Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
2.1 Pengertian Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 1986).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.Titran
ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang
dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran
biasanya berupa larutan.Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi
dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut
dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik
ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin
besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat
penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai.Pada saat
tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi.
Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik
akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus
terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang
dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah
buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia
pembantu yang dikenal sebagai indikator (Anonim, 2009).
c. Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 mg 10 mg
Volume titran : 0,1 mL 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
Analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi/kadarnya. Titran merupakan
zat yang digunakan untuk mentitras
Larutan Standar
Proses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu
zat, dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk
reaksi sempurna disebut analisis volumetri. Analisis ini juga menyangkut
pengukuran volume gas.
Proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai
terjadi
reaksi
sempurna
disebut
titrasi.
Larutan
yang
diketahui
digunakan
disebut
standard
primer.
klorida
(NaCl)
untuk
menstandarisasi
larutan
AgNO3
2.2 Asidimetri
Asidimetri merupakan penetapan kadar terhadap larutan yang bersifat basa
dengan menggunakan larutan baku asam.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator.
Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam
bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua
macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari
bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH
tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH
larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di
sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan
indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam
dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru
yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya.
Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya
jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan
reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus
ekivalen dengan jumlah basa.Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen
reaksi.Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis
bereaksi dengan jumlah mol basa.Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi
asam-basa dapat
indikator
digunakan
merupakan
indikator
syarat
asam-basa.Ketepatan
keberhasilan
dalam
pemilihan
menentukan
titik
dengan
pengamatan
visual
melalui
perubahan
warna
indikator.Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah
atau basa lemah.Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik
yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan
warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam
larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak
mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan
untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau
tiga tetes larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua
tetes ( 0,1 ml ) indikator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama
dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M.
Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak
terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator
phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam
larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah
keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna
indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena
indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka
yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain
adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning,
maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir
titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu
menghasilkan warna orange (Anonim, 2009).
Contoh indikator asam-basa
Nama Indikator Warna asam Warna basa Trayek pH
Alizarin kuning kuning ungu 10,1 -12,0
Fenolftalein tak berwarna merah 8,0 -9,6
Timolftalein tak berwarna biru 9,3 10,6
Timolftalein tak berwarna biru 9,3 10,6
Fenol merah kuning merah 6,8 -8,4
Bromtimol blue kuning biru 6,0-7,6
Metil merah merah kuning 4,2 -6,2
Metil jingga merah kuning 3,1 -4,4
Para nitrofenol tak berwarna kuning 5,0 -7,0
Timol blue kuning biru 8,0 -9,6
Tropeolin OO merah kuning 1,3 -3,0
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan molekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan
volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
H+ (pada asam) atau OH (pada basa)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Titrasi asam basa atau yang lebih dikenal dengan nama asidi alkalimetri
Saran
1. Harus lebih diperhatikan penggunaan indikator yang tepat dari analit yang di
uji karena setiap indikator mempuntai trayek perubahan pH yang berbeda.
2. Harus lebih berhati-hati saat dalam proses titrasi
3. Dalam analisis volumetri secara keseluruhan kita mengenal isilah larutan
standar, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.Ketepatan
konsentrasi dari larutan standar sngan mempengaruhi perhitungan dari konsentrasi
analit yang diuji nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.m.wikipedia.org
http://nurhabliridwan.wordpress.com