan
inflasi antar negara juga akan mempengaruhi neraca perdagangan dan nilai tukar mata
uang.

13

Perubahan politik juga akan mempengaruhi fundamental dari suatu negara,


dan perusahaan. Perubahan politik berpotensi untuk meningkatkan risiko, merubah
kebijakan dan peraturan di negara tersebut. Semakin aktif suatu negara dalam
kegiatan perekonomian internasional, baik itu dalam tingkat, regional ataupun global,
maka semakin perekomian negara tersebut mudah terpengaruh oleh kondisi ekonomi
internasional.
Saat ini, arus modal dari para investor pemilik modal dalam jumlah besar,
yang pada umumnya berasal dari negara-negara maju terus mencari tempat dan
instrumen investasi yang memberikan gain terbesar dengan risiko yang paling kecil.
Arus modal dari mereka ini terus berpindah, terkadang dana ini diinvestasikan di
sektor riil, terkadang di pasar keuangan dalam bentuk saham, obligasi, kontrak
berjangka komoditas, mata uang, dimana saja yang memberikan peluang untuk
mendapatkan keuntungan.
Sedikit mengingat sejarah perekonomian Indonesia pada saat dua krisis
ekonomi terakhir, yaitu pada tahun 1998, perekonomian kita terpuruk saat rupiah
mengalami depresiasi besar dalam waktu yang relatif singkat. Saat itu industri dan
bisnis yang mampu bertahan dan menggerakkan perekonomian adalah Usaha Kecil
Menengah yang korelasi dengan perekonomian internasional sangat kecil, walaupun
beberapa UKM juga terkena dampaknya, baik secara langsung ataupun tidak.
Sedangkan bisnis dalam skala menengah ke besar pada saat itu banyak yang langsung
mengalami penurunan, bahkan kebangkrutan, terutama untuk perusahaan-perusahaan
yang dalam struktur keuangan dan pembiayaannya banyak terdapat mata uang asing

14

berupa Dollar Amerika (US Dollar). Hal ini masih bisa kita lihat sampai sekarang di
Jakarta ada beberapa gedung dan proyek yang masih dalam proses pembangunan
dihentikan begitu saja.
Penurunan IHSG yang terjadi di tahun 2008 akibat dari capital outflow
pengaruh dari krisis ekonomi global, pada gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2. Grafik IHSG 2008

Krisis yang kedua, belum lama berlalu adalah pada saat krisis global 2008,
yaitu krisis yang disebabkan oleh kredit sub prime di Amerika Serikat, perekonomian
dan kegiatan bisnis di Indonesia juga masih bertahan, karena pada tahun 2008

15

tersebut krisis tersebut membawa dampak terbesar di pasar keuangan. Di Indonesia


sendiri untuk pasar keuangan nya masih cukup sederhana, instrumen-intrumennya,
produk derivatifnya, masih sedikit korelasinya dengan produk-produk keuangan di
pasar keuangan global. Berbeda dengan pasar keuangan di negara lain yang memiliki
keterkaitan kuat antar produk, antar pasar dengan pasar keuangan di Amerika Serikat.
Walaupun begitu pada saat itu, untuk Indeks Harga Saham Gabungan sendiri sempat
terpuruk karena keluarnya dana (capital outflow) para investor asing yang jumlahnya
cukup besar di Bursa Efek Indonesia. Keberhasilan Indonesia untuk bertahan dari
krisis global 2008 itu juga dikarenakan kuatnya fundamental perekonomian
Indonesia, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini perekomian sudah bersifat
global untuk saling mempengaruhi antar bagian atau negara.
Tahap berikutnya adalah dengan analisis industri. Investor mengidentifikasi
industri-industri yang mengalami kenaikan atau penurunan dalam suatu siklus
perekonomian. Reaksi industri-industri terhadap perubahan perekonomian akan
berbeda-beda pada titik siklus bisnis ( business cycle) tertentu.
Setiap industri juga memiliki korelasi yang berbeda terhadap situasi dan
kondisi perekonomian yang sedang terjadi. Setiap industri juga akan bereaksi dan
terpengaruh secara berbeda terhadap setiap perubahan yang terjadi pada faktor-faktor
dalam perekonomian. Contohnhya pada saat ekonomi sedang ekspansi secara agresif
maka kegiatan industri akan membutuhkan bahan bakar, dalam hal ini minyak bumi,
yang akan berpengaruh secara positif terhadap industri batubara dan energi.

16

Kebijakan fiskal yang ketat akan membatasi konsumsi, sehingga masyarakat


akan mengurangi konsumsinya dan membatasi belanjanya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap industri barang jadi (Consumer Goods), dan industri yang lain. Secara
umum siklus bisnis sama dengan siklus ekonomi, karena perekonomian bisa berjalan
dan beraktifitas karena kegiatan bisnis terus berjalan juga.
Beberapa karakter industri dan hubungannya dengan siklus bisnis: Industri
manufaktur akan meningkatkan modalnya ketika beroperasi pada kapasitas penuh di
puncak siklus perekonomian. Industri kontruksi akan terpengaruh menjelang siklus
berakhir. Industri alternatif akan merespon suatu siklus bisnis secara berbeda-beda.
Industri musiman biasanya mengalami kemakmuran selama masa ekspansi. Industri
non musiman (defensif) tidak mengalami penurunan yang berarti selama masa resesi,
dan juga tidak mengalami peningkatan tajam saat ekonomi ekspansi.
Tahap berikutnya adalah analisis perusahaan. Investor menganalisis dan
membandingkan

kinerja

perusahaan-perusahaan

di

industri

sejenis

dengan

menggunakan indikator bisnis dan indikator keuangan. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam analisis perusahaan: Kinerja bisnis, dengan melihat pangsa
pasar (market share) di industri, apakah suatu produk, ataukah suatu perusahaan
menjadi pemimpin di pasarnya (market leader). Merek dagang (brand image), merek
dagang sendiri seharusnya bisa memiliki nilai jual yang tinggi melalui proses
perbaikan dan pemasaran yang seringkali membutuhkan waktu cukup lama., serta
fungsi manajemen lain yang bersinergi untuk menaikkan nilai dari suatu merek
dagang, jika merek dagang tersebut bernilai tinggi dan bisa dipercaya maka

17

penjualannya akan semakin mudah dan akan terus meningkat, yang akan berujung
pada peningkatan penjualan perusahaan dan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Kinerja penjualan, selain dipengaruhi oleh produknya sendiri, maka kinerja
penjualan juga sangat dipengaruhi oleh fungsi manajemen yang terkait di dalam
perusahaan tersebut, mulai dari pimpinan sampai tenaga penjual yang menjadi ujung
tombak penjualan, program penjualan yang terfokus untuk menaikkan penjualan
dalam jangka panjang tentunya akan menaikkan penjualan secara konsisten dalam
jangka panjang. Manajemen, yaitu orang-orang di dalam perusahaan, pengalaman
kerja, pengalaman dengan perusahaan besar. Investor seharusnya mempertimbangkan
nama-nama besar yang menduduki jabatan dan fungsi strategis di dalam perusahaan,
jejak rekam mereka selama ini apakah bersih ataukah pernah tersangkut kasus dan
kemampuan mereka selama ini. Kinerja keuangan, dengan melihat kinerja keuangan
perusahaan paling tidak selama lima tahun terakhir dan menggunakannya sebagai
acuan untuk proyeksi lima tahun ke depan.
Kinerja keuangan yang bisa dilihat dari laporan keuangan dari perusahaan
adalah bagaikan rapor bagi perusahaan untuk investor. Angka-angka yang
diperlihatkan adalah penilaian yang paling objektif terhadap suatu perusahaan. Untuk
bisa melakukan penilaian dan proyeksi terhadap kinerja keuangan maka dibutuhkan
setidaknya data dari beberapa periode ke belakang. Semakin banyak dan lama data
yang dimiliki maka semakin valid dan hasil dari proyeksinya, namun seringkali para
analis menggunakan data setidaknya paling sedikit lima tahun.

18

Dari kinerja keuangan ini ada beberapa hal yang penting diperhatikan oleh
investor: Pertumbuhan pendapatan (Revenue Growth), rasio laba terhadap saham
beredar (earning per share/ EPS), rasio pertumbuhan rasio laba ke saham beredar,
rasio harga terhadap laba per lembar saham (price earning ratio/ PER), rasio harga
saham terhadap pertumbuhan laba perseroan (price earning growth/ PEG ratio),
rasio harga saham terhadap penjualan (price per sales ratio), rasio harga saham
terhadap nilai buku (price to book value/ PBV ratio), rasio hutang (debt ratio),
margin pendapatan bersih (net profit margin), tingkat pengembalian aset (Return on
Assets), dan tingkat pengembalian ekuitas (Return on Equity).
Rencana dan proyeksi bisnis yang dilihat perusahaan, serta pengembangan
dan program yang ada di dalamnya. Pada umumnya investor dalam melakukan
pembelian saham untuk mendapatkan keuntungan, baik keuntungan yang didapat dari
pembagian dividen, ataupun keuntungan yang didapat dari kenaikan nilai saham yang
dimilikinya (capital gain). Kedua hal ini bisa tercapai jika nilai perusahaan terus
meningkat, peningkatan ini berarti keuntungan dan skala bisnis dari perusahaan itu
sendiri. Hal inilah yang mendasari investor untuk mengetahui proyeksi dan rencana
dari manajemen perusahaan untuk perjalanan perusahaan di masa yang akan datang.

19

Gambar 2.3. Business Life Cycle

Sumber: www.writeawriting.com (Diakses pada 20 April 2011)


Melihat pada gambar 2.3 di atas, setiap produk, bisnis, dan perusahaan berada
di tingkat yang berbeda-beda. Investor sebaiknya memahami business life cycle dari
setiap produk dan perusahaan. Setiap perusahaan dari sektor dan industri yang
berbeda harus memiliki aksi dan bereaksi terhadap perubahan dan posisi perusahaan
dalam siklus itu karena akan sangat berpengaruh terhadap nilainya di mata investor.
Suatu perusahaan yang bisnisnya dalam tahap pengembangan (development) dan
pengenalan (introduction) seharusnya memiliki rencana yang berbeda dibandingkan
perusahaan yang bisnisnya dalam tahap kedewasaan (maturity).

20

Gambar 2.4. Analisis Bottom up

Sumber: www.online-stock-trading-guide.com (diakses pada 20 April 2011)

Gambar 2.4 di atas merupakan salah satu model untuk memahami analisis
bottom up. Selain analisis fundamental dengan pendekatan top-down, investor bisa
juga dengan menggunakan pendekatan bottom-up. Pendekatan bottom-up sendiri
berbanding terbalik dengan pendekatan top-down. Bagi investor dan analis yang biasa
menggunakan pendekatan top-down ini, mereka lebih memfokuskan kepada nilai dari
perusahaan itu. Mereka cenderung berpendapat kalau kondisi perekonomian, industri
dan secara makro keseluruhan bisa secara cepat berubah tanpa indikasi yang bisa
terbaca, atau dengan kata lain perekonomian global bisa berubah secara cepat tanpa
ada yang memprediksi.
Para analis dan investor yang menggunakan pendekatan bottom-up ini lebih
melihat dan percaya terhadap nilai dari suatu perusahaan yang dicerminkan dari harga
saham sebagai kepemilikan dari perusahaan tersebut. Bahwa setiap perusahaan
memiliki nilai wajar (fair value) yang juga diturunkan ke harga sahamnya yang

21

memiliki nilai wajar nya. Dari harga wajar ini lah yang seharusnya menjadi patokan
bagi investor untuk menilai suatu saham dan suatu perusahaan.
Pergerakan harga saham sendiri terjadi karena ada permintaan dan penawaran
di pasar, dan seringkali permintaan dan penawaran yang terjadi adalah reaksi yang
berlebihan karena adanya informasi dan berita yang tidak selalu benar. Sampai pada
satu saat maka harga dari saham tersebut seharusnya akan kembali ke harga wajarnya.
Setelah melakukan valuasi terhadap perusahaan dan harga sahamnya maka investor
baru ke tahap berikutnya, ke lingkungan yang lebih besar dan luas, yaitu melakukan
analisis terhadap sektor dan industrinya. Kemudian ke tahap terakhir, yaitu
melakukan analisis terhadap perekonomian secara global.
Secara sederhana ada beberapa hal mendasar yang digunakan untuk
menganalisa suatu perusahaan, yaitu: Lingkungan dari bisnis perusahaan. Investor
mempelajari bagaimana suatu bisnis dijalankan. Produknya, segmen pasarnya,
pesaingnya, bagaimana potensi kesinambungan bisnisnya, bagaimana manajemennya.
Investor mengetahui bagaimana suatu perusahaan beroperasi. Hubungan antara bisnis
dengan manajemen bisa bermacam-bermacam, terkadang suatu bisnis bisa begitu
bagus sehingga manajemennya biasa tetapi perusahaan tetap mampu menghasilkan
keuntungan, atau juga sebaliknya. Bisnis yang menurun dengan manajemen yang
tidak baik harus diketahui investor untuk sebaiknya dihindari.
Permodalan adalah salah satu hal yang harus diketahui oleh investor. Di awal
mendirikan perusahaan, langkah awal adalah mencari modal. Salah satu cara adalah
dengan mencari investor yang bersedia menyertakan modal dalam bentuk

22

kepemilikan bisnis. Dalam perusahaan yang telah menjadi perusahaan terbuka dan
terdaftar di bursa, kepemilikan tersebut dalam bentuk saham, semakin besar
keuntungan perusahaan semakin besar juga keuntungan untuk para investor, pemilik
saham tersebut. Cara berikutnya adalah dengan meminjam dana, pinjaman yang juga
berbentuk hutang ini suatu saat nanti harus dikembalikan. Kreditur akan secara
berkala menerima bunga dengan jumlah tertentu. Semakin besar pinjaman ini akan
membebani perusahaan dengan beban bunga, Semakin besar hutang ini yang akan
mempengaruhi rasio hutang akan menyebabkan risiko semakin menjadi besar, apalagi
jika perekonomian dalam kondisi buruk, dimana perusahaan

pada umumnya

mengalami kesulitan dan penurunan dalam penjualan dan keuntungan yang


diperolehnya.
Profit atau keuntungan adalah salah satu tujuan inti dari perusahaan
beroperasi. Sebesar dan sekuat apapun struktur permodalan dari suatu perusahaan jika
tidak bisa menghasilkan keuntungan menjadi tidak berarti. Investor tidak hanya
melihat dari besarnya keuntungan yang mampu dihasilkan perusahaan, namun juga
konsistensi pertumbuhan keuntungan dari setiap periodenya. Namun ada perusahaan
yang masih terlihat buruk dalam menghasilkan keuntungan namun berpotensi untuk
menghasilkan keuntungan yang besar di masa depan.
Dalam setiap bisnis maka arus kas (cash flow) menjadi hal yang penting juga.
Keuntungan besar tanpa arus kas yang sehat akan menjadi masalah bagi investor.
Perusahaan dengan piutang yang terlalu besar berisiko pembayaran tertunda ataupun

23

tidak tertagih dan ekspansi yang terlalu agresif tanpa terukur dengan baik biasanya
menjadi penyebab terganggunya arus kas dalam perusahaan.
Setalah investor melakukan analisa yang telah disebutkan, dan mungkin
menemukan beberapa perusahaan yang bagus, berarti berikutnya investor tinggal
melihat ke harga sahamnya, agar bisa membeli saham perusahaan tersebut di harga
yang wajar, tidak terlalu mahal, maka investor melakukan sebuah proses lagi, proses
ini yang dinamakan valuasi. Di pasar modal, harga saham tidak hanya dipengaruhi
oleh perusahaan dari saham itu sendiri, namun harga saham itu terbentuk karena
adanya penawaran dan permintaan. Dalam hal ini, seringkali psikologis para investor
ikut terlibat dalam mengambil keputusan investasi pembelian atau jualan saham yang
dimilikinya.
Pada saat pasar lagi bagus, harga dari saham-saham terus mengalami
kenaikan, seringkali harga saham menjadi terlalu mahal, sampai dengan terjadi
gelembung (bubble)di bursa. Namun, pada saat terjadi krisis dan ketakutan para
investor memuncak maka hampir semua saham dijual dengan harga sangat murah.

24

2.1.2. Risiko
Dalam setiap investasi, bisnis, bisa dipastikan semuanya memiliki risiko yang
besar kecilnya berbeda-beda. Untuk berinvestasi di saham di pasar modal, maka
investor juga harus mengenali beberapa risiko yang bisa terjadi.
Risiko bisnis: Risiko ini berhubungan dengan lingkup perusahaan dan bisnis
dari perusahaan itu sendiri, semakin tinggi ketidak pastian arus kas masuk untuk
investor seharusnya investor akan meminta premi risiko yang lebih tinggi.
Risiko keuangan: Risiko yang disebabkan oleh kegiatan keuangan dari
perusahaan, adanya daya ungkit (financial leverage) keuangan perusahaan. Risiko ini
termasuk ketidakpastian imbal hasil (return) yang disebabkan oleh metode
pembiayaan dan investasi dari perusahaan, adanya pinjaman menyebabkan biaya dan
beban bunga, jika terlalu besar maka investor juga akan meminta premi risiko yang
semakin besar.
Risiko likuiditas, merupakan risiko yang disebabkan karena perdagangan
yang terjadi di pasar sekunder (bursa), semakin likuid suatu saham dalam
perdagangannya, maka semakin rendah risiko dan preminya.
Risiko nilai tukar: Risiko yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar dari
mata uang, baik dari sisi investor ataupun pendapatan dan pembiayaan perusahaan
yang dalam bentuk mata uang asing. Secara tidak langsung risiko ini berhubungan
dengan kondisi geo politik dan kebijakan pemerintahan suatu negara.
Risiko negara: Risiko ini dipengaruhi oleh negara tempat perusahaan berada
atau beroperasi dalam menjalankan kegiatannya. Sebaiknya investor mengetahui dan

25

memperhitungkan premi risiko dari suatu negara dimana investor tersebut akan
berinvestasi baik dalam bentuk saham ataupun investasi dalam bentuk lain, seperti
bisnis riil.
Risiko pasar, merupakan risiko sistematis dari suatu saham terhadap pasar
atau bursa dimana saham tersebut diperdagangkan. Biasa diukur dengan
menggunakan Beta sebagai ukuran sensitivitas saham terhadap pasar, semakin besar
Beta semakin besar korelasi positif antara pasar dan saham.

2.1.3. Valuasi
Valuasi sendiri secara bahasa berarti adalah penilaian, yang dimaksud disini
adalah metode atau cara untuk mendapatkan nilai wajar dari suatu saham, dengan
terlebih dahulu mendapatkan nilai wajar dari perusahaan berikutnya diturunkan
menjadi harga wajar dari saham perusahaan tersebut. Beberapa hal mendasar dalam
valuasi: Nilai(value) suatu aset adalah nilai sekarang(present value) dari arus kas
imbal hasil yang diharapkan(expected cash flows), sehingga seharusnya suatu aset
dapat memberikan aliran kas (cash flows) selama investor memilikinya. Berikutnya,
untuk mengkonversikan aliran kas tersebut menjadi nilai saham, yaitu dengan cara
mendiskontokan aliran tersebut dengan tingkat bunga yang diminta investor (required
rate of return). Dalam valuasi sendiri ada dua estimasi utama, yaitu: The stream of
expected cash flows. Required rate of return.
Valuasi bisa disebut juga merupakan proses untuk estimasi nilai dari sebuah
saham. Sebagai sebuah estimasi, tentu saja nilai kebenaran dari sebuah valuasi akan

26

tergantung pada asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam proses itu. Oleh karena itu,
seringkali hasil valuasi terhadap saham suatu perusahaan dari beberapa investor,
bahkan analis akan berbeda hasilnya.
Mengenai valuasi sendiri, ada beberapa sifat yang cenderung pro dan kontra.
Valuasi merupakan pencarian obyektif terhadap nilai saham. Pada dasarnya semua
valuasi mengandung bias, hanya saja toleransi dari bias itu sendiri seberapa besar,
secara nilai dan saran yang diberikan berdasarkan hasil valuasi tersebut.
Valuasi yang optimal adalah valuasi yang berhasil mengestimasikan nilai
wajar saham secara akurat, sebenarnya tidak ada valuasi yang akurat, hal ini
dikarenakan banyaknya masukan dan informasi yang digunakan dalam metode
valuasi tersebut.
Valuasi dengan menggunakan model atau metode yang semakin kompleks
dianggap semakin bagus hasilnya. Tidak selalu valuasi yang paling kompleks akan
memberi hasil yang paling bagus, bahkan seringkali metode valuasi yang sederhana
lebih efektif daripada metode valuasi yang kompleks yang semakin banyak masukanmasukannya.
Melakukan penilaian atau valuasi merupakan proses untuk menenukan berapa
harga yang wajaur untuk sebuah saham. Hal ini sangat penting bagi investor, karena
harga dari saham berubah setiap waktu karena adanya permintaan dan penawaran
yang terjadi di bursa namun jika investor telah mengetahui nilai wajar dari suatu
saham maka seharusnya bisa lebih tenang dalam menyikapi perubahan harga yang
terjadi di bursa.

27

2.1.4. Teori Dasar yang Digunakan


Dalam melakukan valuasi maka investor bisa membaca laporan keuangan
karena metode valuasi menggunakan bagian-bagian dari laporan keuangan
perusahaan. Warren Buffet mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu
saham adalah nilai saat ini dari aliran kas masuk yang akan didapatkan sepanjang
umur hidup perusahaan tersebut. Nilai saat ini dari uang yang akan investor dapatkan
di masa depan merupakan konsep time value of money. Buffet mengatakan bahwa
cara ini adalah satu metode yang mungkin untuk mengevaluasi pergerakan dari suatu
investasi dan bisnis.
Konsep Time Value of Money sendiri menyatakan bahwa nilai uang sekarang
lebih berharga dari nilai uang di masa yang akan datang atau mengacu pada
perbedaan nilai uang yang disebabkan oleh perbedaan waktu. Hal tersebut disebabkan
oleh karena seiringnya waktu nilai uang akan berubah disebabkan banyak faktor yang
mempengaruhinya, seperti : inflasi, perubahan suku bunga, pajak, politik, dan banyak
faktor lainnya.

2.1.4.1. Nilai yang Akan Datang (Future Value)


Future Value adalah nilai uang dimasa yang akan datang dari uang yang
diterima atau dibayarkan pada masa sekarang dengan memperhitungkan tingkat
bunga setiap periode selama jangka waktu tertentu.
FV dihitung dengan rumus :
FV = Po (1+i)n

..............................................................................

(1)

28

dimana :
FV : Nilai pada masa yang akan datang
Po : Nilai pada saat ini
i : Tingkat suku bunga
n : Jangka waktu

2.1.4.2.Nilai Sekarang (Present Value)


Present Value Adalah nilai uang sekarang yang akan diperoleh atau dibayar
dimasa yang akan datang dengan tingakat suku bunga tertentu pada setiap periode.
PV dihitung dengan rumus :
PV = Po 1 n
(1+i )

................................................................................

(2)

dimana :
PV : Nilai sekarang
Po : Nilai di masa yang akan datang
r

: Tingkat suku bunga

: Jangka waktu.

Atau dengan rumus:


PV = Po ( PVIF i,n ) .......................................................................................(3)
dimana :
PV = nilai sekarang
Po = nilai masa akan datang

29

= tingkat bunga

n = jangka waktu

2.1.5 Informasi Perusahaan


2.1.5.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari lima bagian, yaitu: neraca;
laporan laba rugi; laporan perubahan ekuitas; laporan arus kas; dan catatan atas
laporan keuangan.Dari lima komponen laporan keuangan, umumnya investor hanya
melihat tiga komponen laporan keuangan. Tiga komponen tersebut adalah neraca,
laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
2.1.5.1.1. Neraca
Neraca (Balance Sheet) melaporkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang
saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu (Weygandt, Kieso, dan Kimmel,
2005). Melalui informasi yang disediakan oleh neraca, neraca dapat digunakan untuk
menganalisis likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas keuangan. Analisis likuditas dapat
memperkirakan jumlah waktu yang dibutuhkan perusahaan sampai suatu aktiva
direalisasi atau sampai aktiva dapat dikonversi menjadi kas.
Analisis solvensi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya saat jatuh tempo (Weygandt, Kieso, dan Kimmel, 2005). Para

30

investor dapat mengetahui kemampuan perusahaan membayar hutang melalui analisis


solvensi.
Neraca mempunyai beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan oleh
investor. Keterbatasan pertama adalah sebagian besar aktiva dan kewajiban dicatat
pada biaya historis (Weygandt, Kieso, dan Kimmel, 2005). Setiap aktiva tentu
mengalami perubahan nilai seiring dengan waktu.
Keterbatasan neraca yang kedua adalah diperlukan pertimbangan dan estimasi
dalam menentukan pos yang dilaporkan dalam neraca. Keterbatasan yang terakhir
adalah neraca mengabaikan berbagai pos yang mempunyai nilai keuangan. Hal ini
disebabkan pos tersebut tidak dapat dicatat secara objektif.

2.1.5.1.2. Laporan Rugi Laba


Laporan Rugi Laba (Income Statement) adalah laporan yang mengukur
keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Melalui laporan rugi
laba, investor dapat menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kemampuan
perusahaan untuk melunasi pinjaman (Weygandt, Kieso, dan Kimmel, 2005).
Laporan rugi laba mempunyai beberapa fungsi, yaitu: Untuk mengetahui kinerja
perusahaan. Untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Untuk menilai
resiko kerugian perusahaan di masa depan.
Dari beberapa fungsi yang telah disebutkan, fungsi terpenting dari laporan
rugi laba adalah informasi mengenai laba yang diperoleh perusahaan. Melalui

31

informasi tersebut, investor menilai besarnya nilai kembalian investasi (return of


investment). Selain digunakan untuk menghitung ROI, informasi laba perusahaan bisa
digunakan untuk menghitung eraning per share.

2.1.5.1.3. Laporan Arus Kas


Laporan rugi laba dan neraca mampu memberikan informasi kinerja
perusahaan, namun kedua laporan tersebut tidak memberikan gambaran kas
perusahaan secara detail. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, FASB mewajibkan
entitas membuat laporan arus kas (cash flow statement). Tujuan utama laporan arus
kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan
pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode (Weygandt, Kieso, dan
Kimmel, 2005).
Laporan arus kas memuat aliran kas yang berasal dari kegiatan operasi,
investasi,

dan

pendanaan.

Laporan

yang

berasal

dari

kegiatan

operasi

menggambarkan kegiatan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya seharihari. Laporan yang berasal dari kegiatan investasi menggambarkan kegiatan
perusahaan dalam melakukan investasi yang berguna bagi perusahaan. Laporan yang
berasal dari kegiatan pendanaan menunjukan prediksi klaim terhadap arus kas di
masa depan oleh para pemilik perusahaan (Tandelilin, 2010).

32

2.2. Analisis Teknikal


Investor yang menggunakan analisis teknikal percaya bahwa pola-pola
pergerakan harga saham dimasa datang dapat diketahui dengan mengobservasi polapola pergerakan harga saham dimasa lalu. Para analis yang menggunakan analisis
teknikal tidak perlu melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan varibel
perusahaan untuk mengestimasi nilai saham. Para analis teknikal percaya bahwa
informasi mengenai harga saham dimasa lalu dapat digunakan untuk mengetahui
harga saham dimasa depan.
Analisa teknikal adalah metode atau cara untuk memperkirakan pergerakan
harga suatu saham di masa yang akan datang dengan berdasarkan pergerakan harga
yang terdahulu. Sejarah analisa teknikal sendiri sudah sejak ratusan tahun lalu, pada
awalnya grafik digambar sebagai representasi dari harga yang terjadi di perdagangan
saat itu. Pada saat itu, sekitar abad 17 dan 18, masih belum ditemukannya alat bantu
komputasi yang bisa menghitung statistik secara detail sehingga membuat para
pelaku

pasar

dan

perdagangan

mencatat

data

harga

yang

terjadi

dan

menggambarkannya dengan grafik.

2.2.1. Konsep
Ada beberapa konsep dan teori yang mendasari dari analisa teknikal.
Beberapa konsep ini yang menjadi dasar untuk melakukan analisis teknikal terhadap
pergerakan harga saham.

33

2.2.1.1. Teori Dow


Teori ini pertama dikemukakan oleh Charles Dow. Ada 6 dasar dalam teori
ini, yaitu: Harga saham di pasar memliki 3 pergerakan atau tren: Tren utama, tren
minor, dan tren yang lebih kecil lagi.
Akumulasi,

perubahan

harga,

dan

Harga saham bergerak dalam 3 fase:

distribusi.

Pergerakan

harga

di

pasar

menggambarkan semua informasi yang ada, hal ini sesuai dengan hipotesis pasar
yang efisien. Rata-rata saham saling mengkonfirmasi. Tren yang berlaku akan
dikonfirmasi oleh volume.Trend berlaku sampai ada sinyal yang kuat .untuk merubah
tren tersebut.

2.2.1.2. Support and Resistance


Pada gambar 2.5. berikut merupakan ilustrasi dari support resistance
Gambar 2.5. Support and Resistance

Sumber: www.chartpatterns.com (diakses pada 20 April 2011)

34

Support and Resistance adalah garis-garis imajinasi yang menahan pergerakan


dari harga saham pada level harga-harga tertentu. Garis tren adalah garis yang
memperlihatkan tren yang terjadi pada pergerakan harga suatu saham atau komoditas.
Garis ini biasanya berfungsi sebagai garis tahanan bawah dan atas dari pergerakan
harga saham.

2.2.2. Pola Pergerakan Harga


Pada dasarnya pergerakan harga yang digambarkan oleh grafik akan
membentuk pola tertentu yang berulang dengan probabilitas untuk suatu kejadian.
Pola tersebut bisa digunakan untuk mengidentifikasi tren yang terjadi dan
memperkirakan kemana arah pergerakan harga saham berikutnya. Pola pergerakan
harga ini berlaku juga untuk tren yang sebaliknya, dengan penamaan yang berbeda.
Pada dasarnya ada dua macam kategori dari pola tersebut, yaitu: pola pembalikan tren
dan pola tren yang berlanjut.

2.2.2.1. Pola Pembalikan tren


Harga bergerak dalam trend, dan di dalam trend utama tersebut ada trend yang
sifatnya lebih kecil. Terkadang, bisa berupa koreksi, ataupun penurunan untuk
sementara. Setiap tren berubah, bisa diidentifikasi dari pola grafik pergerakan harga
saham

35

2.2.2.1.1. Kepala dan Bahu (Head and Shoulders)


Pola ini seringkali ditemukan pada saat terjadi pembalikan tren yang cukup
kuat.Gambar 2.6 berikut merupakan ilustrasi dari pola Head and Shoulders
Gambar 2.6. Pola Head and Shoulders

Sumber:www.Chartpatterns.com (Diakses tanggal 20 April 2011)

Pola ini dinamai Kepala dan Bahu karena sekilas bentuknya menyerupai
kepala dan bahu dari manusia, pada pola ini ada beberapa support, salah satunya
adalah garis leher yang merupakan garis tahanan penting untuk konfirmasi validnya
pola dan tren yang berlaku. Istilah Kepala dan Bahu berlaku untuk tren naik yang
berubah menjadi tren turun, untuk sebaliknya disebut kepala dan bahu terbalik
(Inverted Head and Shoulders).

36

2.2.2.1.2. Puncak yang melingkar (Rounded Top)


Gambar 2.7. Pola Grafik Rounded Top

Sumber:www.Chartpatterns.com (Diakses tanggal 20 April 2011)

Seperti pada ilustrasi gambar 2.7 di atas. Pola ini menandakan tren yang
berbalik, harga yang semula dalam tren naik perlahan berubah menjadi tren turun
dengan membentuk pola lingkaran. Sebaliknya, jka pola seperti ini ditemui pada tren
naik kemudian menjadi turun maka disebut rounded bottom.

37

2.2.2.1.3. Puncak ganda (Double Top)


Gambar 2.8: Pola Grafik Double Top

Sumber:www.Chartpatterns.com (Diakses tanggal 20 April 2011)

Pada pola ini harga mencoba untuk menembus resistance yang ada dari
puncak sebelumnya namun ternyata kekuatannya masih kurang sehingga tren yang
terjadi pada harga pun berubah
2.2.2.1.4. Tiga puncak (Triple Top)
Gambar 2.8: Pola TripleTop

Sumber:www.Chartpatterns.com (Diakses tanggal 20 April 2011)

38

Pada gambar 2.8 diatas, hampir sama dengan pola sebelumnya namun pada
pola ini harga masih mencoba untuk kembali kepada trennya sebelum akhirnya gagal
dan tren berbalik. Untuk pola yang sama dengan arah tren yang berlawanan adalah
tiga dasar (triple bottom).

2.2.2.2. Pola Tren Berkelanjutan


Pada gambar 2.10 merupakan ilustrasi untuk pola grafik dari tren yang
berkelanjutan.

Pada gambar bagian atas merupakan pola triangle. Pada gambar

bagian bawah, dari kiri ke kanan merupakan pola: Wedge, flag, channel.
Gambar 2.10: Pola Grafik Tren Berkelanjutan

Sumber:www.Chartpatterns.com (Diakses tanggal 20 April 2011)

Selain beberapa pola grafik yang menandakan dalam pergerakan akan terjadi
pembalikan tren. Beberapa pola grafik lainnya, menandakan dalan pergerakan harga,
tren masih akan berlanjut.

39

2.2.2.2.1. Saluran (Channel)


Bahwa harga bergerak dalam sebuah channel, yang memiliki batas atas dan
batas bawah.. Sehingga, saat harga bergerak mengenai batas atas maka kan terkoreksi
dan sebaliknya.

2.2.2.2.2. Segitiga (Triangle)


Pada pola ini harga bergerak membentuk pola segitiga, bisa segitiga yang naik
(ascending triangle), segitiga menurun (descending triangle), dan segitiga sama sisi
(symetrical triangle). Pola ini menandakan pelaku pasar sedang menunggu sesuatu
atau ada ketidakpastian untuk bisa meneruskan tren yang berlaku.

2.2.2.2.3. Bendera dan Gergaji (Flag and Wedge)


Pola ini sebagai konsolidasi dari tren yang berlaku, pergerakan membutuhkan
kekuatan baru sebelum meneruskan tren yang berlaku. Pergerakan dalam pola ini
membentuk segitiga, sedangkan pola gergaji mirip dengan pola segitiga hanya
kemiringannya yang berbeda.

40

2.2.2.2.4. Pola Cangkir dan Pegangan (Cup and Handle)


Gambar 2.11: Pola Cup and Handle

Sumber:www.Chartpatterns.com (Diakses tanggal 20 April 2011)


Pola ini sedikit menyerupai pola dasar yang melingkar, namun kemudian
harga terkoreksi cukup besar untuk membentuk pola dari pegangannya. Namun,
sebenarnya kekuatan tren masih cukup besar untuk terus melanjutkan tren yang
berlaku.

2.2.3. Bentuk Dasar Grafik


Grafik sebagai alat analisa tehnikal memiliki beberapa macam bentuk dasar
yang digunakan untuk mencatat pergerakan harga yang terjadi pada suatu saham
ataupun komoditas.

41

2.2.3.1. Grafik Garis


Gambar di bawah ini, gambar 2.12, merupakan illustrasi untuk grafik garis.
Pada grafik ini menggunakan garis, dan merupakan bentuk yang paling sederhana,

Gambar 2.12: Grafik Garis

Sumber: //finance.yahoo.com (Diakses pada tanggal 20 February 2011)

Kekurangan dari grafik garis ini informasi yang didapat dari grafik ini kurang
lengkap. Namun, karena mengabaikan harga pembukaan dan penutupan grafik ini
dianggap mengabaikan simpangan kecil (noise)dalam tren yang terjadi. Secara umum
grafik ini paling sering digunakan karena paling sederhana, namun informasi dalam
grafik ini lebih sedikit dibandingkan dengan tipe grafik yang lain.

42

2.2.3.2. Grafik Batang.


Gambar 2.13: Grafik Batang

Sumber: //finance.yahoo.com (Diakses pada tanggal 20 February 2011)


Pada gambar 2.13 di atas merupakan ilustrasi untuk grafik batang. Pada grafik
ini memiliki informasi yang lebih lengkap dari grafik garis, grafik ini mencakup juga
harga pembukaan, penutupan, tertinggi dan harga terendahnya. Grafik jenis ini dulu
cukup sering digunakan, namun saat ini jarang digunakan.

2.2.3.3. Grafik Candlestick


Gambar 2.14: Grafik Candlestick

Sumber: //finance.yahoo.com (Diakses pada tanggal 20 February 2011)

43

Dalam sejarahnya, grafik jenis ini diciptakan oleh pedagang beras di Jepang
lebih dari seabad yang lalu. Grafik ini paling banyak digunakan dalam analisis
teknikal. Bentuk dan warna dari grafik ini memberi informasi yang lebih banyak dari
grafik jenis lain.

2.2.4. Pola Dasar Grafik Candlestick


Penelitian ini hanya menggunakan grafik candlestick karena menggambarkan
informasi lebih banyak dari tipe grafik yang lain. Dalam grafik, ada beberapa bentuk
dan pola dasar dari grafik candlestick yang cukup sering dipakai.

2.2.4.1. Bintang Senja dan Bintang Pagi


Gambar 2.15: Pola Candlestick Bintang Pagi dan Bintang Senja

Sumber: www.chartpatterns.com (diakses pada 20 April 2011)


Pola seperti pada gambar 2.15 di atas ini merupakan pembalikan tren di
puncak, atau di dasar yang gampang diidentifikasi. Pola ini menggambarkan bahwa
investor kemungkinan kehilangan kepercayaan terhadap tren yang terjadi.

44

2.2.4.2. Harami
Gambar 2.16: Pola Grafik Harami

Sumber: www.Chartpatterns.com (diakses pada tanggal 20 April 2011)


Gambar 2.16 di atas merupakan ilustrasi untuk pola grafik Harami ini. Pola ini
cukup mudah untuk diidentifikasi. Ditandai dengan grafik yang berbeda di periode
berikutnya dengan range yang kecil dan membentuk badan yang kecil.

2.2.4.3. Pola Engulfing


Gambar 2.17: Pola Grafik Engulfing

Sumber: www.Chartpatterns.com (diakses pada tanggal 20 April 2011)


Seperti pada gambar 2.17 di atas yang merupakan ilustrasi dari pola
engulfing. Pola ini sebagai tanda dan konfirmasi bahwa kekuatan tren telah habis dan
akan terjadi pembalikan tren.

45

2.2.4.4. Pola Three White Soldiers


Pola three white soldiers merupakan pola konfirmasi dari pembalikan tren
yang terjadi. Gambar 2.16 di bawah memperlihatkan pola tersebut
Gambar 2.16: Grafik Pola Three White Soldiers

Sumber: www.hotcandlestick.com ( diakses pada 20 April 2011)


Pola ini terdiri dari 3 grafik putih yang terus naik sebagai tanda pembalikan
arah. Lawan dari pola grafik ini adalah Three Black Crows sebagai pembalikan arah
tren dari naik.ke turun.

46

2.2.5. Indikator
Grafik yang digunakan dalam analisis tehnikal adalah visualisasi dari datadata yang didapat dari pergerakan harga di pasar. Indikator sendiri juga merupakan
visualisasi dari rumusan statistik yang digunakan dalam analisis tehnikal untuk
optimalisasi atau sebagai alat bantu dalam analisis tehnikal. Pada gambar 2.19 di
bawah adalah contoh grafik yang lengkap dengan indikator-indikator. Pada grafik
dasar menggunakan tiga moving average dengan periode 10,20, 50. Masih di grafik
dasar juga ada indikator volume. Sedangkan tambahan jendela dari atas ke bawah,
yaitu: accumulation distribution, MACD, stochastic oscillator.

Gambar 2.19: Grafik Dengan Indikator

47

. Indikator dalam analisis tehnikal sendiri sangat banyak seiring dengan


perkembangannya. Namun dalam penelitian ini membatasi penggunaanya pada
beberapa macam indikator saja.
2.2.5.1. Pergerakan Rata-rata (Moving Average)
Pergerakan rata-rata sendiri ada beberapa macam, namun pada penelitian ini
akan menggunakan dua macam dari pergerakan rata-rata ini, yaitu: pergerakan ratarata sederhana dan pergerakan rata-rata eksponensial. Pergerakan rata-rata sederhana
(Simple Moving Average) dihitung dengan menjumlahkan harga-harga suatu saham
selama beberapa periode. Jumlah tersebut akan dibagi dengan jumlah periode
tersebut.
Pergerakan rata-rata eksponensial sedikit berbeda karena pada pergerakan
rata-rata eksponensial data sebelum periode yang digunakan tidak dimasukan dalam
perhitungan rata-rata bergerak tersebut. Misalnya periode yang diambil adalah 200
hari, maka data sebelum 200 hari tidak akan diperhitungkan. Namun, data sebelum
periode merupakan data yang penting dan harus diperhitungkan. Eksponen dihitung
dari perhitungan angka dua dibagi dengan periode yang digunakan. Misalnya periode
yang digunakan adalah lima hari maka eksponennya 2:5 = 0,4. Setelah itu
menentukan angka rata-rata bergerak awal. Penentuan angka rata-rata bergerak awal
didapat dengan rata-rata bergerak sederhana. Apabila telah didapat angka rata-rata
awal, langkah selanjutnya dilakukan dengan mengurangi harga penutupan dengan
angka rata-rata awal. Hasil yang didapat akan dikalikan dengan eksponen, misalnya

48

0,4. Langkah terakhir adalah menjumlahkan angka rata-rata awal dengan hasil
perkalian eksponen yang telah didapat pada langkah sebelumnya.
Pergerakan Rata-Rata Ganda. Umumnya pergerakan rata-rata ganda dilakukan
dengan menggunakan periode yang berbeda. Misalnya menggunakan periode lima
hari dan lima belas hari. Tujuan penggunaan rata-rata bergerak berganda adalah untuk
menentukan kecenderungan. Saat dua rata-rata bergerak digunakan, sinyal
pembalikan terjadi jika rata-rata bergerak periode yang lebih pendek memotong ratarata bergerak periode yang lebih panjang. Pemotongan terjadi dari bawah ke atas
(golden cross). Sinyal menjual terjadi saat rata-rata bergerak periode yang lebih
pendek memotong rata-rata bergerak yang periodenya lebih panjang namun dari atas
ke bawah (death cross).

2.2.5.2. Volume
Indikator volume digunakan untuk mengetahui volume perdagangan yang
terjadi di satu periode tertentu, dari volume perdagangan tersebut bisa diketahui
kecenderungan dari jual beli saham yang terjadi pada periode itu lebih didominasi
oleh penjualan atau pembelian. Selain itu, volume yang besar mengkonfirmasi tren
atau grafik yang terjadi.

49

2.2.5.3. Akumulasi/ Distribusi


Indikator ini digunakan untuk menggambarkan informasi suatu saham di
pasar cenderung dibeli (akumulasi) atau dijual (distribusi). Indikator ini didapat dari
formula:
acc dist=accdist prev + volume x CLV

(4)

......................................

(5)

sedangkan CLV sendiri:


CLV=

(close low) (high close)


high low

Nama indikator ini berdasarkan ide bahwa selama akumulasi terjadi pembeli
memegang kendali dan harga akan bergerak terus naik, dan akan pulih jika terjadi
penjualan. Dan juga sebaliknya jika terjadi distribusi.

2.2.5.4. Moving Average Convergence/ Divergence (MACD)


Indikator ini diciptakan oleh Gerald Appel di akhir 1970an, yang
digunakannya untuk menemukan perubahan di kekuatan, arah, momentum, dan lama
dari sebuah tren yang terjadi pada harga sebuah saham. Pada dasarnya indikator ini
melihat perbedaan dua pergerakan rata-rata eksponensial. Perbedaan itu ditunjukkan
dalam bentuk histogram.
Dalam menggunakan indikator ini tren diidentifikasi dengan melihat ke
histogram dan arah garis pergerakan rata-rata, sedangkan momentum dengan melihat
ke perpotongan garis pergerakan rata-rata.

50

2.2.5.5. Stochastic oscillator


Indikator ini menggambarkan pergerakan harga saham masih dalam range
tertentu walaupun pergerakan itu sendiri terjadi ekstrim. Indikator ini juga merupakan
indikator momentum yang berdasarkan daerah support resistance. Rumus dari
indikator ini sendiri adalah:
%K = 100

Closeprice L
,
H L

.................................................................

(6)

dimana H dan L adalah nilai tertinggi dan terendah selama n periode, dan %D= 3
periode pergerakan rata-rata dari %K.
Interprestasi dari indikator ini adalah saat garis %D memotong garis %K dan
posisi dari stochastic sendiri yang sudah berada di area jenuh jual (20) atau jenuh beli
(80).

51

BAB III
PROFIL PERUSAHAAN DAN METODE PENELITIAN

3.1.Profil Perusahaan
Penelitian ini membahas tentang sembilan perusahaan yang sahamnya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masuk dalam daftar Indeks LQ-45.
Saham perusahaan tersebut juga yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar sebagai
syarat suatu harga saham akan bergerak mengikuti fundamental perusahaan. Selain
itu, semakin besar kapitalisas pasar maka kemungkinan saham bergerak tidak wajar
dalam pasar (unusual market activity) cenderung semakin kecil.

Gambar 3.1.Daftar Kapitalisasi Terbesar per Desember 2010

Sumber: www.galerisaham.com (diakses pada 20 Maret 2011)


Gambar 3.1 di atas memperlihatkan daftar perusahaan yang sahamnya
memiliki kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia. Sampai dengan Desember
2010 perusahaan yang sahamnya telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia mencapai

52

420 saham. Kapitalisasi total adalah Rp 3.061.537.964.404.590. Dari total kapitalisasi


tersebut, 70% kapitalisasi pasar terbesar dikuasai oleh 31 saham, 80% kapitalisasi
pasar terbesar dikuasai oleh 49 saham, 90% kapitalisasi pasar terbesar dikuasai oleh
86 saham.
Berdasarkan kapitalisasi terbesar yang sahamnya termasuk di indeks LQ-45,
ke sembilan perusahaan tersebut adalah: PT Astra International Tbk., PT Bank
Central Asia Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Unilever Indonesia Tbk., PT
Perusahaan Gas Negara Tbk., PT United Tractors Tbk., PT Gudang Garam Tbk.
Selain kapitalisasi terbesar, perusahaan yang diteliti harus telah terdaftar
sahamnya di Bursa Efek Indonesia paling sedikit selama 5 tahun. Hal ini karena
kelengkapan dari laporan keuangan yang bisa didapatkan. PT Adaro Indonesia Tbk
yang memiliki kapitalisasi terbesar di peringkat sepuluh tidak memenuhi syarat ini
karena perusahaan baru melakukan penawaran saham perdana di tahun 2008.
Sehingga untuk PT Adaro Indonesia Tbk tidak dimasukkan dalam perusahaan dalam
penelitian ini.
3.1.1

PT Astra International Tbk. (ASII)

Astra didirikan di tahun 1957 sebagai perusahaan dagang, seiring dengan


waktu, dalam perkembangannya

Astra menjalin kerjasama strategis dengan

53

perusahaan global unggulan. Perusahaan ini telah terdafar di Bursa Efek Indonesia
sejak tahun 1990.
Dalam sejarahnya perusahaan ini telah jatuh bangun dan berhasil mencatatkan
namanya dengan tinta emas dalam perjalanan industri manufaktur di Indonesia.
Perusahaan ini memiliki filosofi dasar yang disebut Catur Dharma: Menjadi sebuah
aset dari negara; Menghadirkan pelayanan terbaik untuk kustomernya; Menghargai
individu dan mempromosikan kerjasama tim; Upaya berkelanjutan untuk menjadi
yang berkualitas. Perusahaan ini juga memiliki visi: Untuk menjadi salah satu
perusahaan terbaik di Asia Pasifik dengan fokus terhadap pertumbuhan yang
berkelanjutan meliputi pembangunan kompetensi melalui pembangunan manusia,
struktur keuangan yang solid, kepuasan kustomer, dan efisiensi; Untuk menjadi
perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan.
Saat ini, Astra bergerak dalam enam sektor bisnis, yaitu: Otomotif; Jasa
Keuangan; Alat Berat; Pertambangan dan Energi; Perkebunan; Teknologi Informasi;
Infrastruktur; dan Logistik. Sampai tahun 2010 perusahaan yang bernaung di bawah,
berasosiasi, dan dikontrol oleh Grup Astra mencapai 154 perusahaan. Untuk
Perusahaan dari grup ini yang terdaftar di bursa adalah: PT Astra International Tbk;
PT Astra Autoparts Tbk; PT Bank Permata Tbk; PT United Tractors Tbk; PT Astra
Agro Lestari Tbk; dan PT Astra Graphia Tbk.
Struktur bisnis dari perusahaan ini diperlihatkan pada gambar 3.2 di bawah
ini:

54

Gambar 3.2. Struktur Bisnis PT Astra International Tbk

Sumber: www.astra.co.id (diakses pada 20 April 2011)

55

Gambar 3.3.Struktur Kepemilikan ASII


Jardine Cycle &
Carriage Ltd. Us
50.11%
Masyarakat
49.87%

Anthony John
Liddell
Nightingale
0.01%
Muhhamad
Chatib Basri
0.0002%

Dari gambar 3.3 di atas yang menunjukkan struktur kepemilikan PT Astra


International Tbk mayoritas adalah Jardine Cycle & Carriage Ltd. US dan saham
yang beredar di masyarakat dalam porsi yang cukup besar.

3.1.2. PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA)


BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank
Central Asia NV. Dalam perjalanannya perusahaan ini melewati banyak hal,
termasuk yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi di tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sisem perbankan di
Indonesia yang juga mempengaruhi aliran dana tunai di BCA karena banyaknya
nasabah yang panik menarik dana mereka sehingga perusahaan ini harus meminta
bantuan pemerintah Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional

56

(BPPN) mengambil alihnya di tahun 1998. Tidak lama kemudian, masih pada tahun
yang sama, di bulan Desember 1998, BCA berhasil pulih dengan kembalinya dana
pihak ketiga kembali ke tingkat sebelum krisis. BPPN menyerahkan BCA ke Bank
Indonesia di tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan
public. Penawaran saham perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham
sebesar 22.55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah itu BPPN sendiri masih
menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran ke dua dilaksanakan di
bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi.
Dalam perjalanannya BCA seringkali mendapatkan penghargaan karena
kinerja dan kepercayaan masyarakat terhadapnya. BCA memiliki beragam produk,
dan terkenal sebagai bank yang mengedepankan teknologi jaringan untuk
menawarkan rangkaian jasa yang luas dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik untuk nasabahnya.
Pada tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BVA melalu tender
penempatan privat yang strategis. Farindo Invesment Ltd memenangkan tender
tersebut. Sampai saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan
yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan
komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga
intermediasi finansial.

57

Sampai saat ini, Farindo Invesment merupakan pemilik mayoritas dari PT


Bank Central Asia Tbk. Kepemilikan masyarakat kedua terbesar, seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 3.4 di bawah ini:

Gambar 3.4.Struktur Kepemilikan BCA

Masyarakat
46.70%
Farindo
Invesment
51.15%
Anthony Salim
1.76%
Manajemen
0.39%

3.1.3 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM)


PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan
komunikasi serta penyedia jasda dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di
Indonesia. Pada awalnya dikenal sebagai sebuah badan usaha swasta penyedia
layanan pos dan telegrap atau dengan nama JAWATAN. Pada tahun 1961, status

58

tersebut diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel)
yang dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN. Pos & Giro), dan
perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Dan pada tahun 1974, PN
Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel)
yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada
tanggal 14 November 1995 diresmikan PT Telekomunikasi Indonesia sebagai nama
perusahaan terbesar di Indonesia berbarengan juga dengan dilakukannya penawaran
umum perdana sahamnya.dan restrukturisasi dari 12 Wilayah Telekomunikasi
menjadi 7 Divisi Regional (Divre) serta dimulainya pembangunan jaringan network
GSM Telkomsel yang dimulai dari Batam.
TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wire line), jasa telepon
tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak(mobile service), data/ internet
serta jasa multimedia lainnya. Untuk ke depannya TELKOM akan ekspansi dengan
meningkatkan kemampuan dan kapasitas layanan datanya.
Pada tahun 2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat
sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di
Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan
silang antara TELKOM dan INDOSAT. Saat ini pemerintah Republik Indonesia
merupakan pemilik mayoritas dari perusahaan ini. Kepemilikan saham di masyarakat
juga cukup besar. Struktrur kepemilikan dari TELKOM sendiri ditunjukkan pada
gambar 3.5 di bawah ini

59

Gambar 3.5 Struktur Kepemilikan Telekomunikasi Indonesia

Negara
Republik
Indonesia
51.19%
Masyarakat
34.02%
JPMCB US
8.73%
The Bank of
New York
6.06%

3.1.4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk


Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintaha Indonesia. Pada bulan
Juli 1999, empat bank pemerintah, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
Exim dan Bapindo dilebur menjadi Bank Mandiri.
Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara
menyeluruh. Pada saat itu, telah ditutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan
dan mengurang jumlah karyawan. Saat ini Bank Mandiri merupakan bank dengan

60

jumlah aset terbesar di Indonesia, seiring dengan perkembangan waktu, terus


bertumbuh dan memberikan pelayanan terhadap semua nasabahnya dan masyarakat
Indonesia. Perusahaan memiliki visi untuk menjadi lembaga keuangan di Indonesia
yang paling dikagumi dan selalu progresif. Misi dari perusahaan sendiri adalah
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. Mengembangkan sumber daya
manusia professional. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder.
Melaksanakan manajemen terbuka. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan
lingkungan.
Bank Mandiri sendiri juga memiliki beberapa anak perusahaan dan juga
kepemilikan di beberapa perusahaan. Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan
kepemilikan Bank Mandiri di beberapa perusahaan:
Tabel 3.1 Data Anak Perusahaan Bank Mandiri
No

Nama Perusahaan
Anak

Jenis Usaha Kedudukan Presentase


Pemilikan

Bank Mandiri (Europe)


Limited (BMEL)

Perbankan

London

100%

Bank Syariah Mandiri

Perbankan
Syariah

Jakarta

99,99%

Usaha Gedung Bank Dagang


Negara

Property
Management

Jakarta

99,00%

Mandiri Sekuritas

Sekuritas

Jakarta

95,69%

Usaha Gedung Bumi Daya


Plaza

Pengelolaan
Properti

Jakarta

93.33%

Bank Sinar Harapan Bali


(BSHB)

Perbankan

Denpasar

81,46%

Mandiri Tunas Finance

Auto Finance

Jakarta

51%

Mandiri International
Remittance (MIR)

Jasa Pengiriman
Uang

Kuala Lumpur

100%

AXA Mandiri Financial

Asuransi Jiwa

Jakarta

51%

Sumber: www.bankmandiri.co.id (diakses pada 27 Juni 2011)

61

Gambar 3.6 Struktur Kepemilikan BMRI

Negara Republik
Indonesia 67.86%
Masyarakat
32.14%

Dari gambar 3.6 di atas menunjukkan saat ini, secara mayoritas Bank Mandiri
masih dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 67,86 % dan masyarakat
sebesar 32.14%.

3.1.5. PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)


Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang
terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan
di Purwokerto, Jawa Tengah tanggal 16 Desember 1895. Dalam perkembangannya,
sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan
terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik

62

Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30%
saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada
pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit
kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan
penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar
yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999
sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka
sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447
buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi
/SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor
Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor
Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,
3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.
Bank Rakyat Indonesia memiliki visi untuk menjadi bank komersial termuka
yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Dengan misi melakukan kegiatan
perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil,
dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Memberikan
pelayanan prima kepada nasabah melalu jaringan kerja yang tersebar luas dan

63

didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek
good corporate governance. Memberikan keuntungan dan manfaaat yang optimal
kepada pihak yang berkepentingan.
Saat ini Bank Rakyat Indonesia secara mayoritas dimiliki oleh Pemerintah
Republik Indonesia, dan kepemilikan di masyarakat dengan porsi yang cukup besar.
Gambar 3.7 memperlihatkan struktur kepemilikan Bank Rakyat Indonesia.
Gambar 3.7 Struktur Kepemilikan Bank Rakyat Indonesia

Negara
Republik
Indonesia
56.97%
Masyarakat
43.03%

3.1.6. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)


Sejak didirikan pada 5 Desember 1933 Unilever Indonesia telah tumbuh
menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care serta
Foods & Ice Cream di Indonesia. Dengan operasional yang sudah dimulai sejak
sebelum kemerdekaan, perusahaan ini berhasil membangun salah satu jaringan
distribusi terbaik sekaligus membangun ekuitas merek-merek global yang merupakan

64

merek-merek tertua sekaligus pelopor di Indonesia. Perusahaan ini juga berhasil


menjadi salah satu dari perusahaan di industri barang konsumsi yang bisa menjual
produk dengan harga premium dan tetap menjadi pemimpin pasar.
Perusahaan ini memiliki visi bekerja untuk menciptakan masa depan yang
lebih baik setiap hari; membuat pelanggan merasa nyaman, berpenampilan baik dan
lebih menikmati kehidupan melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk
mereka maupun orang lain; menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan
kecil setiap harinya yang bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi
dunia;

dan

senantiasa

mengembangkan

cara

baru

dalam

berbisnis

yang

memungkinkan perusahaan untuk tumbuh sekaligus mengurangi dampak kerusakan


lingkungan.
Perseroan memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,
Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, dengan
kantor pusat di Jakarta. Produk-produk Perseroan berjumlah sekuitar 32 brand utama
dan 700 SKU, dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 370 distributor
independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di seluruh Indonesia.
Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi milik sendiri, gudang
tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya.
Saham perusahaan ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 1981 dan
tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. Pada akhir tahun 2009,
sahamnya menempati peringkat ketujuh kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek

65

Indonesia, dan beberapa periode terakhir selalu berada di dalam daftar kapitalisasi
terbesar.
Perusahaan induknya, Unilever Global masih memegang kepemilikan
terbesar, disusul oleh kepemilikan di masyarakat. Gambar 3.8 berikut ini
menunjukkan struktur kepemilikannya.

Gambar 3.8.Struktur Kepemilikan Unilever Indonesia

Mavibel
BV,Roterdam
84.99%
Masyarakat
15.01%

3.1.7. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS)


Perusahaan ini bergerak dalam bisnis transmisi dan distribusi gas di
Indonesia. Sampai saat ini tidak mempunyai pesaing yang berarti. Dengan kondisi
geografis sebagai negara kepulauan dan investasi awal yang sangat besar, tidak

66

mudah untuk perusahaan lain membangun jalur pipa yang menghubungkan ladang
gas dengan pelanggan.
Perusahaan ini awalnya merupakan perusahaan gas swasta Hindia Belanda
yang berdiri di tahun 1958, dengan nama I.J.N Eindhoven & Co, sebagai sebuah
perusahaan penyedia gas dari batubara. Perusahaan ini kemudian dinasionalisasi dan
diubah menjadi PN Gas di tahun 1958 dan akhirnya menjadi Perusahaan Negara Gas
di tahun 1965. Seiring dengan penemuan gas alam, pada tahun 1974, PGAS beralih
dari penyedia gas berbasis batubara dan minyak ke distributor gas alam. Walau
Indonesia sendiri memiliki cadangan gas terbesar di dunia, ternyata upaya
pengembangan usaha ke hulu yang bisa dilakukan perusahaan ini adalah sebagai
perusahaan transporter, alias melakukan transmisi gas. Namun, kondisi tersebut
membuat perusahaan ini menjadi perusahaan yang unggul di bidangnya.yang sulit
ditandingi pesaing, baik dalam bisnis tranmisi atau distribusi.
Perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi sebuah perusahaan kelas dunia
dalam bidang utilisasi gas alam. Selain itu perusahaan juga memiliki misi:
Memperkuat bisnis inti, yaitu distribusi dan perdagangan gas alam. Membangun
bisnis pabrik penghasil gas. Mengembangkan bisnis operasional, perawatan, dan
teknik yang berhubungan dengan industri minyak dan gas. Menghasilkan keuntungan
dari aset dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan juga mengembangkan
bisnis lain.

67

Perusahaan ini metransmisikan gas dari perusahaan-perusahaan penyedia ke


konsumennya yang sebagian besar juga untuk industri, pembangkit, dan komersial.
Seperti pada gambar 3.9 di bawah ini yang merupakan struktru bisnis perusahaan.

Gambar 3.9 Struktur Bisnis Perusahaan Gas Negara

Sumber: www.pgn.co.id (diakses pada 15 Juni 2011)

Saat ini, pemilik mayoritas dari Perusahaan Gas Negara adalah pemerintah
Republik Indonesia. Kepemilikan masyarakat ke dua terbesar dan sebagian dimiliki
oleh manajemen perusahaan. Seperti gambar 3.10 di bawah ini:

68

Gambar 3.10 Struktur Kepemilikan Perusahaan Gas Negara


Pemerintah
Republik
Indonesia
55.26%
Masyarakat
44.13%

Manajemen
0.61%

3.1.8. PT United Tractors Tbk. (UNTR)

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 13 Oktober 1972 sebagai distributor


tunggal alat berat Komatsu di Indonesia. Pada tanggal 19 September 1989, Perseroan
mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan
kode perdagangan UNTR, dimana PT Astra International menjadi pemegang saham
mayoritas.

Sampai saat ini, PT Astra International masih menjadi pemegang saham


mayoritas. Kepemilikan di masyarakat menjadi kedua yang terbesar di saham
perusahaan ini. Gambar 3.11 berikut memperlihatkan struktur kepemilikan dari PT
United Tractors.

69

Gambar 3.11 Struktur Kepemilikan United Tractors

PT Astra
International
Tbk. 58.45%
Masyarakat
41.55%

Selain dikenal sebagai distributor alat berat terkemuka di Indonesia, Perseroan


juga aktif bergerak di bidang kontraktor penambangan dan bidang pertambangan batu
bara. Ketiga unit usaha ini dikenal dengan sebutan Mesin Konstruksi, Kontraktor
Penambangan dan Pertambangan. Perusahaan ini memiliki visi Menjadi perusahaan
kelas dunia berbasis solusi di bidang alat berat, pertambangan dan energi, untuk
menciptakan manfaat bagi para stake holders.

Perusahaan ini juga memiliki misi bertekad membantu pelanggan meraih


keberhasilan
berkelanjutan.

melalui

pemahaman

Menciptakan

usaha

peluang

bagi

yang komprehensif dan


insan

perusahaan

interaksi

untuk

dapat

meningkatkan ststus sosial dan aktualisasi diri melalui kinerjanya. Menghasilkan nilai
tambah yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan melalui tiga aspek

70

berimbang dalam hal ekonomi, sosial dan lingkungan. Memberi sumbangan yang
bermakna bagi kesejahteraan bangsa.

Unit usaha Mesin Konstruksi menjalankan peran sebagai distributor tunggal


alat berat Komatsu, Nissan Diesel, Scania, Bomag, Valmet dan Tadano. Dengan
rentang ragam produk yang diageninya, Perseroan mampu memenuhi seluruh
kebutuhan alat berat di sektor-sektor utama di dalam negeri, yakni pertambangan,
perkebunan, konstruksi, kehutanan, material handling dan transportasi..
Unit usaha Kontraktor Penambangan dijalankan melalui anak perusahaan
Perseroan, PT Pamapersada Nusantara (Pama) yang didirikan pada tahun 1988, Pama
melaksanakan jasa penambangan kelas dunia yang mencakup rancang tambang,
eksplorasi, penambangan, pengangkutan, barging dan loading.

Dengan wilayah kerja terbentang di seluruh kawasan pertambangan batu bara


terkemuka di dalam negeri, Pama dikenal sebagai kontraktor penambangan terbesar
dan terpercaya di Indonesia. Unit usaha Pertambangan mengacu pada kegiatan
terbaru Perseroan sebagai operator tambang batu bara melalui akuisisi PT Dasa Eka
Jasatama (DEJ), anak perusahaan Pama, dan juga melalui PT Tuah Turangga Agung
(TTA).

Gambar 3.12 berikut ini adalah organisasi, anak perusahaan, dan afiliasi dari
PT United Tractors

71

Gambar 3.12. Organisasi, anak perusahaan, dan afiliasi

Sumber: www.unitedtractors.com (diakses pada 15 Juni 2011)

3.1.9. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)


Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni 1958 dari industri rumahan
yang memperkerjakan sekitar 50 orang di atas lahan seluas 1000 M2 di Kediri, Jawa

72

Timur. Pada saat itu perusahaan telah berhasil memproduksi 50 juta batang rokok
kretek yang dipasarkan di daerah Kediri dan sekitarnya.
Pada tahun 1971, status perusahaan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan
memperoleh fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri. Status baruu perusahaan
memungkinkan untuk bisa menjadi lebih progresif dalam hal produksi, manajemen
mutu,dan teknologi.Kemudian, pada tahun 1979, PT Gudang Garam mulai
menggunakan mesin untuk produksi rokoknya. Dengan menggunakan mesin tetap
tidak mempengaruhi prinsip padat karya, bahkan Ia memberikan kesempatan
pekerjaan yang lebih.banyak.
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan dan posisi keuangan,
perusahaan menawarkan sebagian sahamnya ke publik melalui bursa efek di
Indonesia pada tahun 1990. Saat ini, pemilik mayoritas dari PT Gudang Garam
sendiri adalah PT Suryaduta Investama, kemudian porsi terbesar di masyarakat.
Gambar 3.13 di bawah ini adalah struktur kepemilikan dari perusahaan
Gambar 3.13. Struktur Kepemilikan Gudang Garam
PT Suryaduta
Investama
66.80%
Masyarakat
25.82%
PT Suryamitra
Kusuma 6.26%
Wonowidjojo
1.12%

73

Setahun kemudian, pada tahun 1991, PT Gudang Garam mengambil


keputusan strategis jangka panjang untuk diversifikasi. Pada tahun itu perusahaan
mengembangkan bisnis kertas industri, dengan mendirikan PT Surya Pamenang yang
juga berbasis di Kediri. Saat ini, 99% saham PT Surya Pamenang adalah dimiliki oleh
PT Gudang Garam.

3.2. Metode Penelitian


3.2.1. Pengumpulan dan Sumber Data

Data didapat melalui situs dari masing-masing perusahaan dan situs yang
berkaitan dengan pergerakan saham dan data keuangan dari perusahaan yang terdaftar
di bursa saham, seperti www.ft.com (Financial Times), www.reuters.com,, Bursa
Efek Indonesia, dan beberapa situs lain.. Data yang dikumpulkan berupa laporan
keuangan dan grafik pergerakan saham. Melalui laporan keuangan, peneliti bisa
mendapatkan informasi tentang keuangan dan berbagai informasi mengenai
perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Data pergerakan saham dengan
menggunakan perangkat lunak untuk analisis grafik, yaitu Chartnexus yang
digunakan

untuk

menganalisis

trend

pergerakan

saham

perusahaan

yang

bersangkutan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 5
tahun terakhir dari setiap perusahaan dalam periode 2006-2010, terkecuali untuk PT

74

Adaro Energy Tbk, yang baru terdaftar di bursa sejak 3 tahun terakhir dengan laporan
keuangan yang memiliki kekurangan di tahun-tahun awal. Selain perusahaan tersebut
untuk data laporan keuangan dari perusahaan lain yang menjadi objek penelitian bisa
diperoleh secara lengkap. Analisis teknikalnya sendiri, dari perangkat lunak yang
dipergunakan telah menyediakan data mulai dari pertengahan bulan Agustus 2008.

3.2.2

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah
melakukan analisis fundamental. Pada tahap ini, peneliti menghitung nilai earning
per share, price earning ratio, dan rasio lainnya yang diperoleh dari laporan
keuangan tahunan. Perhitungan dilakukan setiap perusahaan untuk setiap tahun.
Berdasarkan analisis fundamental yang telah dilakukan, dapat terlihat nilai intrinsik
setiap tahunnya, dan juga perkembangan nilai perusahaan dengan rasio keuangannya
setiap tahun. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan 5 tahun dari periode 2006-2010

Beberapa asumsi yang digunakan dalam metode ini berhubungan dengan


proyeksi Earning per Share yaitu jika pertumbuhan EPS selama 10 tahun terakhir
lebih dari 15%, maka penelitian menggunakan nilai 15%. Pertumbuhan EPS
perusahaan selama 10 tahun terakhir kurang dari 15%, maka penelitian menggunakan
nilai 10%. Asumsi digunakan juga untuk proyeksi Price Earning Ratio, yaitu: Jika
PER perusahaan lebih dari 20 maka asumsi nilai PER yang digunakan adalah 17, jika

75

PER perusahaan kurang dari 20, maka asumsi nilai PER yang digunakan adalah
12.(Mizrahi, C.S, 2007). Tahap kedua adalah data yang didapat diolah untuk
menghasilkan rasio yang diperlukan untuk digunakan dalam perhitungan proyeksi
EPS .

Tahap ketiga adalah melakukan analisis teknikal terhadap perusahaanperusahaan tersebut. Analisis teknikal dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
grafik pergerakan saham dengan menggunakan perangkat lunak, yaitu Chartnexus..
Perangkat lunak yang dipergunakan sendiri hanya menyediakan data mulai dari
pertengahan Agustus 2008. Analisis dilakukan dengan menggunakan periode
mingguan untuk setiap candlestick nya. Kemudian, kedua hasil analisis dengan
metode yang berbeda tersebut akan dibandingkan dan saling melengkapi. Umumnya
analisis teknikal dan analisis fundamental memberikan hasil yang searah. Namun,
terdapat kemungkinan dua analisis ini memberikan hasil yang tidak searah.

76

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. PT Astra International Tbk.


Perusahaan ini mencatat pertumbuhan penjualan 31.94% dan pertumbuhan
pendapatan bersih 43.09% untuk tahun 2010 dibandingkan 2009. Pertumbuhan
penjualan dari perusahaan ini disebabkan oleh membaiknya perekonomian dan
meningkatnya pendapatan masyarakat yang berimbas ke meningkatnya penjualan
perusahaan.

4.1.1. Valuasi ASII


Tabel 4.1 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham ASII
Tabel 4.1: Valuasi ASII
Item
Harga saat ini
Estimated EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)

Nilai
54.550
2.852
12,57
1.019
50,92%
6,75%
7,88%
14,63%
15,63
35,72%
15%
12.00

77

Tabel 4.1, 1anjutan


Proyeksi EPS per tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Perhitungan Nilai Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Fair Value
Margin of Safety

3.772
4.338
4.989
5.737
6.597
79.170
25.433
9.085
88.255
76.991
67.165
58.593
51.115
44.591
44.591
-18,26%

Dari hasil valuasi terhadap saham ASII didapat bahwa nilai wajarnya di tahun
2010 adalah Rp. 44.591 / lembar saham, sedangkan harga pasar ada di Rp. 54.550,
sehingga harga pasar saham ASII lebih mahal 18.26% dibandingkan harga wajarnya.

78

4.1.2. Analisis Teknikal ASII


Gambar 4.1 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham ASII
Gambar 4.1.Grafik ASII

Dari grafik saham PT Astra International Tbk memperlihatkan pergerakan


harga saham perusahaan ini sejak krisis global 2008 harga berbalik menguat dengan
membentuk pola double bottom dengan garis leher (neck line) yang merupakan
resistance di level 21050 sebagai tujuan harga yang pertama, dan 36200, 50000
menjadi target harga berikutnya.

79

4.2. PT Bank Central Asia Tbk.


Pendapatan dari perusahaan ini relatif tetap, sedangkan pendapatan bersih di
tahun 2010 mengalami kenaikan 24,56% dari tahun 2009. Perusahaan ini cukup stabil
dalam pertumbuhan setiap tahunnya.

4.2.1.. Valuasi
Tabel 4.2 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham BBCA
Tabel 4.2:Valuasi BBCA
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend (Est)
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS per tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)

Nilai
6.400
550
16,90
162
18,98%
6,75%
7,88%
14,63%
29,50%
15%
12,00
400
460
529
609
700
8.400
2.698
796

80

Tabel 4.2, lanjutan


Total Stock Price
Perhitungan Niai Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Fair Value
Margin of Safety

9.196
8.022
6.998
6.105
5.326
4.646
4.646
-27,40%

Valuasi terhadap saham BBCA menghasilkan fair value Rp. 4.646, sedangkan
harga di pasar saat ini adalah Rp. 6.400. Harga saat ini 27,40% di atas fair valuenya.

81

4.2.2. Analisis Teknikal BBCA


Gambar 4.2 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham BBCA
Gambar 4.2: Grafik BBCA

Grafik pergerakan harga saham perusahaan ini menunjukkan formasi


candlestick three white soldier. Kemudian, grafik membentuk pola cup and handle
yang dijadikan patokan untuk penentuan harga berikutnya di level 5.200 dicapai tidak
lama

kemudian.

Pergerakan

harga

membentuk

channel

yang

membatasi

pergerakannya.

82

4.3. PT Telekomunikasi Indonesia


Perusahaan

telekomunikasi

terbesar

milik

pemerintah

Indonesia

ini

pendapatannya hanya mengalami perubahan yang kecil. Begitu juga dengan


pendapatan bersihnya yang mengalami perubahan kecil.

4.3.1. Valuasi TLKM


Tabel 4.3 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham TLKM
Tabel 4.3: Valuasi TLKM

Item
Harga Pasar
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS akhir tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)

Nilai
8.000
666
13,75
304
21,45%
6,75%
7,88%
14,63%
16,08
45,68%
15%
12,00
881
1.013
1.165
1.340
1.541
18.489
5.940

83

Tabel 4.3, lanjutan


Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Harga Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Fair Value
Margin of Safety

2.713
21.202
18.496
16.135
14.076
12.279
10.712
10.712
33,90%

Valuasi menghasilkan fair value untuk harga saham ini adalah Rp. 10.712.
Sedangkan harga saham di pasar adalah Rp. 8.000. Harga saham ini masih di bawah
fair valuenya sebesar 33.90%. Salah satu penyebabnya adalah untuk industri
telekomunikasi dan infrastruktur yang merupakan industri dari perusahaan ini.
Pergerakan sahamnya cenderung bersifat bertahan dan memiliki jeda (lagging) saat
ekonomi mengalami pertumbuhan yang cepat.

84

4.3.2. Analisis Teknikal TLKM


Gambar 4.3 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham TLKM
Gambar 4.3.Grafik TLKM

Grafik dari pergerakan harga saham perusahaan ini menunjukkan bahwa


pergerakan harga di atas trendline. Kemudian grafik membentuk pola double top
yang menandakan harga saham akan mengalami penurunan. Pada saham ini grafik
berlawanan dengan valuasinya yang menunjukkan bahwa nilai wajar saham ini masih
di atas.

85

4.4. PT Bank Mandiri (Persero ) Tbk


Pendapatan perusahaan tahun ini mengalami pertumbuhan sebesar 12.31%.
Sedangkan untuk pendapatan bersihnya mengalami pertumbuhan sebesar 28.83%.

4.4.1. Valuasi
Tabel 4.4 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham BMRI
Tabel 4.4: Valuasi BMRI
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend (Est)
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS per tahun

Nilai

Akhir tahun 2011


Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Perhitungan Niai Wajar Saham

6.400
497
15,44
113
6,00%
6,75%
7,88%
14,63%
22,85%
6%
12,00
497
526
558
591
627
7.523
2.799
640
8.162

86

Tabel 4.4, lanjutan


Tahun 2014
7.120
Tahun 2013
6.212
Tahun 2012
5.419
Tahun 2011
4.727
Tahun 2010
4.124
Fair Value
4.124
Margin of Safety
-35,56%
Dari valuasi memperlihatkan bahwa harga saham Bank Mandiri di pasar Rp.
6.400 di atas nilai wajar nya sebesar Rp. 4.124. Harga tersebut 35.56% di atas nilai
wajarnya.

87

4.4.2. Analisis Teknikal BMRI


Gambar 4.4 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham BMRI

Gambar 4.4.Grafik BMRI

Grafik BMRI sendiri menunjukkan pola double bottom yang terjadi di sekitar
akhir tahun 2008 sebagai konfirmasi tren akan berubah. Setelah harga sampai di
resistance nya maka harga terus bergerak dengan jarak antara harga terendah ke
resistance sebagai target price berikutnya. Pergerakan memiliki target price 1 di
level 4300 dan target price 2 di level 6100 yang keduanya sudah terlewati sampai
akhir 2010.

88

4.5. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.


Perusahaan ini membukukan pertumbuhan pendapatan 23.05% dari tahun
2009 ke tahun 2010. Laba bersih dari perusahaan ini sendiri tumbuh sebesar 56.98%.

4.5.1. Valuasi
Tabel 4.5 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham BBRI
Tabel 4.5: Valuasi BBRI
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend (Est)
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS per tahun
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)

Nilai
5.250
550
13,10
203
28,10%
6,75%
7,88%
14,63%
36,80%
15%
12,00
550
633
728
837
962
11.546
3.709
1.365

89

Tabel 4.5, lanjutan


Total Stock Price
Perhitungan Niai Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Fair Value
Margin of Safety

12.911
11.263
9.825
8.571
7.478
6.523
6.523
24,25%

Harga saham perusahaan ini adalah Rp. 5.250. Sedangkan perhitungan nilai
wajarnya adalah Rp. 6.523. Harga saham ini masih 24,25% di bawah nilai wajarnya.

90

4.5.2. Analisis Teknikal


Gambar 4.5 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham BBRI
Gambar 4.5.Grafik BBRI

Grafik saham BBRI memperlihatkan pola double bottom. Setelah itu tren
berbalik naik. Dengan garis resistance di level 3000 sebagai target price pertama
yang juga digunakan untuk target price berikutnya di level 4500 Pergerakan harga
berhasil mencapai target price ketiga di 6000.

91

4.6. PT Unilever Indonesia


Pendapatan perusahaan ini tumbuh 7.91% di tahun 2010 dibandingkan dengan
di tahun 2009. Pendapatan bersihnya sendiri tumbuh 11.26% di periode yang sama.

4.6.1. Valuasi
Tabel 4.6 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham UNVR
Tabel 4.6: Valuasi UNVR
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
Proyeksi EPS EoY
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price

Nilai
16.500
460
28,96
390
18,59%
6,75%
7,88%
14,63%
23,69
84,92%
15%
17,00
608
699
804
925
1.063
18.078
4.099
3.481
21.559

92

Tabel 4.6, lanjutan


Nilai Wajar saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Nilai Wajar
Margin of Safety

18.807
16.407
14.313
12.486
10.893
10.893
-33,98%

Saham ini diperdagangkan di harga Rp 16500. Sedangkan nilai wajarnya


sendiri di Rp 10983. Harga pasar saham ini di atas nilai wajar nya sebesar 33.98%.

93

4.6.2. Analisis Teknikal


Gambar 4.6 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham UNVR
Gambar 4.6.Grafik UNVR

Grafik dari saham UNVR menunjukkan bahwa rally kenaikan harga


cenderung bergerak perlahan. Di awal pergerakan cenderung sideways, kemudian
naik dan membentuk resistance yang digunakan sebagai target price pergerakan
harga kemudian, yang berada di level 15400.

94

4.7. PT Perusahaan Gas Negara Tbk.


Selama periode 2009-2010 perusahaan ini tidak mengalami perubahan yang
berarti, masih mencatatkan kerugian bersih. Kerugian tersebut mengabaikan
pertumbuhan pendapatan sebesar 9.66%. Hal ini dikarenakan kenaikan biaya
penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi.

4.7.1. Valuasi
Tabel 4.7 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham PGAS

Tabel 4.7: Valuasi PGAS


Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
EPS EoY
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015

Nilai
4.650
301
39,02
189
199,71%
6,75%
7,88%
14,63%
22,69
62,75%
15%
17,00
398
458
527
606
697

95

Projected Stock price


11.847
Tabel 4.7, lanjutan
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Harga Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010

2.687
1.686
13.533

Fair Value
Margin of Safety

6.838
47,05%

11.806
10.299
8.985
7.838
6.838

Saham dari perusahaan ini masih sangat menarik. Dengan nilai wajar Rp
6838, harga pasar ini Rp 4650, masih di bawah nilai wajarnya sebesar 47.05%.

96

4.7.2. Analisis Teknikal


Gambar 4.7 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham PGAS

Gambar 4.7: Grafik Saham PGAS

Grafik dari saham ini menggambarkan kenaikan yang dimulai dengan adanya
pola double bottom. Setelah menembus resistancenya yang juga dijadikan range
untuk target price berikutnya berada di 4.000 an. Setelah harga bergerak mencapai
target price tersebut harga saham ini cenderung sideways. Target price berikutnya
ada di level 5400. Perusahaan ini sendiri termasuk dalam sektor infrastruktur yang

97

merupakan sektor defensif. Saat ekonomi tumbuh maka perusahaan ini ikut tumbuh
dengan pertumbuhan di bawah sektor lain.

4.8. PT United Tractors Tbk


Walaupun penjualan dari perusahaan ini mengalami pertumbuhan 27.64%,
akan tetapi laba bersih nya sendiri hanya mengalami pertumbuhan yang kecil. Hal ini
dikarenakan meningkatnya biaya penjualan yang harus ditanggung oleh perusahaan.

4.8.1. Valuasi
Tabel 4.8 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham UNTR.
Tabel 4.8: Valuasi UNTR
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
EPS EoY
Akhir tahun 2011

Nilai
22.900
1.257
16,51
458
45,90%
6,75%
7,88%
14,63%
15,66
36,41%
15%
12,00
1.663

98

Tabel 4.8, lanjutan


Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price
Harga Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Fair Value
Margin of Safety

Saham dari perusahaan ini

1.912
2.199
2.529
2.908
34.896
11.210
4.081
38.977
34.002
29.663
25.877
22.574
19.693
19.693
-14,00%

nilai wajarnya Rp. 19.693. Di pasar sendiri

harganya adalah Rp 22.900. Terdapat perbedaan 14%.antara nilai wajar dan harga
pasarnya.

99

4.8.2. Analisis Teknikal


Gambar 4.8 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham UNTR
Gambar 4.8: Grafik Saham UNTR

Pada grafik dari saham ini pergerakan harga membentuk pola cup and handle.
Dengan mengambil range dari nilai terendah ke resistance di pola ini, didapat target
price pergerakan saham berikutnya di sekitar level 20000. Target price tersebut tidak
terlalu jauh dari fair valuenya.

100

4.9. PT Gudang Garam Tbk.


Perusahaan ini berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 14.31%.
Laba bersihnya sendiri juga ikut tumbuh sebesar 19.98%.

4.9.1. Valuasi
Tabel 4.9 di bawah ini adalah model dari valuasi untuk saham GGRM
Tabel 4.9: Valuasi GGRM
Item
Harga saat ini
Est EPS (EOY)
Average P/E
Dividend
Long-term EPS Growth
Deposito
Risk Premium
Required Return
EOY P/E (est.)
Dividend Payout ratio
Long-term EPS Growth
(proj.)
Long-term P/E (proj.)
EPS EoY
Akhir tahun 2011
Akhir tahun 2012
Akhir tahun 2013
Akhir tahun 2014
Akhir tahun 2015
Projected Stock price
Total EPS (5 Years)
Total Dividends (5 Years)
Total Stock Price

Nilai
40.000
2.065
13,26
913
44,31%
6,75%
7,88%
14,63%
16,02
44,21%
15%
12,00
2.732
3.141
3.612
4.154
4.777
57.329
18.417
8.142
65.472

101

Tabel 4.9, lanjutan


Harga Wajar Saham
Tahun 2014
Tahun 2013
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Fair Value
Margin of Safety

57.116
49.826
43.467
37.919
33.080
33.080
-17,30%

Saham ini memiliki harga pasar Rp 40.000. Nilai wajar dari saham ini adalah Rp
33.080. Saat ini harga pasar saham berada di atas dari nilai wajarnya dengan
perbedaan 17.38%

102

4.9.2. Analisis Teknikal


Gambar 4.9 di bawah ini adalah analisis teknikal untuk saham GGRM
Gambar 4.9: Grafik GGRM

Grafik dari saham ini menunjukkan rally yang terjadi. Kenaikan yang diikuti
dengan volume pembelian yang besar mengkonfirmasi kenaikan harga. Tidak ada
pola yang ditemukan hanya channel yang membatasi range pergerakan saham ini,
sehingga tidak bisa untuk menentukan target price pada pergerakan harga saham ini.

103

BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

5.1. Kesimpulan
1. Valuasi yang dilakukan terhadap sembilan perusahaan dalam penelitian ini,
enam dari sembilan saham memiliki harga pasar overvalue. Harga pasar tiga saham
yang lain masih di bawah nilai wajarnya. Dua dari tiga saham yang masih undervalue
adalah berasal dari sektor infrastruktur yang cenderung defensif dan lagging.
Sedangkan enam saham yang overvalue merupakan saham perusahaan yang
sektornya termasuk tumbuh cepat seiring dengan tumbuhnya perekonomian. Di
bawah ini tabel 5.1 yang menunjukkan hasil valuasi tersebut:

Tabel 5.1: Hasil Valuasi

Sektor

Fair
Value

1 ASII

Misc Industries

44,591.00 54,550.00

-18.26%

2 BBCA

Finance

4,646.00

6,400.00

-27.40%

3 TLKM

Infrastruktur

10,712.00 8,000.00

33.90%

4 BMRI

Finance

4,124.00

6,400.00

-35.56%

5 BBRI

Finance

6,523.00

5,250.00

24.25%

6 UNVR

Consumer goods

10,983.00 16,500.00

7 PGAS

Infrastruktur

6,838.00

No Saham

Harga
Pasar

4,650.00

Margin of
Safety

-33.98%
47.05%

104

Tabel 5.1, lanjutan

8 UNTR

Trade

19,693.00 22,900.00

-14.00%

9 GGRM

Consumer goods

33,080.00 40,000.00

-17.38%

2. Analisis teknikal yang dilakukan terhadap sembilan saham perusahaan


dengan rentang periode September 2008 sampai dengan Desember 2010 tersebut
mengidentifikasi beberapa pola grafik yang menjadi acuan untuk menetapkan target
price pergerakan harga saham. Perlu diingat, periode yang dijadikan periode analisis
adalah saat terjadi krisis global sampai dengan pemulihan. Berikut tabel 5.2 yang
memuat hasil dari analisis teknikal
Tabel 5.2: Analisis Teknikal Terhadap Sembilan Saham
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kode
Saham
ASII
BBCA
TLKM
BMRI
BBRI
UNVR
PGAS
UNTR
GGRM

Formasi

Three white soldiers

Three white soldiers

Pola
Grafik
Double Bottom
Cup and Handle
Double Top
Double Bottom
Double Bottom
Break Resistance
Double Bottom
Cup and Handle
Tidak ada Pola

Target
Price 1
21050
5200

Target
Price 2
36200

Target
Price 3
50000

4300
3000
15400
4000
20000

6100
4500

6000

5400

Keterangan: Nilai yang diberi warna sudah tercapai


Pada sembilan saham dalam penelitian ini, enam diantaranya sudah overvalue
jika dilihat dari valuasi nya. Sebaliknya, ke lima saham tersebut dari analisis teknikal
nya berhasil mencapai target price selama periode dalam penelitian, sedangkan pada
satu saham, yaitu GGRM,tidak ditemukan pola grafik. Analisis valuasi terhadap

105

saham-saham tersebut, ke tiga saham masih undervalue. Satu saham belum mencapai
target pricenya, yaitu PGAS, satu saham, yaitu BBRI berhasil mencapai target price
nya. Satu saham lagi, yaitu TLKM, analisis teknikal menunjukkkan kecenderungan
harga akan turun, walau dengan valuasi nilai wajarnya masih di atas. Analisis
sembilan saham di Bursa Efek Indonesia tersebut memperlihatkan bahwa para pelaku
pasar di bursa kita cenderung masih bereaksi berlebihan terhadap pemulihan ekonomi
yang terjadi, ekspektasi kinerja perusahaan yang mungkin berlebihan juga akan
membuat harga saham di pasar naik meninggalkan nilai wajarnya.

5.2 Saran-saran
Karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya:
1. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan analisis laporan keuangan periode
lima tahun sebelumnya. Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat melakukan
forecasting untuk laporan keuangan periode yang akan datang.
2. Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis dengan menggunakan valuasi
dan analisis teknikal secara terpisah. Disarankan untuk penelitian berikutnya akan
mengukur korelasi antara kedua metode tersebut.

106

5.3. Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Laporan
keuangan yang digunakan bukanlah data resmi dari perusahaan yang diteliti, hal ini
karena sangat susah untuk bisa mendapatkan data lima tahun ke belakang dari
perusahaan yang bersangkutan.
Data yang digunakan untuk analisis teknikal juga memiliki kekurangan
keterbatasan periode dari perangkat lunak untuk membuat grafik (charting software)
yang digunakan. Grafik yang dihasilkan hanya bisa dimulai dari tahun 2008 saja.
Beberapa asumsi proyeksi PE dan EPS yang digunakan cocok untuk sebagian
besar perusahaan, namun tetap ada beberapa perusahaan yang tidak cocok dengan
asumsi tersebut.
Valuasi yang digunakan tidak cocok untuk perusahaan dengan laporan
keuangan yang masih sedikit dan belum lengkap, khususnya untuk perusahaan yang
baru terdaftar. Selain itu, ada beberapa item di laporan keuangan yang harus
memenuhi syarat untuk bisa dianalisis.

107

DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Zvi, Kane, Alex and Marcus, A.J, Invesment, Eight Edition, MC Graw Hill
Education, 2009.
Brigham, Eugene F and Houston, Joel F, Essentials of Financial Management,
Thomson, 2007.
Brigham, Eugene F and Ehrhardt, Michael C, Financial Management, Eleven Edition,
South Western Cengage Learning, 2005.
Graham, Benjamin, The Intelligent Investor: The Definitive Book on Value
Investing, Revised Edition, HarperBusiness Essentials.
Mizrahi, Charles S, Getting Started in Value Investing, John Wiley & Sons, Inc,
2007.
Murphy, John, Technical Analysist for Financial Market, John Wiley & Sons, Inc
Tandelilin, Eduardus, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi, Kanisius, 2010
Weygandt, Kieso, Kimmel, Accounting Principles, Seventh Edition, John Wiley &
Sons, Inc, 2005
Website Financial Times: http://www.ft.com
Website Reuters: http://www.reuters.com
Website Yahoo Finance: http://www.finance.yahoo.com
Website Chartpatterns: http://www.chartpatterns.com
Website Bursa Efek Indonesia: http://www.idx.co.id
Website Hotcandlestick: http://www.hotcandlestick.com
Website Galeri Saham: http://www.galerisaham.com
Website PT Astra International Tbk: http://www.astra.co.id
Website PT Bank Central Asia Tbk: http://www.klikbca.com

108

Website PT Telekomunikasi Indonesia: http://www.telkom.co.id


Website PT Bank Mandiri Tbk: http://www.bankmandiri.co.id
Website PT Bank Rakyat Indonesia Tbk: http://www.bri.co.id
Website PT Unilever Indonesia Tbk: http://www.unilever.co.id
Website PT Perusahaan Gas Negara: http://www.pgn.co.id
Website PT United Tractors: http://www.unitedtractors.com
Website PT Gudang Garam Tbk. : http://www.gudanggaram.co.id
Website Parahita : http://www.parahita.wordpress.com

109

Lampiran 1
PT Astra International Tbk: Financial Summary
ASII
Items

2010

2009

2008

2007

2006

Revenue

129,991,000

98,526,000

97,064,000

70,183,000

55,709,184

Cost of goods sold (COGS)

103,117,000

75,755,000

75,334,000

53,694,000

43,386,103

Operating Income

14,725,000

12,756,000

11,876,000

8,501,000

4,243,243

Net Income

14,366,000

10,040,000

9,191,000

9,421,000

3,712,097

Earning per Share

3,548.91

2,480.24

2,270.50

2,327.32

916.94

Dividend per Share

1,300.15

860.00

784.00

450.00

490.00

43.1%

9.2%

-2.4%

153.8%

Cash and marketable


Securities

7,078,000

8,771,000

8,852,000

6,466,000

5,148,407

Receivables

25,822,000

18,669,000

15,973,000

14,703,000

4,558,244

Inventory

10,842,000

7,282,000

8,666,000

4,582,000

4,000,697

Current Assets

46,843,000

36,742,000

35,531,000

28,160,000

15,731,494

Fixed Assets

28,888,000

24,555,000

20,679,000

13,005,000

13,030,347
57,929,290

Assets

112,857,000

88,938,000

80,740,000

63,520,000

Account payable

9,275,000

7,278,000

6,815,000

4,434,000

3,390,084

Current Liabilities

36,482,000

26,760,000

26,883,000

21,343,000

20,070,497

Long-term debt

13,935,000

10,667,000

10,554,000

8,848,000

10,214,659

Total Debt

31,738,000

21,921,000

23,533,000

19,846,000

23,177,787

Liabilities

54,168,000

49,044,000

47,660,000

36,557,000

35,553,524

Equity

58,689,000

39,894,000

33,080,000

26,963,000

22,375,766

Retained earnings

44,731,000

35,586,000

29,027,000

22,489,000

17,791,041

4,048

4,048

4,048

4,048

4,048

484,000

547,000

597,000

762,000

760,726

Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations

2,907,000

11,335,000

9,953,000

11,244,000

8,945,292

Capital Expenditures

-6,340,000

-5,296,000

-5,483,000

-2,969,000

-2,406,848

iss (Retirmnt) of Debt

9,172,000

-1,372,000

1,873,000

-4,358,000

-2,246,920

54,550

34,700

10,550

27,300

15,700

Price
Profitability Ratio
Gross Margin

20.67%

23.11%

22.39%

23.49%

22.12%

Operating margin

11.33%

12.95%

12.24%

12.11%

7.62%

Net Profit Margin

11.05%

10.19%

9.47%

13.42%

6.66%

ROE

29.14%

27.52%

30.61%

38.19%

ROA

14.57%

12.29%

13.32%

16.39%

Current Ratio

1.3

1.4

1.3

1.3

0.8

Cash Ratio

0.2

0.3

0.3

0.3

0.3

Liquidity Ratios

110

Acid test ratio (Quik ratio)

1.0

1.1

1.0

1.1

0.6

0.9

1.2

1.4

1.4

1.6

Debt Ratios
DER ratio
Long time DER
Interest coverage ratio

0.2

0.3

0.3

0.3

0.5

30.4

23.3

19.9

11.2

5.6

Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio
Payout ratio
Dividend yield

1.7

1.4

0.4

1.6

1.1

15.4

14.0

4.6

11.7

17.1

12.6

36.64%

34.67%

34.53%

19.34%

53.44%

35.72%

2.38%

2.48%

7.43%

1.65%

3.12%

PBV

3.8

3.5

1.3

4.1

2.8

PEG ratio

0.3

0.3

0.1

0.2

FCF

-3,433,000

6,039,000

4,470,000

8,275,000

6,538,444

Net Working Capital

10,361,000

9,982,000

8,648,000

6,817,000

-4,339,003

5.4%

6.7%

13.1%

5.8%

4.3%

37.5%

36.9%

40.5%

42.9%

48.8%

-64.3

23.3

9.6

13.4

9.7

Special Ratios & Numbers

Earning Yield
ROC
P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth

23.59%

Revenue Growth Consistency

95.12%

Earning Growth

40.26%

Earning Growth Consistency

83.68%

111

Lampiran 2
PT Telekomunikasi Indonesia Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items

TLKM
2010

2009

2008

2007

2006

Revenue

16,046,414

14,549,413

12,301,277

9,590,596

7,495,728

Cost of goods sold (COGS)

12,393,834

13,436,405

13,832,548

13,831,703

13,026,696

Operating Income

22,491,120

22,787,636

22,436,968

26,472,708

21,593,241

Net Income

11,536,999

11,398,826

29,450,858

12,857,018

11,005,577

Earning per Share

585.55

579.22

1,491.29

644.08

547.15

Dividend per Share

288.17

323.59

407.59

303.21

267.50

1.2%

-61.3%

129.1%

16.8%

21.5%

Cash and marketable


Securities

9,490,282

8,164,967

7,156,989

10,300,295

8,400,328

Receivables

4,566,905

4,584,060

4,188,597

3,920,007

4,224,594

Inventory

515,536

435,244

511,950

211,441

213,329

Current Assets

18,730,627

16,186,024

14,622,310

15,978,095

13,920,792

Fixed Assets

75,832,408

76,419,897

71,066,244

60,780,899

55,232,692

Assets

75,135,745

99,758,447

97,814,160

91,256,250

82,058,760

Account payable

7,510,795

828,311

698,966

1,391,060

221,602

Current Liabilities

20,472,898

26,893,125

26,998,151

20,674,629

20,535,685

Long-term debt

16,655,754

14,899,229

13,240,900

10,595,319

10,249,038

Total Debt

22,015,221

22,659,292

20,341,133

15,999,797

15,612,437

Liabilities

43,343,664

59,161,900

56,942,179

48,310,181

47,067,056

Equity

56,414,783

38,652,260

34,314,071

33,748,579

28,068,689

Retained earnings

41,907,443

36,129,718

31,499,963

28,915,008

22,105,438

19,669

19,669

19,669

19,915

20,042

1,928,035

2,095,978

1,641,285

1,436,165

12,286,354

Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations

27,758,763

29,811,604

24,553,925

27,727,272

26,695,188

Capital Expenditures

-15,674,994

-21,143,162

-16,230,727

-15,056,802

-16,336,628

iss (Retirmnt) of Debt

-777,537

2,447,227

2,267,310

1,007,930

1,010,262

7,950

9,450

6,900

10,150

10,100

0.23

0.08

-0.12

-0.44

-0.74

Price

Profitability Ratio
Gross Margin
Operating margin

1.40

1.57

1.82

2.76

2.88

Net Profit Margin

0.72

0.78

2.39

1.34

1.47

ROE

0.24

0.31

0.87

0.42

ROA

0.13

0.14

0.35

0.18

Liquidity Ratios

112

Current Ratio

0.91

0.60

0.54

0.77

0.68

Cash Ratio

0.46

0.30

0.27

0.50

0.41

Acid test ratio (Quik ratio)

0.89

0.59

0.52

0.76

0.67

Debt Ratios
DER ratio

0.77

1.53

1.66

1.43

1.68

Long time DER

0.30

0.39

0.39

0.31

0.37

11.67

10.87

13.67

18.43

1.76

9.74

12.78

11.03

21.08

27.01

Interest coverage ratio


Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio

13.58

16.32

4.63

15.76

18.46

13.75

Payout ratio

0.49

0.56

0.27

0.47

0.49

0.46

Dividend yield

0.04

0.03

0.06

0.03

0.03

PBV

2.77

4.81

3.96

5.99

7.21

PEG ratio

0.63

0.76

0.22

0.73

FCF

12,083,769.00

12,670,470.00

10,358,560.00

Net Working Capital

8,323,198.00
12,375,841.00

Special Ratios & Numbers

-1,742,271.00

8,668,442.00
10,707,101.00

-4,696,534.00

-6,614,893.00

Earning Yield

0.11

0.09

0.12

0.11

0.09

ROC

0.30

0.35

0.38

0.47

0.44

12.94

21.44

16.31

15.95

19.54

P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth

0.21

Revenue Growth Consistency

0.99

Earning Growth

0.01

Earning Growth Consistency

0.00

113

Lampiran 3
PT Unilever Indonesia: Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
Revenue

UNVR

2010

2009

2008

2007

2006

19,690,239

18,246,872

15,577,811

12,544,901

11,335,241

Cost of goods sold (COGS)

9,485,274

9,205,131

7,946,674

6,247,189

5,704,438

Operating Income

4,542,625

4,214,891

3,431,098

2,777,360

2,435,370

Net Income

3,386,970

3,044,107

2,407,231

1,964,652

1,721,595

Earning per Share

444.72

399.77

315.75

257.74

226.20

Dividend per Share

399.00

320.00

262.00

215.00

200.00

11.3%

26.5%

22.5%

14.1%

Cash and marketable


Securities

18.6%

317,759

858,322

722,347

437,224

1,014,379

Receivables

1,752,633

1,348,173

993,923

771,174

685,570

Inventory

1,574,060

1,340,036

1,284,659

857,463

763,398

Current Assets

3,748,130

3,601,711

3,103,295

2,694,667

2,604,552

Fixed Assets

4,148,778

3,035,915

2,559,875

2,199,810

1,724,663

Assets

8,701,262

7,484,990

6,504,736

5,333,406

4,626,000

Account payable

1,816,593

1,429,691

1,096,673

864,149

702,144

Current Liabilities

4,402,940

3,589,188

3,091,111

2,428,128

2,057,451
0

Long-term debt

190,000

Liabilities

4,652,409

3,782,171

3,404,424

2,641,265

2,257,473

Equity

4,048,853

3,702,819

3,100,312

2,692,141

2,368,527

Retained earnings

3,873,119

3,530,519

2,928,012

2,519,841

2,196,227

7,630

7,630

7,630

7,630

7,630

29,927

9,658

Total Debt

Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations

3,619,189

3,280,710

2,785,785

2,250,013

2,174,808

Capital Expenditures

-1,238,520

-563,129

-506,243

-614,134

-341,111

iss (Retirmnt) of Debt

190,000

16,500

11,050

7,800

6,750

6,600

Gross Margin

51.83%

49.55%

48.99%

50.20%

49.68%

Operating margin

23.07%

23.10%

22.03%

22.14%

21.48%

Net Profit Margin

17.20%

16.68%

15.45%

15.66%

15.19%

ROE

87.39%

89.49%

83.12%

77.64%

ROA

42.11%

43.62%

40.67%

39.45%

Price

Profitability Ratio

Liquidity Ratios

114

Current Ratio

0.9

1.0

1.0

1.1

1.3

Cash Ratio

0.1

0.2

0.2

0.2

0.5

Acid test ratio (Quik ratio)

0.5

0.6

0.6

0.8

0.9

DER ratio

1.1

1.0

1.1

1.0

1.0

Long time DER

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

151.8

436.4

6.4

4.6

Debt Ratios

Interest coverage ratio

#DIV/0!

#DIV/0!

#DIV/0!

Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio
Payout ratio
Dividend yield
PBV
PEG ratio

3.8

4.1

4.4

37.1

27.6

24.7

26.2

29.2

29.0

89.72%

80.05%

82.98%

83.42%

88.42%

84.92%

2.42%

2.90%

3.36%

3.19%

3.03%

31.1

22.8

19.2

19.1

21.3

2.0

1.5

1.3

1.4

2,380,669

2,717,581

2,279,542

1,635,879

1,833,697

-654,810

12,523

12,184

266,539

547,101

3.5%

4.8%

5.5%

5.1%

4.6%

130.0%

138.3%

133.4%

112.6%

107.2%

52.9

31.0

26.1

31.5

27.5

Special Ratios & Numbers


FCF
Net Working Capital
Earning Yield
ROC
P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth

14.80%

Revenue Growth Consistency

98.13%

Earning Growth

18.43%

Earning Growth Consistency

98.05%

115

Lampiran 4
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (Persero): Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
Revenue

PGAS
2010

2009

2008

2007

2006

19,765,716

18,024,279

12,793,849

8,801,822

6,632,006

Cost of goods sold (COGS)

3,506,421

3,128,261

2,909,153

1,922,122

1,428,365

Operating Income

9,035,725

7,676,026

4,657,252

3,081,690

2,393,322

Net Income

6,239,361

6,229,043

633,860

1,164,995

1,892,705

Earning per Share

257.40

261.99

26.16

48.52

83.55

Dividend per Share

144.20

41.74

34.24

41.69

20.93

0.2%

882.7%

-45.6%

-38.4%

11,065,595

6,593,237

3,499,801

1,356,950

970,804

1,949,894

1,711,200

1,619,734

1,164,222

823,300

14,046

14,120

14,522

20,840

22,789

Cash and marketable Securities


Receivables
Inventory

199.7%

Current Assets

13,858,679

9,262,712

5,196,658

3,686,366

1,977,087

Fixed Assets

16,781,897

17,329,189

17,613,479

16,446,173

13,025,528

Assets

32,087,431

28,670,440

25,550,850

20,444,622

15,113,902

643,991

828,311

698,966

1,391,060

221,602

Account payable
Current Liabilities

4,035,777

3,729,795

3,297,977

3,159,996

1,357,679

Long-term debt

10,742,889

10,605,030

12,900,300

9,961,835

7,501,536

Total Debt

12,788,078

11,716,780

13,412,387

10,265,128

7,791,981

Liabilities

16,986,477

16,938,359

18,475,323

14,507,732

9,537,868

Equity

15,100,954

11,732,080

7,055,257

5,936,890

5,576,033

Retained earnings

10,317,327

8,022,835

2,796,961

2,944,618

2,754,366

Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations

24,242

24,240

22,965

22,699

22,685

381,575

576,164

552,682

410,060

248,398

9,545,180

6,952,935

3,778,939

2,926,543

2,341,911

Capital Expenditures

-1,139,199

-1,799,491

-1,352,737

-2,510,661

-4,684,942

iss (Retirmnt) of Debt

452,699

-51,751

-317,764

1,093,192

-188,044

4,650

3,900

1,860

3,070

2,320

Gross Margin

0.82

0.83

0.77

0.78

0.78

Operating margin

0.46

0.43

0.36

0.35

0.36

Net Profit Margin

0.32

0.35

0.05

0.13

0.29

ROE

0.47

0.66

0.10

0.20

ROA

0.21

0.24

0.04

0.08

Price

Profitability Ratio

Liquidity Ratios

116

Current Ratio

3.43

2.48

1.58

1.17

1.46

Cash Ratio

2.74

1.77

1.06

0.43

0.72

Acid test ratio (Quik ratio)

3.43

2.48

1.57

1.16

1.44

Debt Ratios
DER ratio

1.12

1.44

2.62

2.44

1.71

Long time DER

0.71

0.90

1.83

1.68

1.35

23.68

13.32

8.43

7.52

9.64

5.70

5.24

3.34

7.92

7.94

Interest coverage ratio


Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio

18.07

14.89

71.09

63.27

27.77

39.02

Payout ratio

0.56

0.16

1.31

0.86

0.25

0.63

Dividend yield

0.03

0.01

0.02

0.01

0.01

PBV

7.46

8.06

6.05

11.74

9.44

PEG ratio

0.09

0.07

0.36

0.32

FCF

8,405,981.00

5,153,444.00

2,426,202.00

415,882.00

2,343,031.00

Net Working Capital

Special Ratios & Numbers

9,822,902.00

5,532,917.00

1,898,681.00

526,370.00

619,408.00

Earning Yield

0.07

0.07

0.08

0.04

0.04

ROC

0.34

0.34

0.24

0.18

0.18

13.41

18.34

17.61

167.56

-22.46

P/FCF
Growth & Consistency
Revenue Growth

0.31

Revenue Growth Consistency

0.98

Earning Growth

0.35

Earning Growth Consistency

0.61

117

Lampiran 5
PT United Tractors Tbk Financial Summary
UNTR
Items

2010

2009

2008

2007

2006

Revenue

37,323,872

29,241,883

27,903,196

18,165,598

13,719,567

Cost of goods sold (COGS)

30,528,174

22,570,824

22,403,992

14,918,211

11,338,614

Operating Income

5,162,521

5,168,744

4,158,663

2,397,187

1,337,118

Net Income

3,872,931

3,817,541

2,660,742

1,493,037

930,372

1,110.98

1,093.21

834.71

456.93

276.37

471.23

336.50

234.13

133.39

142.59

1.5%

43.5%

78.2%

60.5%

Earning per Share


Dividend per Share

45.9%

Cash and marketable


Securities

1,343,220

2,769,187

3,324,942

1,036,406

914,887

Receivables

5,349,688

4,549,566

3,630,637

3,007,519

2,060,836

Inventory

7,669,789

4,144,024

5,521,368

2,555,024

1,949,226

Current Assets

15,532,762

11,969,001

12,883,590

7,036,656

5,402,542

Fixed Assets

13,261,374

11,835,726

9,505,248

5,527,058

519,154

Assets

29,700,914

24,404,828

22,847,721

13,002,619

11,247,846

Account payable

5,531,387

4,164,316

4,366,722

2,172,727

1,354,254

Current Liabilities

9,919,225

7,225,966

7,874,135

5,238,663

4,049,798

Long-term debt

2,698,843

2,367,322

2,967,353

1,842,476

2,427,932

Total Debt

5,680,355

3,736,038

4,860,354

3,883,699

4,742,246

Liabilities

13,535,508

10,561,118

11,716,114

7,269,284

6,653,409

Equity

16,165,406

13,843,710

11,131,607

5,733,335

4,594,437

Retained earnings

11,139,012

8,896,251

6,243,117

4,320,054

3,240,500

3,460

3,460

3,460

3,100

3,100

207,141

188,467

283,117

415,281

398,847

Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations

2,423,881

5,101,022

4,253,895

2,657,778

1,623,773

Capital Expenditures

-3,357,689

-3,152,732

-5,030,481

-1,241,979

-617,225

iss (Retirmnt) of Debt

1,604,525

-1,032,963

197,896

-1,324,837

-375,236

22,900

14,400

4,225

10,000

6,025

Gross Margin

18.21%

22.81%

19.71%

17.88%

17.35%

Operating margin

13.83%

17.68%

14.90%

13.20%

9.75%

Net Profit Margin

10.38%

13.06%

9.54%

8.22%

6.78%

ROE

25.81%

30.57%

31.55%

28.91%

ROA

14.85%

16.72%

15.95%

14.71%

Price

Profitability Ratio

Liquidity Ratios

118

Current Ratio

1.6

1.7

1.6

1.3

1.3

Cash Ratio

0.1

0.4

0.4

0.2

0.2

Acid test ratio (Quik ratio)

0.8

1.1

0.9

0.9

0.9

Debt Ratios
DER ratio

0.8

0.8

1.1

1.3

1.4

Long time DER

0.2

0.2

0.3

0.3

0.5

24.9

27.4

14.7

5.8

3.4

2.1

1.7

0.5

1.7

1.4

Interest coverage ratio


Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio

20.6

13.2

5.1

21.9

21.8

16.5

42.42%

30.78%

28.05%

29.19%

51.59%

36.41%

2.06%

2.34%

5.54%

1.33%

2.37%

PBV

4.9

3.6

1.3

5.4

4.1

PEG ratio

0.4

0.3

0.1

0.5

Payout ratio
Dividend yield

Special Ratios & Numbers


FCF
Net Working Capital
Earning Yield
ROC
P/FCF

-933,808

1,948,290

-776,586

1,415,799

1,006,548

5,613,537

4,743,035

5,009,455

1,797,993

1,352,744

5.6%

8.6%

15.8%

6.3%

5.3%

27.4%

31.2%

28.7%

32.7%

71.4%

-84.9

25.6

-18.8

21.9

18.6

Growth & Consistency


Revenue Growth

28.43%

Revenue Growth Consistency

96.54%

Earning Growth

42.84%

Earning Growth Consistency

94.80%

119

Lampiran 6
PT Gudang Garam Tbk: Financial Summary
IDR Millions (Except for per share item)
Items
Revenue

GGRM
2010

2009

2008

2007

2006

37,691,997

32,973,080

30,251,643

27,389,265

26,339,297

Cost of goods sold (COGS)

3,007,726

1,958,679

1,990,872

1,786,055

2,526,343

Operating Income

4,542,625

4,214,891

3,431,098

2,777,360

2,435,370

Net Income

4,146,282

3,455,702

1,880,492

1,443,585

1,007,822

2,154.93

1,796.02

315.75

977.34

750.27

650

350

250

250

500

20.0%

83.8%

30.3%

43.2%

1,249,249

1,222,997

1,134,826

486,586

439,140

915,004

1,038,958

2,098,598

2,639,274

2,505,726

Inventory

20,174,168

16,853,310

13,528,987

13,502,038

11,649,091

Current Assets

22,908,293

19,548,533

17,008,576

17,124,562

14,815,847

7,406,632

7,019,464

6,608,094

6,410,978

6,841,100

30,741,679

27,230,965

24,072,959

23,779,951

21,773,034

375,048

322,781

175,185

223,701

165,244

8,481,933

7,961,279

7,670,532

87,753,417

7,855,005

Earning per Share


Dividend per Share
Cash and marketable
Securities
Receivables

Fixed Assets
Assets
Account payable
Current Liabilities
Long-term debt
Total Debt
Liabilities

44.3%

2,683,654

3,182,762

4,331,923

4,419,076

4,921,567

9,554,517

8,929,428

8,553,693

9,660,155

8,575,801

Equity

21,197,162

18,301,537

15,519,266

14,119,796

13,157,233

Retained earnings

20,181,418

17,285,793

14,503,522

13,010,923

12,048,360

1,924

1,924

1,924

1,924

1,924

238,285

445,230

553,073

335,210

602,353

Outstanding shares
Interest Expense
Cash Flow from Operations

2,879,598

3,265,201

2,260,895

1,449,178

1,905,618

Capital Expenditures

-1,097,169

-874,569

-411,738

-260,998

-114,990

iss (Retirmnt) of Debt

-499,108

-1,149,161

-87,642

-502,491

-760,326

40,000

21,550

4,250

8,500

10,200

0.92

0.94

0.93

0.93

0.90

Price

Profitability Ratio
Gross Margin
Operating margin

0.12

0.13

0.11

0.10

0.09

Net Profit Margin

0.11

0.10

0.06

0.05

0.04

ROE

0.21

0.20

0.13

0.11

ROA

0.15

0.15

0.09

0.07

Liquidity Ratios

120

Current Ratio

2.70

2.46

2.22

0.20

1.89

Cash Ratio

0.15

0.15

0.15

0.01

0.06

Acid test ratio (Quik ratio)

0.32

0.34

0.45

0.04

0.40

Debt Ratios
DER ratio

0.45

0.49

0.55

0.68

0.65

Long time DER

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

19.06

9.47

6.20

8.29

4.04

2.04

1.26

0.27

0.60

0.75

Interest coverage ratio


Market Ratiios
Price to sales ratio
Price to earning ratio

18.56

12.00

13.46

8.70

13.60

13.26

Payout ratio

0.30

0.19

0.79

0.26

0.67

0.44

Dividend yield

0.02

0.02

0.06

0.03

0.05

PBV

3.63

2.27

0.53

1.16

1.49

PEG ratio

0.42

0.27

0.30

0.20

1,782,429.00

2,390,632.00

1,849,157.00

1,790,628.00

0.09

Special Ratios & Numbers


FCF

14,426,360.00

11,587,254.00

9,338,044.00

1,188,180.00
70,628,855.00

Earning Yield

0.05

0.08

0.21

0.11

ROC

0.21

0.23

0.22

-0.04

0.18

43.18

17.34

4.42

13.76

10.96

Net Working Capital

P/FCF

6,960,842.00

Growth & Consistency


Revenue Growth

0.09

Revenue Growth Consistency

0.95

Earning Growth

0.42

Earning Growth Consistency

0.94

121

Vous aimerez peut-être aussi