Vous êtes sur la page 1sur 24

II.

Pembebanan Biaya berdasarkan Aktivitas


Activity Based Costing (ABC)
Bortiandy Tobing

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah


mempengaruhi perkembangan industri dan juga pola perilaku masyarakat.
Hal ini semakin menjadikan kompetisi yang semakin sengit dalam dunia
usaha. Untuk itu diperlukan berbagai daya dan upaya agar perusahaan dapat
lebih fleksibel dan dapat menghasilkan produk yang spesifik dan profitable
dengan tetap memperhatikan kepuasan pelanggan. Namun hingga saat ini
masih banyak pihak yang menggunakan paradigma lama antara lain:
1. Untuk memperkecil beban biaya tetap (cost/unit), maka proses
produksi harus menghasilkan produk dalam jumlah yang besar pula.
2. Pelanggan yang memesan/membeli produk dalam jumlah yang besar
adalah pelanggan yang memberikan profit besar pula.
3. Pelanggan yang loyal juga merupakan pelanggan yang memberikan
profit. Dan profit akan mengikuti kepuasan pelanggan.
Berdasarkan penelitian dan perkembangan industri mengungkapkan bahwa
paradigma tersebut tidaklah benar sepenuhnya. Pola perilaku konsumen
yang semakin spesifik (yang menjadikan produk tidak dapat diproduksi
secara massal dan cenderung terbatas/limited), ketepatan waktu
pengiriman, dll menjadikan dunia usaha harus mampu memberikan
pelayanan yang terbaik dan tetap memiliki profit, walau menghasilkan
produk dalam jumlah yang lebih sedikit. Untuk dapat bertahan dalam

persaingan bisnis, maka pelaku usaha harus mampu menentukan harga jual
yang kompetitif berdasarkan analisa biaya produksi yang tepat.
MENGAPA ABC SANGAT PENTING?
Setiap dunia usaha tidak akan dapat masuk ke dalam kompetisi sekalipun
untuk memulai memperbandingkan dengan perusahaan lain sampai kita
tahu bagaimana menghitung beban biaya secara tepat. Dan untuk dapat
memasuki persaingan global, setiap perusahaan harus dapat lebih fleksibel,
terintegrasi dan terotomatisasi dalam meningkatkan produktivitas dan
menurunkan biaya. Akan tetapi, adalah suatu hal yang mustahil untuk
mendukung daya saing perusahaan tanpa suatu mekanisme perhitungan
biaya yang akurat.

Biaya Langsung
T. Kerja Lansung
Material Langsung

Pembebanan secara
langsung

Biaya Tidak Langsung


T. Kerja Tidak Lansung
Material Tidak Langsung
Depresiasi, dll.

Biaya
Produk

Pembebanan
berdasarkan alokasi/
indikator tertentu

Gambar 2.1. Komponen biaya


2

Activity Based Costing

Dalam perkembangan tersebut, beberapa permasalahan yang cenderung


dihadapi dalam perhitungan biaya produksi dan mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan adalah:
1. Peningkatan jumlah produksi dan penjualan tidak berarti secara
otomatis akan memberikan peningkatan profit.
2. Beberapa produk adalah produk yang memberikan keuntungan dan
beberapa merupakan produk kritis yang dapat menimbulkan
kerugian (Dalam meningkatkan daya saing, salah satu strategi
pemasaran adalah dengan melakukan subsidi silang/transfer price
antara satu produk yang profit dan yang tidak profit).
3. Produk yang dihasilkan harus dapat memenuhi persyaratan
pelanggan yang akan memberikan kepuasan pelanggan.
4. Tindakan penurunan cost pada satu bagian tertentu akan dapat
mengurangi biaya mereka, tetapi akan dapat menciptakan biayabiaya tambahan di ke arah muara bagian/departemen lain.
Salah satu metoda yang dapat memberikan analisa perhitungan biaya produk
secara akurat adalah dengan menggunakan metoda ABC. ABC membebankan
cost ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas dasar
pemikiran: produk atau jasa yang dihasilkan diperoleh melalui pelaksanaan
rangkaian aktivitas dan penggunaan sumberdaya, yang dikonversikan dalam
bentuk cost. Konsep ABC menganut sistem hubungan sebab akibat antara
pemicu biaya (cost driver) dan aktivitas/activity center (Gambar 2.2).

Activity Based Costing

Traditional Cost System

= Activity Center
= Cost Driver

Activity Based Cost System


Biaya Tidak Langsung

Biaya
Material
Langsung

Biaya T.
Kerja
Langsung

Biaya Tidak
Langsung
(Overhead)

Biaya
Material
Langsung

Biaya T.
Kerja
Langsung

Biaya
Konsumsi
Energy

Biaya
Inspeksi
Mutu

Biaya
Perbaikan
Mesin

Secara
Langsung
(direct
trace)

Secara
Langsung
(direct
trace)

Berdasar
asumsi/
proporsi
tertentu

Secara
Langsung
(direct
trace)

Secara
Langsung
(direct
trace)

Jam
proses

Jumlah
inspeksi

Jumlah
komponen

PRODUCT

PRODUCT

Gambar 2.2. Perbandingan Pembiayaan Tradisional dan Konsep ABC

Penggunaan sistem ABC dalam melakukan perhitungan biaya akan dapat


mendefenisikan proses secara rinci, antara lain:
1. mengidentifikasikan biaya per unit dari berbagai jasa dan produk,
2. mengidentifikasikan bagian/section kritis pada inline proses (yang
sangat mempengaruhi peningkatan cost)
3. mengidentifikasikan integrasi proses secara utuh (keseimbangan
pada seluruh lini proses).
4. dll.
Suatu keuntungan yang utama dalam menggunakan ABC adalah sistem ini
akan dapat mengendalikan atau memperkecil penyimpangan dalam
penetapan biaya produk sebagai akibat dari alokasi yang tidak tidak tepat
(sewenang-wenang) terhadap biaya tak langsung. Hal inilah yang merupakan
perbedaan dari perhitungan biaya tradisional (Gambar 2.2).
(Pada sistem biaya tradisional, untuk mengalokasikan biaya tidak langsung,
dilakukan dengan pembebanan secara proporsional dengan menggunakan
suatu indikator atau faktor pembanding yang dianggap sesuai, sedangkan
unsur-unsur biaya yang lainnya dialokasikan secara langsung, sesuai dengan
perhitungan langsungnya masing-masing).
KENDALI WAKTU PADA ABC SYSTEM (TIME-DRIVEN ACTIVITY BASED
COSTING)
Waktu merupakan salah satu dimensi yang membatasi seluruh rangkaian
hidup (3 dimensi yang membatasi: waktu, ruang dan gerak). Dalam sistem
proses produksi, seluruh aktivitas selalu dipengaruhi dan dibatasi oleh waktu.

Activity Based Costing

Upah tenaga kerja, pemakaian utilitas, depresiasi dan lain sebagainya,


merupakan kompensasi atas penggunaan waktu oleh manusia maupun oleh
mesin dan peralatan yang digunakan. Sehingga waktu merupakan salah satu
kendali yang dapat digunakan dalam melakukan analisa dan implementasi
sistem ABC.
Kendali waktu (Time Driven) adalah suatu pendekatan yang dapat digunakan
untuk menghindari berbagai kesulitan dalam melakukan implementasi ABC.
Metoda Time-Driven Activity-Based Costing memiliki dua parameter, yaitu:
1. Pembebanan biaya untuk setiap unit waktu yang digunakan sumber daya
yang tersedia dalam memenuhi kapasitas yang tersedia sesuai dengan
aktivitas perusahaan/bisnis. (Total pengeluaran Overhead dibagi dengan
total jam kerja karyawan yang digunakan/tersedia).
2. Penilaian dari unit waktu yang digunakan dalam setiap aktivitas: berapa
banyak waktu yang digunakan dalam menyelesaikan satu unit produk/
WIP pada setiap aktivitas (hal ini didasarkan pada hasil perkiraan atau
pengamatan langsung).
Pendekatan waktu ini juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap permasalahan teknis yang dihadapi, ketika upaya peningkatan hasil
produksi dikaitkan secara otomatis dengan penambahan waktu proses.
Dengan pendekatan waktu, tindakan yang pertama sekali harus dilakukan
adalah mengan menghitung jumlah waktu yang masih kosong (tidak
terpakai) atau waktu mengganggur. (Sebab, penambahan jumlah waktu dan
jumlah tenaga kerja pasti akan menambah jumlah produksi. Namun yang
harus diperhatikan adalah, apakah penambahan jumlah jam kerja dan tenaga
6

Activity Based Costing

kerja tersebut sudah benar dan optimal?). Pada perkembangan selanjutnya


metoda ini akan sangat membantu dalam merancang proses dengan varian
produk, pelanggan dan karakteristik aktivitas yang menyebabkan variasi di
waktu proses. Hal ini pula yang menjadi cikal bakal dari pelaksanaan proses
tepat waktu (Just in time/JIT).
PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING
Penerapan sistem Activity Based Costing dapat dilakukan melalui 4 (empat)
tahapan berikut:
1. Identifikasi aktivitas
Secara umum, proses (produksi) perusahaan terdiri atas:
a. Inbound logstic/penyediaan bahan baku: aktivitas yang terkait
dengan pemesanan dan pembelian seluruh bahan baku yang akan
digunakan untuk pekerjaan/proses produksi
b. Operation: aktivitas untuk melakukan konversi seluruh bahan baku
yang tersedia, dengan menggunakan seluruh sumber daya yang
tersedia menjadi produk jadi/finish product.
c. Outbond logistic: aktivitas untuk menyimpan dan memelihara produk
yang telah jadi/finish product sebelum produk tersebut
didistribusikan/diserahkan kepada pelanggan.
d. Marketing dan sales: aktivitas untuk menyalurkan dan menjual
produk jadi kepada pelanggan ataupun jaringan distribusi, serta
menerima masukan dan saran dari pelanggan atas persyaratan yang
ditetapkan ataupun yang diinginkan oleh pelanggan.

Activity Based Costing

e. Service: aktivitas untuk membangun hubungan dengan pelanggan


dan membina kesetiaan pelanggan (customer loyalty) terhadap
penggunaan produk perusahaan.
Untuk dapat menganalisa tahapan proses tersebut maka setiap proses
harus memiliki prosedur standar yang akan digunakan sebagai acuan
pelaksanaan aktivitas tersebut. Dan secara umum tahapan proses a c
merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, dan memiliki dampak
langsung terhadap pembebanan biaya produk. Sedangkan proses d e
(Marketing hingga service), merupakan aktivitas yang tidak langsung
terhadap proses produksi, dan masuk ke dalam kategori biaya tidak
langsung (overhead cost).
Dalam melakukan identifikasi aktivitas, maka perusahaan sebaiknya
harus memiliki 2 (dua) jenis diagram alur proses, yaitu:
1. Diagram alur aktivitas setiap bagian (Gambar 2.3)
2. Diagram alur rincian proses produksi yang terinci untuk setiap item
produk mulai dari tahapan pembelian raw material hingga
penyimpanan produk jadi. (Gambar 2.4.). Semakin rinci diagram alur
tersebut, maka semakin akurat pula analisa yang akan dihasilkan.
Beberapa data yang dibutuhkan dan sebaiknya dicantumkan pada
setiap tahapan aktivitas antara lain adalah:
2.1. Ukuran produk yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap
jenis produk jadi dapat juga secara kategorial (besar, sedang,
kecil) . Ukuran tersebut dapat berupa: berat, jumlah, dimensi,
standar mutu, dll.
8

Activity Based Costing

AKTIVITAS

PIC

Mulai

Supervisor menerima surat


pengantar barang dari
supplier dan memeriksa PO
Supervisor
Purchasing (Purch) yang telah dikirimkan dan
menginformasikan ke QC utk
dilakukan inspeksi

Penerimaan
Material
Inspeksi
Material

Passed?

KETERANGAN

Supervisor QC &
2 Operator QC

Tidak

Ya

Pembongkaran
dan
penyimpanan

Supervisor Purch.
dan group bongkar
(6 orang/group)

Distribusi

Staff Purch.
(2 orang)

Supervisor QC dan operator


QC melakukan inspeksi
terhadap persyaratan mutu
penerimaan material
Jika tidak memenuhi syarat
keberterimaan, maka
material dikembalikan kepada
supplier.
Jika memenuhi, maka
dilakukan pembongkaran dan
penyimpanan

Material didistribusikan
kepada bagian yang akan
menggunakan.

Proses
Produksi
Selesai

Gambar 2.3. Diagram Alur Aktivitas Bagian Pembelian

Activity Based Costing

2.2. Ukuran jumlah target kerja/kapasitas baku untuk elemen


produktif yang digunakan (tenaga kerja langsung, mesin dan
peralatan) pada setiap aktivitas (jumlah unit (pcs, kg,
dll.)/satuan waktu).
2.3. Jumlah tenaga kerja tidak langsung yang baku (yang harus
tersedia) selama proses produksi berlangsung, seperti: jumlah
operator QC, Foremen, dll.

Gambar 2.4. Diagram Alur Rinci/Detail Produk


10

Activity Based Costing

2.4. Jumlah dan jenis bahan pendukung yang digunakan


2.5. Standar jumlah buangan/waste yang diijinkan (yield product).
- Dalam perkembangan selanjutnya, data-data tersebut di atas
merupakan dasar dalam penyusunan daftar kebutuhan bahan baku
(Bill of material) dan penerapan metoda Just in time/JIT.
2. Identifikasi elemen biaya pada setiap aktivitas
Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap elemenelemen biaya pada setiap aktivitas. Secara umum, elemen biaya dapat
dibagi atas 3 bagian besar, yaitu:
a. Biaya langsung/Direct cost: biaya yang secara langsung melekat pada
material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing tahapan (Direct
Labor & Direct Materials). Contoh: Biaya RM, Ingredients, Packaging,
Biaya Tenaga kerja langsung/Target, konsumsi energi (mesin dan
peralatan), dll. untuk setiap item pekerjaan.
b. Biaya tidak langsung/Indirect cost: biaya yang secara tidak langsung
melekat pada material/WIP yang dikerjakan pada masing-masing
tahapan. Contoh: Biaya Pelayan, Mandor, Listrik (penerangan area
kerja), Air (sanitasi, dll.), Manufacturing Supplies, dll.
c. Biaya operasional lainnya/Factory overhead (FOH): biaya yang secara
tidak langsung secara keseluruhan organisasi yang tidak termasuk
biaya tidak langsung dan tidak langsung di atas - Pengeluaran Rutin
Perusahaan Contoh: Gaji Direksi, Administrasi perkantoran (Telepon,
Listrik, Air), Listrik penerangan pabrik, depresiasi, pajak, dll.

Activity Based Costing

11

Untuk lebih memudahkan analisa dan pengamatan, sebaiknya elemenelemen biaya langsung (a) dan biaya tidak langsung (b), dicantumkan
dalam diagram alur produk.
Contoh identifikasi biaya pada salah satu aktivitas:
Standar Upah/Jam = Rp 5.600, Target Kerja = 10 kg/jam = Rp. 560,-/kg
Biaya Pembekuan (Listrik) = Rp. 150.000/jam
Kapasitas Freezer/jam = 1.500 Kg = 1.000 pack = Rp 100/kg = Rp 150
/pack
Gaji/Upah pelayan = Rp. ./jam
Biaya material = Rp. ../unit
Ingredients = Rp /unit
Packaging = Rp ../ unit
Manufacturing Supplies = Rp ..
3. Penentuan penyebab/pengendali (activity cost driver) dalam melakukan
pembebanan biaya aktivitas (cost of activities)
Untuk dapat menerapkan sistem ABC, tahapan yang teramat penting
adalah menentukan basis (activity cost driver) untuk pembebanan biaya
aktivitas (cost of activities). Basis ini yang akan digunakan sebagai dasar
proporsi beban biaya dalam melakukan perhitungan biaya per unit
produk pada setiap tahapan proses.
Faktor sebagai pengendali biaya pada setiap tahapan proses, dapat
didasarkan pada beban kerja setiap aktivitas hasil kerja (kg, pcs), jam
kerja (jam kerja orang dan jam operasional mesin), biaya (Rp), dll. Untuk
12

Activity Based Costing

dapat melakukan analisa secara cepat dan tepat, maka penggunaan


paramater yang seragam antara aktivitas sangat dianjurkan. Dalam hal
ini pendekatan terhadap konsumsi waktu (labor hour) yang digunakan
merupakan salah satu cost driver yang dapat digunakan di hampir
seluruh aktivitas, sebab seluruh aktivitas dilakukan dalam suatu
rangkaian waktu.
Contoh dengan menggunakan Jam Kerja Orang:
Konsep yang digunakan adalah Time and Motion Study
Seluruh aktivitas dikonversikan ke dalam bentuk jam kerja orang dan
mesin (untuk beban utility)
Penentuan standar cost menggunakan beberapa asumsi-asumsi
mendasar
Perhitungan actual cost berdasarkan actual penggunaan jam kerja
orang
Pembebanan FOH Costs dan Overhead Costs lainnya dilakukan
dengan proporsi waktu kerja orang yang digunakan
Contoh perhitungan menggunakan jam kerja orang:
Asumsi Umum:
Jumlah Jam kerja normal/bulan = 173 jam
Incoming RM/bulan = 600 ton
Jumlah Tenaga Kerja Langsung = 3.000 orang = 3.000 x 173
jam = 519.000 jam orang/bulan
Factory Overhead = Rp 6 Milyar = Rp 6 Milyar / 519.000 jam
= Rp 11.561,-/ jam orang

Activity Based Costing

13

UMR/bulan = Rp 802.500 = Rp 802.500/173 jam = Rp 4.639 /


jam
Receiving Area (seluruh tenaga kerja adalah tenaga kerja harian
dan non target):
Jumlah Tenaga Kerja = 10 orang (termasuk Mandor, pelayan
dan Quality Control)
Jumlah Jam Kerja / bulan = 10 x 173 jam = 1.730 jam kerja
orang
Jumlah Incoming Material /bulan = 600 ton = (1.730 jam * 60
menit) / 600 ton =0,173 menit orang / kg
Deheading Area:
Jumlah T. Kerja Non Target (Pelayan dan Mandor) = 20 orang
Jumlah Jam Kerja / bulan = 20 x 173 jam = 3.460 jam kerja
orang
Beban jam kerja non target = (3.460 x 60 menit) / 600 ton =
0,346 menit org/ kg HO
Target kerja size Besar = 20 kg/jam = 3 menit org / kg = 3,346
menit orang / kg
Target kerja size Sedang = 18 kg /jam = 3,33 menit orang / kg
= 3,676 menit org / kg
Target kerja size kecil = 15 kg/jam = 4 menit orang / kg =
4,346 menit org / kg
Area/Bagian Lain:

14

Activity Based Costing

Penentuan jumlah karyawan non target adalah berdasarkan


jumlah minimum karyawan target yang harus dibutuhkan
Penentuan kapasitas kerja pada setiap bagian yang tidak
menggunakan tenaga kerja non target, dapat dilakukan
dengan pendekatan Time and Motion Study
Mesin, Air, Listrik, dan Utility:
Pembebanan dengan proporsi penggunaan utilitas tersebut.
Contoh:
Kapasitas Mesin Freezer = 500 kg/jam = 15.000 watt/jam (Rp
./watt/jam) = 0,12 menit/kg WIP = Rp..../menit = Rp /kg
Penggunaan Penerangan di Ruang I = 2.000 watt/jam =
Rp./menit
Untuk selanjutnya perhitungan ABC dilakukan pada setiap aktivitas/work
center dengan tetap memperhatikan faktor keseragaman alat ukur.
Perhitungan standar cost yang telah diperoleh, sebaiknya dicantumkan
ke dalam Diagram alur proses yang telah disusun (Gambar 2.5). Pada
gambar 2.5, standar Upah/Jam yang digunakan adalah Rp. 4.650,4. Perhitungan biaya per unit dari aktivitas
Pada tahapan akhir dari penerapan sistem ABC adalah melakukan
perhitungan total terhadap standar cost untuk setiap unit dari seluruh
cost yang telah diidentifikasikan dan ditetapkan pada aktivitas tersebut.
Data-data yang telah dikumpulkan disusun/dirangkai mulai dari tahapan
awal hingga tahap akhir untuk masing-masing produk, berdasarkan
satuan/unit (jam kerja org atau biaya/Rupiah).

Activity Based Costing

15

Gambar 2.5.
Diagram Alur Proses yang telah dilengkapi dengan standar cost
Contoh:
Total Biaya Pokok = (RM + Pack + Labor + Utility) + FOH
(RM = Biaya Raw Material/Unit; Pack = Biaya Packaging/Unit; Labor =
Biaya Tenaga KerjaUnit; Utility = Biaya Utility/Unit; FOH = Assumsi Biaya

16

Activity Based Costing

Factory Over Head/ jam org yg telah dikonversi menjadi Rp/unit). RM,
Pack, Labor, Utility = Direct Cost, FOH=Overhead Cost
Asumsi: Finish Goods = 300 Cartons (Ctns) = 10.800 pack = 86.400
pcs = 4.104 kg FP, Yield = 90%, Cost RM = Rp. 57.000,-/kg, Listrik
Penerangan = Rp. 750/menit, Jumlah Karyawan 250 orang, FOH = Rp
11.561/jam kerja orang
Direct Cost:
Raw Material : 4.104 kg F Goods : 90% = 4.560 kg,
Cost RM = Rp. 57.000 x 4.560 kg = Rp. 259.920.000,Cost RM/pack = Rp 259.920.000 : 10.800 pack = Rp 24.067/pack
Cost Packaging merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga
dapat diasumsikan langsung Rp 15.000/Ctns = Rp 417/pack
Cost Ingrediants merupakan Direct Cost dan spesifik sehingga
dapat dihitung langsung berdasarkan komposisi ingrediants yang
digunakan, dan diasumsikan = Rp 700/pack
Tenaga Kerja: (Termasuk tenaga kerja target dan non target)
Rec. Area = 4.560 kg HO x 0,173 menit/orang/kg HO = 790 menit
= 14 jam kerja orang
Deheading & Distribusi Assumsi target kerja (termasuk target
dan non target) = 14 kg HO/labor/hour 4.560 kg HO : 14 kg
HO/labor/hour = 326 jam kerja orang
Forming Target kerja (perhitungan berdasarkan penggunaan
waktu seluruh karyawan bagian forming) = 58 pcs/labor/hour
86.400 pcs : 58 pcs/labor/hour = 1.490 jam kerja orang

Activity Based Costing

17

Finish Product Area Assumsi target kerja orang = 0,18 jam


kerja orang/Ctns 300 Ctns x 0,18 jam kerja orang/Ctns = 54
jam kerja orang
Total Jam kerja orang untuk menghasilkan 300 Ctns:
= 14 jam + 326 jam + 1.490 jam + 54 jam = 1.884 jam
= 1.884 jam : 10.800 pack = 0,175 jam/pack
Total Cost Tenaga Kerja Langsung (Target dan Non Target)
= 0,175 x Rp 4.639 = Rp 811,83/pack = Rp 812 / pack
Mesin & Utility : Berdasarkan penjelasan di depan, seluruh utility
yang digunakan telah memiliki standar Rp/menit, sehingga jika
asumsi penerangan di ruang Rp. 750/menit dan asumsi jumlah
karyawan di ruang 250 orang 1.490 jam kerja orang : 250
orang = 6 jam.
Beban cost penerangan = Rp 750 x 60 menit x 6 jam
= Rp 270.000 : 10.800 pack = Rp 25 / pack
Langkah yang sama dilakukan untuk utility yang lain. (Asumsi
pada contoh ini, biaya utility dan mesin hanya Rp. 25/pack)
Factory Overhead : (lihat hasil jam kerja orang/pack Direct Cost)
Total Cost FOH = 0,175 jam kerja orang/pack x Rp 11.561/jam kerja
orang = Rp 2.023,18/pack = Rp 2.024 / pack
Total Biaya Pokok = (24.067/pack + Rp 700/pack) + Rp 417/pack +
Rp 812/pack + Rp 25/pack + Rp 2.024/pack
= Rp. 28.045/pack = Rp 73.082/kg FG

18

Activity Based Costing

MANFAAT DAN KARAKTERISTIK ACTIVITY BASED COSTING


Dalam perkembangan implementasi sistem Activity Based Costing, berbagai
pihak telah menyatakan akan besarnya manfaat yang telah diberikan oleh
sistem ini.
The ABCs of Profitability
Today, many organizations are using Activity Based Costing (ABC)
to make strategy changes and to cut costs, and the process may
end up affecting a broad range of operations: simple ones, like the
way a truck delivery is unloaded at a store, or major ones, such as
whether to outsource direct store deliveries. ABC shows the
individual impact of each decision, and the impact of one decision
on another. A company may even discover that changing the way
deliveries are processed makes outsourcing them uneconomical.
ABC can produce results. Here are some examples:
A mining company needed to reduce logistics costs and to
assess the bottom-line impact of some proposed capital
investments. It conducted an ABC pilot project which focused
on customer service and distribution. The study found enough
quick hit improvements to pay for the cost of the pilot
project. Management used the model to justify several
strategic initiatives, which led to even greater bottomline
improvements. ABC was then rolled out to the mining and
milling processes. Today, strategic planning, budgeting, and
performance measurement have all been upgraded.
A food processor and wholesale distribution company needed
to understand the economics of its processing and logistics
activities. Management suspected that some customer
groups, products, and delivery routes were losing money. As it
turned out, all products contributed to the bottom line, but
some customers were indeed unprofitable. The improvement
opportunities that ABC discovered amounted to ten times the
cost of the pilot project.

Activity Based Costing

19

Source: Henry Kolisnik, The ABCs of Profitability, Canadian


Transportation Logistics, March 1995, p. 50.
Sistem ABC dapat merubah berbagai yang selama ini dikategorikan sebagai
biaya tidak langsung manufaktur menjadi biaya langsung biaya tersebut
diidentifikasikan secara khusus sebagai biaya hasil produksi. Pemilihan
aktivitas yang tepat dan faktor pemicu biaya akan membantu manajemen
dalam melakukan telusur terhadap biaya-biaya overhed yang terkadang sulit
untuk dikendalikan, menjadi biaya objektif yang spesifik, sehingga dapat
ditelusur sama seperti biaya material langsung ataupun biaya tenaga kerja
langsung. Hal ini dapat terjadi, sebab ABC sistem dapat mengklasifikasikan
lebih banyak item biaya sebagai biaya langsung dibandingkan dengan sistem
tradisional.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem ABC adalah:
1. Dengan menerapkan sistem ABC, maka manajemen akan dapat
merencanakan proses secara rinci dan akurat (waktu penyelesaian
produk dan harga pokok yang mengikutinya)
2. Analisa prediksi profit/loss proses pada bulan berjalan yang lebih akurat,
sehingga akan membantu manajemen untuk segera mengambil tindakan
strategis yang perlu.
3. Penelusuran penyebab loss/profit pada akhir bulan/periode analisa yang
akurat, berdasarkan jenis produk dan faktor produksi (material, jam kerja
yang digunakan dan bila memungkinkan hari dan jam terjadinya
kerugian, departemen dan personil yang bertanggung jawab, dll.)

20

Activity Based Costing

Gambar 2.6 Penggunaan konsep ABC dalam menganalisa efisiensi


penggunaan jam kerja

Activity Based Costing

21

4. Sebagai dasar dalam menganalisa keseimbangan (line balancing)


kapasitas (tenaga kerja, mesin dan peralatan) yang tersedia, dengan
minimisasi waktu tunggu dan waktu menganggur.
5. Penerapan sistem ABC akan memberikan analisa atas standar dan
pencapaian penggunaan seluruh faktor-faktor produksi, antara lain: jam
kerja (standar dan yang digunakan), material langsung dan pendukung,
mesin dan peralatan, dll.
6. Dasar dalam menganalisa kembali struktur organisasi (Job Desc., Jumlah
tenaga kerja)
7. Dasar dalam melakuan tindakan perbaikan yang berkesinambungan
(Continual Improvement.). Implementasi sistem ABC akan membantu
seluruh karyawan untuk memahami beragam biaya yang mempengaruhi
kenaikan harga produk. Hal ini akan memberikan kesadaran kepada
karyawan untuk menganalisa struktur biaya produk pada bagian masingmasing sehingga mampu untuk mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas
yang dapat dilakukan dan memberikan nilai tambah. Pada akhirnya,
peningkatan dan perbaikan yang berkesinambungan akan dapat
diterapkan dalam menganalisa biaya, untuk mengurangi ataupun
menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah
dan untuk mencapai target efisiensi secara keseluruhan.
8. Dasar yang objektif dalam melakukan penilaian kinerja (Performance
Management System), melalui Key Performance Indicator individu
maupun tim.
Implementasi ABC tidaklah mudah, tidak semudah mengucapkan ABC.
22

Activity Based Costing

Activity Based Costing

23

Bila implementasi ABC tidak mampu menelusur penyebab profit/loss


(produk apa? material yang mana? bagian/departemen mana?, dan bila
memungkinkan hari apa? Dan jam berapa?), maka sesungguhnya sistem ABC
tersebut tidak benar dan perlu di tinjau kembali.
Catatan:
1. ABC adalah analisa kinerja proses dan bukanlah perhitungan
akuntansi/nerca keuangan organisasi, sehingga data yang digunakan
adalah data penggunaan faktor produksi pada saat periode pengamatan.
Jadi sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan data-data untuk neraca
keuangan dari pihak accounting.
2. Hasil analisa ABC, digunakan untuk membantu catatan/analisa hasil
kinerja organisasi berdasarkan laporan keuangan dari pihak accounting.

24

Activity Based Costing

Vous aimerez peut-être aussi