Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
Alfun Hidayatulloh
NIM 122310101047
MAKALAH
oleh
Alfun Hidayatulloh
NIM 122310101047
: 122310101047
A. Pendahuluan
Bidang pendidikan merupakan suatu hal penting didalam kehidupan manusia.
Dengan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesejahteraan manusia.
Pendidikan formal maupun informal yang pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan, kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, dan kepribadian.
Dalam
hubungannya
dengan
pembangunan
negara
dimasa
kini,
pemerintah
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek
ditempatkan dalam golongan tertentu. Menurut Singarimbun dan Effendi (2009)
pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga
dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan
suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam
merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar di kelas maupun tutorial. Sedangkan metode berada di dalam
model sebagai cara, pendekatan, atau proses yang tersusun secara sistematis yang
digunakan guru, dan dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2.
Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui
bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini
adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220).
Menurut Arikunto dan Cepi (2008: 2), evaluasi adalah kegiatan untuk
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah
keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasiinformasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang
akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Menurut Uzer (2003 : 120),
mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk
memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih
yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam
ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif,
karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional
berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan.
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi beberapa ahli di atas, dapat ditarik
benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan
oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan
program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program
tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya
yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan
inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan
output lewat suatu proses (Sudharsono dalam Lababa, 2008).
3. Pengertian Pembelajaran
Menurut Corey, Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Menurut Dimyati
dan Mudjiono, Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.
Menurut Trianto, Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,
yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
kesenian
dan
dapat
dilakukan
melalui
proses
pembelajaran
yang
C. Pembahasan
Berdasarkan karakteristik dari setiap model pembelajaran tersebut, Joyce dan Weil
mengklasifikasi model-model pembelajaran kedalam empat rumpun model, yaitu :
1. Rumpun Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Models).
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini bertolak dari
prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongandorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara
menggali
dan
mengupayakan
mengorganisasikan
data,
jalan
serta
keluarnya
merasakan
adanya
pengembangkan
masalah
bahasa
dan
untuk
yang
diperoleh
di
dalam
dan
dengan
yang
memungkinkan
penciptaan
sistem
lingkungan
belajar
yang
2.
4.
disiapkan.
5.
Self-directing learning : merencanakan kegiatan belajar, melakasanakan dan
menilai pengalaman belajarnya sendiri serta peningkatan pengetahuan, keahlian,
prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode
dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Memberikan mahasiswa kemampuan
untuk
untuk
mengkombinasikan
perkembangan
kemampuan
dengan
perkembangan karakter .
6.
Collaborative learning: proses belajar kelompok yang setiap anggota
menyumbangkan informasi, pengalaman, ide,sikap, pendapat, kemampuan, dan
keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan
pemahaman seluruh anggota. Proses belajar
bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk
8.
9.
metoda
pembelajaran
yang
menggunakan
Evaluasi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang
telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan dan
kemudian akan dapat membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja
program dan memperkirakan hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan
tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai-yang diharapkan dan
tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang baik, bagi pelaksana kegiatan agar
dapat memfokus diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya
dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran.
2. Model Kesenjangan
Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) adalah untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara baku (standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja
(performance) sesungguhnya dari program tersebut berdasarkan kriteria yang
ditetapkan. Kinerja adalah hasil pelaksanaan program sedangkan kesenjangan yang
dapat dievaluasi dalam program pendidikan.
Oleh karena itu model evaluasi ini memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi,
proses, produk dan membandingkan. Model Goal Free Evaluation (GFE) maksudnya,
bahwa para evaluator atau penilai mengambil dari berbagai laporan atau catatan
pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan pengaruh- pengaruh yang tidak diinginkan
dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat
terhadap usulan tujuan-tujuan dalam evaluasi, tetapi tidak dalam proses evaluasi atau
produk.
3.
penilaian yang bervariasi setidaknya ada 2 peran penting: formatif, untuk membantu
dalam mengembangkan kurikulum, dan sumatif, yakni untuk menilai manfaat dan
kurikulum yang telah mereka kembangkan dan penggunaannya atau penempatannya di
sekolah-sekolah. Evaluasi formatif memberikan umpan balik secara terus menerus
untuk membantu pengembangan program, dan memberikan perhatian yang banyak
terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar isi validitas, tingkat penguasaan kosa kata,
keterbacaan dan berbagai hal lainnya. Secara keseluruhan evaluasi formatif adalah
evaluasi dari dalam yang menyajikan untuk perbaikan atau meningkatkan hasil yang
dikembangkan. Evaluasi sumatif mengemukakan atau mengajukan pertanyaanpertanyaan seperti apakah produk tersebut lebih efektif dan lebih kompetitif. Evaluasi
sumatif dilakukan untuk menentukan bagaimana akhir dari program tersebut bermanfaat
dan juga keefektifan program tersebut.
4.
Model Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang
6. Sistem Model
Hakikat evaluasi menurut sistem model adalah untuk membandingkan performance
dari berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan seju mlah kriteria
tertentu, akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgment mengenai sistem yang
dinilai tersebut. Prinsip-prinsip model ini adalah sebagai berikut.
a. Menekankan pentingnya sistem sebagai suatu kesel uruhan yang dijadikan objek
penilaian, tanpa membatasi pada aspek hasil yang dicapai saja.
b. Perbandingan antara performance dan criteria merupakan salah satu inti yang
penting.
c. Kegiatan penilaian tidak hanya berakhir pada sua tu deskripsi tentang keadaan
dari sistem yang telah dinilainya, melainkan harus sampai pada suatu
judgment
7. Illuminative Model
Tujuan penilaian menurut model ini adalah mengadakan studi yang cermat
terhadap sistem yang bersangkutan. Studi difokuskan pada permasalahan bagaimana
implementasi suatu sistem dipengaruhi oleh situasi sekolah, tempat sistem tersebut
dikembangkan, keunggulan, kelemahan, serta pengaruhnya terhadap proses belajar
siswa. Hasil evaluasi ditekankan pada deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan
prediksi sebagaimana model sebelumnya. Dalam pelaksanaan evaluasi, model ini lebih
menekankan penggunaan judgment, selaras dengan semboyannya the judgment is the
evaluation.
Objek evaluasi yang diajukan dalam model ini mencakup; latar belakang dan
perkembangan yang dialami oleh sistem yang bersangkutan, proses implementasi
(pelaksanaan) sistem, hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa, serta kesukarankesukaran yang dialami dari tahap perencanaan hingga implementasinya di lapangan. Di
samping itu, dampak yang ditimbulkan dari suatu sistem seperti; kebosanan yang
terlihat pada siswa dan guru, keterg antungan secara intelektual, hambatan terhadap
perkembangan sikap sosial, dan sebagainya.
8.
Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan
kepada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku
awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini
menunjukkan bahwa seorang evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku
apa yang terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan
menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh
pembelajaran. Penggunaan model Tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku
terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran. Istilah yang populer
dikalangan guru adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
digunakan tergantung kepada tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi akan
menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program berdasarkan kriteria program
khusus. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan dan
menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program. Kekurangannya
adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak
diharapkan.
10. Model Educational System Evaluation
Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai
dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baikyang bersifat
mutlak/intern maupun relatif/ekstern. Model yang menekankan sistem sebagai suatu
keseluruhan ini sebenarnya merupakan penggabungan dari beberapa model, sehingga
objek evaluasinyapun diambil dari beberapa model.
11. Model Alkin
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan,
mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi,
sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa
alternatif. Alkin mengemukakan ada lima jenis evaluasi, yaitu:
a. sistem assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi
dari suatu sistem;
b. program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program;
c. program implementation, yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu
program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana
yang direncanakan;
d. program improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu
program dapat berfungsi, bekerja atau berjalan;
e. program certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat
suatu program.
12. Model Brinkerhoff
Robert O.Brinkerhoff (1987) mengemukakan dilihat dari segi disain evaluasi,
ada tiga jenis evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang
sama, yaitu:
a. Fixed vs Emergent Evaluation Design
Disain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematikterstruktur sebelum program dilaksanakan. Namun demikian, disain fixed dapat
juga disesuaikan dengan kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Disain
evaluasi ini dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian disusun
pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperoleh
dari sumber-sumber tertentu. Begitu juga dengan model analisis yang akan
digunakan harus dibuat sebelum program dilaksanakan.
b. Norm-Referenced Vs Criterion-Referenced Tests
Criterion-Referenced Tests (CRT) ialah tes yang dirancang untuk mengukur
seperangkat tujuan yang eksplisit. Dengan kata lain, CRT adalah sekumpulan soal
atau items yang secara langsung mengukur tingkah laku-tingkah laku yang
dinyatakan didalam seperangkat tujuan behavioral atau performance objectives.
Jadi, soal-soal CRT didasarkan atas behavioral objective tertentu. Tiap soal pada
CRT menuntut siswa untuk mendemonstrasikan penampilan yang dinyatakan dalam
tujuan.
13. Model Responsif
Sebagaimana model illuminatif, model ini juga menekankan pada pendekatan
kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan
pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang- orang
yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program.
D. Kesimpulan
Mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar tentu diharapkan mampu dan
memahami dari isi dan pesan belajar. Teori belajar pada umumnya dibagi menjadi
empat bagian teori besar, yaitu rumpun model sistem perilaku (behavioral systems)
rumpun model interaksi sosial (social models) rumpun model personal (personal
models) rumpun model pengolahan informasi (the information processing models).
Metode pembelajaran yang diterapkan pada pendidikan sarjana keperawatan di
antaranya small group discussion, role-play & simulation, case study, discovery
learning, self-directing learning, coorperative learning, collaborative learning,
contextual instruction, project based learning, problem based learning and inquiry.
Selain model dan metode pembelajaran seorang perawat juga harus mampu
melakukan evaluasi secara umum konsep evaluasi sebagai berikut, model tyler, model
yang berorientasi pada tujuan, model pengukuran, model kesesuaian, education system
evaluation model, illuminative model, dan model responsif.Seorang calon perwat harus
memahami model belajar, metode belajar dan konsep evaluasi dalam pembelajaran di
perguruan tinggi keperawatan. Seorang perawat akan menjalankan perannya sebagai
educator bagi klien dengan baik dan berkualitas.
E. DAFTAR PUSTAKA
Anggraini ,Irmalia Susi. 2005. Motivasi Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh:
Sebuah
Kajian
Pada
Interaksi
Pembelajaran
Mahasiswa.
E-Journal
http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites/default/files/3_Irma_Motivasi
%20Belajar.pdf [diunduh pada 22 Februari 2014]
Bastable, Susan B. 2002. Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Jakarta: EGC
Burhanuddin dan Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Farida, Yusuf Tayibnapis. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Novietasari, Enie, dkk. 2012. Modified Simulator Learning Method on Knowledge and
Attitude of Nursing Students Cultural Awareness at Universitas Indonesia Vol.
16, No. 1, Juni 2012: 23-28. E-Journal diakses melalui http://journal.ui.ac.id/index
.php/health/article/viewFile/1298/1187 [diunduh 22 Februari 2014]
Nursalam dan Ferry. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Purwanto, Ngalim. 1992. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT
Imperial Bhakti Utama
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Disusun oleh,
Alfun Hidayatulloh
NIP. 197606292005011001
NIM. 122310101047