Vous êtes sur la page 1sur 17

Askep pada Trauma Kapitis

Posted by yenichrist under Kumpulan Askep Mahasiswa


[10] Comments
Disusun oleh: Dwi Widyaningrum, Nanik Wahyuni, Shinta Dwi Oktarina (Tingkat II tahun 2008)
Editing: Ch. Yeni Kustanti

Pengertian
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi dibawah umur 45 tahun dan
merupakan penyebab kematian no. 4 pada seluruh populasi. Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cidera kepala. Kecelakaan kendaraan bermotor menrupakan penyebab cedera
kepala pada lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya, 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari
100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanent (York, 2000). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2000), trauma capitis adalah gangguan traumatic yang
menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak
mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan
otak

Tipe-Tipe Trauma :

1. Trauma Kepala Terbuka: Faktur linear daerah temporal menyebabkan pendarahan


epidural, Faktur Fosa anterior dan hidung dan hematom faktur lonsitudinal.
Menyebabkan kerusakan meatus auditorius internal dan eustachius.
2. Trauma Kepala Tertutup

Comosio Cerebri, yaitu trauma Kapitis ringan, pingsan + 10 menit, pusing dapat
menyebabkan kerusakan struktur otak.

Contusio / memar, yaitu pendarahan kecil di jaringan otak akibat pecahnya pembuluh
darah kapiler dapat menyebabkan edema otak dan peningkatan TIK.

Pendarahan Intrakranial, dapat menyebabkan penurunan kesadaran, Hematoma yang


berkembang dalam kubah tengkorak akibat dari cedera otak. Hematoma disebut sebagai
epidural, Subdural, atau Intra serebral tergantung pada lokasinya.

Ada berbagai klasifikasi yang di pakai dalam penentuan derajat kepala.


The Traumatic Coma Data Bank mendefinisakan berdasarkan skor Skala Koma Glasgow (cited
in Mansjoer, dkk, 2000: 4):
Cidera kepala ringan/minor (kelompok resiko rendah)

Skor skala koma Glasglow 15 (sadar penuh,atentif,dan orientatif)

Tidak ada kehilangan kesadaran(misalnya konkusi)

Tidak ada intoksikasi alkohaolatau obat terlarang

Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing

Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala

Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.

Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)

Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi atau stupor)

Konkusi

Amnesia pasca trauma

Muntah

Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle,mata rabun,hemotimpanum,otorhea


atau rinorhea cairan serebrospinal).

Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)

Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)

Penurunan derajat kesadaran secara progresif

Tanda neurologis fokal

Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresikranium.

Menurut Keperawatan Klinis dengan pendekatan holistik (1995: 226):


Cidera kepala ringan /minor

SKG 13-15

Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.Tidak ada
fraktur tengkorak,tidak ada kontusio cerebral,dan hematoma.

Cidera kepala sedang

SKG 9-12

Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam.Dapat mengalami fraktur tengkorak.

Cidera kepala berat

SKG 3-8

Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam,juga meliputi kontusio
serebral,laserasi atau hematoma intrakranial.

Annegers ( 1998 ) membagi trauma kepala berdasarkan lama tak sadar dan lama amnesia pasca
trauma yang di bagi menjadi :
1. Cidera kepala ringan,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia berlangsung kurang dari
30 menit
2. Cidera kepala sedang,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia terjadi 30 menit sampai
24 jam atau adanya fraktur tengkorak
3. Cidera kepala berat,apabiula kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24
jam,perdarahan subdural dan kontusio serebri.

Arif mansjoer, dkk (2000) mengklasifikasikan cidera kepala berdasarakan mekanisme, keparahan
dan morfologi cidera.
Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter:
v

Trauma tumpul

: Kecepatan tinggi(tabrakan mobil).

: Kecepatan rendah(terjatuh,di pukul).


v

Trauma tembus(luka tembus peluru dan cidera tembus lainnya.

Keparahan cidera
v

Ringan

: Skala koma glasgow(GCS) 14-15.

Sedang

: GCS 9-13.

Berat

: GCS 3-8.

Morfologi
v
Fraktur tengkorak
: kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup.
Basis:dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII.
v
Lesi intrakranial
: Fokal: epidural, subdural, intraserebral. Difus: konkusi ringan,
konkusi klasik, cidera difus.

Jenis-jenis cidera kepala (Suddarth, dkk, 2000, l2210-2213)


1. Cidera kulit kepala. Cidera pada bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit
kepala berdarah bila cidera dalam. Luka kulit kepala maupun tempat masuknya infeksi
intrakranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi atau avulsi.
2. Fraktur tengkorak. Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak di
sebabkan oleh trauma. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak
tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka dan tertutup. Bila fraktur
terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup keadaan dura tidak rusak.
3. Cidera Otak. Cidera otak serius dapat tejadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak, setelah
pukulan atau cidera pada kepala yang menimbulkan kontusio, laserasi dan hemoragi otak.
Kerusakan tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang
mengalir berhenti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat
mengalami regenerasi.
4. Komosio. Komosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu
yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Komosio dipertimbangkan
sebagai cidera kepala minor dan dianggap tanpa sekuele yang berarti. Pada pasien dengan

komosio sering ada gangguan dan kadang efek residu dengan mencakup kurang
perhatian, kesulitan memori dan gangguan dalam kebiasaan kerja.
5. Kontusio. Kontusio serebral merupakan didera kepala berat, dimana otak mengalami
memar, dengan kemungkinan adanya daerah haemoragi. Pasien tidak sadarkan dari,
pasien terbaring dan kehilangan gerakkan, denyut nadi lemah, pernafsan dangkal, kulit
dingin dan pucat, sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.
6. Haemoragi intrakranial. Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam kubah
kranial adalah akibat paling serius dari cidera kepala, efek utama adalah seringkali lambat
sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan herniasi otak
serta peningkatan TIK.
7. Hematoma epidural (hamatoma ekstradural atau haemoragi). Setelah cidera kepala, darah
berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan dura. Keadaan
ini karena fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah putus
/rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di dura dan tengkorak daerah inferior menuju
bagian tipis tulang temporal; haemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada
otak.
8. Hematoma sub dural. Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara dura dan
dasar, suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma sub dural
dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran pembuluh darah yang terkena
dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub dural akut d hubungkan dengan cidera
kepala mayor yang meliputi kontusio dan laserasi. Sedangkan Hematoma sub dural sub
akut adalah sekuele kontusio sedikit berat dan di curigai pada pasien gangguan gagal
meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala. Dan Hematoma sub dural kronik dapat
terjadi karena cidera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia.
9. Haemoragi intraserebral dan hematoma. Hemoragi intraserebral adalah perdaraan ke
dalam substansi otak. Haemoragi ini biasanya terjadi pada cidera kepala dimana tekanan
mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cidera peluru atau luka tembak; cidera kumpil).

Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
1. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
2. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/
kekuatan diteruskan kepada otak.

Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :


v

Lokasi

Kekuatan

Fraktur infeksi/ kompresi

Rotasi

Delarasi dan deselarasi

Mekanisme cedera kepala


1. Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh :
akibat pukulan lemparan.
2. Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
3. Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagan
tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama ( Hoffman, dkk,
1996):
1. Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus
2. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir kompleks
3. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas

Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis :

Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran.

Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal.

Respon pupil mungkn lenyap.

Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan peningkatan TIK.

Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial.

Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.

Pemeriksaan Dianostik:
1. CT Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel
pergeseran cairan otak.
2. MRI : sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontraks.
3. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan
otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
4. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
5. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan
garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).
6. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..
7. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak.
8. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.
9. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam
peningkatan TIK.
10. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang
akan dapat meningkatkan TIK.
11. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap
penurunan kesadaran.
12. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup
efektif untuk mengatasi kejang.

Komplikasi

1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau
dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu
pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.

Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotesis atau hipoksia
atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga
direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :

Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.

Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.

Berikan oksigenasi.

Awasi tekanan darah

Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neuregenik.

Atasi shock

Awasi kemungkinan munculnya kejang.

Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan
berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika

4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 %
atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.
7. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5%
untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt
(2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea N.
Tindakan terhadap peningktatan TIK
1. Pemantauan TIK dengan ketat.
2. Oksigenisasi adekuat.
3. Pemberian manitol.
4. Penggunaan steroid.
5. Peningkatan kepala tempat tidur.
6. Bedah neuro.
Tindakan pendukung lain
1. dukungan ventilasi.
2. Pencegahan kejang.
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
4. Terapi anti konvulsan.
5. Klorpromazin untuk menenangkan pasien.
6. Pemasangan selang nasogastrik.

Pengkajian Keperawatan

Data tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan mungkin diperlukan oleh cedera
tambahan pada organ-organ vital.
Aktivitas/ Istirahat
Gejala

: Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

Tanda

: Perubahan kesehatan, letargi


Hemiparase, quadrepelgia
Ataksia cara berjalan tak tegap
Masalah dalam keseimbangan
Cedera (trauma) ortopedi
Kehilangan tonus otot, otot spastik

Sirkulasi
Gejala

: Perubahan darah atau normal (hipertensi)


Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi bradikardia

disritmia).
Integritas Ego
Gejala

: Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)

Tanda

: Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung depresi dan impulsif.

Eliminasi
Gejala

: Inkontenensia kandung kemih/ usus atau mengalami gngguan fungsi.

Makanan/ cairan
Gejala

: Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.

Tanda

: Muntah (mungkin proyektil)


Gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia).

Neurosensoris

Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus
kehilangan pendengaran, fingking, baal pada ekstremitas.
Tanda

: Perubahan kesadaran bisa sampai koma


Perubahan status mental
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri)
Wajah tidak simetri
Genggaman lemah, tidak seimbang
Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah
Apraksia, hemiparese, Quadreplegia

Nyeri/ Kenyamanan
Gejala

: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma.

Tnda
: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri yang hebat, gelisah tidak
bisa beristirahat, merintih.
Pernapasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Nafas berbunyi
stridor, terdesak
Ronki, mengi positif
Keamanan
Gejala

: Trauma baru/ trauma karena kecelakaan

Tanda

: Fraktur/ dislokasi
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekutan secara umum mengalami

paralisis
Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh

Interaksi Sosial
Tanda

: Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang.

Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d interupsi aliran darah
2. Resiko terhadap ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler, kerusakan
persepsi atau kognitif, obstruksi trakeo bronkial
3. Perubahan persepsi sensori b/d perubahan resepsi sensori, transmisi.
4. Perubahan proses pikir b/d perubahan fisiologis, konflik psikologis.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan.
6. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, penurunan kerja silia, kekurangan nutrisi, respon
inflamasi tertekan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.
Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.Made Karyasa, EGC,Jakarta.
NANDA, 2001-2002,Nursing Diagnosis: Definitions and Classification. Philadelphia,USA
Judith M Wilkinson, 2007, Buku Saku Daignosis Keperawatan: dengan intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, EGC., Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius., Jakarta.
Marilynn E. Doengoes,1993, Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa : I Made Kariasa,
S.Kep., Ni Made Sumarwati, S.Kep: EGC, Jakarta

Tulisan ini hanyalah sebagai bahan bacaan, bukan untuk memudahkan pembuatan LP, karena
masih diperlukan kajian mendalam, sesuai dengan kasus yang dihadapi. Trauma kapitis tentu
saja harus dijelaskan lebih terinci, perdarahan dan gangguan yang dialami oleh pasien, kasus
kelolaan. Yang jelas, blog (blogspot, wordpress, dll) seperti ini tidak bisa masuk sebagai
reference.
About these ads

Related
Tentang Ketidakefektifan Perfusi JaringanIn "Mengenal diagnosis keperawatan"
Askep Efusi PleuraIn "Keperawatan"
A killer nurseIn "Bahasan berita"

10 Tanggapan to Askep pada Trauma Kapitis


1.

Hari Says:

Agustus 27, 2008 at 8:24 pm

hhmmm.tulisan menarik Yen sangat detail well done. cuman sekedar sarankarena
sifat taruma kapitas yang lebih banyak menyangkut tindakan emergency mungkin step by
step penanganan emergency (ABCDE or APGAR score) lebih detail lagi. Sebenarnya
sudah dijelaskan di tulisan ini cuman mungkin bisa lebih mendalam lagi. good work
Hari
Balas
2.

rusli Says:

September 7, 2008 at 1:40 pm

bagus dan bagus.berbagi ilmu di internet,tambah lagi donk biar dapat diikuti oleh yang
lain, oh ya ada web yang mengulas banyak sekali askep dari askep medikal bedah,
mata,tht,gawat darurat dll dapat didownload semua dan menggunakan format doc, bagi
yang sedang mencari coba saja di <a href=http://ilmukeperawatan.com coba kunjungi
kumpulan askep (asuhan keperawatan) dari website ini., thanks for all
Balas
3.

Wilson Says:

November 22, 2008 at 7:01 pm

permisi mbak Dwi Widyaningrum, Nanik Wahyuni, Shinta Dwi Oktarin.


setahun yg lalu saya ditabrak motor saat menyebrang jalan.
setelah ditabrak itu saya kehilangan kesadaran sesaat dan hilang ingatan sesaat(saya tidak
ingat bagaimana kejadian tabrakan).
menurut dokter yg merawat saya,saya terkena pendarahan otak akibat tabrakan.AKhirnya
saya dioperasi dan sekarang sudah 1 tahun berlalu.saya merasa sehat2 saja.
kemudian saya melihat artikel ini dan ketika melihat kriteria gejalanya mirip dengan
waktu saya ditabrak.
saya ingin bertanya apakah ingatan saya masih bisa pulih kembali? karena saya sampai
sekarang tidak bisa mengingat kejadian sewaktu tabrakan.
apakah ada caranya supaya pulih??
Balas
4.

yenichrist Says:

November 23, 2008 at 10:19 am

Dear Sdr. Wilson,


maaf, mungkin ketiga nama yg disebutkan tdk bisa menjawab pertanyaan (karena saya yg
memasukkannya di blog ini), jadi saya wakili karena saya yg membuat blog ini.
Sebenarnya dokterlah yg berhak menjelaskan ttg hal ini, tetapi kami coba utk
menjelaskannya, semampu kami (sebagai perawat).

Yang dialami Sdr. Wilson adalah amnesia. Saya yakin sdh sering mendengar kata
amnesia (karena di sinetron ini menjadi alur cerita favorit banyak penulis (?)). Amnesia
ada bermacam-macam jenisnya, dan salah satu yg sering terjadi pada kasus kecelakaan
adalah amnesia post-traumatic. Amnesia ini ada yg bersifat sementara, ada pula yg
menetap. Kalau dari cerita Sdr, sepertinya yg tidak diingat hanyalah seputar kejadian
kecelakaan saja, jadi saya pikir tidak masalah. Kecuali kalau tidak ingat kejadian sebelum
kejadian (retrograd) atau setelah kejadian (anterograde). Itupun kebanyakan lama-lama
akan kembali pulih, meskipun memerlukan waktu yg lama. Ada juga yg menyatakan
bahwa amnesia justru akan sembuh tidak di ruang praktik, tetapi setelah yg bersangkutan
menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.
Apakah perlu mengingat kejadian kecelakaan? Apakah itu tidak justru akan menimbulkan
trauma? Ada amnesia yg disebabkan karena psikologis, jadi lebih baik lupakan saja.
Apalagi setelah setahun kejadian, tidak ada masalah & sehat2 saja. Dan saya doakan
semoga selalu sehat seterusnya. Amien!
Balas
5.

Wilson Says:

November 29, 2008 at 12:39 pm

terima kasih yenichrist atas penjelasannya.


mungkin lebih baik jika saya tidak berusaha mengingatnya lagi.
saya berharap jg selalu sehat selalu.
terima kasih atas nasehatnya.
Balas
6.

DWIII Says:

Maret 19, 2009 at 8:21 am

MAKSIHHHHH mbknyaaaa ada data di atas jd bisa ngerjain tugas


Balas

7.

benu Says:

Maret 20, 2009 at 11:03 pm

mbak, mau nanya ni,.. tau gak waktu paruh novalgin (metamizole) dalam darah? aku
cari di farmakologi dll belum dapat je!!!! tolong ya. mau bikin askep nyeri and
menentukan waktu keberhasilan heheheheh
Balas
8.

anita Says:

November 26, 2009 at 11:44 am

thxx,,, q bs ngerjain tugas .


Balas
1.

NIKO YOLANDA Says:

Juni 8, 2010 at 9:11 am

UUUUUUUUUI
Balas
9.

nathali Says:

Desember 21, 2009 at 11:55 am

makasiyyy, mbk dh btuin kta mencari solusi tugas pling cpet


Balas

Tinggalkan Balasan

Archived Entry

Post Date :

Agustus 5, 2008 at 12:57 pm

Category :

Kumpulan Askep Mahasiswa

Do More :

Anda dapat merespon, or trackback dari website anda.

Blog pada WordPress.com. The Connections Theme.


Ikuti

Follow Nurseview
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com

Vous aimerez peut-être aussi