Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1 of 7
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
WD_laser home
Artikel Sendiri
Dunia Warnet
Search...
Nama
Kemajuan
teknologi
ilmu
telah
pengetahuan
melahirkan
dan
banyak
Email *
untuk
adanya
Pesan *
membantu
mendapatkan
kebutuhan
Negara-negara
ini
tenaga
informasi
Kerja
tetangga
di
dengan
Perbedaan yang ada menimbulkan banyak pertanyaan, hal ini wajar saja karena sifat manusia
yang memang selalu ingin mengetahui lebih dalam tentang segala sesuatu hal. Salah satu
pertanyaan yang sering kami terima dari temen-temen kerja terutama dari agama lain adalah,
Kenapa Hindu Indonesia (Bali) berbeda dengan Hindu India..?.
Kalo dilihat dari sisi luar, perbedaan antara Hindu Indonesia dengan Hindu India sangat kentara.
Baik dari makanan yang dimakan, Pakaian sembahyang, Hari Suci yang dirayakan maupun hal-hal
lain yang bisa dilihat dengan kasat mata. Sebagai contoh, rekan-rekan kerja kami yang berasal
dari negeri anak benoa dimana Veda diwahyukan, mereka mayoritas vegetarian, sementara kami
Moto Hidup :)
Bahagia Secukupnya..
Bersedih Seperlunya..
Bersikap Sepantasnya..
Bekerja Semampunya..
BERSYUKUR sebanyak -banyaknya :)
dari Indonesia mayoritas non vegetarian. Kami sembahyang tiga kali yang disebut dengan Tri
Sandhya, mereka temen-temen dari India biasanya sembahyang dua kali pagi dan sore.
Labels
Sebenarnya seperti apakah spiritual Hindu itu? Mari kita renungkan bersama.
Hinduism
Being spiritual is being natural ungkapan ini sangat sering kita dengarkan dari para penekun
spiritual di berbagai negara. Benarkah seperti itu? Bila ditelusuri lebih dalam, memang
sesungguhnya kembali ke alam itu yang membuat kita menjadi damai dan tenang. Angin yang
sejuk, hamparan tetumbuhan yang menghijau, gemericik air jernih sungai di pegunungan, kicauan
Kesehatan
Motivasi
tentang LASER_18
Traveling
burung yang merdu dengan beraneka lagu dan nada, tidak bisa kita pungkiri telah membangun
kenyamanan, menciptakan ketengan pikiran dan kedamaian di hati.
2014 (8)
Mungkin ini pula alasan kenapa Candi, Pura/Temple dibangun di tempat-tempat yang Indah dan
Juni (1)
hijau, dipuncak gunung, di tepi pantai, di pinggir sungai atau danau. Hal ini pun saya rasakan
April (1)
sendiri, ketika berada di pura luhur Lempuyang misalnya; melihat hamparan hutan menghijau
Februari (5)
yang luas, samudra yang membiru membentang di hadapan kita, langit yang cerah dengan sinar
02/03/2015 4:15
2 of 7
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
mentarinya yang demikian kuat menyapu kegelapan menerangi maya pada ini, membuat saya
merasa sangat kecil, seluruh ego tersedot habis digantikan dengan perasaan lain yang sangat
nyaman yang sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata, mungkin ini yang disebut cinta dan kasih
murni.
Demikian pula halnya Agama Hindu, dalam setiap ajarannya selalu mengajarkan kedamaian,
dekat dengan alam, mempersembahkan aneka hasil alam
menghormati semua unsur di alam ini. Mulai dari tetumbuhan dengan adanya tumpek wariga,
hewan ada tumpek kandang, alat-alat atau senjata/perkakas, tumpek landep, buku/pustaka ada
hari saraswati, semua energi atau mahluk-mahluk bawahan yang tampak maupun tidak tampak
yang dikenal dengan butha yadnya. Menjaga keharmonisan dengan Tuhan dengan upacara Deva
yadnya, dengan menjalin harmonisasi dengan sesama manusia ada upacara Rsi Yadnya, Pitra
Yadnya dan Manusa Yadnya, melalui sila karma, pesantian, menyama braya. Ketiga hubungan
harmonis ini di Bali dikenal dengan Tri Hita Karana, tiga keharmonisan yang membawa pada
suasana kebahagiaan.
Keihlasan dalam segala aktivitas dan keharmonisan adalah inti dari semua aktivitas spiritual
Hindu, Keharmonisan inipun terjalin dengan budaya local yang melahirkan senergi yang mampu
menghadirkan kedamaian di setiap hati sanubari penganutnya. Agama Hindu Dharma total lebur
dengan budaya local yang menghasilkan bentuk pemujaan yang berbeda-beda.
Kalo kita buka kembali pelajaran Agama Hindu, sesungguhnya agama kita memiliki tiga batang
tubuh (tri kerangka dasar) yang terdiri dari:
Tatwa : Filsafat
Etika: Susila
Ritual: Upacara
Untuk Tattwa/filsafat dan Etika atau Susila, akan kita temukan kesamaan di seluruh penganut
agama Hindu dimanapun mereka berada. Sumber utama dari Tattwa adalah Kitab Suci Veda.
Kemudian dijelaskan dalam Upanisad, Dharmasastra, Itihasa/Wiracarita seperti Mahabharata dan
Ramayana, Bhagavad Gita, Yoga Wasista, Wrehaspati Tattwa, Sarasammuccaya, Srimad
Bhagavatam, dan lain-lain.
Di Bali ada lagi lontar-lontar yang ditulis oleh para Mpu yang telah mencapai tingkatan spiritual
yang tinggi seperti: lontar sundari gama, lontar buana kosa, lontar sangkul putih, dan lain-lain.
Salah satu contoh kesamaan ajaran yang bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia maupun di
India adalah Lima Keyakinan yang dikenal dengan nama Panca Sradda yaitu:
1. Percaya dengan adanya Tuhan,
2. Percaya dengan adanya Atman,
Pengunjung L45er
02/03/2015 4:15
3 of 7
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
perjalanan juga tidak sama, sehingga melahirkan perayaan Hari Raya yang berbeda guna
memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupan manusia yang pernah terjadi,
yang nantinya bisa selalu diingat dan dijadikan suri teladan dalam mengarungi kehidupan di maya
pada ini.
Jangankan Hindu India dan Indonesia, antara Hindu Bali dengan di Jawa saja ada banyak
perbedaan, untuk memahami perbedaan-perbedaan ini mari kita tengok sejarah perkembangan
Hindu di Bali seperti yang dituturkan oleh Ida Pandita Nabe Sri Bhagavan Dwija dalam karyanya:
Hindu dalam Wacana Bali Sentris
Pengantar Agama Hindu untuk perguruan tinggi, Cudamani, 1990 ada tujuh Maha Rsi yaitu
Grtsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasista, dan Kanwa yang menerima
wahyu Weda di India sekitar 2500 tahun sebelum Masehi.
Mereka mengembangkan agama Hindu masing-masing menurut bagian-bagian Weda tertentu.
Kemudian para pengikutnya mengembangkan ajaran yang diterima dari guru mereka sehingga
lama kelamaan terbentuklah sekta-sekta yang jumlahnya ratusan. Sekta-sekta yang terbanyak
pengikutnya antara lain: Pasupata, Linggayat Bhagawata, Waisnawa, Indra, Saura, dan Siwa
Sidhanta.
Sekta Siwa Sidhanta dipimpin oleh Maha Rsi Agastya di daerah Madyapradesh (India tengah)
kemudian menyebar ke Indonesia. Di Indonesia seorang Maha Rsi pengembang sekta ini yang
berasal dari pasraman Agastya Madyapradesh dikenal dengan berbagai nama antara lain:
Kumbhayoni, Hari Candana, Kalasaja, dan Trinawindu. Yang populer di Bali adalah nama
Trinawindu atau Bhatara Guru, begitu disebut-sebut dalam lontar kuno seperti Eka Pratama.
Ajaran Siwa Sidhanta mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan sekta Siwa yang lain.
Sidhanta artinya kesimpulan sehingga Siwa Sidanta artinya kesimpulan dari Siwaisme. Kenapa
dibuat kesimpulan ajaran Siwa? karena Maha Rsi Agastya merasa sangat sulit menyampaikan
pemahaman kepada para pengikutnya tentang ajaran Siwa yang mencakup bidang sangat luas.
Diibaratkan seperti mengenalkan binatang gajah kepada orang buta; jika yang diraba kakinya,
maka orang buta mengatakan gajah itu bentuknya seperti pohon kelapa; bila yang diraba
belalainya mereka mengatakan gajah itu seperti ular besar. Metode pengenalan yang tepat adalah
membuat patung gajah kecil yang bisa diraba agar si buta dapat memahami anatomi gajah
keseluruhan.
Bagi penganut Siwa Sidhanta kitab suci Weda-pun dipelajari yang pokok-pokok / intinya saja;
resume Weda itu dinamakan Weda Sirah (sirah artinya kepala atau pokok-pokok). Lontar yang
sangat populer bagi penganut Siwa Sidhanta di Bali antara lain Wrhaspati Tattwa. Pemantapan
paham Siwa Sidhanta di Bali dilakukan oleh dua tokoh terkemuka yaitu Mpu Kuturan dan
Mpu/Danghyang Nirartha.
Di India wahyu Hyang Widhi diterima oleh Sapta Rsi dan dituangkan dalam susunan sistematis oleh
Bhagawan Abyasa dalam bentuk Catur Weda. Pengawi dan ahli Weda I Gusti Bagus Sugriwa dalam
bukunya: Dwijendra Tattwa, Upada Sastra, 1991 menyiratkan bahwa di Bali wahyu Hyang Widhi
diterima setidak-tidaknya oleh enam Maha Rsi. Wahyu-wahyu itu memantapkan pemahaman Siwa
Sidhanta meliputi tiga kerangka Agama Hindu yaitu Tattwa, Susila, dan Upacara. Wahyu-wahyu itu
berupa pemikiran-pemikiran cemerlang dan wangsit yang diterima oleh orang-orang suci di Bali
sekitar abad ke delapan sampai ke-empat belas yaitu :
DANGHYANG MARKANDEYA
Pada abad ke-8 beliau mendapat wahyu di Gunung Di Hyang (sekarang Dieng, Jawa Timur) bahwa
bangunan palinggih di Tolangkir (sekarang Besakih) harus ditanami panca datu yang terdiri dari
unsur-unsur emas, perak, tembaga, besi, dan permata mirah.
Setelah menetap di Taro, Tegal lalang Gianyar, beliau memantapkan ajaran Siwa Sidhanta
kepada para pengikutnya dalam bentuk ritual: Surya sewana, Bebali (banten), dan Pecaruan.
Karena semua ritual menggunakan banten atau bebali maka ketika itu agama ini dinamakan
Agama Bali.
Daerah tempat tinggal beliau dinamakan Bali. Jadi yang bernama Bali mula-mula hanya daerah
Taro saja, namun kemudian pulau ini dinamakan Bali karena penduduk di seluruh pulau
melaksanakan ajaran Siwa Sidanta menurut petunjuk-petunjuk Danghyang Markandeya yang
menggunakan bebali atau banten.
Selain Besakih, beliau juga membangun pura-pura Sad Kahyangan lainnya yaitu: Batur,
Sukawana, Batukaru, Andakasa, dan Lempuyang.
02/03/2015 4:15
4 of 7
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
Beliau juga mendapat wahyu ketika Hyang Widhi berwujud sebagai sinar terang gemerlap yang
menyerupai sinar matahari dan bulan. Oleh karena itu beliau menetapkan bahwa warna merah
sebagai simbol matahari dan warna putih sebagai simbol bulan digunakan dalam hiasan di Pura
antara lain berupa ider-ider, lelontek, dll.
Selain itu beliau mengenalkan hari Tumpek Kandang untuk mohon keselamatan pada Hyang Widhi,
digelari Rare Angon yang menciptakan darah, dan hari Tumpek Pengatag untuk menghormati
Hyang Widhi, digelari Sanghyang Tumuwuh yang menciptakan getah.
2. MPU SANGKULPUTIH
Setelah Danghyang Markandeya moksah, Mpu Sangkulputih meneruskan dan melengkapi ritual
bebali antara lain dengan membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten
dengan menambahkan unsur-unsur tetumbuhan lainnya seperti daun sirih, daun pisang, daun
janur, buah-buahan: pisang, kelapa, dan biji-bijian: beras, injin, kacang komak.
Bentuk banten yang diciptakan antara lain canang sari, canang tubugan, canang raka, daksina,
peras, panyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca warna, prayascita, durmenggala, pungupungu, beakala, ulap ngambe, dll. Banten dibuat menarik dan indah untuk menggugah rasa bhakti
kepada Hyang Widhi agar timbul getaran-getaran spiritual.
Di samping itu beliau mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan gelar Dukuh,
Prawayah, dan Kabayan.
Beliau juga pelopor pembuatan arca/pralingga dan patung-patung Dewa yang dibuat dari bahan
batu, kayu, atau logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi.
Tak kurang pentingnya, beliau mengenalkan tata cara pelaksanan peringatan hari Piodalan di Pura
Besakih dan pura-pura lainnya, ritual hari-hari raya : Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Nyepi, dll.
Jabatan resmi beliau adalah Sulinggih yang bertanggung jawab di Pura Besakih dan pura-pura
lainnya yang telah didirikan oleh Danghyang Markandeya.
3. MPU KUTURAN
Pada abad ke-11 datanglah ke Bali seorang Brahmana dari Majapahit yang berperan sangat besar
pada kemajuan Agama Hindu di Bali.
Atas wahyu Hyang Widhi beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat
Hindu di Bali mengembangkan konsep Trimurti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Rong Tiga
di tiap perumahan, Pura Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, dan Pembangunan Pura-pura Kiduling
Kreteg (Brahma), Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta Padma Tiga, di Besakih.
Paham Trimurti adalah pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisi horizontal (pangider-ider).
4. MPU MANIK ANGKERAN
Setelah Mpu Sangkulputih moksah, tugas-tugas beliau diganti oleh Mpu Manik Angkeran. Beliau
adalah Brahmana dari Majapahit putra Danghyang Siddimantra.
Dengan maksud agar putranya ini tidak kembali ke Jawa dan untuk melindungi Bali dari pengaruh
luar, maka tanah genting yang menghubungkan Jawa dan Bali diputus dengan memakai kekuatan
bathin Danghyang Siddimantra. Tanah genting yang putus itu disebut segara rupek.
5. MPU JIWAYA
Beliau menyebarkan Agama Budha Mahayana aliran Tantri terutama kepada kaum bangsawan di
zaman Dinasti Warmadewa (abad ke-9).
Sisa-sisa ajaran itu kini dijumpai dalam bentuk kepercayaan kekuatan mistik yang berkaitan
dengan keangkeran (tenget) dan pemasupati untuk kesaktian senjata-senjata alat perang, topeng,
barong, dll.
6. DANGHYANG DWIJENDRA
Datang di Bali pada abad ke-14 ketika Kerajaan Bali Dwipa dipimpin oleh Dalem Waturenggong.
Beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Bali perlu dikembangkan paham
Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa, Sadha Siwa, dan
Parama Siwa. Bentuk bangunan pemujaannya adalah Padmasari atau Padmasana.
02/03/2015 4:15
5 of 7
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
Jika konsep Trimurti dari Mpu Kuturan adalah pemujaan Hyang Widhi dalam kedudukan horizontal,
maka konsep Tripurusa adalah pemujaan Hyang Widhi dalam kedudukan vertikal.
Danghyang Dwijendra mempunyai Bhiseka lain : Mpu / Danghyang Nirarta, dan dijuluki : Pedanda
Sakti Wawu Rawuh karena beliau mempunyai kemampuan supra natural yang membuat Dalem
Waturenggong sangat kagum sehingga beliau diangkat menjadi Bhagawanta (pendeta kerajaan).
Ketika itu Bali Dwipa mencapai jaman keemasan, karena semua bidang kehidupan rakyat ditata
dengan baik. Hak dan kewajiban para bangsawan diatur, hukum dan peradilan adat/agama
ditegakkan, prasasti-prasasti yang memuat silsilah leluhur tiap-tiap soroh/klan disusun. Awig-awig
Desa Adat pekraman dibuat, organisasi subak ditumbuh-kembangkan dan kegiatan keagamaan
ditingkatkan.
Selain itu beliau juga mendorong penciptaan karya-karya sastra yang bermutu tinggi dalam bentuk
tulisan lontar, kidung atau kekawin. Karya sastra beliau yang terkenal antara lain : Sebun
bangkung, Sara kusuma, Legarang, Mahisa langit, Dharma pitutur, Wilet Demung Sawit, Gagutuk
menur, Brati Sesana, Siwa Sesana, Aji Pangukiran, dll.
Beliau juga aktif mengunjungi rakyat di berbagai pedesaan untuk memberikan Dharma wacana.
Saksi sejarah kegiatan ini adalah didirikannya Pura-pura untuk memuja beliau di tempat mana
beliau pernah bermukim membimbing umat misalnya : Purancak, Rambut siwi, Pakendungan,
Hulu watu, Bukit Gong, Bukit Payung, Sakenan, Air Jeruk, Tugu, Tengkulak, Gowa Lawah, Ponjok
Batu, Suranadi (Lombok), Pangajengan, Masceti, Peti Tenget, Amertasari, Melanting, Pulaki,
Bukcabe, Dalem Gandamayu, Pucak Tedung, dll.
Ke-enam tokoh suci tersebut telah memberi ciri yang khas pada kehidupan beragama Hindu di Bali
sehingga terwujudlah tattwa dan ritual yang khusus yang membedakan Hindu-Bali dengan Hindu di
luar Bali.
Dari luar agama Hindu antar satu daerah dengan daerah yang lain tampak berbeda, namun
sesungguhnya essensinya sama, bersumber dari ajaran mahaluhur yang universal untuk
mewujudkan satyam = kebenaran, sivam=kedamaian dan sundaram=keindahan.
Penerapan agama Hindu agar berhasil harus disesuaikan dengan tujuan (Iksha), kemampuan
(Sakti), aturan setempat (Desa) dan waktu (Kala). Namun dalam pelaksanaannya tidak boleh
bertentangan dengan Tattwa atau kebenaran Veda. Hal inilah yang menyebabkan Hindu di India
dan Hindu di Bali atau di mana saja selalu berbeda-beda bentuk penampilan luarnya. Lima
pertimbangan ini sebagaimana dutuliskan dalam Manawa Dharma Sastra:
Karyam soveksya saktimca
Desakaala ca tattvatah
Kurute dharmasiddhiyartham
Visvaruupam punah punah.
(Manawa Dharmasastra VIII.10)
Maksudnya:
Setelah mempertimbangkan iksha (tujuan), sakti (kemampuan), desa (aturan setempat), kala
(waktu) dan tattwa (kebenaran) untuk menyukseskan tujuan agama (Dharmasiddhiyartha) maka
ia wujudkan dirinya dengan bermacam macam wujud.
Di Bali sinergi Agama Hindu dengan budaya Bali mampu meningkatkan dan mengembangkan
kualitas budaya Bali. Dalam sinergi itu tampak Agama Hindu sebagai titik sentral (pusat) yang
menjiwai semua aspek budaya Bali. Agama Hindu bersinergi melalui:
(1) Sistem bahasa, yakni Bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno.
(2) Sistem pengetahuan.
(3) Sistem sosial seperti Desa Pakraman dan Subak.
(4) Sistem peralatan hidup dan teknologi.
(5) Sistem mata pencaharian masyarakat.
(6) Sistem religi, Agama Hindu menghargai kepercayaan lokal, dan
02/03/2015 4:15
6 of 7
(7)
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
Sistem kesenian seperti Seni Wali (sakral), Seni Bebali (dapat berfungsi sebagai seni sakral
dapat pula untuk kegiatan profan), dan Seni Balih-Balihan (hanya untuk hiburan) .
Upacara hendaknya lahir dari hati yang tulus, ikhlas melaksanakan semua aktivitasnya, ikhlas
untuk
mengorbankan
waktu,
tenaga,
materi
dan
pikiran.
Bentuk
aturan/sesajen
yang
dipersembahkan hendaknya berasal dari keringat sendiri, bukan dari hasil mencuri, meminta atau
menipu.
Pelaksanaan aktivitas spiritual sifatnya sangatlah pribadi dan bergantung pada individu masingmasing. Walaupun yang dipelajari sama tapi pengertian dan pemahaman setiap orang itu
sangatlah unik, satu sama lain tidak sama, karena manusia memiliki pengalaman yang berbeda,
pengetahuan yang berbeda, dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan tempat yang berbeda,
latar belakang pendidikan yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda pula, pendek
kata memiliki guna dan karma yang tidak sama.
Kemerdekaan setiap individu yang merupakan anugrah Hyang Widhi dalam Hindu sangatlah dijaga
baik dalam berfikir, berkata dan berbuat. Hindu Dharma tidak pernah menuntut sesuatu
pengekangan
yang
tidak
semestinya
terhadap
kemerdekaan
dari
kemampuan
berpikir,
kemerdekaan dari perasaan dan pemikiran manusia. Ia memperkenalkan kebebasan yang paling
luas dalam masalah keyakinan dan pemujaan. Hindu Dharma adalah suatu agama pembebasan. Ia
memperkenalkan kebebasan mutlak terhadap kemampuan berpikir dan perasaan manusia dengan
memandang pertanyaan-pertanyaan yang mendalam terhadap hakekat Tuhan Yang Maha Esa,
jiwa, penciptaan, bentuk pemujaan dan tujuan kehidupan ini. Hindu Dharma tidak bersandar pada
satu
macam
ritual
tertentu
maupun
Category: Hinduism
02/03/2015 4:15
7 of 7
http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...
Reaksi:
Beranda
Posting Lama
Copyright 2014 LASER_18 Comp And Game net All rights reserved.
Blogger Template by I Ketut Widilaksana_Denpasar_BALI
WP Theme by I Ketut Widilaksana
02/03/2015 4:15