Vous êtes sur la page 1sur 10

SEJARAH KELUARGA BERENCANA (KB)

(Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Yang
Diampu Oleh Ibu Niken Meilani, S.Sit., S.Pd., M.Kes)

Disusun oleh:
Amirotun Solihah

P07124113001

Nadia Nabila Larasati P07124113024

Anggrid Kurniawati

P07124113002

Novia Paulina PP

P07124113026

Anis Nureni

P07124113003

Nurwanda Ega M

P07124113027

Anisa Rahmawati

P07124113005

Puri Asriyani

P07124113029

Desy Ratna Sulistya P07124113011

Sita Mutiara

P07124113036

Dian Triastuti

Sufiana Indaryanti

P07124113017

P07124113013

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


JURUSAN KEBIDANAN
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat setelah
Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah sebanyak
237 641 326 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki Indonesia sebanyak 119 630 913
jiwa dan perempuan sebanyak 118 010 413 jiwa.(BPS, 2010). Sedangkan jumlah
penduduk pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah
penduduk laki-laki sebesar 125.058.484 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
123.364.472 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat.
Sedangkan 27,43 % atau 68.133.634 jiwa dari jumlah tersebut adalah Wanita Usia
Subur (WUS) yang berusia antara 15 49 Tahun (profil Kesehatan, 2013).
Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan
kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan
Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas
fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi
apalagi jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga. Hasil Analisis Lanjut yang
dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia pada Sensus Penduduk Tahun 2010
mendapatkan lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia
tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah,
dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK
proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun
2010 disebabkan oleh HDK.

Pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin bahwa


setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari
saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. Di
samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada kelompok
remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia
20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua
melahirkan (di atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan
keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi,
pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan
kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,
serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Program Keluarga Berencana (KB)
dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan
pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun
(Kemenkes RI, 2013).
2. RUMUSAN MASALAH
Sebagai calon tenaga kesehatan yang akan terjun langsung ke masyarakat dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga maka seorang bidan
hendaknya mengetahui sejarah terwujudnya program KB. Untuk mewujudkan hal
tersebut maka penulis menyusun makalah ini. Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut.

a.
b.
c.
d.
e.

Bagaimana dasar pembentukan organisasi dalam program KB ?


Apa saja peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia ?
Bagaimana tahap-tahap program KB Nasional ?
Bagaimana periode keterlibatan pemerintah dalam program KB nasional ?
Bagaimana sejarah perkembangan program KB di luar negeri ?
3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dasar pembentukan organisasi dalam program KB
b. Untuk mengetahui saja peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di
Indonesia
c. Untuk mengetahui tahap-tahap program KB Nasional
d. Untuk mengetahui periode keterlibatan pemerintah dalam program KB nasional
e. Untuk mengetahui sejarah perkembangan program KB di luar negeri

BAB II
PEMBAHASAN
1

Dasar pembentukan organisasi KB


Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan pemerintahan direncanakan
dengan pertumbuhan penduduk yang stabil. Malthus (1766-1834) pada zaman
industry berkembang manusia jangan terlalu banyak berkhayal bahwa kemampuan
teknologi mereka akan dapat memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan
manusia laksana deret ukur sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumberdaya
alam untuk memenuhinya berkembang dalam deret hitung.
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Atta yang
memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal dalam
pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan konsep Primary Health Care yang
memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya
penerimaan Keluarga Berencana, dan meningkatkan pelayanan rujukan.
Tahun 1984, Population Conference di Meksiko, menekankan arti pentingnya
hubungan antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap kesehatan
dan kehidupan ibu dan perinatal.

Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia


a Januari 1967, diadakan symposium kontrasepsi di Bandung diikuti masyarakat
b

luas melalui media massa;


Februari 1967, diadakan kongres PKBI pertama yang mengharapkan agar KB

sebagai program pemerintah segera dilaksanakan;


April 1967, Gubernur DKI Jakarta menganggap bahwa sudah waktunya KB
dilancarkan secara resmi di Jakarta dengan menyelenggarakan projek KB DKI

Jakarta Raya;
16 Agustus 1967, gerakan KB diindonesia memasuki era peralihan pidato
pemimpin Negara;
- Orde lama : organisasi pergerakan dilakukan oleh tenaga suka rela, beroperasi

diam-diam, kerena kepala Negara waktu itu anti terhadap KB.


- Orde baru : KB diakui dan dimasukan dalam program pemerintah.
Oktober 1968, berdiri lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang
sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing oleh
menteri negara kesejahteraan rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan
pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.

Tahap-tahap program KB Nasional


a Tahun 1970-1980 dikenal dengan MANAGEMENT FOR THE PEOPLE
1 Pemerintah lebih banyak berinisiatif
2 Partisipasi masyarakat rendah sekali
3 Terkesan kurang demokratis
4 Ada unsur pemaksaan
5 Berorientasi pada target
b Tahun 1989-1990 terjadi perubahan pola menjadi MANAGEMENT WITH THE

PEOPLE
1 Pemaksaan dikurangi
2 Dimulainya program safari KB pada awal 1980an
Tahun 1985-1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru dengan
kebijakan :
1 Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya meskipun tetap

masih dipilihkan jenis kontrasepsinya


2 Dari jenis 5 kontrasepsi dipilihkan 1 setiap jenisnya
Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan program
KB Lingkaran Emas:
1 Pilihan alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan pada peserta, asal jenis

kontrasepsinya sudah terdata di Departemen Kesehatan


2 Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya.
Tahun 1990 terjadi peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan
pendapatan keluarga. Pada tanggal 29 juni 1994 Presiden Soeharto di Sidoarjo
melaksanakan plesterisasi/ latainisasi rumah-rumah secara gotong royong

diseluruh Indonesia untuk keluarga pra sejahtera.


Periode keterlibatan pemerintah dalam program KB nasional
Dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diambil keputusan bahwa PKBI
dalam usahanya mengembangkan dan memperluas usaha Keluarga Berencana
bekerja

sama

dengan

pemerintah.

Pada

tahun

1967

Presiden

Soeharto

menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia yang berisi betapa pentignya


menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam
keluarga sebagai hak asasi manusia.
Pada tanggal 16 Agustus 1967 Presiden Soeharto dalam pidatonya Oleh
karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius mengenai usaha-usaha
pembatasan kelahiran, dengan konsepsi Keluarga Berencan yang dapat dibenarkan
oleh moral agama dan moral pancasila. Sebagai tindak lanjut pidato Presiden
tersebut, Menkestra membentuk panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari
kemungkinan program KB dijadikan program nasional.
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan Instruksi
Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya
antara lain:
a Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di dalam
masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat


menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsur Pemerintah dan masyarakat.
Bersadarkan instruksi tersebut Menkesra pada tanggal 11 oktober 1968

mengeluarkan surat keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan


Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga
Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan beberapa
menteri lainnya serta tokoh - tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, pada
tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya
adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah.
1. Periode Pelita I (1969-1974)
Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN
adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun
1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status
badan ini berubah

menjadi Lembaga Pemerintah Non

Departemen

yang

berkedudukan langsung dibawah Presiden. Untuk melaksanakan program keluarga


berencana di masyarakat dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan program dan situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode
Pelita I dikembangkan Periode Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program,
tantangan terhadap ide keluarga berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu
pendekatan melalui kesehatan yang paling tepat.
2. Periode Pelita II (1974-1979)
Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai
lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan umum dan
mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional secara menyeluruh dan
terpadu.
Pada periode ini, pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi
pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya,
dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Pada tahun 19731975 sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot project.
3. Periode Pelita III (1979-1984)
Pada periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang
didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan
mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta
KB baru. Juga dikembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca

Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam segmentasi sehingga
diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Muncul juga strategi baru yang
memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk Mass
Campaign yang dinamakan Safari KB Senyum Terpadu.
4. Periode Pelita IV (1983-1988)
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono Suyono
sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang dilantik
sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini, pendekatan baru antara lain melalui
Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan masyarakat
lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut ditingkatkan
menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga
sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi pembagian wilayah
guna mengimbangi laju kecepatan program. Pada periode ini secara resmi KB
Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto
dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di Taman Mini Indonesia Indah.
Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru (LIBI) yang
bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru
KB.
5. Periode Pelita V (1988-1993)
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono
Suyono. Pada periode ini diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas
(LIMAS). Jenis kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka
untuk pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu
ada 16 jenis kontrepsi. Pada periode ini juga ditetapkannya UU No. 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga
Sejahtera dan Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB
nasional diadakan untuk mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui
penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga
dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
6. Periode Pelita VI (1993-1998)
Pada periode ini kepala BKKBN berganti sebanyak dua kali yaitu oleh Dalam Kabinet
Prof. Dr. Haryono Suyono (19 Maret 1993 21 Mei 1998) dan

Prof. Dr. Ida Bagus

Oka (21 Mei 1998). Pada pelita VI, fokus kegiatan diarahkan pada pelayanan
keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera, yang dilaksanakan oleh
pemerintah, masyarakat dan kelaurga untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Kegiatan yang dikembangkan dalam
pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada tiga gerakan, yaitu

Gerakan Reproduksi Sejahtera (GRKS), Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera


(GKSS), dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS).
7. Periode Reformasi
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa.
Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun 2001 dan
meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang kemudian terjadi
kekosongan. Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen
Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh Menteri
Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun 2006.
Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai Kepala
BKKBN yang baru oleh Menteri Kesehatan DR.dr. Siti-Fadilah Supari, SPJP (K),
Menteri Kesehatan pada tanggal 24 Nopember 2006. Pada tahun 2009, diterbitkan
Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, di mana BKKBN kemudian direstrukturisasi
menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi, maka pada tanggal 27
September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) oleh Menteri
Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Setelah dr. Sugir Syarief memasuki masa
pensiun, terjadi kevakuman selama hampir sembilan bulan. Pada tanggal 13 Juni
2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pelantikan ini dilakukan
5

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.


Sejarah perkembangan program KB di luar negeri
Upaya Keluarga Berencana awalnya timbul atas inisiatif orang-orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu sejak awal abad XIX di Inggris yaitu
Marie Stopes yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan buruh. Di
Amerika Serikat dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program
birth control nya merupakan pelopor KB Modern. Pada tahun 1917 didirikan
National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan American National
Birth Control Conference yang pertama. Pada tahun 1925 Margareth Sanger
mengorganisir

Konferensi

International

di

New

York

yang

menghasilkan

pembentukan International Federation of Birth Control League, kemudian pada tahun

1948 ia turut aktif dalam pembentukan International Committee on Planned


Parenthood yang dalam konferensinya di New Delhi. Sehingga pada tahun 1952
meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF), yang
dipimpin oleh Margareth Sanger dan Lady Rama Ran dari India. Sejak saat itu
berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk
di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Malthus ( 1766 1834 ) pada zaman industry sedang berkembang manusia
jangan terlalu banyak berhayal bahwa dengan kemampuan teknologi mereka akan
dapat memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret
ukur, sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk untuk
memenuhinya berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat
manusia akan sulit untuk memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam
yang sangat terbatas. Pada tahun 1953, sekelompok masyarakat yang terdiri dari
berbagai kelompok golongan, khusunya dari kalangan kesehatan memulai prakasa

kegiatan KB. Kegiatan kelompok ini berkembang hingga berdirilah Perkumpulan


Keluarga Berencana Indonesia ( PKBI ).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Sensus Penduduk Antar Sensus.Diunduh 20 Januari
2014 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Diunduh 1 Maret 2015

Vous aimerez peut-être aussi