Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi dibawah umur 45 tahun dan
merupakan penyebab kematian no. 4 pada seluruh populasi. Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cidera kepala. Kecelakaan kendaraan bermotor menrupakan penyebab cedera
kepala pada lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya, 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari
100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanent (York, 2000). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2000), trauma capitis adalah gangguan traumatic yang
menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak
mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan
otak
Tipe-Tipe Trauma :
Comosio Cerebri, yaitu trauma Kapitis ringan, pingsan + 10 menit, pusing dapat
menyebabkan kerusakan struktur otak.
Contusio / memar, yaitu pendarahan kecil di jaringan otak akibat pecahnya pembuluh
darah kapiler dapat menyebabkan edema otak dan peningkatan TIK.
Konkusi
Muntah
SKG 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.Tidak ada
fraktur tengkorak,tidak ada kontusio cerebral,dan hematoma.
SKG 9-12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam.Dapat mengalami fraktur tengkorak.
SKG 3-8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam,juga meliputi kontusio
serebral,laserasi atau hematoma intrakranial.
Annegers ( 1998 ) membagi trauma kepala berdasarkan lama tak sadar dan lama amnesia pasca
trauma yang di bagi menjadi :
1. Cidera kepala ringan,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia berlangsung kurang dari
30 menit
2. Cidera kepala sedang,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia terjadi 30 menit sampai
24 jam atau adanya fraktur tengkorak
3. Cidera kepala berat,apabiula kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24
jam,perdarahan subdural dan kontusio serebri.
Arif mansjoer, dkk (2000) mengklasifikasikan cidera kepala berdasarakan mekanisme, keparahan
dan morfologi cidera.
Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter:
v
Trauma tumpul
Keparahan cidera
v
Ringan
Sedang
: GCS 9-13.
Berat
: GCS 3-8.
Morfologi
v
Fraktur tengkorak
: kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup.
Basis:dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII.
v
Lesi intrakranial
: Fokal: epidural, subdural, intraserebral. Difus: konkusi ringan,
konkusi klasik, cidera difus.
komosio sering ada gangguan dan kadang efek residu dengan mencakup kurang
perhatian, kesulitan memori dan gangguan dalam kebiasaan kerja.
5. Kontusio. Kontusio serebral merupakan didera kepala berat, dimana otak mengalami
memar, dengan kemungkinan adanya daerah haemoragi. Pasien tidak sadarkan dari,
pasien terbaring dan kehilangan gerakkan, denyut nadi lemah, pernafsan dangkal, kulit
dingin dan pucat, sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.
6. Haemoragi intrakranial. Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam kubah
kranial adalah akibat paling serius dari cidera kepala, efek utama adalah seringkali lambat
sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan herniasi otak
serta peningkatan TIK.
7. Hematoma epidural (hamatoma ekstradural atau haemoragi). Setelah cidera kepala, darah
berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan dura. Keadaan
ini karena fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah putus
/rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di dura dan tengkorak daerah inferior menuju
bagian tipis tulang temporal; haemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada
otak.
8. Hematoma sub dural. Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara dura dan
dasar, suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma sub dural
dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran pembuluh darah yang terkena
dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub dural akut d hubungkan dengan cidera
kepala mayor yang meliputi kontusio dan laserasi. Sedangkan Hematoma sub dural sub
akut adalah sekuele kontusio sedikit berat dan di curigai pada pasien gangguan gagal
meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala. Dan Hematoma sub dural kronik dapat
terjadi karena cidera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia.
9. Haemoragi intraserebral dan hematoma. Hemoragi intraserebral adalah perdaraan ke
dalam substansi otak. Haemoragi ini biasanya terjadi pada cidera kepala dimana tekanan
mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cidera peluru atau luka tembak; cidera kumpil).
Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
1. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
2. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/
kekuatan diteruskan kepada otak.
Lokasi
Kekuatan
Rotasi
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.
Pemeriksaan Dianostik:
1. CT Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel
pergeseran cairan otak.
2. MRI : sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontraks.
3. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan
otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
4. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
5. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan
garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).
6. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..
7. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak.
8. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.
9. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam
peningkatan TIK.
10. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang
akan dapat meningkatkan TIK.
11. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap
penurunan kesadaran.
12. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup
efektif untuk mengatasi kejang.
Komplikasi
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau
dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu
pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.
Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotesis atau hipoksia
atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga
direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :
Berikan oksigenasi.
Atasi shock
Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan
berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 %
atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.
7. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5%
untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt
(2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea N.
Tindakan terhadap peningktatan TIK
1. Pemantauan TIK dengan ketat.
2. Oksigenisasi adekuat.
3. Pemberian manitol.
4. Penggunaan steroid.
5. Peningkatan kepala tempat tidur.
6. Bedah neuro.
Tindakan pendukung lain
1. dukungan ventilasi.
2. Pencegahan kejang.
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
4. Terapi anti konvulsan.
5. Klorpromazin untuk menenangkan pasien.
6. Pemasangan selang nasogastrik.
Pengkajian Keperawatan
Data tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan mungkin diperlukan oleh cedera
tambahan pada organ-organ vital.
Aktivitas/ Istirahat
Gejala
Tanda
Sirkulasi
Gejala
disritmia).
Integritas Ego
Gejala
Tanda
Eliminasi
Gejala
Makanan/ cairan
Gejala
Tanda
Neurosensoris
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus
kehilangan pendengaran, fingking, baal pada ekstremitas.
Tanda
Nyeri/ Kenyamanan
Gejala
: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma.
Tnda
: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri yang hebat, gelisah tidak
bisa beristirahat, merintih.
Pernapasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Nafas berbunyi
stridor, terdesak
Ronki, mengi positif
Keamanan
Gejala
Tanda
: Fraktur/ dislokasi
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekutan secara umum mengalami
paralisis
Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh
Interaksi Sosial
Tanda
Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d interupsi aliran darah
2. Resiko terhadap ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler, kerusakan
persepsi atau kognitif, obstruksi trakeo bronkial
3. Perubahan persepsi sensori b/d perubahan resepsi sensori, transmisi.
4. Perubahan proses pikir b/d perubahan fisiologis, konflik psikologis.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan.
6. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, penurunan kerja silia, kekurangan nutrisi, respon
inflamasi tertekan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.
Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.Made Karyasa, EGC,Jakarta.
NANDA, 2001-2002,Nursing Diagnosis: Definitions and Classification. Philadelphia,USA
Judith M Wilkinson, 2007, Buku Saku Daignosis Keperawatan: dengan intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, EGC., Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius., Jakarta.
Marilynn E. Doengoes,1993, Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa : I Made Kariasa,
S.Kep., Ni Made Sumarwati, S.Kep: EGC, Jakarta
Tulisan ini hanyalah sebagai bahan bacaan, bukan untuk memudahkan pembuatan LP, karena
masih diperlukan kajian mendalam, sesuai dengan kasus yang dihadapi. Trauma kapitis tentu
saja harus dijelaskan lebih terinci, perdarahan dan gangguan yang dialami oleh pasien, kasus
kelolaan. Yang jelas, blog (blogspot, wordpress, dll) seperti ini tidak bisa masuk sebagai
reference.
About these ads
Related
Tentang Ketidakefektifan Perfusi JaringanIn "Mengenal diagnosis keperawatan"
Askep Efusi PleuraIn "Keperawatan"
A killer nurseIn "Bahasan berita"
Hari Says:
hhmmm.tulisan menarik Yen sangat detail well done. cuman sekedar sarankarena
sifat taruma kapitas yang lebih banyak menyangkut tindakan emergency mungkin step by
step penanganan emergency (ABCDE or APGAR score) lebih detail lagi. Sebenarnya
sudah dijelaskan di tulisan ini cuman mungkin bisa lebih mendalam lagi. good work
Hari
Balas
2.
rusli Says:
bagus dan bagus.berbagi ilmu di internet,tambah lagi donk biar dapat diikuti oleh yang
lain, oh ya ada web yang mengulas banyak sekali askep dari askep medikal bedah,
mata,tht,gawat darurat dll dapat didownload semua dan menggunakan format doc, bagi
yang sedang mencari coba saja di <a href=http://ilmukeperawatan.com coba kunjungi
kumpulan askep (asuhan keperawatan) dari website ini., thanks for all
Balas
3.
Wilson Says:
yenichrist Says:
Yang dialami Sdr. Wilson adalah amnesia. Saya yakin sdh sering mendengar kata
amnesia (karena di sinetron ini menjadi alur cerita favorit banyak penulis (?)). Amnesia
ada bermacam-macam jenisnya, dan salah satu yg sering terjadi pada kasus kecelakaan
adalah amnesia post-traumatic. Amnesia ini ada yg bersifat sementara, ada pula yg
menetap. Kalau dari cerita Sdr, sepertinya yg tidak diingat hanyalah seputar kejadian
kecelakaan saja, jadi saya pikir tidak masalah. Kecuali kalau tidak ingat kejadian sebelum
kejadian (retrograd) atau setelah kejadian (anterograde). Itupun kebanyakan lama-lama
akan kembali pulih, meskipun memerlukan waktu yg lama. Ada juga yg menyatakan
bahwa amnesia justru akan sembuh tidak di ruang praktik, tetapi setelah yg bersangkutan
menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.
Apakah perlu mengingat kejadian kecelakaan? Apakah itu tidak justru akan menimbulkan
trauma? Ada amnesia yg disebabkan karena psikologis, jadi lebih baik lupakan saja.
Apalagi setelah setahun kejadian, tidak ada masalah & sehat2 saja. Dan saya doakan
semoga selalu sehat seterusnya. Amien!
Balas
5.
Wilson Says:
DWIII Says:
7.
benu Says:
mbak, mau nanya ni,.. tau gak waktu paruh novalgin (metamizole) dalam darah? aku
cari di farmakologi dll belum dapat je!!!! tolong ya. mau bikin askep nyeri and
menentukan waktu keberhasilan heheheheh
Balas
8.
anita Says:
UUUUUUUUUI
Balas
9.
nathali Says:
Tinggalkan Balasan
Archived Entry
Post Date :
Category :
Do More :
Follow Nurseview
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com