Vous êtes sur la page 1sur 2

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,

yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang
digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia ditentukan
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut
harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi tidak toksik untuk hospes. Sifat
toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh.
Pemilihan Antibiotik
Dalam memilih jenis antibiotik yang tepat harus dipertimbangkan faktor
sensitivitas mikroba terhadap antibiotik, keadaan tubuh host, dan faktor biaya
pengobatan. Untuk mengetaui kepekaan mikroba terhadap antibiotik secara pasti
dilakukan pembiakan kuman penyebab infeksi, yang diikuti dengan uji kepekaan.
Baan biologik dari host untuk pembiakan, diambil sebelum pemberian antibiotik.
Setelah pengambilan bahan tersebut, terutama dalam keadaan penyakit infeksi
berat, terapi dengan antibiotik dapat dimulai dengan memilih antibiotik yang
paling tepat berdasarkan gambaran klinis pasien. Dalam praktek sehari-hari tidak
mungkin melakukan pemeriksaan biakan dalam setiap terapi penyakit infeksi bila
dapat dibuat perkiraan kuman penyebab dan pola kepekaannya, dapat dipilih
antibiotik yang tepat (Tabel)
Hasil uji sensitivitas umumnya berkorelasi yang baik dengan efek klinis
dalam keadaan tertentu dapat terjadi ketidaksesuaian, contohnya karena ada benda
asing, jaringan nekrotik, atau adanya hambatan farmakokinetik, kuman dinyatakan
sensitif tetapi infeksi tidak dapat diatasi.
Bila antibiotik hanya bersifat bakteriostatik, pemusnaan mikroba masi
tergantung dari daya tahan tubuh host, tidak demikian halnya dengan antibiotik
bakterisid. Suatu antibiotik yang bersifat bakterisid dapat lebih pasti menghasilkan
efek terapi, apalagi bila diketahui daya taan tubuh host telah menurun, contohnya
pada penyakit defisiensi imun, leukimia akut, dll. Pada keadaan ini, sebaiknya
digunakan antibiotik bakterisid.
Memilih antibiotik yang didasarkan atas luas spektrum antimikrobanya,
tidak dibenarkan karena hasil terapi tidak lebih unggul daripada hasil terapi

dengan antibiotik berspektrum sempit, sedangkan superinfeksi lebih sering terjadi


dengan antimikroba berspektrum luas.
Keadan tubuh host peru dipertimbangkan untuk dapat memilih
antimikroba yang tepat. Untuk pasien penyakit infeksi yang juga berpenyakit
ginjal misalnya, jika diperlukan jenis tetrasiklin sebagai antimikroba maka
sebaiknya dipilih doksisiklin yang paling aman diantara tetrasiklin lainnya.
POSOLOGI ANTIMIKROBA
Efek terapi yang optimal dapat mempengaruhi oleh tercapainya kadar
antimikroba pada tempat infeksi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan dosis ialah umur, berat badan, fungsi ginjal, fungsi hati, dll. Kadar ini
ditentukan juga ole penyerapannya. Penyerapan antimikroba tertentu dapat
terhambat dengan adanya zat lain, misalnya absorbsi tetrasiklin terhambat bila
diberikan bersama preparat besi.
Sebaiknya antimikroba diberikan oral karena mudah, aman, dan tidak
invasif. Untuk infeksi berat antimikroba harus diberikan secara parenteral. Cara
pemberian topikal seringkali tidak memberikan efek terapi yang memuaskan,
dapat menimbulkan sensitivitas dan masalah resistensi.

Vous aimerez peut-être aussi