Vous êtes sur la page 1sur 15

APRESIASI TERHADAP RUMAH ADAT SUKU DAYAK

Kelompok 7

Nama dan Bentuk Rumah Adat Suku Dayak

Rumah Panjang (Kalimantan Barat)

Rumah Panjang dihuni suku Dayak Kanayatn di provinsi Kalimantan Barat

Rumah Lamin (kalimantan Timur)

merupakan rumah panggung yang panjang dan sambung menyambung, terdiri dari
banyak kamar yang ditempati banyak anggota keluarga, bahkan dapat mencapai
lebih dari 100 orang. Bahan bangunan utamanya dari kayu ulin berwarna hitam dan
tahan lama.

Rumah Banjar (kalimantan Selatan)

Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciricirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap,
ornamental, dekoratif dan simetris.

Rumah Betang (kalimantan Tengah)

Rumah Panjang (Kal-Bar)

Rumah Lamin (Kal-Tim)

Rumah Banjar (kal-Sel)

Rumah Betang

Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman
suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk
melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang
dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan
aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan
menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun
maupun ternak).

Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang
yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang
di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah.
Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya
banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di
Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah
tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap
rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah
Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki
rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas
perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat
pemukiman penduduk.

Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah
Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya
Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan seharihari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam
rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan
bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari
gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga
untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di
rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga
yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki.
Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai
suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun
latar belakang sosial.

Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada


suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah
searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam,
sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh
dan pulang ke rumah di Matahari padam.

BAGIAN BAGIAN PADA RUMAH BETANG SUKU DAYAK

Tangga
Tangga untuk naik ke rumah betang berjumlah tiga, yaitu di ujung kiri kanan dan
satu di bagian depan yang menandakan untuk pengungkapan rasa komunitas
dan solidaritas warga yang berada di dalam rumah tersebut. Anak tangga
biasanya mempunyai hitungan mistik yaitu tonggak(ganjil), tunggak dan tidak
boleh jatuh pada hitungan tinggal (genap). Hitunggan anak tangga dimulai dari
hitunggan dari tonggak dan seterusnya sesuai tinggi rendahnya rumah, kepala
tangga dibuat patung kepala manusia yang dalam mistiknya sebagai penunggu,
penjaga rumah beserta isi keluarga yang mendiami agar yidak diganggu oleh
roh ataupun marabahaya.

Pante

Merupakan lantai yang berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar,
berfunggsi sebagai tempat antara lain: menjemur padi, pakaian, untuk
mengadakan upacara adat lainya. Lantai pante berasal dari bahan bambu, belahan
batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan tangan atau dari batang papan.

Serambi

Merupakan pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah kepala keluarga. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat
kampung dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarut
halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas ( semacam janur ).

Sami

Merupakan ruangan terbuka milik bersama, digunakan sebagai tempat menerima


tamu, menyelenggarakan kegiatan warga yang memerlukan. Ditempat ini biasanya
para tamu yang datang dipersilahkan duduk dan disuguhi hidangan oleh tuan
rumah di bilik yang didatangi sedangkan keluarga yang lain biasanya juga ikut
memberikan suguhan sebagai tanda kebersamaan antar keluarga dalam
komunitas di rumah panjang ini.

Dapur

Disudut ruangan dalam bilik masing-masing keluarga ada dapur dengan


kelengkapannya ( para api )

Jungkar

Merupakan ruangan tambahan dibagian belakang bilik keluarga masing-masing


yang atapnya menyambung atap rumah panjang atau ada kalanya bumbung atap
berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah panjang. Jungkar ini
terkadang ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga, agar
tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang. Jungkar yang atapnya
menyambung pada atap rumah panjang dibuatkan tingkatan ( ventilasi pada atap
yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu ) yang sewaktu hujan atau malam
hari dapat ditutup kembali.

BANGUNAN-BANGUNAN TAMBAHAN SELAIN RUMAH BETANG

Jurokong (lumbung padi) ; biasa berbentuk bujur sangkar dan berukuran 4x4
atau 5x5 m. Di kalangan Dayak, lumbung merupakan tempat menyimpan padi
cadangan sekaligus tempa diadakan upacara panen padi tempat bersyukur
kepada Ponompa(Tuhan) atas hasil panen yang ada.

Pelaman; gubuk tempa peristirahatan yang terdapat di ladang.

Sandong; beberapa sub suku Dayak mempunyai tradisi seperti suku Indian
yakni Totem. Dengan tiang penuh ukiran yang dipuncaknya terdapat patung
enggang mereka meyakini tempat itu adalah penghubung antara dunia
dan dunia di atas dunia. Biasanya juga ada yang menyimpan tulang para
leluhurnya di atas sandong.

Ornamen

Motif Geometris

Merupakan salah satu jenis ragam hias


geometris yang biasa digunakan di
bangunan adat suku Dayak. Ragam hias
Les ini ditempatkan di dinding bagian
bawah atau pinggiran bawah atap. Makna
dari ragam hias ini adalah sebagai simbol
identitas diri, menambah keindahan, serta
lambang kesuburan.

Motif Flora, Fauna dan Manusia

Motif Flora, Fauna dan Manusia

Merupakan suatu bentuk ungkapan rasa yang


dituangkan melalui bentuk-bentuk berupa gambar
yang menceritakan sejarah kehidupan. Misalnya
lukisan-lukisan dinding rumah yang menceritakan
tentang kisah perburuan, perekonomian, ritual,
dan sebagainya. Suku dayak, seringkali memakai
motif-motif kehidupan seperti hewan dan binatang
hampir disetiap benda dan barang-barang yang
digunakan. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat suku dayak sangat erat dengan
ajaran nenek moyang dan kepercayaankepercayaan orang terdahulu. Binatang seringkali
dijadikan media dalam menjalankan ritual dan
sesembahan, bahkan acapkali dianggap sebagai
dewa pada beberapa kepercayaan.

Ornamen Pada Daun Pintu

Bentuk tunggal ragam hias Naga Asoq, yaitu suatu perpaduan dari bentuk naga
dan anjing, pada bagian kepala berupa gambaran bentuk naga, sementara di
bagian badannya berupa bentuk badan anjing, suku Dayak Bahau lazimnya
menyebut anjing dengan sebutan Asoq. Kenapa suku ini lebih menonjolkan
bentuk Naga dan Asoq, hal tersebut lebih dikarenakan oleh suatau kepercayaan
yang mereka anut. Pada ragam hias Naga Asoq ini, bila kita mengkajinya lebih
jauh akan terlihat suatu bentuk Naga dan Asoq yang seolah-olah sedang
berenang,. Perpaduan dalam bentuk tersebut adalah simbol atau suatu
lambang yang dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak kejahatan.
Sedangkan arti dari ragam hias tersebut konon dipercaya bahwa Naga Asoq ini
merupakan juru penyelamat dan petunjuk jalan menuju alam setelah kematian.
Dan mengapa aplikasi dari bentuk Naga dan Asoq ini seolah-olah berenang, hal
tersebut juga terjadi karena lebih kepada penghormatan mereka pada sungai,
yang mereka anggap telah memberikan jalan kehidupan bagi suku Dayak
Bahau. Naga Asoq sering terlihat pada hiasan-hiasan di daun pintu.

Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi