Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFERAT
LAPORAN KASUS
FEBRUARI 2015
REFERAT
: GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR (F31)
LAPORAN KASUS : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI
MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2)
Disusun Oleh :
Amrul Mushlihin
1102090113
Residen Pembimbing :
dr. Anisa
Supervisor Pembimbing:
dr. Andi Suheyra Syauki, M.Kes, Sp.KJ
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. ANB
Umur
: 21 Tahun
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: menikah
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
Alamat
LAPORAN PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 14
Februari 2015 dari :
III.
Nama
: Tn. E (081242353867)
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Ayah pasien
RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien Perempuan umur 21 tahun dibawa dengan keluhan mengamuk yang
terjadi sekitar 1 minggu sebelum dibawa ke RS Wahidin Sudirohusodo. Saat
mengamuk pasien membanting barang-barang disekitarnya, melempari orangorang, terutama ayahnya. Pasien mengamuk bila keinginannya tidak dituruti,
Hendaya/disfungsi :
- Hendaya sosial ada
- Hendaya pekerjaan ada
- Hendaya waktu senggang ada
DM
DM
: AN, dokter
DM
: kalau saya itu lahir 10-11-1993 dokter, masih muda kan dokter. Banyak
juga cowok yang sukaka karena masih muda dan cantik hahahaha
DM
DM
DM
: sama anakku 2 orang, sama bapak gorilla, sama istrinya bapakku, tidak
ku sukai bapak gorilla sama istrinya.
DM
: Saya ibu rumah tangga dokter, saya kerja juga di hypermart dokter?
DM
DM
DM
DM
DM
: kemarin pagi itu saya mandi, sikat gigi, dandan cantik-cantik, makan
dst.
Siangnya
saya
mandi,
bersihkan
kamar
mandi,
shalat.
Malamnya.dst
DM
: ialah dokter, ingatanku kuat. Saya juga bisa baca pikirannya dokter,
pikirannya wahyu(pasien di RS WS juga)
DM
: oh bisaki baca pikiran orang, siapa saja yang ibu bisa baca pikirannya?
: semua dokter.
DM
: ndak taumi juga. Itu bapakku na bilangka sakit padahal tidak sakitka.
Dasar gorilla, dia itu yang bunuh ibuku dokter karena mau kawin lagi.
Na lebih cantik saya daripada istrinya sekarang. Iya kan dokter hahaha
DM
DM
: bagusji tidur ta ?
DM
DM
: aih janganmi sebut-sebut dia dokter, pergimi dari 2 tahun lalu. Dia
kiraka mungkin tidak ada yang sukaka, banyaknyami cowok yang
kejar-kejarka. Tapi dok toh ada juga dokter yang periksaka kemarin
tampan juga, ku sukaki hehehehe
DM
DM
DM
: atau bisaki liat bayangan atau sesuatu yang orang lain tidak bisa liatki?
DM
: 1 3 5 7 8 9
DM
: 93
DM
: kurang 7 lagi?
: 86 dokter
DM
: pencuri dokter
DM
: kalau dapatka dompet dijalan, ummm mauka belikan lipstick, baju baru,
celana baru sama sepatu baru.
DM
: saya itu doter, mauka beli rumah bagus, mobil bagus, pokoknya banyak
deh.
DM
DM
: iye dokter
V.
: Gembira
2. Afek
: Hipertimia
3. Empati
C. Fungsi intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Sesuai taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi
: Mudah beralih
3. Orientasi (waktu,tempat,orang)
: Baik
: Baik
5. Pikiran abstrak
: Terganggu
6. Bakat kreatif
: Tidak Ada
: Cukup
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi
: Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas
b. Kontinuitas
: kadang irelevan,
c. Hendaya berbahasa
: Tidak ada
2. Isi pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Preokupasi
ASRUL
Gangguan isi pikiran : waham kebesaran yaitu pasien mengaku dapat
membaca pikiran orang. Waham curiga yaitu pasien mencurigai
ayahnya telah membunuh ibunya.
F. Pengendalian Impuls
: Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial
: Terganggu
: Terganggu
3. Penilaian realitas
: Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit, dan tidak ingiin
meminum obat ).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
VI.
VII.
ada. Didapatkan isi piker preokupasi sering memikirkan dan menyebut mantan
pacarnya. Gangguan isi piker berupa waham kebesaran dan curiga. Pengendalian
impuls terganggu, daya nilai terganggu, tilikan 1, dan dapat dipercaya.
VIII.
EVALUASI MULTIAKSIAL
A. AKSIS I
Berdasarkan alloanamnesis, autonamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna berupa pola perilaku sering mengamuk,
berbicara sendiri, gelisah, sering pergi-pergi. Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) keluarga pasien, serta terdapat hendaya (dissability) pada
fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehinga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental, ditemukan hendaya berat dalam menilai
realita berupa waham kebesaran dan waham curiga, sehingga didiagnosis
Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan berarti sehingga kemungkinan adanya Gangguan mental organik
dapat disingkirkan.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan afek yang hipertimia, mood gembira, flight of ideas ada, psikomotor
hiperaktif sehingga memenuhi kriteria mania. Terjadi periode remisi dari fase
mania dulu ke fase mania sekarang dimana pasien juga pernah mengalami hal
yang sama sebelumnya dan pernah mengalami penyembuhan.
Pasien juga disertai waham kebesaran yaitu mengatakan mampu membaca
pikiran orang lain, mengaku dapat menjadi psikolog. Waham curiga yaitu
mencurigai ayahnya sengaja membunuh ibunya. Sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan jiwa (PPDGJ) III diagnosis diarahkan pada
Gangguan Afektif Bipolar, Episode kini Manik dengan Gejala Psikotik
(F31.2).
B. AKSIS II
Pasien adalah anak yang pendiam, tertutup, jarang bergaul dan sopan
kepada orang tuanya. Sehingga tidak dapat dimasukkan dalam ciri kepribadian
tertentu.
C. AKSIS III
Tidak ada diagnosis.
D. AKSIS IV
Ditinggalkan oleh suaminya.
Hubungan dengan ayah dan ibu tiri kurang baik.
E. AKSIS V
Global Assesment Functioning (GAF) Scale 50 - 41, gejala berat,
disabilitas berat.
IX.
DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna tetapi terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak sehingga membutuhkan
psikofarmakoterapi.
2. Psikologik
Terdapat hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya waham
kebesaran dan waham curiga yang menimbulkan gejala psikis sehingga
pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
PROGNOSIS
X.
Dubia
Faktor pendukung :
-
Gejala klinis adalah berupa gejala positif : berupa waham dan afek
hipertimia.
XI.
RENCANA TERAPI
Psikofarmakologi
-
Risperidon 2mg 3 x 1
XII.
-
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
XIII.
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
adanya mood dan afek yang meningkat selama 1 minggu, disertai adanya lebih
banyak bicara, hiperaktif, flight of ideas, gelisah, waham kebesaran dan waham
curiga. Sebelum timbul episode manik, sekitar 2 tahun yang lalu pasien pernah
mengalami hal yang sama. Pasien kemudian sembuh sendiri dan menjalankan
aktifitas seperti biasa sebelum timbul gejala episode manik yang membuat
pasien dibawa ke RS WS oleh bapaknya. Sekitar 3 tahun yang lalu pernah
mengalami gejala depresi. Dari beberapa episode yang timbul dan adanya remisi
sempurna diantara episode tersebut maka pasien didiagnosis dengan Gangguan
Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan Gejala Psikotik.
Medikasi yang diberikan berupa obat antipsikotik dan obat antimania
disertai dengan intervensi psikososial untuk memperkuat perbaikan klinis.
Risperidon termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole, merupakan antagonis
monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergic 5HT2 dan Dopaminergik D2. Risperidon berikatan dengan reseptor alfa1
adrenergik dan tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun
risperidon merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala
positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktifitas
motoric dan induksi katalepsi disbanding neuroleptik klasik. Antagonis serotonin
dan dopamine sentral yang seimbang dapat mengurangi kecendrungan timbulnya
efek samping ekstrapiramidal, dia dapat memperluas aktifitas terapeutik
terhadap gejala negative dan afektif dari skizofrenia.
Natrium divalproex (Depakote ) merupakan obat antikejang, biasa
dikonsumsi untuk mencegah kemunculan kejang dan dapat diberikan hingga
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III). Jakarta
: FK Jiwa Unika Atmajaya. 2003.
2. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Bina Rupa Aksara, Jakarta. 2012.
3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta. 2007