Vous êtes sur la page 1sur 15

SISTEM PEMERINTAH

I
NDONEESIA
SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER

Disusun Oleh : Kelompok 8


Dora Endah Tiyaswuri
Vira Adrini Zain
Sapardi

1. Pengertian Sistem Pemerintahan


Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional terhadap keseluruhan. Dengan demikian dalam usaha ilmiah sistem
adalah suatu tatanan atau susunan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari bagianbagian atau komponenyang berkaitan antara satu dengan lainnya secara teratur dan
terencana untuk mencapai suatu tujun. Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah
segala bentuk kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organorgan negara yang mempunyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan kekuasaan.
Pengertian pemerintahan seperti ini mencakup kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan
negara yang dilakukan oleh eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Dalam arti yang
sempit, pemerintahan adalah aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh fungsi
eksekutif, presiden ataupun perdana menteri, sampai dengan level birokrasi yang paling
rendah tingkatannya. Dari dua pengertian tersebut, maka dalam melakukan pembahasan
mengenai pemerintahan negara titik tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks
pemerintahan dalam arti luas. Yaitu meliputi pembagian kekuasaan dalam negara,
hubungan antar alat-alat perlengkapan negara yang menjalankan kekuasaan tersebut.
Dengan demikian, jika pengertian pemerintahan tersebut dikaitkan dengan
pengertian sistem, maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu
tatanan atau susunan pemerintahan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organorgan pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional
di antara organ-organ tersebut baik secara vertikal maupun horisontal untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan
adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya
lembaga negaradalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan
pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

2. Sistem Pemerintahan Indonesia


1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS
Sistem Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah
Parlementer yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain :
a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah Ketentuan
pasal tersebut menunjukkan bahwa RIS mempergunakan sistem pertanggung jawaban
menteri.
2) Sistem Pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950
UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur
dalam konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan :
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik
bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
3) Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum diamandemen:
1. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR.
2. DPR sebagai pembuat UU.
3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan.
4. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan.
5. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.
6. BPK pengaudit keuangan.
4) Sistem Pemerintahan setelah amandemen
1. MPR bukan lembaga tertinggi lagi.
2. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh
rakyat.
3. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
4. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
5. Kekuasaan Legislatif lebih dominan.
Negara indonesia adalah negara yang berbentuk republik. Pemerintahan republik adalah
suatu pemerintahan dimana seluruh atau sebagian rakyat memegang kekuasaan yang

tertinggi di dalam negara. Oleh karena itu, kadaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut undang-undang dasar.

3. Jenis Jenis Sistem Pemerintahan Indonesia


a. Sistem Presidensial
Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga dengan sistem kongresional,
merupakan sistem pemerintahan negararepublik di mana kekuasan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Menurut Rod Hague,
pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:
Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan yang terkait. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan
yang tetap, tidak bisa saling menjatuhkan. Tidak ada status yang tumpang tindih antara
badan eksekutif dan badan legislatif.
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya. Model ini dianut oleh Amerika
Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika
Tengah.
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara
singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan i Indonesia adalah
sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem
pemerintahan presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Apalagi bila dirunut
dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan.
Indonesia pernah menganut sistem kabinet parlementer pada tahun 1945 - 1949.
kemudian pada rentang waktu tahun 1949 - 1950, Indonesia menganut sistem
pemerintahan parlementer yang semu. Pada tahun 1950 - 1959, Indonesia masih
menganut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi liberal yang masih bersifat

semu. Sedangkan pada tahun 1959 - 1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan
secara demokrasi terpimpin. Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti
sampai disitu saja. Karena terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut
UUD 1945 sebelum UUD 1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945
pada tahun 1999 - 2002. Berikut ini adalah perbedaan sistem pemerintahan sebelum
terjadi

amandemen

dan

setelah

terjadi

amandemen

pada

UUD

1945

Sebelum terjadi amandemen :

MPR menerima kekuasaan tertinggi dari rakyat

Presiden sebagai kepala penyelenggara pemerintahan

DPR berperan sebagai pembuat Undang - Undang

BPK berperan sebagai badan pengaudit keuangan

DPA berfungsi sebagai pemberi saran/pertimbangan kepada presiden /


pemerintahan

MA berperan sebagai lembaga pengadilan dan penguki aturan yang diterbitkan


pemerintah.

Setelah terjadi amandemen :

Kekuasaan legislatif lebih dominan

Presiden tidak dapat membubarkan DPR

Rakyat memilih secara langsung presiden dan wakil presiden

MPR tidak berperan sebagai lembaga tertinggi lagi

Anggota MPR terdiri dari seluruh anggota DPR ditambah anggota DPD yang
dipilih secar langsung oleh rakyat

Dalam sistem pemerintahaan presidensiil yang dianut di Indonesia, pengaruh rakyat


terhadap kebijaksanaan politik kurang menjadi perhatian. Selain itu, pengawasan rakyat
terhadap pemerintahan juga kura begitu berpengaruh karena pada dasarnya terjadi
kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan yang ada di tangan
presiden. Selain itu, terlalu sering terjadi pergantian pejabat di kabinet karena presiden
mempunyai hak prerogatif untuk melakukan itu.

b. Sistem Parlementer
Parlemen adalah

sebuah badan

legislatif,

khususnya

di

negara-negara

sistem

pemerintahannya berdasarkan sistem Westminster dari Britania Raya. Nama ini berasal
dari bahasa Perancis yaitu parlement.
Badan legislatif yang disebut parlemen dilaksanakan oleh sebuah pemerintah
dengan sistem

parlementer dimana eksekutif secara konstitusionalbertanggungjawab

kepada parlemen. Hal ini dapat dibandingkan dengan sistem presidensial dimana
legislatif tidak dapat memilih atau memecat kepala pemerintahan dan sebaliknya
eksekutif tidak dapat membubarkan parlemen. Beberapa negara mengembangkan sistem
semipresidensial yang menggabungkan seorang Presiden yang kuat dan seorang eksekutif
yang bertanggungjawab kepada parlemen.
Parlemen

dapat

terdiri

atas

beberapa

kamar

atau

majelis,

dan

biasanya

berbentuk unikameral atau bikameral meskipun terdapat beberapa model yang lebih
rumit.
Seorang Perdana Menteri (PM) adalah hampir selalu seorang pemimpin partai yang
memiliki posisi mayoritas di majelis rendah pada parlemen, namun hanya menduduki
jabatan tersebut selama parlemen masih mempercayainya. Jika anggota majelis rendah
kehilangan kepercayaan dengan alasan apapun, maka mereka dapat mengajukan mosi
tidak percaya dan memaksa PM untuk mengundurkan diri. Hal ini dapat sangat
berbahaya bagi kestabilan pemerintahan jika jumlah posisi suara relatif seimbang.
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki
peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensiil, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang
perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil,
presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer
presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari
dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering
dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak adapemisahan

kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari
beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam
sebuah republik kepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena kefleksibilitasannya
dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke
pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik
Keempat Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas
antara kepala

pemerintahan dankepala

negara,

dengan

kepala

pemerintahan

adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit
atau

seremonial.

Namun

beberapa

sistem

parlemen

juga

memiliki

seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan
keseimbangan dalam sistem ini.
Negara

yang

menganut

sistem

pemerintahan

parlementer

adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapuradan sebagainya.

4. Jenis Jenis Sistem Parlementer


a. Unikameral
Sistem unikameral (badan legislatif hanya satu majelis yang langsung mewakili rakyat)
mulai populer sejak akhir abad XVIII dan awal abad XIX. Keuntungan sistem satu
kamar :

lebih sederhana sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh negara lebih murah;

efisiensi kerja dalam lapangan perundang-undangan lebih besar;

pertanggungjawaban ada padanya secara tegas;

lebih menggambarkan kekuasaan yang langsung dari pemilih (konstituen).

Kerugian sistem satu kamar:

dalam membicarakan persoalan bangsa/ negara kurang teliti dibandingkan sistem


dua kamar;

kepentingan daerah-daerah tidak diwakili secara langsunfg

b. Bikameral
Sistem dua kamar merupakan pengembangan sistem aristokrasi ke sistem demokrasi.
Pada awalnya majelis tinggi dimaksudkan sebagai pertahanan terakhir dari kekuasaan
raja dan para bangsawan karena secara langsung maupun tak langsung, berhubungan erat
dengan raja. Kini majelis tinggi pada umumnya tidak lagi merupakan perwakilan dari
golongan bangsawan (kalangan atas), melainkan wakil-wakil dari negara-negara bagian
karena pada umumnya yang menggunakan sistem dua kamar adalah negara-negara
serikat.
Keuntungan sistem dua kamar:

dapat mempertimbangkan persoalan secara lebih teliti;

karena sistem dua kamar ini dipilih atas dasar yang berbeda, maka lebih
mencerminkan sikap umum dari kehendak rakyat;

menjamin kepentingan tertentu bagi daerah-daerah atau negara bagian.

Kerugian sistem dua kamar:

biaya yang dikeluarkan negara semakin besar;

perselisihan antara dua majelis sering mengakibatkan jalan buntu (dead-locked).

Contoh negara yang menggunakan sistem dua kamar:

Amerika Serikat : Senate dan House of Representatives

Inggris : House of Lords dan House of Commons

Belanda : Eerste Kamer dan Tweede Kamer

Indonesia : Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah

5. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Parlementer Dan Presidensial


Kedua sistem pemerintahan yang ada dan berkembang saat ini tak lepas dari kelebihankelebihan dan juga berbagai kekurangan. Setiap negara harus memahami karakteristik
negaranya sebelum menerapkan sistem pemerintahan agar dalam penyelenggaraan
pemerintahan tidak menemui hambatan-hambatan yang besar.

a. Sistem Parlementer
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer

Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan sangat besar sehingga suara
rakyat sangat didengarkan oleh parlemen

Dengan adanya parlemen sebagai perwakilan rakyat maka pengawasan


pemerintah dapat berjalan dengan baik

Pembuat kebijakan bisa ditangani secara cepat sebab gambang terjadi


penyesuaian pendapat antara eksekutif & legislatif. Hal ini disebabkan kekuasaan
eksekutif & legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.

Sistem pertanggungjawaban dalam pembuatan dan juga pelaksanaan kebijakan


publik sangat jelas.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Parlementer

Kabinet sering dibubarkan karena mendapatkan mosi tidak percaya Parlemen

Keberhasilan sangat sulit dicapai jika partai di negara tersebut sangat


banyak( banyak suara).

Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman


mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya
b. Sistem Presidensil
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial

Menteri tidak dapat di jatuhkan Parlemen karena bertanggung jawab kepada


presiden.

Pemerintah dapat leluasa waktu karena tidak ada bayang-bayang krisis kabinet

Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya sebab tidak tergantung pada parlemen

Masa jabatan badan eksekutif lebih pasti dengan jangka waktu tertentu. Misalkan,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat selama empat tahun, sedangkan Presiden
Indonesia lima tahun.

Penyusun program kerja kabinet lebih mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya.

Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif sebab dapat


diisi oleh orang luar termasuk juga anggota parlemen sendiri.
Kelemahan Sistem pemerintahan Presidensial

Pengawasan rakyat lemah

Pengaruh rakyat dalam kebikajan politik negara kurang mendapat perhatian

Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung badan legislatif sehingga dapat


menimbulkan kekuasaan mutlak

Sistem pertanggungjawaban kurang begitu jelas

Pembuatan keputusan/kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara


eksekutif & legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas & memakan waktu
yang lama.

6. Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer dan Presidensil


a. Sistem Parlementer
1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar
sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan
pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang
besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan
eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai
kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen
dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak
percaya kepada kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik

atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan
pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas
saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan
pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.
b. sistem presidensial
1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau suatu dewan majelis.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada
presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak
dipilih oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota
parlemen dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.
Sistem pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala
pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
parlemen (legislatif). Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Contoh Negara:
AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia.

7. Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini


Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat.

"

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik."
Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah Republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk
pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1
yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar." Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia
menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial. Namun dalam praktiknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara
singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan i Indonesia adalah
sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem
pemerintahan presidensial dengan sistem pemerintahan parlementer. Apalagi bila dirunut
dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem
Pemerintahan, diantaranya :
- Pada tahun 1945 - 1949 = Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan
Presidensial
- Pada tahun 1949 - 1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang
semu
- Pada tahun 1950 - 1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer
dengan demokrasi liberal
- Pada tahun 1959 - 1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial secara
demokrasi terpimpin.
- Pada tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial
Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Karena
terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum UUD
1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 - 2002.

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)


terhadapUUD1945.LatarbelakangtuntutanperubahanUUD1945antaralainkarena
padamasaOrdeBaru,kekuasaantertinggiditanganMPR(danpadakenyataannyabukan
ditanganrakyat),kekuasaanyangsangatbesarpadaPresiden,adanyapasalpasalyang
terlaluluwes(sehinggadapatmenimbulkanmultitafsir),sertakenyataanrumusanUUD
1945 tentangsemangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.TujuanperubahanUUD1945waktuituadalahmenyempurnakanaturandasar
sepertitatanannegara,kedaulatanrakyat,HAM,pembagiankekuasaan,eksistensinegara
demokrasi dannegara hukum, serta halhal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasidankebutuhanbangsa.PerubahanUUD1945dengankesepakatandiantaranya
tidak mengubah PembukaanUUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan
(staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
RepublikIndonesia(NKRI),sertamempertegassistempemerintahanpresidensial.

8. Perbandingan Sistem Pemerinthan Indonesia dengan Sistem


Pememerintahan Negara Lain
Berdasarkan penjelasan UUD 45, Indonesia menganut sistem Presidensia. Tapi
dalam praktiknya banyak elemen-elemen Sistem Pemerintahan Parlementer. Jadi
dapat dikatakan Sistem Pemerintahan Indonesia adalah perpaduan antara
Presidensial dan Parlementer.
a. Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
2. Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak
dibayangi krisis kabinet.
3. Presiden tidak dapat memberlakukan dan atau membubarkan DPR.
b. Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di
tangan Presiden.
2. Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden.
3. Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
4. Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.

c. Perbedaan Sistem Pemerintahan Indonesia dan Sistem Pemerintahan Malaysia

Badan Eksekutif
a.Badan Eksekutif Malaysia terletak pada Perdana Menteri sebagai penggerak
pemerintahan negara.
b.Badan Eksekutif Indonesia terletak pada Presiden yang mempunyai 2
kedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

Badan Legislatif
a.Di Malaysia ada 2 Dewan Utama dalam badan perundangan yaitu Dewan
Negara dan Dewan Rakyat yang perannyan membuat undang-undang.
b.Di Indonesia berada di tangan DPR yang perannya membuat undang-undang
dengan persetujuan Presiden

9. Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan
negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi
pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga
lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Pembagian sistem
pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan ministerial
(parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan
pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem parlementer,
badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan
eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya adalah
presidensial. Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebagalembaga negara itu
berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan
negara monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.

10. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim R.dkk. (1995). Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidesial. Jakarta:

Grafindo Persada.
Inu Kencana Syafiie. (1994). Ilmu Pemerintahan. Bandung: Mandar Maju.

Kranenburg dan B. Sabarroedin. (1981). Ilmu Negara Umum. Jakarta: Pradnya


Paramita.

Miriam Budiardjo. (1977). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Surbakti Ramlan.(1992). Memahami Imu Politik. Jakarata: PT.Grasindo

Vous aimerez peut-être aussi