Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Materi Jurnal
Pengembangan Angkutan Umum
di Daerah Suburban di Kota
Semarang Berbasis Sistem
Informasi Geografi
Aplikasi Geospasial Sebagai
Perencanaan Modifikasi
Pengembangan Sistem
Transportasi Bus Transjogja
Sebagai Solusi Transportasi
Perkotaan Yogyakarta
Pendahuluan
Metodologi
Penelitian
Buffer Zone Pelayanan
Angkutan Umum
Isoprice Pelayanan Angkutan
Umum dan Mobilitas
Masyarakat
Karakteristik Sistem Pelayanan
Angkutan Umum di Wilayah
Studi
Kesimpulan
Kesimpula
n
Kecenderungan
pergerakan
penduduk ke pusat kota dari daerah
Kondisi yang dialami daerah suburban
suburban
kota Semarang sampai
juga dialamim kota-kota metropolitan
di
akhir
Indonesia.
Umumnya
pola 2007 masih cukup besar.
perkembangan permukiman di Potensi
daerah pergerakan menjadi indikator
suburban Semarang berbentuk kebutuhan
Linear
layanan angkutan umum
mengikuti pola jaringan jalan
dan mendatang.
di masa
meloncat tidak beraturan (Aryani,2005).
SIG
mengembangkan
interaksi
antara
manusia
dan
kondisi
lingkungan fisik yang menjadikan SIG
menarik untuk digunakan.
Pendahuluan
Konsep
Perkembangan
Pengembangan
daerah
Angkutan
sub urban
Umum
kota
PotensiBerbasis
Pergerakan
penduduk
kota
Semarang
karakteristik
SemarangWilayah
dan Aplikasi GIS di lokasi Studi
Metodologi Penelitian
Buffer
Angkutan
Umum
koridor
pelayanan
o
Sistem
pelayanan
angkutan
di ialah
lokasi
studi
: ialah
Metode
Penelitian
yang
digunakan
metode
Isoprice
ialah garis
menghubungkan
daerah
ideal,
syaratyang
untuk
mencapai
perhentian
Kec.dengan
Banyumanik
:model
melingkar
mengelilingi
kawasan
Deskriptif
dengan
biaya
(isoprice)
dari
dengan
biaya
transportasi
yang sama
pada satu
perumahan
di
koridor
pelayanan
jarak
dengan
jarak
(500-1000
biaya penggunaan angkutan umum disekitar
Kec.
Gungungpati
titik
referensi
tujuan.: linear dengan pemukiman yang
m)pelayanan
angkutan umum.
menyebar
o Menggunakan
data : pemukiman yang
Kec. Tembalang dua macam
: linear dengan
Model
yang
dibuat bis
menggunakan
interpolasi
titik
Lama
operasional
adalah
16sekali
jam,jalan
dengan
o Data
menyebar
Primer (Biaya
angkutan
dan
biaya
yang
samautkdalam
garis dan
kontur
kapasitas
50 kursi
bus besar
24 biaya
kursi
foto dokumentasi)
(isoprice).
Bentuk
pengembangan
angkutan
umum
untuk mereduksi
untuk
bus
sedang
dan
mobil
penumpang
dengan
o Data
Sekunder
(data
penduduk
kota
overlap
trayek
dapat
dilakukan
ialah
konversi
moda
kapasitas
12 penumpang.
semarang,
jaringan
jalandankota,
data
dengan
yang
lebih besar
penggabungan
Wilayahkapasitas
dengan
kepadatan
rendah,
maka
rencana
tata ruang kota
trayekkecamatan,
pelayanan di wilayah
yang sama.
isopricenya trayek
tinggi disedangkan
wilayah trayek.
dengan
Penumpukan
istilahkan
overlap
Semarang 2000-2010,
dan peta
Digital GIS
kepadatan
tinggi isopricenya
rendah.
Terjadi
minimum
2penambahan
trayek overlap
danumum
maksimum
Penanganan
dengan
angkutan
dengan
kota
Semarang)
biaya
tetap menunjukkan
mobilitas overlap
mencapai dengan
30.000
13Lokasi
trayek
overlap.
Panjang
o
Penelitian
: Kec.
Tembalang,
Banyumanik
pergerakan
di tahun
2015, di Kec. Gunungpati 9000an,
kisaran
1,3-19
km.
dan Gunungpati
sedangkan
Kec. Tembalang cenderung hampir sama dengan
Kesimpulan
1.Karakteristik pola pelayanan
angkutan umum
Kecamatan
Banyumanik
Tembalang
Gunungpati
Kesimpulan (2)
2. Pengguna angkutan umum terbesar
di Kec. Banyumanik ( load factor
1,159),
Pengguna sepeda motor terbesar di
Kec. Gunungpati ( load factor
1,586),
Pengguna mobil pribadi terbesar di
Kec. Tembalang ( load factor 1,605).
Pertumbuhan mobil tertinggi di Kec.
Gunungpati
Kesimpulan (3)
3.Dari ketiga model pengembangan,
model mobilitas yang paling signifikan
adalah
model
untuk
kecamatan
Banyumanik dengan kepadatan dan
pemukiman
yang
tinggi
akan
menimbulkan mobilitas yang efisien.
4.Bentuk pengembangan yang paling
tepat untuk rute angkutan umum yang
padat adalah reduksi trayek diikuti
konversi ke moda berkapasitas besar.