Vous êtes sur la page 1sur 7

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

1 of 7

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

LASER_18 Comp And Game net

WD_laser home

Artikel Sendiri

Dunia Warnet

Search...

FebruariPenyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali


14 undefined

dan Hindu India

Kirim pesan anda disini

Diposkan oleh widi laksana

Nama
Kemajuan
teknologi

ilmu
telah

pengetahuan
melahirkan

dan

banyak

kemudahan bagi kehidupan manusia di

Email *

berbagai bidang. Informasi dari berbagai


Negara sangat mudah didapat dengan
semakin majunya teknologi informasi.
Kemudahan-kemudahan
kita

untuk

adanya

Pesan *

membantu

mendapatkan

kebutuhan

Negara-negara

ini

tenaga

informasi
Kerja

tetangga

di

dengan

berbagai paket yang ditawarkan.


Kirim

Keadaan ekonomi yang masih belum


mapan di negeri kita mendorong banyak
tenaga-tenaga professional hijrah dari Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Dalam kesehariannya
mereka berkomunikasi dengan berbagai macam budaya, agama, ras, suku bangsa dan bahasa.

Hubungi Saya Via YM

Perbedaan yang ada menimbulkan banyak pertanyaan, hal ini wajar saja karena sifat manusia
yang memang selalu ingin mengetahui lebih dalam tentang segala sesuatu hal. Salah satu
pertanyaan yang sering kami terima dari temen-temen kerja terutama dari agama lain adalah,
Kenapa Hindu Indonesia (Bali) berbeda dengan Hindu India..?.
Kalo dilihat dari sisi luar, perbedaan antara Hindu Indonesia dengan Hindu India sangat kentara.
Baik dari makanan yang dimakan, Pakaian sembahyang, Hari Suci yang dirayakan maupun hal-hal
lain yang bisa dilihat dengan kasat mata. Sebagai contoh, rekan-rekan kerja kami yang berasal
dari negeri anak benoa dimana Veda diwahyukan, mereka mayoritas vegetarian, sementara kami

Moto Hidup :)
Bahagia Secukupnya..
Bersedih Seperlunya..
Bersikap Sepantasnya..
Bekerja Semampunya..
BERSYUKUR sebanyak -banyaknya :)

dari Indonesia mayoritas non vegetarian. Kami sembahyang tiga kali yang disebut dengan Tri
Sandhya, mereka temen-temen dari India biasanya sembahyang dua kali pagi dan sore.

Labels
Sebenarnya seperti apakah spiritual Hindu itu? Mari kita renungkan bersama.
Hinduism
Being spiritual is being natural ungkapan ini sangat sering kita dengarkan dari para penekun
spiritual di berbagai negara. Benarkah seperti itu? Bila ditelusuri lebih dalam, memang
sesungguhnya kembali ke alam itu yang membuat kita menjadi damai dan tenang. Angin yang
sejuk, hamparan tetumbuhan yang menghijau, gemericik air jernih sungai di pegunungan, kicauan

Kesehatan
Motivasi
tentang LASER_18
Traveling

burung yang merdu dengan beraneka lagu dan nada, tidak bisa kita pungkiri telah membangun
kenyamanan, menciptakan ketengan pikiran dan kedamaian di hati.

Arsip Blog nya WD_laser


Tak heran bila banyak para pelancong rela berkunjung ke Negara-negara yang jauh dari negerinya
demi mendapatkan suasana baru, yang memberikan kenyamanan. Back to the nature katanya.

2014 (8)

Mungkin ini pula alasan kenapa Candi, Pura/Temple dibangun di tempat-tempat yang Indah dan

Juni (1)

hijau, dipuncak gunung, di tepi pantai, di pinggir sungai atau danau. Hal ini pun saya rasakan

April (1)

sendiri, ketika berada di pura luhur Lempuyang misalnya; melihat hamparan hutan menghijau

Februari (5)

yang luas, samudra yang membiru membentang di hadapan kita, langit yang cerah dengan sinar

Pentingnya Laporan Keuangan,


Sekecil Apapun Usahan...

02/03/2015 4:15

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

2 of 7

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

mentarinya yang demikian kuat menyapu kegelapan menerangi maya pada ini, membuat saya
merasa sangat kecil, seluruh ego tersedot habis digantikan dengan perasaan lain yang sangat

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu


Bali dan Hindu I...

nyaman yang sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata, mungkin ini yang disebut cinta dan kasih

Mendeteksi Kanker Payudara

murni.

"Selalu Bersyukur" Cara mudah hidup


tenang

Demikian pula halnya Agama Hindu, dalam setiap ajarannya selalu mengajarkan kedamaian,
dekat dengan alam, mempersembahkan aneka hasil alam

kepada Hyang Maha Kuasa,

menghormati semua unsur di alam ini. Mulai dari tetumbuhan dengan adanya tumpek wariga,

Bali: Simply the World's Best Island


Januari (1)

hewan ada tumpek kandang, alat-alat atau senjata/perkakas, tumpek landep, buku/pustaka ada
hari saraswati, semua energi atau mahluk-mahluk bawahan yang tampak maupun tidak tampak
yang dikenal dengan butha yadnya. Menjaga keharmonisan dengan Tuhan dengan upacara Deva
yadnya, dengan menjalin harmonisasi dengan sesama manusia ada upacara Rsi Yadnya, Pitra
Yadnya dan Manusa Yadnya, melalui sila karma, pesantian, menyama braya. Ketiga hubungan
harmonis ini di Bali dikenal dengan Tri Hita Karana, tiga keharmonisan yang membawa pada
suasana kebahagiaan.
Keihlasan dalam segala aktivitas dan keharmonisan adalah inti dari semua aktivitas spiritual
Hindu, Keharmonisan inipun terjalin dengan budaya local yang melahirkan senergi yang mampu
menghadirkan kedamaian di setiap hati sanubari penganutnya. Agama Hindu Dharma total lebur
dengan budaya local yang menghasilkan bentuk pemujaan yang berbeda-beda.
Kalo kita buka kembali pelajaran Agama Hindu, sesungguhnya agama kita memiliki tiga batang
tubuh (tri kerangka dasar) yang terdiri dari:
Tatwa : Filsafat
Etika: Susila
Ritual: Upacara
Untuk Tattwa/filsafat dan Etika atau Susila, akan kita temukan kesamaan di seluruh penganut
agama Hindu dimanapun mereka berada. Sumber utama dari Tattwa adalah Kitab Suci Veda.
Kemudian dijelaskan dalam Upanisad, Dharmasastra, Itihasa/Wiracarita seperti Mahabharata dan
Ramayana, Bhagavad Gita, Yoga Wasista, Wrehaspati Tattwa, Sarasammuccaya, Srimad
Bhagavatam, dan lain-lain.
Di Bali ada lagi lontar-lontar yang ditulis oleh para Mpu yang telah mencapai tingkatan spiritual
yang tinggi seperti: lontar sundari gama, lontar buana kosa, lontar sangkul putih, dan lain-lain.
Salah satu contoh kesamaan ajaran yang bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia maupun di
India adalah Lima Keyakinan yang dikenal dengan nama Panca Sradda yaitu:
1. Percaya dengan adanya Tuhan,
2. Percaya dengan adanya Atman,

Pengunjung L45er

Live Traffic Feed


A visitor from Indonesia viewed
"Penyebab Beberapa Perbedaan
Hindu Bali dan Hindu India |
LASER_18
Comp
And Game
net" 17
A visitor from
Palembang,
Sumatera
mins
agoviewed "Penyebab Beberapa
Selatan
Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India
| LASER_18 Comp And Game net" 2
A
visitor
from ago
Seturan, Yogyakarta
days
11 hours
viewed "Januari 2014 | LASER_18
Comp And Game net" 2 days 13 hours
A
agovisitor from Jayapura, Papua
viewed "LASER_18 Comp And Game
net" 3 days 3 hours ago
A visitor from Badung, Bali viewed
"Penyebab Beberapa Perbedaan
Hindu Bali dan Hindu India |
LASER_18
Comp
Game
net" 6
A visitor from
JawaAnd
Timur
viewed
days
14
hours
ago
"Penyebab Beberapa Perbedaan
Hindu Bali dan Hindu India |
LASER_18
Comp
Andviewed
Game net"
7
A visitor from
Europe
""Selalu
days 7 hoursCara
ago mudah hidup tenang
Bersyukur"
| LASER_18 Comp And Game net" 8
days
16 hours
A
visitor
from ago
Indonesia viewed
""Selalu Bersyukur" Cara mudah
hidup tenang | LASER_18 Comp And
Game
net"
9 days
10 hoursOregon
ago
A visitor
from
Boardman,
viewed "Penyebab Beberapa
Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India
| LASER_18
AndJakarta
Game Raya
net" 14
A
visitor fromComp
Jakarta,
days
19 ""Selalu
hours ago
viewed
Bersyukur" Cara
mudah hidup tenang | LASER_18
Comp And Game net" 15 days 6 hours
Real-time view Get Feedjit

3. Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala,


4. Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbawa/Samsara,
5. Percaya dengan adanya Moksa.
Panca Sradda merupakan inti kepercayaan agama Hindu, dapat kita jumpai dengan berbagai
bahasa sesuai dengan wilayah dimana penganutnya berada.
Dalam Etika yang merupakan perwujudan nyata dari aplikasi tattwa yang telah dipelajari, pun
tampak kesamaan, semua orang Hindu akan berusaha untuk tidak menyakiti atau menyiksa
mahluk lain (Ahimsa). Semua orang hindu berusaha memperlakukan manusia yang lain seperti
saudaranya, Vasudaiva Kutum Bakam Semua mahluk dilahirkan bersaudara. Tat Twam Asi
artinya; kamu adalah aku, aku adalah kami, bila aku menyakitimu, sama dengan aku menyakiti
diriku sendiri. Selalu berkata jujur (Arjawa), Setia pada kata hati/nurani (Satya Hredaya), Setia
pada janji (Satya Samaya), Setia pada perkataan (Satya Wacana), setia/ berani bertanggung
jawab pada perbuatannya (Satya Laksana), setia pada kawan (Satya Mitra). Menjaga pikiran,
perbuatan dan perkataannya selaras, selalu terkondisi pada kebaikan (Tri Kaya Parisudha;
Manacika =pikiran suci, Wacika=perkataan suci dan Kayika=perbuatan yang suci).
Setiap orang hindu melakukan sembahyang memuja Tuhan dan Leluhur, melakukan puasa,
melakukan punia (yadnya) tidak perduli entah dia orang India, orang Bali, orang Jawa, orang
Sulawesi, orang Lampung, orang Lombok, orang Belgia, orang Amerika, ataupun orang Australia.
Perbedaan mulai tampak pada kerangka dasar yang ketiga yaitu yang disebut dengan Upacara
atau Ritual dan Hari Raya. Di sini tradisi dari masing-masing wilayah mewarnai setiap upacara
yang ada. Histori di setiap daerahpun berbeda, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam

02/03/2015 4:15

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

3 of 7

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

perjalanan juga tidak sama, sehingga melahirkan perayaan Hari Raya yang berbeda guna
memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupan manusia yang pernah terjadi,
yang nantinya bisa selalu diingat dan dijadikan suri teladan dalam mengarungi kehidupan di maya
pada ini.
Jangankan Hindu India dan Indonesia, antara Hindu Bali dengan di Jawa saja ada banyak
perbedaan, untuk memahami perbedaan-perbedaan ini mari kita tengok sejarah perkembangan
Hindu di Bali seperti yang dituturkan oleh Ida Pandita Nabe Sri Bhagavan Dwija dalam karyanya:
Hindu dalam Wacana Bali Sentris

Pengantar Agama Hindu untuk perguruan tinggi, Cudamani, 1990 ada tujuh Maha Rsi yaitu
Grtsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasista, dan Kanwa yang menerima
wahyu Weda di India sekitar 2500 tahun sebelum Masehi.
Mereka mengembangkan agama Hindu masing-masing menurut bagian-bagian Weda tertentu.
Kemudian para pengikutnya mengembangkan ajaran yang diterima dari guru mereka sehingga
lama kelamaan terbentuklah sekta-sekta yang jumlahnya ratusan. Sekta-sekta yang terbanyak
pengikutnya antara lain: Pasupata, Linggayat Bhagawata, Waisnawa, Indra, Saura, dan Siwa
Sidhanta.
Sekta Siwa Sidhanta dipimpin oleh Maha Rsi Agastya di daerah Madyapradesh (India tengah)
kemudian menyebar ke Indonesia. Di Indonesia seorang Maha Rsi pengembang sekta ini yang
berasal dari pasraman Agastya Madyapradesh dikenal dengan berbagai nama antara lain:
Kumbhayoni, Hari Candana, Kalasaja, dan Trinawindu. Yang populer di Bali adalah nama
Trinawindu atau Bhatara Guru, begitu disebut-sebut dalam lontar kuno seperti Eka Pratama.
Ajaran Siwa Sidhanta mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan sekta Siwa yang lain.
Sidhanta artinya kesimpulan sehingga Siwa Sidanta artinya kesimpulan dari Siwaisme. Kenapa
dibuat kesimpulan ajaran Siwa? karena Maha Rsi Agastya merasa sangat sulit menyampaikan
pemahaman kepada para pengikutnya tentang ajaran Siwa yang mencakup bidang sangat luas.
Diibaratkan seperti mengenalkan binatang gajah kepada orang buta; jika yang diraba kakinya,
maka orang buta mengatakan gajah itu bentuknya seperti pohon kelapa; bila yang diraba
belalainya mereka mengatakan gajah itu seperti ular besar. Metode pengenalan yang tepat adalah
membuat patung gajah kecil yang bisa diraba agar si buta dapat memahami anatomi gajah
keseluruhan.
Bagi penganut Siwa Sidhanta kitab suci Weda-pun dipelajari yang pokok-pokok / intinya saja;
resume Weda itu dinamakan Weda Sirah (sirah artinya kepala atau pokok-pokok). Lontar yang
sangat populer bagi penganut Siwa Sidhanta di Bali antara lain Wrhaspati Tattwa. Pemantapan
paham Siwa Sidhanta di Bali dilakukan oleh dua tokoh terkemuka yaitu Mpu Kuturan dan
Mpu/Danghyang Nirartha.
Di India wahyu Hyang Widhi diterima oleh Sapta Rsi dan dituangkan dalam susunan sistematis oleh
Bhagawan Abyasa dalam bentuk Catur Weda. Pengawi dan ahli Weda I Gusti Bagus Sugriwa dalam
bukunya: Dwijendra Tattwa, Upada Sastra, 1991 menyiratkan bahwa di Bali wahyu Hyang Widhi
diterima setidak-tidaknya oleh enam Maha Rsi. Wahyu-wahyu itu memantapkan pemahaman Siwa
Sidhanta meliputi tiga kerangka Agama Hindu yaitu Tattwa, Susila, dan Upacara. Wahyu-wahyu itu
berupa pemikiran-pemikiran cemerlang dan wangsit yang diterima oleh orang-orang suci di Bali
sekitar abad ke delapan sampai ke-empat belas yaitu :
DANGHYANG MARKANDEYA
Pada abad ke-8 beliau mendapat wahyu di Gunung Di Hyang (sekarang Dieng, Jawa Timur) bahwa
bangunan palinggih di Tolangkir (sekarang Besakih) harus ditanami panca datu yang terdiri dari
unsur-unsur emas, perak, tembaga, besi, dan permata mirah.
Setelah menetap di Taro, Tegal lalang Gianyar, beliau memantapkan ajaran Siwa Sidhanta
kepada para pengikutnya dalam bentuk ritual: Surya sewana, Bebali (banten), dan Pecaruan.
Karena semua ritual menggunakan banten atau bebali maka ketika itu agama ini dinamakan
Agama Bali.
Daerah tempat tinggal beliau dinamakan Bali. Jadi yang bernama Bali mula-mula hanya daerah
Taro saja, namun kemudian pulau ini dinamakan Bali karena penduduk di seluruh pulau
melaksanakan ajaran Siwa Sidanta menurut petunjuk-petunjuk Danghyang Markandeya yang
menggunakan bebali atau banten.
Selain Besakih, beliau juga membangun pura-pura Sad Kahyangan lainnya yaitu: Batur,
Sukawana, Batukaru, Andakasa, dan Lempuyang.

02/03/2015 4:15

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

4 of 7

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

Beliau juga mendapat wahyu ketika Hyang Widhi berwujud sebagai sinar terang gemerlap yang
menyerupai sinar matahari dan bulan. Oleh karena itu beliau menetapkan bahwa warna merah
sebagai simbol matahari dan warna putih sebagai simbol bulan digunakan dalam hiasan di Pura
antara lain berupa ider-ider, lelontek, dll.
Selain itu beliau mengenalkan hari Tumpek Kandang untuk mohon keselamatan pada Hyang Widhi,
digelari Rare Angon yang menciptakan darah, dan hari Tumpek Pengatag untuk menghormati
Hyang Widhi, digelari Sanghyang Tumuwuh yang menciptakan getah.
2. MPU SANGKULPUTIH
Setelah Danghyang Markandeya moksah, Mpu Sangkulputih meneruskan dan melengkapi ritual
bebali antara lain dengan membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten
dengan menambahkan unsur-unsur tetumbuhan lainnya seperti daun sirih, daun pisang, daun
janur, buah-buahan: pisang, kelapa, dan biji-bijian: beras, injin, kacang komak.
Bentuk banten yang diciptakan antara lain canang sari, canang tubugan, canang raka, daksina,
peras, panyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca warna, prayascita, durmenggala, pungupungu, beakala, ulap ngambe, dll. Banten dibuat menarik dan indah untuk menggugah rasa bhakti
kepada Hyang Widhi agar timbul getaran-getaran spiritual.
Di samping itu beliau mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan gelar Dukuh,
Prawayah, dan Kabayan.
Beliau juga pelopor pembuatan arca/pralingga dan patung-patung Dewa yang dibuat dari bahan
batu, kayu, atau logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi.
Tak kurang pentingnya, beliau mengenalkan tata cara pelaksanan peringatan hari Piodalan di Pura
Besakih dan pura-pura lainnya, ritual hari-hari raya : Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Nyepi, dll.
Jabatan resmi beliau adalah Sulinggih yang bertanggung jawab di Pura Besakih dan pura-pura
lainnya yang telah didirikan oleh Danghyang Markandeya.
3. MPU KUTURAN
Pada abad ke-11 datanglah ke Bali seorang Brahmana dari Majapahit yang berperan sangat besar
pada kemajuan Agama Hindu di Bali.
Atas wahyu Hyang Widhi beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat
Hindu di Bali mengembangkan konsep Trimurti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Rong Tiga
di tiap perumahan, Pura Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, dan Pembangunan Pura-pura Kiduling
Kreteg (Brahma), Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta Padma Tiga, di Besakih.
Paham Trimurti adalah pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisi horizontal (pangider-ider).
4. MPU MANIK ANGKERAN
Setelah Mpu Sangkulputih moksah, tugas-tugas beliau diganti oleh Mpu Manik Angkeran. Beliau
adalah Brahmana dari Majapahit putra Danghyang Siddimantra.
Dengan maksud agar putranya ini tidak kembali ke Jawa dan untuk melindungi Bali dari pengaruh
luar, maka tanah genting yang menghubungkan Jawa dan Bali diputus dengan memakai kekuatan
bathin Danghyang Siddimantra. Tanah genting yang putus itu disebut segara rupek.
5. MPU JIWAYA
Beliau menyebarkan Agama Budha Mahayana aliran Tantri terutama kepada kaum bangsawan di
zaman Dinasti Warmadewa (abad ke-9).
Sisa-sisa ajaran itu kini dijumpai dalam bentuk kepercayaan kekuatan mistik yang berkaitan
dengan keangkeran (tenget) dan pemasupati untuk kesaktian senjata-senjata alat perang, topeng,
barong, dll.
6. DANGHYANG DWIJENDRA
Datang di Bali pada abad ke-14 ketika Kerajaan Bali Dwipa dipimpin oleh Dalem Waturenggong.
Beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Bali perlu dikembangkan paham
Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa, Sadha Siwa, dan
Parama Siwa. Bentuk bangunan pemujaannya adalah Padmasari atau Padmasana.

02/03/2015 4:15

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

5 of 7

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

Jika konsep Trimurti dari Mpu Kuturan adalah pemujaan Hyang Widhi dalam kedudukan horizontal,
maka konsep Tripurusa adalah pemujaan Hyang Widhi dalam kedudukan vertikal.
Danghyang Dwijendra mempunyai Bhiseka lain : Mpu / Danghyang Nirarta, dan dijuluki : Pedanda
Sakti Wawu Rawuh karena beliau mempunyai kemampuan supra natural yang membuat Dalem
Waturenggong sangat kagum sehingga beliau diangkat menjadi Bhagawanta (pendeta kerajaan).
Ketika itu Bali Dwipa mencapai jaman keemasan, karena semua bidang kehidupan rakyat ditata
dengan baik. Hak dan kewajiban para bangsawan diatur, hukum dan peradilan adat/agama
ditegakkan, prasasti-prasasti yang memuat silsilah leluhur tiap-tiap soroh/klan disusun. Awig-awig
Desa Adat pekraman dibuat, organisasi subak ditumbuh-kembangkan dan kegiatan keagamaan
ditingkatkan.
Selain itu beliau juga mendorong penciptaan karya-karya sastra yang bermutu tinggi dalam bentuk
tulisan lontar, kidung atau kekawin. Karya sastra beliau yang terkenal antara lain : Sebun
bangkung, Sara kusuma, Legarang, Mahisa langit, Dharma pitutur, Wilet Demung Sawit, Gagutuk
menur, Brati Sesana, Siwa Sesana, Aji Pangukiran, dll.
Beliau juga aktif mengunjungi rakyat di berbagai pedesaan untuk memberikan Dharma wacana.
Saksi sejarah kegiatan ini adalah didirikannya Pura-pura untuk memuja beliau di tempat mana
beliau pernah bermukim membimbing umat misalnya : Purancak, Rambut siwi, Pakendungan,
Hulu watu, Bukit Gong, Bukit Payung, Sakenan, Air Jeruk, Tugu, Tengkulak, Gowa Lawah, Ponjok
Batu, Suranadi (Lombok), Pangajengan, Masceti, Peti Tenget, Amertasari, Melanting, Pulaki,
Bukcabe, Dalem Gandamayu, Pucak Tedung, dll.
Ke-enam tokoh suci tersebut telah memberi ciri yang khas pada kehidupan beragama Hindu di Bali
sehingga terwujudlah tattwa dan ritual yang khusus yang membedakan Hindu-Bali dengan Hindu di
luar Bali.
Dari luar agama Hindu antar satu daerah dengan daerah yang lain tampak berbeda, namun
sesungguhnya essensinya sama, bersumber dari ajaran mahaluhur yang universal untuk
mewujudkan satyam = kebenaran, sivam=kedamaian dan sundaram=keindahan.
Penerapan agama Hindu agar berhasil harus disesuaikan dengan tujuan (Iksha), kemampuan
(Sakti), aturan setempat (Desa) dan waktu (Kala). Namun dalam pelaksanaannya tidak boleh
bertentangan dengan Tattwa atau kebenaran Veda. Hal inilah yang menyebabkan Hindu di India
dan Hindu di Bali atau di mana saja selalu berbeda-beda bentuk penampilan luarnya. Lima
pertimbangan ini sebagaimana dutuliskan dalam Manawa Dharma Sastra:
Karyam soveksya saktimca
Desakaala ca tattvatah
Kurute dharmasiddhiyartham
Visvaruupam punah punah.
(Manawa Dharmasastra VIII.10)
Maksudnya:
Setelah mempertimbangkan iksha (tujuan), sakti (kemampuan), desa (aturan setempat), kala
(waktu) dan tattwa (kebenaran) untuk menyukseskan tujuan agama (Dharmasiddhiyartha) maka
ia wujudkan dirinya dengan bermacam macam wujud.
Di Bali sinergi Agama Hindu dengan budaya Bali mampu meningkatkan dan mengembangkan
kualitas budaya Bali. Dalam sinergi itu tampak Agama Hindu sebagai titik sentral (pusat) yang
menjiwai semua aspek budaya Bali. Agama Hindu bersinergi melalui:
(1) Sistem bahasa, yakni Bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno.
(2) Sistem pengetahuan.
(3) Sistem sosial seperti Desa Pakraman dan Subak.
(4) Sistem peralatan hidup dan teknologi.
(5) Sistem mata pencaharian masyarakat.
(6) Sistem religi, Agama Hindu menghargai kepercayaan lokal, dan

02/03/2015 4:15

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

6 of 7

(7)

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

Sistem kesenian seperti Seni Wali (sakral), Seni Bebali (dapat berfungsi sebagai seni sakral

dapat pula untuk kegiatan profan), dan Seni Balih-Balihan (hanya untuk hiburan) .
Upacara hendaknya lahir dari hati yang tulus, ikhlas melaksanakan semua aktivitasnya, ikhlas
untuk

mengorbankan

waktu,

tenaga,

materi

dan

pikiran.

Bentuk

aturan/sesajen

yang

dipersembahkan hendaknya berasal dari keringat sendiri, bukan dari hasil mencuri, meminta atau
menipu.
Pelaksanaan aktivitas spiritual sifatnya sangatlah pribadi dan bergantung pada individu masingmasing. Walaupun yang dipelajari sama tapi pengertian dan pemahaman setiap orang itu
sangatlah unik, satu sama lain tidak sama, karena manusia memiliki pengalaman yang berbeda,
pengetahuan yang berbeda, dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan tempat yang berbeda,
latar belakang pendidikan yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda pula, pendek
kata memiliki guna dan karma yang tidak sama.
Kemerdekaan setiap individu yang merupakan anugrah Hyang Widhi dalam Hindu sangatlah dijaga
baik dalam berfikir, berkata dan berbuat. Hindu Dharma tidak pernah menuntut sesuatu
pengekangan

yang

tidak

semestinya

terhadap

kemerdekaan

dari

kemampuan

berpikir,

kemerdekaan dari perasaan dan pemikiran manusia. Ia memperkenalkan kebebasan yang paling
luas dalam masalah keyakinan dan pemujaan. Hindu Dharma adalah suatu agama pembebasan. Ia
memperkenalkan kebebasan mutlak terhadap kemampuan berpikir dan perasaan manusia dengan
memandang pertanyaan-pertanyaan yang mendalam terhadap hakekat Tuhan Yang Maha Esa,
jiwa, penciptaan, bentuk pemujaan dan tujuan kehidupan ini. Hindu Dharma tidak bersandar pada
satu

doktrin tertentu ataupun

ketaatan akan beberapa

macam

ritual

tertentu

maupun

dogma-dogma atau bentuk-bentuk pemujaan tertentu. Ia memperkenalkan kepada setiap orang


untuk merenungkan, menyelidiki, mencari dan memikirkannya, oleh karena itu, segala macam
keyakinan/Sraddha, bermacam-macam bentuk pemujaan atau Sadhana, bermacam-macam ritual
serta adat-istiadat yang berbeda, memperoleh tempat yang terhormat secara berdampingan
dalam Hindu Dharma dan dibudayakan serta dikembangkan dalam hubungan yang selaras antara
yang satu dengan yang lainnya
Hindu Dharma sangatlah universal, bebas, toleran dan luwes. Inilah gambaran indah tentang
Hindu Dharma. Seorang asing merasa terpesona keheranan apabila mendengar tentang
sekta-sekta dan keyakinan yang berbeda -beda dalam Hindu Dharma; tetapi perbedaanperbedaan itu sesungguhnya merupakan berbagai tipe pemahaman dan tempramen, sehingga
menjadi keyakinan yang bermacam-macam pula. Hal ini adalah wajar. Hal ini merupakan ajaran
yang utama dari Hindu Dharma; karena dalam Hindu dharma tersedia tempat bagi semua tipe
pemikiran dari yang tertinggi sampai yang terendah, demi untuk pertumbuhan dan evolusi
mereka. (Svami Sivananda,1988:134).
Hindu Dharma mempunyai banyak kamar untuk setiap keyakinan dan Hindu Dharma merangkum
semua keyakinan tersebut dengan toleransi yang sangat luas. (Max Muller)
Agama Hindu menyerupai sebatang pohon yang tumbuh perlahan dibandingkan sebuah bangunan
yang dibangun oleh arsitek besar pada saat tertentu. (Dr. K.M. Sen)
Perbedaan adalah sesuatu yang sangat alamiah sifatnya. Sangatlah wajar bila ada perbedaan
antara satu wilayah dengan wilayah yang lain dalam satu negara, apalagi dalam teriorial yang
lebih besar, antara Hindu India dan Hindu Indonesia. Namun hendaknya perbedaan ini janganlah
dipertentangkan, ini dipahami sebagai sesuatu yang alami. Perbedaan ini merupakan bukti nyata
betapa alamiahnya Agama Hindu, sangat sesuai dengan pernyataan awal Being spiritual is being
natural.
Untuk mengakhiri karya kecil ini perkenankanlah saya mengutip pernyataan dari tokoh agama kita
Mahatma Gandhi (2004:166)
Aku tidak ingin setiap sisi rumahku tertutup tembok dengan jendela serta pintu yang terkunci. Aku
ingin budaya dari semua negeri berhembus ke dalam rumahku

sebebas mungkin. Yang ada

padaku bukanlah suatu agama yang seperti penjara.


Di kutip dari berbagai sumber
Parisadha, singaraja,babadbali,stitidharma dan hinduindonesia.com
semoga memperkaya wawasan kita terhadap agama yang kita cintai ini.
om santhi santhi santhi om
salam
WD_Laser

Category: Hinduism

02/03/2015 4:15

Penyebab Beberapa Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India | LASER_1...

7 of 7

http://widilaser.blogspot.com/2014/02/penyebab-beberapa-perbedaan-...

Reaksi:

Posting Lebih Baru

Beranda

Posting Lama

Copyright 2014 LASER_18 Comp And Game net All rights reserved.
Blogger Template by I Ketut Widilaksana_Denpasar_BALI
WP Theme by I Ketut Widilaksana

02/03/2015 4:15

Vous aimerez peut-être aussi