Vous êtes sur la page 1sur 276

7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan


2.1.1 Pengertian Kehamilan
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan
sel telur di tuba fallopii. (Prof. Dr. Rustam Mochtar : 2011)
Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki laki dengan ovum dari
perempuan. (asuhan kehamilan untuk kebidanan: 2011)
Konsepsi adalah proses kapasitasi terlepasnya telur sekitar 12 jam
dari spermatozoa.(asuhan kehamilan untuk kebidanan: 2011)
Kehamilan adalah suatu proses dan harus ada spermatozoa, ovum,
perubahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi.(Sarwono, 2009)
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. (asuhan
kehamilan untuk kebidanan: 2011)
2.1.2 Pengertian Menurut Lamanya Umur Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih
dari 200 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan
matur (cukup bulan). Bila kehamilan 43 minggu disebut kehamilan
postmatur, kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan
prematur. (Hanifa Wiknjosastro, 2005:125)
Ditinjau dari tuanya kehamilan dibagi dalam 3 bagian :
1) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu).
2) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu).

3) Kehamilan triwulan ketiga (antara 28 sampai 40 minggu).


(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH : edisi 2)
2.1.3 Proses Permulaan Kehamilan
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari
indung telur (ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (limbriae) dan
masuk ke dalam saluran telur. Waktu pertumbuhan, cairan semen tumpah
kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki
rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh
sperma biasanya terjadi

di bagian yang menggembung dari tuba falopii.

Di sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan


ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada
tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan
kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan
(konsepsi).Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil
bergerak

(oleh rambut getar tuba) menuju ruang rahim, peristiwa

ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan


waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan
bagi

mudigah

dan

janin, Dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat

dikatakan bahwa untuk setiap

kehamilan harus ada ovum (sel telur),

spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi), nidasi dan


implasentasi .
(Prof. Rustam Moctar,edisi 2)
2.1.4 Istilah dalam Kehamilan
Memahami istilah yang digunakan untuk menjelaskan ibu hamil sangatlah

penting suntuk mempelajari perawatan maternitas.


1. Gravida

: Seorang wanita yang hamil

2. Parturien

: Seorang wanita yang bersalin

3. Graviditas

: Kehamilan

4. Paritas

: Jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup,

bukan Jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati
setelah viabilitas dicapai. Tidak mempengaruhi parietas.
5. Nulligravida

: Seorang wanita yang belum pernah hamil

6. Primigravida

: Seorang wanita yang hamil untuk pertama kali

7. Multigravida

: Seorang wanita yang sudah hamil dua kali /lebih

8. Nullipara

:Seorang wanita yang belum pernah menjalani

kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas


9. Primipara

: Seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan

sampai janin mencapai tahap viabilitas


10. Multipara

:Seorang wanita yang sudah menjalani dua atau

lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas


11. Viabilitas

:Kapasitas untuk hidup diluar uterus, sekitar 22

minggu periode menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin


lebih dari 500 gram
2.1.5 Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda-Tanda Presumtif
a. Aminorrea (terlambat datang bulan)
1) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel degraaf dan ovulasi.

10

2) Mengetahui tanda haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle


dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b. Mual (nausea) dan muntah (emesis)
1)

Pengaruh esterogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam


lambung yang berlebihan.

2)

Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang


disebut morning sickness.

3)

Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.

4)

Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

c. Ngidam
1) Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
tersebut disebut dengan ngidam.
d. Sinkope atau pingsan
1) Gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan
ischemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan sinkope atau
pingsan.
2)

Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.

e. Payudara tegang
1) Pengaruh

esterogen

progesterone

dan

somato-mamotropin

menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.


2) Payudara membesar dan tegang.
3) Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil
pertama.
f. Sering miksi

11

1) Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa


penuh dan sering miksi.
2) Pada triwulan kedua sudah menghilang.
g. Konstipasi atau obstipasi
1) Pengaruh

progesterone

dapat

menghambat

peristaltik

usus

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.


h. Pigmentasi kulit
1) Sekitar pipi; chloasma gravidarum
2) Dinding perut
a) Striae livide, striae albicam
b) Linea alba makin hitam
3) Sekitar payudara
a) Hyperpigmentasi areola mammae.
b) Puting susu makin menonjol.
c) Kelenjar Montgomery menonjol.
d) Pembuluh darah magnifer sekitar payudara.
i. Epulis
1) Hipertropi gusi disebut Epulis dapat terjadi bila hamil.
j. Varices atau penampakan pembuluh darah vena
1) Karena

pengaruh

dari

esterogen

dan

progesteron

terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang


mempunyai bakat.
2) Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna,
kaki dan betis, payudara.

12

3) Dapat menghilang setelah persalinan.


2.

Tanda-Tanda kemungkinan Hamil


a.

Perut membesar

b. Uterus membesar
c. Tanda Hegar
d. Tanda Chadwick
e. Tanda Piscasek
f. Teraba Ballotement
g. Kontraksi Barkton Hicks
h. Reaksi kehamilan positif
3.

Tanda Pasti Kehamilan


a.

Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan janin

b.

Denyut jantung janin terdengar

c.

Pemeriksaan ultrasonografi, foto roentgen untuk melihat


kerangka janin .(Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH : 2011)

2.1.6 Perbedaan Primigravida dan Multigravida


Tabel 2.1 Perbedaan Primigravida dan Multigravida
Perut

Tegang

Nulipara

Multipara
Longgar, gantung, banyak
striea

Pusat

Menonjol

Tidak begitu menonjol

Rahim

Tegang

Agak lunak

13

Payudara

Tegang, tegak

Menggantung, agak lunak,


terdapat striae

Labia mayora

Bersatu

Agak terbuka

Himen

Koyak dibeberapa tempat

Karunkula himenalis

Vagina

Sempit, dengan rugae utuh

Lebar, rugae berkurang

Serviks

Licin, lunak, tertutup

Sedikit terbuka, teraba bekas


robekan persalinan

Pembukaan serviks

Mendatar dulu diikuti


pembukaan

Membuka bersamaan dengan


mendatar

Masih utuh
Perineum

Bekas robekan atau


episiotomi

2.1.7 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil


1.

Trimester I
a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari awal yang beratnya 30 gram menjadi
1.000 gram dengan ukuran panjang 32 cm, Lebar 24 cm dan ukuran
muka belakang 22 cm. Pembesaran ini disebabkan oleh hypertrofi
otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda terbentuk juga sel-sel otot
yang baru. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti
buah alpukat. Pada kehamilan 2 bulan sebesar telur bebek dan pada 3
bulan sebesar telur angsa. Pada minggu pertama isthmus uteri
mengadakan hypertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba
terasa lunak disebut tanda Hegar.
b. Ovarium
Ovulasi terhenti, masih terdapat corpus luteum graviditas sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan
progesterone.

14

c. Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat
teraba noduli-noduli akibat hypertrofi kelenjar alveoli, bayangan venavena lebih membiru, hyperpigmentasi pada ujung puting susu dan
areola payudara.
d. Kulit
Pada kulit terjadi hyperpigmentasi :
1) Muka

: Disebut masker kehamilan (chloasma gravidarum)

2) Payudara

: Puting susu dan areola mammae

3) Perut

: Linea alba, linea nigra

e. Darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir
trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira
25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti curah
jantung yang meningkat sebesar 30%. Akibat hemodilusi yang mulai
jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit
jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis. Kenaikan
plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati bulan.
f. Vagina dan Vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva.
Akibat hypervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau
kebiruan. Warna lipid pada vagina dan portio serviks disebut tanda
Chadwick.
g. Berat Badan

15

Pada wanita hamil, penambahan berat badan selama trimester 1 1 2


kg. penambahan berat badan ini disebabkan oleh pertumbuhan janin,
plasenta, air ketiban, perubahan rahim.
h. Saluran pencernaan
Salivasi meningkat dan pada trimester I mengeluh mual dan muntah,
tonis otot otot pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan
akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Resorbsi makanan
baik, namun akan menimbulkan obstipasi. Gejala muntah sering
terjadi. Biasanya dipagi hari disebut sakit pagi (morning sickness).
(Rustam, M. 2011)
2. Trimester II
a. Uterus
Mulai bulan ke IV kehamilan, desidua eapsularis menempel pada
deeidua vera dan rongga rahim tidak ada lagi. Mulai dari sekarang
pertumbuhan rahim diregang oleh isinya yang disebut pertumbuhan
pasif.Dalam pertumbuhan rahim, bentuknya berubah yang mula-mula
hanya sebesar telur ayam kemudian setelah bulan ke IV sampai akhir
kehamilan berangsur-angsur menjadi lonjong. Mula-mula rahim ada di
tengah-tengah rongga panggul, tetapi pada bulan ke IV menjadi terlalu
besar untuk rongga panggul dan naik hingga terletak didalam rongga
perut.
b. Vagina
Pada trimester II terjadi peningkatan kadar hormone estrogen dan
terjadi hyperplasia mukosa vagina yang menyebabkan peningkatan

16

produksi lender sehingga terdapat leukhorrkea yang berlebihan.


c. Payudara
Peningkatan hormone estrogen menyebabkan areola bertambah gelap,
selain itu mulai terjadi sekresi kolostrum tiba-tiba pada minggu ke-19.
d. Sistem Endokrin
Pada trimester II, sama seperti pada trimester I yaitu terjadi
peningkatan hormone estrogen dan progesterone.
e. Sistem Perkemihan
Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing berkurang
f. Sistem Pencernaan
1) Gusi berdarah
Gusi berdarah disebabkan karena terjadi peningkatan hormone
estrogen sehingga meningkatkan aliran darah ke rongga mulut dan
mempercepat laju pergantian sel-sel pelapis ephitelial gusi. Selain
itu menyebabkan vakularisasi gusi menjadi sangat tinggi dan
ketebalan permeabilitas ephitelial gusi menjadi berkurang sehingga
gusi rapuh.
2) Panas perut (heart burn)
Heart burn terjadi karena adanya aliran balik dari esophagus yang
menyebabkan rasa panas seperti terbakar di area retrosternal.
Timbul dari aliran balik asam gastric ke dalam esophagus bagian
bawah.
Factor penyebab terjadinya aliran balik asam gastric :
a) Produksi progesterone yang meningkat

17

b) Relaksasi sphineter esophagus bagian bawah bersamaan


perubahan dalam tekanan sepanjang sphineter.
c) Kemampuan gerak serta tonus gastro intestinal yang menurun
dan relaksasi sphineter kardiak yang meningkat.
d) Pergeseran lambung karena pembesaran uterus
3) Kostipasi / sembelit
Sembelit atau konstipasi terjadi karena akibat peningkatan
progesterone yang menyebabkan peristaltic dalam usus yang
melambat, penurunan mortalitas sehingga terjadi relaksasi otot
usus halus, penyerapan air di usus besar / colon meningkat, tekanan
uterus yang membesar pada usus dan kadar cairan masuk yang
menurun
4) Haemoroids / wasir
Wasir dapat terjadi karena :
a) Konstipasi.
b) Tekanan yang meningkat dari uterus terhadap vena
hemmorhoideal.
c) Tekanan vena yang meningkat dalam vena panggul
5) Perut kembung
Dapat terjadi karena motalitas gastro intestinal menurun, sehingga
menyebabkan terjadinya waktu pengosongan lambung, penekanan
uterus yang membesar terhadap usus besar, masuk angina.
g. Berat Badan
Pada trimester II terjadi kenaikan berat badan 0,4 0,5 kg/minggu.

18

h. Sistem musculoskeletal
Terjadi nyeri pada ligament yang disebabkan oleh pembesaran uterus,
ataupun terdapat nyeri sendi, pinggang dan tekanan pelvie terjadi
karena telaksasi sendi symphisis dan sakroiliaka (hormonal)
i. Sistem intugumen
Adanya perubahan hormone atau gabungan antara perubahan hormone
dan peregangan pada jaringan sehingga menyebabkan timbulnya garisgaris diperut (striae gravidarum)
j. Sistem pernafasan
Terjadi hyperventilasi di awal trimester II karena ada peningkatan
kadar progesterone yang berpengaruh secara langsung pada pusat
pernapasan untuk menurunkan kadar CO2, serta meningkatkan kadar
O2. (Bobak, 2005)
3) Trimester III
a. Uterus
Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat,
bentuk dan posisi. Dinding dinding otot menguat dan menjadi lebih
elastis pada saat konsepsi uteri berbentuk seperti buah pir terbalik.
Beratnya 60-70 gram menjadi 1100-1200 gram dengan ukuran panjang
32 cm dan ukuran lebar 24 cm (pada minggu ke-40) kehamilan dapat
terlihat setelah minggu ke-14.(Bobak, 2005)
TFU dalam cm dan usia kehamilan
Usia
Kehamilan

Tabel 2.2 TFU dan usia kehamilan


TFU
UK (minggu) = Menggunakan Petunjuk Badan
cm + 2 cm

19

12 minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
32 minggu
36 minggu
40 minggu

1-2 jari atas symphisis


Pertengahan symphisis-pusat
2 jari bawah pusat
Setinggi pusat
3 jari atas pusat
Pertengahan px-pusat
2 jari bawah px
Pertengahan px-pusat
(Obstetri Fisiologi : 162)

20 cm
24 cm
28 cm
32 cm
36 cm
32 cm

b. Ovarium
Selama minggu minggu pertama korpus luteum dalam ovarium
menghasilkan estrogen dan progesteron. Fungsi utamanya pada
stadium ini adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan
mencegah pelepasan serta pembesaran desidua.(Sarwono, 2009)
c. Serviks uteri
Pada awal kehamilan serviks memiliki warna yang hampir biru
yang disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormon
progesteron sekresi vagina yang normalnya bersifat asam meningkat
secara bermakna meningkatnya pembuluh darah menuju rahim
mempengaruhi serviks yang mengalami perlunakan, sehingga sering
terjadi kematangan serviks bersamaan dengan pertumbuhan dan
perkembangan janin rahim pada trimester III (Bobak, 2005)
d. Vulva dan vagina
Kongesti vena dalam vena bagian bawah meningkat, sejalan
dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang membesar serta
peningkatan estrogen menyebabkan kerapuhan pada jaringan elastis
sehingga mengakibatkan varikositas pada vulva.
e. Payudara
Perubahan

pada

payudara

yang

membawa

fungsi

laktasi

20

disebabkan oleh estrogen dan progesteron, laktogen plasenta dan


prolaktin. Stimulasi hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan,
dilatasi pembuluh darah dan perubahan sekretarik pada payudara,
sensitivitas dan rasa geli mungkin dialami.(Asuhan kehamilan untuk
kebidanan : 2011)
Sekresi prekolostrum yang cair, jernih dan kental dapat dikeluarkan
dari puting susu pada akhir minggu ke-6. Sekresi ini mengental saat
kehamilan menapaki aterm dan kemudian disebut kolostrum, cairan
sebelum menjadi susu yang berwarna krem dan putih kekuningan
dapat dikeluarkan dari puting susu selama trimester III. (Bobak, 2005)
f. Sistem Kardiovaskuler
Waktu sirkulasi sedikit menurun pada minggu ke-32, waktu ini
hampir kembali normal menjelang aterm. Volume darah meningkat
sekitar 1500 ml (nilai normal : 8,5% - 9% dari BB) peningkatan
volume darah mulai terjadi pada sekitar minggu ke-10 sampai ke-12.
Mencapai puncak sekitar 30% - 50% di atas volume tidak hamil dan
pada minggu ke-20 sampai 26 dan menurun minggu ke-30.(Bobak,
2005)
Peningkatan yang terjadi selama hamil berjumlah 18% pada akhir
kehamilan, jumlah hemoglobin sedikit meningkat selama hamil
walaupun jumlah rata rata sel Hb sedikit menurun. Kadar Hb
minimal pada trimester III = 11 gr/dl. Kadar Hb 11 gr% dianggap
sebagai batas normal terendah dalam kehamilan. Kadar Hb terendah
terjadi sekitar UK 30 minggu. (Sarwono, 2009)

21

g. Sistem Pernafasan
Uterus yang membesar akan mendorong diafragma ke atas
sehingga mengubah bentuk toraks. Namun tidak mengurangi kapasitas
paru.(Rustam Mochtar : 2011)
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap
percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen.
Jaringan uterus dan payudara tinggi diafragma bergeser sebesar dan
selama masa hamil. Peningkatan vaskularisasi yang merupakan respon
terhadap peningkatan kadar estrogen juga terjadi pada traktus
pernapasan atas, karena itu pada trimester III sering terjadi sesak nafas.
h. Sistem Gatrointestinal
Peningkatan produksi estrogen menyebabkan penurunan sekresi
asam hidroklorida sedangkan peningkatan produksi progesteron
menyebabkan tonus motilitas otot polos menurun sehingga terjadi
regurgitasi esophagus. Peningkatan waktu pengosongan lambung dan
peristaltik baik, akibatnya wanita hamil tidak mampu mencerna
asam

atau

mengalami

nyeri

ulu

hati

(pirosis).Progesteron

menyebabkan gerak usus berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.


(Bobak, 2005)
i. Sistem urinarius
Perubahan pada traktus urinarius disebabkan oleh faktor hormonal
dan mekanis, perubahan ini menimbulkan permasalahan urinarius.
Dengan pembesaran yang terjadi pada bulan bulan pertama
kehamilan uterus akan lebih banyak menyita tempat dalam panggul.

22

Dengan demikian tempat bagi pembesaran kandung kencing semakin


sering dirasakan sejak UK 3 bulan. Uterus keluar dari dalam panggul
dan fungsi kandung kemih kembali normal, keinginan BAK yang
sering timbul kembali pada kehamilan menjelang aterm ketika
presenting part bayi masuk ke dalam rongga panggul.(Asuhan
kehamilan untuk kebidanan : 2011)
j. Kulit
Kelenjar hipofise anterior yang dirangsang oleh kadar oksigen
yang tinggi akan meningkatkan sekresi hormon MSH. Akibat yang
ditimbulkan oleh peningkatan kadar MSH bervariasi menurut warna
kulit alami wanita tersebut. Pigmentasi yang lebih gelap terjadi pada :
1) Puting dan areola mammae
2) Wajah (chloasma-topeng kehamilan)
3) Garis tengah abdomen (dari bagian atas umbilicus hingga rambut
pubis) linea nigra pigmentasi biasanya berkurang setelah
melahirkan, tetapi puting wanita multipara akan tetap berwarna
coklat.Strie gravidarum yang sering disebut stretch marks/bekas
bekas regangan pada kehamilan dapat terlihat di bagian perut,
payudara dan pantat. Kulit di daerah tersebut akan sangat teregang
sehingga serabut kolagennya mengalami rupture. Bekas bekas
tersebut pada mulanya berwarna merah tetapi kemungkinan warna
ini berkurang dan berubah menjadi warna merah setelah
melahirkan. Bekas bekas regangan bukan disebabkan oleh
peregangan itu sendiri tetapi peningkatan sekresi korteks adrenal.
k. Sistem Metabolisme / Pertukaran zat

23

1) Wanita yang hamil bertambah berat badan triwulan III


penambahan BB 6 kg.
2) Penambahan ini disebabkan :
a) Berat janin (3 kg, plasenta (0,5 kg), air ketuban (1 kg)
b) Berat rahim (dari 30 gr menjadi 1000 gr)
c) Penimbunan zat putih telur (2 kg)
d) Retensi air (1,5 kg)
3) Kenaikan BB rata rata selama hamil adalah 9 13,5 kg.
Kenaikan BB ini terjadi terutama dalam kehamilan 20
minggu terakhir. Kenaikan BB pada trimester III minimal 0,5 kg
perminggu. Bila kenaikan BB < 9 kg atau > 13,5 kg harus
dilakukan pemantauan yang cermat.
2.1.8 Perubahan Psikologis
1. Trimester 1
Trimester

pertama

merupakan

periode

penyesuaian

terhadap

kenyataan bahwa ia hamil. Penerimaan kenyataan ini merupakan tugas


psikologis yang paling penting dalam trimester pertama.
Sebagian besar wanita bersikap ambivalen terhadap kehamilannya,
yaitu :
a. Ibu sudah merencanakan untuk hamil tetapi ibu mempunyai
perasaan ragu-ragu Apakah dia hamil pada saat yang tepat.
b. Bagi ibu yang baru pertama kali hamil akan timbul pertanyaan
Apakah ia sudah siap menjadi seorang ibu
c. Saya akan menjadi orang tua yang bagaimana.
d. Timbul rasa mual dan muntah sebagai dampak dari ambivalennya.
e. Cerita pada setiap orang / merahasiakan kehamilan tergantung pada
individu, keluarga atau faktor sosial lainnya.

24

f. Body image belum banyak berubah.


g. Waktu persalinan terasa masih jauh.
h. Dapat meneruskan aktifitas rutin dan rasa nyaman belum
terganggu.
2. Trimester II
Sebagai bidan harus menyadari adanmya perubahan-perubahan
psikologis pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan
memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaanpertanyaannya.
Pada trimester kedua dengan munculnya quiekening, terjadilah
reduksi waktu dan ruang, baik secara geografik maupun sosial karena
wanita tersebut mengalihkan perhatiannya kedalam, yakni pada
kandungannya dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain yang
pernah atau sedang hamil.
Perubahan-perubahan lain pada trimester II, yaitu :
a.

Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih


tinggi.

b.

Ibu

sudah

menerima

kehamilannya

dan

mulai

menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.


c.

Ibu mulai merasakan gerakan bayi dan mulai merasakan


kehadirannya.

d.

Merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman.

e.

Merasakan meningkatnya libido.

3. Trimester

III

25

Seringkali disebut periode menunggu dan waspada karena ibu


merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
a. Ibu merasa khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu, oleh karena
itu kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan
meningkat.
b. Ibu seringkali merasa khawatir, takut kalau bayinya yang akan
dilahirkannya tidak normal.
c. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketiga, ibu merasa dirinya aneh dan jelek.
d. Ibu merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan akan
kehilangan

perhatian khusus yang diterimanya selama hamil.

e. Ibu memerlukan dukungan dan keterangan dari suami, keluarga dan


bidan.Keluarga mulai menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau
perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan mereka juga sebuah nama
untuk bayinya. (Manuaba, ida ayu candradinata, dkk : 2008)
2.1.9 Ketidaknyamanan Akibat Perubahan Maternal
1. Trimester I
Tabel 2.3 Ketidaknyamanan Akibat Perubahan Maternal
Ketidak
Nyamanan
Rasa Mual dan
Muntah

Dasar Anatomi dan Fisiologi


-

Penyebab yang persis tidak


diketahui.
Mungkin disebabkan oleh tingkat
HCG dan estrogen atau
progesterone yang meningkat.
Relaksasi otot otot halus.
Sebagian mungkin disebabkan oleh
emosi, mencerminkan rasa bangga
terhadap kehamilannya,
ambivalensi terhadap kehamilan
atau menolak kehamilan.

Penatalaksanaan
- Hindari bau dan faktor-faktor
penyebabnya.
- Makan biscuit kering atau roti
bakar sebelum bangkit dipagi
hari.
- Makan sedikit-sedikit tapi
sering.
- Duduk tegak setiap kali sehabis
makan.
- Hindari makanan berminyak dan
berbumbu keras.
- Makan makanan kering dengan

26

minum diantara waktu makan.


- Jangan menggosok gigi segera
setelah makan.

Keletihan

Ingin makan
(mengidam)

- Asal-usul tidak jelas


- Mungkin akibat penurunan awal
dari laju metabolisme pada awalawal kehamilan.
- Dapat diakibatkan peningkatkan
kadar estrogen dan progesteron.
- Respon psikologis terhadap
kehamilan dan kebutuhan secara
fisik/psikologis untuk beradaptasi.
- Mungkin berkaitan dengan persepsi
individu wanita tersebut mengenai
apa yang bisa mengurangi mual dan
muntah.
- Indra pengecap menjadi tumpul,
jadi makanan yang merangsang
yang dicari-cari.
- Hiperplasia mukosa vagina.
- Produksi lendir meningkat oleh
kelenjar endoserviks oleh karena
meningkatnya tingkat estrogen.

Leukorrhoe

Ptyalism
(salviasi
berlebihan)

Frekuensi
kemih
meningkat

Perubahan
payudara ;
nyeri, rasa geli
(tingling)

- Pathogenesisnya tidak
diketahui
- Kemungkinan disebabkan oleh
peningkatan kadar estrogen.
- Dapat terjadi karena ibu hamil tidak
sering menelan ludah akibat rasa
mual.
- Tekanan uterus yang bertambah
besar atas kandung kemih.

- Hypertroli jaringan mamaria dan


peningkatan vaskularisasi
pigmentasi ukuran, serta penonjolan
puting susu dan areola merupakan
akibat stimulasi hormon.

- Hirup udara segar dan jalanjalan.


- Pastikan bahwa hal itu
merupakan hal yang normal.
- Anjurkan ibu untuk sering
beristirahat secara seimbang
untuk mencegah anemia.
- Hindari terlalu lelah.
- tidak seharusnya menimbulkan
kekhawatiran asalkan cukup
bergizi dan idamannya bukan
makanan yang tidak sehat.
- Memberi pengertian pada ibu
tentang bahaya makanan yang
tidak sehat.
- Tingkatkan kebersihan diri
dengan mandi mandi setiap hari.
- Pakai-pakaian yang terbuat dari
katun; lebih kuat daya serapnya.
- Gunakan bahan pencuci mulut
astringent, permen karet, berikan
dukungan.

- Penjelasan mengenai sebabsebabnya.


- Kosongkan kandung kemih bila
terasa penuh.
- Latihan kegel.
- Batasi pemasukan cairan
sebelum tidur.
- Bersihkan dengan air hangat dan
jaga supaya tetap kering.

27

2. Trimester II
a. Chloasma / perubahan warna areola
1) Dasar anatomis dan fisiologis
2) Kecenderungan genetic
3) Estrogen meningkat dan kemungkinan tingkat progesterone
Cara meringankan . mencegah
1) Hindari sinar matahari berlebihan selama masa kehamilan.
2) Gunakan bahan pelindung non-alergis.
b. Edema dependen
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Kenaikan tingkat sodium dikarenakan pengaruh hormonal.
2) Macetnya sirkulasi pada tungkai bawah
3) Peningkatan penyerapan kapiler
4) Tekanan pada pembesaran uterus pada vena pelvic ketika duduk
atau pada cara vena inferior ketika berbaring.
Cara meringankan / mencegah
1) Hindari posisi berbaring
2) Hindari posisi tegak untuk waktu yang lama
3) Masa istirahat dalam posisi terlentang samping kiri dengan kaki
agak diangkat.
4) Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau
berdiri.
5) Angkat kaki ketika duduk atau istirahat.
6) Hindari kaos kaki yang ketat atau tali / pita yang ketat pada kaki

28

c. Gusi berdarah
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Estrogen meningkat aliran darah ke rongga mulut dan
mempercepat laju pergantian sel-sel pelapis ephitelial gusi.
2) Vaskularisasi gusi menjadi sangat tinggi dengan penyebaran
pembuluh darah jaringan penghubung menjadi hiperplastis dan
edematis.
Cara meringankan / mencegah
1) Berkumur air hangat, asin
2) Memeriksakan gusi secara teratur
3) Jagalah kebersihan gigi, menggosok gigi dan memutihkannya.
d. Keputihan
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Hiperplasia mukosa vagina
2) Produksi lender meningkat oleh kelenjar endocervik oleh
karena meningkatnya tingkat estrogen.
Cara meringankan / mencegah
1) Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
2) Pakaian yang terbuat dari katun lebih kuat daya serapnya.
3) Hindari pakaian dalam dan pantylosa yang terbuat dari nilon
e. Konstipasi (sembelit)
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Tingkat progesteron meningkat yang menyebabkan utilitas
usus menurun.

29

2) Kemampuan bergerak menurun akibat relaksasi otot rata / halus


3) Penyerapan air dari colon meningkat
4) Tekanan uterus yang membesar atas usus
5) Suplemen zat besi
6) Diet, kurang senam, cairan menurun
Cara meringankan / mencegah
1) Buah atau juice
2) Minum cairan dingin panas (terutama ketika perut kosong)
3) Istirahat cukup
4) Senam
5) Buang air teratur
6) Buang air besar segera setelah ada dorongan
f. Hemorrhoids
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Tekanan yang tidak memadai pada vena hemorrhoid dalam
daerah anorectal.
2) Kurangnya klep dalam pembuluh-pembuluh ini yang berakibat
pembalikan dalam aliran darah.
3) Statis, gravitas, tekanan vena yang meningkat dalam vena
panggul, kongesti vena, pembesaran vena-vena hemorrhoid.
Cara meringankan / mencegah
1) Hindari konstipasi
a) Makan makanan bongkahan gunakan bungkusan es, kompres
panas

30

b) Dengan

perlahan

masukkan

kembali

kedalam

rectum

seperlunya
g. Kram pada kaki
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Tidak jelas dasar penyebabnya ,bisa jadi :
a) Ketidakseimbangan perbandingan kalsium / fosfor
b) Tingkat kalsium yang turun serta alkolosis yang disebabkan
oleh perubahan dalam system pernapasan.
c) Tekanan uterus yang meningkat terhadap syaraf.
d) Keletihan sirkulasi yang buruk ke bagian tungkai bawah,
menunjuk ke jari kaki.
Cara meringankan / mencegah
1) Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi) berlatih
dorsofleksi pada kaki untuk merentangkan otot-otot yang
terkena.
2) Panaskan otot kaki tersebut
h. Nyeri ligamentum bundar
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Hypertrophy dan peregangan ligamentum selama kehamilan.
2) Tekanan uterus yang berat atas ligamentum
Cara meringankan / mencegah
1) Penjelasan mengenai penyebab rasa nyeri
2) Tekuk lutut kea rah abdomen
3) Mandi air hangat

31

4) Pakai bantalan pemanas ke daerah-daerah yang terasa sakit


hanya jika assesmen lain tidak melarang.
5) Topang uterus dengan bantal di bawahnya dan sebuah bantal di
antara lutut pada waktu berbaring miring.
i. Perut kembung
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Kemampuan gerak usus berkurang yang mengarah ke
perlambatan waktu pengosongan (8 progesteron / 9 motilitin).
2) Tekanan uterus yang membesar terhadap usus besar.
3) Penelanan udara.
Cara meringankan / mencegah
1) Hindari makan-makanan yang menghasilkan gas.
2) Mengunyah makanan secara sempurna.
3) Senam harian secara teratur
4) Pertahankan saat kebiasaan buang air.
j.Sakit pinggang atas dan bawah
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Kurvatur vertebrata dari umbosaeral yang meningkat saat
uterus terus membesar.
2) Kekejangan otot karena tekanan terhadap akar syaraf.
3) Ukuran payudara yang terus bertambah.
4) Tingkat hormone yang meningkat yang membuat eartilage di
dalam sendi sendi besar menjadi lembek
5) Keletihan

32

6) Mekanisme tubuh kurang baik, yakni menempatkan beban


tegangan pada punggung, dan bukan pada paha, pada waktu
mengangkat barang dengan membungkuk dan bukan dengan
berjongkok.
Cara meringankan / mencegah
1) Gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat
benda,

Berjongkok,

dan

bukan

membungkuk,

untuk

mengangkat setiap benda agar kaki (paha) dan bukan


punggung yang akan menahan beban dan tegangan.
2) Lebarkan kaki dan letakkan satu kaki sedikit didepan kaki
yang lain pada waktu membungkuk agar terdapat dasar yang
luas untuk keseimbangan pada waktu bangkit dari posisi
jongkok.
3) Gunakan BH yang pas dan menopang
4) Berlatih dengan cara mengangkat panggul, hindari pekerjaan
yang tingginya tidak mengenakkan, sepatu dengan hak tinggi,
mengangkat beban berat, keletihan.
5) Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
6) Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung.
k. Viskositas pada kaki / vulva
Dasar anatomis dan fisiologis
1) Kongesti vena dalam vena bagian bawah yang meningkat
sejalan dengan kehamilan oleh karena tekanan dari uterus yang
sedang hamil

33

2) Kerapuhan jaringan elastis yang diakibatkan oleh estrogen


3) Kecendrungan bawaan keluarga
Cara meringankan / mencegah
1) Tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk.
2) Berbaringlah dalam posisi tegak lurus dan ambil posisi miring
beberapa kali sehari.
3) Jaga agar kaki jangan bersilang
4) Hindari berdiri atau duduk terlalu lama
5) Istirahat dalam posisi berbaring miring ke kiri
6) Senam, hindari pakaian dan korset yang ketat, jaga postur
tubuh yang baik
3. Trimester III
a. Diare
Penyebab :
1) Faktor hormonal
2) Mungkin berasal dari makanan
3) Efek samping dari infeksi virus
Penanganan :
a) Cairan pengganti (rehidrasi oral)
b) Hindari makanan berserat tinggi
c) Makan sedikit tapi sering untuk memastikan kecukupan gizi
Tanda-tanda bahaya :
1)
2)
3)
4)

Dehidrasi
Demam
Darah dalam tinja
Malaise umum

b. Edema Dependen
Penyebab :

5 vivviiiiii

34

1) Peningkatan tingkat sodium karena pengaruh hormonal


2) Macetnya sirkulasi pada tungkai bawah
3) Tekanan pada pembesaran uterus pada vena pelvik saat duduk
atau pada vena inferior saat berbaring
Penanganan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Hindari posisi berbaring


Hindari posisi tegak untuk waktu yang lama
Angkat kaki jika bisa
Saat istirahat miring ke kiri
Sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk/berdiri
Hindari kaos kaki yang ketat

c. Frekuensi kemih meningkat atau berkemih


Penyebab :
1) Tekanan uterus atas kandung kemih
2) Nokturia akibat ekskresi sodium yang meninggi dengan
kehilangan air
3) Air dan sodium terperangkap di dalam tungkai bawah selama
siang hari karena statis vena, pada malam hari terdapat aliran
kembali vena yang meningkat
Penanganan :
1) Kosongkan saat terasa dorongan untuk berkemih
2) Perbanyak minum pada siang hari.
3) Jangan kurangi minum di malam hari untuk mengurangi
nocturia

kecuali

jika

nocturia

mengganggu

tidur

dan

menyebabkan keletihan
4) Membatasi cairan setelah pukul 4 sore untuk mengurangi
sering ke kamar mandi pada malam hari tapi jangan
mengurangi jatah kebutuhan cairan
5) Batasi minum bahan diuretik alami : kopi, teh, cola
6) Ajarkan tanda-tanda UTI (urinarius tractus infection)
d. Kemerahan di telapak tangan

35

Penyebab :
1) Keturunan
2) Peningkatan estrogen
3) Aliran darah di dalam kulit meningkat
Penanganan :
1) Akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan
Tanda bahaya :
1) Jika pada trimester I dapat mengindikasikan hepatitis
e. Keputihan
Penyebab :
1) Hiperplasi mukosa vagina
2) Peningkatan estrogen menyebabkan produksi lendir meningkat
oleh kelenjar endoservix
3) Servix yang distimulasi oleh hormon menjadi hipertrofi dan
hiperaktif, menghasilkan mucus dalam jumlah besar
Penanganan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari


Pakai pakaian dari katun yang lebih kuat daya serapnya
Jaga agar vagina tetap kering dan bersih
Jangan memakai sabun pembersih kewanitaan
Setelah buang air selalu keringkan dari depan ke belakang
Gunakan bedak untuk mengeringkan jangan terlalu banyak dan
kental

Tanda bahaya :
1) Berwarna kuning abu-abu
2) Pengeluaran cairan (selaput ketuban pecah)
3) Perdarahan pervaginam
f. Keringat bertambah
Penyebab :
1) Perubahan hormonal

36

2) Kegiatan kelenjar appocrine meningkat akibat perubahan


hormonal
3) Telapak tangan

akan

berkeringat

dikarenakan

aktifitas

adrenocorticel
4) Kenaikan kelenjar accerine oleh karena kegiatan thyroid yang
meningkat, BB dan kegiatan metabolik yang meningkat
Penanganan :
1) Mandi/bersiram secara teratur dengan sabun
2) Banyak minum 8-10 gelas dalam sehari 1500 ml untuk
menyeimbangkan cairan yang keluar
3) Pakailah pakaian yang tipis dan longgar, menyerap keringat dan
sering ganti
g. Konstipasi
Penyebab :
1)
2)
3)
4)

Peningkatan hormon progerteron


Kemampuan gerak berkurang karena relaksasi otot
Penyerapan air dari colon meningkat
Tekanan uterus yang meningkat atas usus, suplemen zat besi,
diet kurang sehat

Penanganan :
1)
2)
3)
4)

Tinggi intake cairan (buah, minuman cairan dingin/panas)


Istirahat cukup
Senam
BAB teratur dan segera setelah ada dorongan (Pusdiknakes,
2001)

h. Kram pada kaki


Penyebab :
Tidak

jelas,

dasar

penyebabnya

bisa

terjadi

karena

ketidakseimbangan perbandingan kalsium dan fosfor, tingkat

37

kalsium yang menurun, tekanan uterus yang bertambah pada saraf,


keletihan
Penanganan :
1) Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfor bertambah)
2) Berlatih dorsofleksi untuk merentangkan otot-otot yang terkena
3) Berdiri di tempat yang dingin
i. Mati rasa dan rasa geli pada jari tangan dan kaki
Penyebab :
Perubahan dalam titik pusat gaya berat akibat uterus yang
bertambah besar dan berat
Penanganan :
Jelaskan kemungkinan penyebabnya, postur tubuh yang baik
merebahkan diri
j. Nafas sesak
Penyebab :
1) Progesteron tinggi
2) Uterus membesar dan menekan diafragma
Penanganan :
1) Jelaskan penyebab fisiologi
2) Dorong agar secara sengaja mengatur laju dalamnya pernafasan
3) Secara periodik berdiri dan merentangkan lengan di atas kepala
dan menarik nafas panjang
4) Bernafas antar rusuk
k. Nyeri ligamentum bundar
Penyebab :
1) Hipertrofi dan peregangan ligamentum selama kehamilan
2) Tekanan uterus yang berat atas ligamentum
Penanganan :

38

1) Jelaskan penyebabnya
2) Tekuk lutut ke arah abdomen
3) Topang uterus dengan bantal di bawahnya
4) Mandi air hangat
5) Pakai bantalan pemanas ke daerah-daerah yang terasa sakit
l. Panas dalam
Penyebab :
1)
2)
3)
4)

Tingginya progesteron
Relaksasi sfingter esophagus bagian bawah
Kemampuan gerak dan tonus GI yang menurun
Pengaruh lambung oleh uterus yang membesar

Penanganan :
1) Makan sedikit tapi sering
2) Hindari makan lemak yang terlalu banyak
3) Kunyah permen karet
m. Perut kembung
Penyebab :
1) Kemampuan gerak usus berkurang
2) Tekanan uterus yang membesar terhadap usus besar
3) Penelanan udara
Penanganan :

n.

1) Hindari makanan yang menghasilkan gas


2) Mengunyah makanan secara sempurna
3) Senam secara teratur
Ptyalismus/hipersalivasi
Penyebab :
1)
2)
3)
4)

Meningkatnya produksi ekstrogen dan HCG


Ibu hamil sulit menelan ludah karena mual dan muntah
Rangsangan kelenjar air liur oleh zat tepung yang dimakan
Tingkat keasaman dalam mulut meningkat

Penanganan :
1)
2)
3)
4)

Obat pencuci mulut astringent


Kunyah permen karet
Beri dukungan dan penjelasan bahwa itu hal yang fisiologis
Beri vit B komplek dan vit C

39

o. Pusing/hilang kesadaran
Penyebab :
1) Hipertensi/hipotensi

postural

yang

berhubungan

dengan

perubahan hemodinamis
2) Genangan darah dalam pembuluh darah tungkai yang
mengurangi aliran balik vena dan mengurangi output kardiak
serta tekanan darah dengan tegangan orthostatis yang
meningkat
3) Bisa bertalian dengan hipoglikemia
Pencegahan :
1) Bangun secara perlahan dari posisi istirahat
2) Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat dan
sesak
3) Hindari berbaring dalam posisi supine (telentang)
p. Sakit kepala
Penyebab :
1) Kontraksi, ketegangan otot, spasme otot, keletihan
2) alkulosis, pernafasan ringan
3) Ketegangan emosi
Penanganan :
1) Biofeed back (umpan balik dari kegiatan biologik, kemampuan
untuk mengontrol dirinya sendiri)
2) Massage leher dan otot bahu (pemijatan ringan untuk
mengurangi ketegangan otot)
3) Mandi air hangat
4) Minum minuman air yang menyegarkan contoh jus buah
5) Hindari sesuatu yang menambah beban sakit kepala
(Pusdiknakes RI, 2001)
q. Sakit punggung atas dan bawah

40

Penyebab :
1) Kekejangan otot
2) Ukuran payudara yang terus bertambah
3) Tingkat hormon tinggi yang membuat kartilago dalam sendisendi besar menjadi jelek
4) Keletihan
Penanganan :
1) Gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda
2) Gunakan BH yang pas dan menopang
3) Gunakan kasur yang keras untuk tidur
4) Gunakan bantal saat tidur untuk meluruskan punggung
5) Beri kompres hangat dan dingin serta gosok punggung
6) Banyak istirahat saat dirasa capek
r. Spider nevi (pembuluh darah sarang laba-laba)
Penyebab :
1) Peningkatan estrogen
2) Aliran darah kulit tinggi/meningkat
Penanganan :
Yakinkan ibu hal itu akan segera lenyap setelah kehamilan
s.

Insomnia (sulit tidur)


Penyebab :
1) Pola tidur berubah tidak nyenyak (REM) meningkat mulai
minggu ke-25 berpuncak pada minggu ke-23 sampai 36
kemudian menurun ke tingkat sebelum hamil pada 1 bulan
penuh
2) Bangun di tengah malam karena ketidaknyamanan hamil
seperti nocturia, dyspnea, panas dalam, kongesti hidung, sakit
otot, stres dan risau, gerah, uterus yang semakin membesar
Penanganan :
1) Posisi relaksasi

41

2)
3)
4)
5)
6)
7)

Mandi air hangat menjelang tidur


Jangan makan berlebihan menjelang tidur (2-3 jam)
Melakukan pemijatan punggung
Menopang bagian tubuh dengan bantal
Exercise regulary/daily
Kurangi kebisingan, lampu yang terlalu terang dan kegiatan
yang tidak merangsang sebelum pergi tidur (Bobak, 2005)

t. Palpitasi jantung
Penyebab :
1) Pembesaran dalam ukuran jantung
2) Cardiac output meningkat 30-50% selama kehamilan mencapai
tingkat maksimal pada trimester I/II dan tetap tinggi sampai
persalinan
3) Gangguan sistem saraf simpatis
Penanganan :
Tidak diperlukan pengobatan secara farmakologis. Namun ibu
hamil yang mengalami keluhan jantung berdebar-debar dapat kita
informasikan pada ibu tersebut bahwa hal tersebut tidak
membahayakan karena itu merupakan akibat dari perubahan (organ
kardiovaskuler)

pada

ibu

hamil

yang

menyebabkan

ketidaknyamanan umum bagi ibu hamil, tetapi bila palpitasi


dirasakan terus menerus, parah atau mendahului pingsan atau jatuh
dengan diastolik hal ini harus dikaji lebih lanjut karena hal tersebut
dapat menjadi bahaya bagi ibu dan janin.
u. Varises pada kaki/vulva
Penyebab :

42

1) Relaksasi dinding otot polos vena karena pengaruh hormon


menyebabkan vasokongesti pelvic
2) Kondisi diperburuk oleh uterus yang membesar, gravitasi
mengedan saat BAB
3) Kerapuhan jaringan elastis yang disebabkan oleh estrogen
4) Kecenderungan bawaan keluarga (hereditas)
Penanganan :
1) Hindari pemakaian sepatu hak tinggi
2) Tinggikan kaki sewaktu berbaring/duduk
3) Berbaringlah dalam posisi tegak lurus dan ambil posisi miring
4)
5)
6)
7)
8)
9)

beberapa kali sehari


Jaga agar kaki jangan bersilangan
Hindari berdiri/duduk terlalu lama
Istirahat dalam posisi berbaring ke kiri
Hindari pakaian dan korset yang ketat
Jaga postur tubuh yang baik
Senam ringan dan berjalan kaki untuk membantu peningkatan

sirkulasi
10) Posisi relaksasi dan posisi sims (Pusdiknakes RI, 2001)
v. Gatal-gatal
Penyebab :
1) Kemungkinan hipersensitivitas terhadap antigen plasenta
Penanganan :
1) Gunakan kompres dingin, mandi berendam/shower
2) Gunakan cara mandi oatmeal.
Pengobatan secara farmakologis :
1) Pertimbangkan penggunaan obat antipiretik topikal dan
emolleal
2) Kaji apa ada kelainan/penyakit kulit lainnya
3) Kaji fungsi hati dan adanya penyakit kuning
Tanda bahaya :

43

1) Pruritus gravidarum (intrahopatik, colestatis kehamilan) dengan


tanpa dihubungkan dengan penyakit kuning
2) Jika disertai dengan mual dan muntah, penyakit kuning,
kencing berwarna hitam (colestasis)
3) Tanda-tanda/gejala dermatoses lainnya (mis : scabies)
2.1.10 Diagnosa banding kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya suatu kehamilan sehingga
perlu dilakukan diagnosa banding, diantaranya :
1. Hamil palsu (Pseudocyesis) atau kehamilan spuria.
Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih
dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan.
2. Tumor kandungan atau mioma uteri
Dapat terjadi aminorea, perut makin besar, uterusnya makin besar,
kadang-kadang tidak merata, akan tetapi tanda-tanda kehamilan dan
reaksi kehamilan negatif.
3. Kistoma ovarii
a. Perut penderita makin membesar, tetapi uterusnya sebesar biasa.
b. Datang bulan terus berlangsung, mungkin ada aminorea.
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan negatif.
4. Hematometra
a. Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan hymen
inperforata, stenosis vagina atau serviks.
b. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur kehamilan.
c. Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang
positif.

44

5. Kandung kemih yang penuh


Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan
menghilang.
2.1.11 Kebutuhan dasar ibu hamil
1. Trimester I
a. Kebutuhan Fisik
1) Kebutuhan nutrisi/diet dalam kehamilan
a) Umumnya nafsu makan ibu kurang baik (ibu sering mual atau
muntah )
b) Bahan makanan yang merangsang dan berlemak lemak
(seperti makanan yang manis dan gorengan dikurangi) makan
makanan yang menyegarkan seperti buah buahan
2) Tanda-tanda bahaya kehamilan
Pada kehamilan trimester 1 :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Perdarahan pervaginam yang disebut abortus


Sakit kepala yang hebat
Penglihatan kabur
Mual dan muntah sampai tidak dapat makan
Keluar keputihan dan gatal
Jantung berdebar

3) Menyiapkan informasi jika terjadi kegawatdaruratan antara lain :


a) Dimana ibu mencari tempat pertolingan RS/ BPS
b) Cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut bila terjadi
kegawatan
c) Cara mendapatkan dana
d) Cara mencari donor darah
4) Membuat rencana/pola menabung
5) Personal hygiene
a) Kebersihan tubuh (bantu cegah infeksi)
b) Mandi dengan air bersih tiap hari
c) Membersihkan genetalia dengan air bersih secara lembut

45

d) Perempuan

hamil

(melindungi

gigi

dengan

makanan

berkalsium dan dengan menghindari gula-gula)


e) Gosok gigi dengan hati-hati tiap kali sesudah makan dengan
sikat gigi yang lembut
f) Membersihkan permukaan gigi (depan dan belakang) antara
gigi dan di bawah gusi
g) Ke dokter gigi 1 x selama kehamilan
h) Perawatan payudara ibu hamil dengan pencucian tiap hari dan
menggunakan salep lanolin pada puting dianjurkan
i) Kuku dipotong tiap minggu selalu menjaga kebersihan
j) Selalu menjaga kebersihan kuku sebagai persiapan dalam
merawat bayi
k) Menjaga kebersihan vulva dengan cara :
i. Cebok setiap kali BAK/BAB
ii. Ganti celana dalam 2-3 x sehari (celana dari bahan katun
yang penyerapannya baik sehingga kelembapan vagina
terjaga)
iii. Keramas 2-3 x seminggu dan mandi 2-3 x sehari membantu
mengurangi bau badan
6) Pakaian
a)

Pada akhir kehamilan produksi kelenjar keringat/sebasea


menjadi meningkat atau lebih aktif sehingga ibu mengalami

gangguan bau badan


b) Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
c) Pakaian harus bersifat menahan bagian-bagian yang besar
(buah dada, perut, panggul)
d) Pakaian harus sesuai dengan
e)
f)

iklim,

jangan

sampai

kedinginan/kepanasan
Hindari sepatu/sandal yang berhak tinggi
Hindari kaos kaki ketat (mengganggu peredaran darah ke
kaki) (Bobak, 2005)

7) Eliminasi

46

Konstipasi merupakan hal yang umum selama kehamilan


karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan peristaltik dan
pembesaran uterus yang menahannya, waktu teratur, perbanyak
konsumsi cairan ekstra dan buah-buahan..
8) Tidur dan istirahat
Istirahat/tidurr siang :
Ibu hamil sebaiknya menyempatkan istirahat/tidur siang minimal
+ 1-2 jam perhari
Tidur malam :
Ibu hamil sebaiknya tidur malam + 7-8 jam perhari (Bobak, 2005)
9) Imunisasi
Batas akhir pemberian TT yaitu 2 minggu sebelum persalinan.
Vaksin TT dilakukan 2 x selama kehamilan selang 4 minggu,
dosisnya 0,5 cc.
Tabel 2.4 Imunisasi
Antigen
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Interval
Pada kunjungan awal ANC
4 minggu setelah TT 1
6 bulan setelah TT 2
1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

Lama Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun/seumur hidup

Ket : bila dalam waktu 5 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi
yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum. TT yang
diberikan jika anak terkecil berusia 3-5 tahun.
10) Seksual
Pada trimester I gairah seksual menurun drastis karena pengaruh
perubahan hormonal dan mual muntah ,

tidak nyaman, pusing .

47

Hubungan seksual selama hamil dengan syarat :


a)
b)
c)
d)

Tidak ada kontraindikasi dan kehamilan berjalan normal


Tidak ada riwayat abortus/prematur
Keduanya menginginkan
Bolek hubungan seksual tetapi pilih cara yang aman .

11) Travelling
Syarat-syaratnya : UK 16-32 minggu, nutrisi (ditambah asupan
nutrisi), perjalanan harus nyaman. Perawat (lebih dari 32 minggu dicek
kesehatan, ada orang yang melindungi/mendampingi), UK < 16
minggu sebaiknya tidak melakukan travelling, sabuk pengaman pada
kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang
menonjol sehingga jika kendaraan menubruk sesuatu tekanan tidak
secara langsung mengenai rahim dan janin. (Bobak, 2005)
b. Kunjungan ulang
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya, oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 4x kunjungan selama periode antenatal :
1) Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28)
3) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36) dan
sesudah minggu ke-36.
Jadwal pemeriksaan ulang :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
2)
3)
4)
5)

haidnya terlambat 1 bulan


Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 8 bulan
Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 8 bulan
Periksa khusus bila ada keluhan
(asuhan kehamilan untuk kebidanan: 2011)

48

c. Kebutuhan Psikologi pada kehamilan Trimester I


1) Segera setelah terjadi perubahan hormon progesteron dan estrogen
dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa
mual pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu
merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya.
Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan
dan kesedihan sering kali, biasanya pada awal kehamilanya ibu
berharap untuk tidak hamil.
2) Selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil.
3) Kehamilanya merupakan rahasia yang mungkin diberitahukanya
kepada orang lain atau dirahasiakan.
4) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda. Ada yang
mengalami kegairahan seks meninggi, tapi kebanyakan mengalami
penurunan libido.
2. Trimester II
a. Kebutuhan Fisik
1) Kebutuhan nutrisi/diet dalam kehamilan
a) Umumnya nafsu makan ibu sangat baik (ibu sering merasa
lapar)
b) Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat
arang (seperti makanan yang manis dan gorengan dikurangi)
c) Bahan makanan sumber zat pembangun dan pengatur perlu
diberikan lebih banyak dibandingkan pada kehamilan trimester
II. Makanan ibu hamil pada trimester II dalam sehari : nasi 3
piring, ikan 3 potong, tempe 5 potong, sayuran 3 mangkuk, buah
5 potong, gula 5 sendok makan, susu 1 gelas.
2) Persiapan persalinan dan kelahiran

49

a) Tempat persalinan, memilih penolong terlatih, transportasi, cara


menghubungi penolong, pendamping persalinan, biaya, penjaga
keluarga di rumah.
b) Pembuatan

rencana

pengambilan

keputusan

bila

terjadi

kegawatdaruratan antara lain : pengambilan keputusan utama


dalam keluarga bila terjadi kegawatdaruratan orang yang
pertama tidak ada, siapa yang menggantikannya
3) Menyiapkan informasi jika terjadi kegawatdaruratan antara lain :
a)
b)

Dimana ibu akan bersalin


Cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut bila

terjadi kegawatan
c)
Cara mendapatkan dana
d)
Cara mencari donor darah
4) Membuat rencana/pola menabung
5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk ibu dan bayi
antara lain : kain panjang,handuk, baju bayi, popok, selimut bayi,
peralatan mandi, dll.
6) Memantau kesejahteraan janin
7) DJJ dengan frekuensi normal 120-160 x permenit, irama teratur
(jarak antara 5 I, 5 II, 5 III tidak boleh lebih dari 2), intensitas
kuat/jelas.
8) Gerakan janin normalnya 3 jam minimal 3 x gerakan, lebih terasa
saat istirahat berbaring.
9) Kesesuaian TFU dengan UK (UK = TFU dalam cm + 2 cm)
10) Peningkatan BB ibu (8-11 kg selama hamil)
11) USG atau NST (USG : ketuban, BB janin, plasenta, DJJ)

50

12) NST : DJJ, ketuban


Tanda-tanda bahaya kehamilan Pada kehamilan lanjut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Perdarahan pervaginam
Sakit kepala yang hebat
Penglihatan kabur
Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Keluar cairan pervaginam
Gerakan janin tidak terasa
Nyeri perut yang hebat (Pusdiknakes RI,
2001)

Tanda-tanda persalinan
1) Timbul his persalinan dengan sifat :
a) Nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian depan
b) Teratur
c) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya
d) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
e) Mempunyai pengaruh pendataran dan pembukaan serviks
2) Keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir
3) Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong konyong dari jalan
lahir (asuhan kehamilan untuk kehamilan: 2011)
Personal hygiene
1)
2)
3)

Kebersihan tubuh (bantu cegah infeksi)


Mandi dengan air bersih tiap hari
Membersihkan genetalia dengan air bersih

secara lembut
4) Perempuan hamil (melindungi gigi dengan makanan berkalsium
dan dengan menghindari gula-gula)
5) Gosok gigi dengan hati-hati tiap kali sesudah makan dengan sikat
gigi yang lembut
6) Membersihkan permukaan gigi (depan dan belakang) antara gigi
dan di bawah gusi
7) Ke dokter gigi 1 x selama kehamilan

51

8) Perawatan payudara ibu hamil dengan pencucian tiap hari dan


menggunakan salep lanolin pada puting dianjurkan
9) Kuku dipotong tiap minggu selalu menjaga kebersihan
10) Selalu menjaga kebersihan kuku sebagai persiapan dalam
merawat bayi
11) Menjaga kebersihan vulva dengan cara :
12) Cebok setiap kali BAK/BAB
13) Ganti celana dalam 2-3 x sehari (celana dari bahan katun yang
penyerapannya baik sehingga kelembapan vagina terjaga)
14) Keramas 2-3 x seminggu dan mandi 2-3 x sehari membantu
mengurangi bau badan
Pakaian
1) Pada akhir kehamilan produksi kelenjar keringat/sebasea menjadi
meningkat atau lebih aktif sehingga ibu mengalami gangguan bau
badan
2) Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
3) Pakaian harus bersifat menahan bagian-bagian yang besar (buah
dada, perut, panggul)
4) Pakaian harus sesuai

dengan

iklim,

jangan

sampai

kedinginan/kepanasan
5) Hindari sepatu/sandal yang berhak tinggi
6) Hindari kaos kaki ketat (mengganggu peredaran darah ke kaki)
(Bobak, 2005)
Eliminasi
Konstipasi merupakan hal yang umum selama kehamilan karena aksi
hormonal yang mengurangi gerakan peristaltik dan pembesaran uterus
yang menahannya, waktu teratur, perbanyak konsumsi cairan ekstra
dan buah-buahan.
Aktivitas senam hamil
Senam hamil dimulai pada UK + 24-28 minggu, senam dianjurkan

52

pada ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit menyertai
yaitu jantung, penyakit ginjal, penyakit kehamilan (hamil dengan
perdarahan, gestesis, kelainan letak) dan kehamilan disertai anemia.
Tidur dan istirahat
Istirahat/tidurr siang :
1) Ibu hamil sebaiknya menyempatkan istirahat/tidur siang
minimal + 1-2 jam perhari
Tidur malam :
1) Ibu hamil sebaiknya tidur malam + 7-8 jam perhari(Bobak,
2005)
Persiapan laktasi
Hal-hal yang harus dipersiapkan : perawatan payudara yang teratur,
nutrisi yang cukup, memakai BH yang menopang. Bila saat perawatan
payudara terdapat his kuat maka perawatannya harus segera
dihentikan, dukungan psikologis ibu dalam menghadapi persalinan
dengan tujuan agar ibu meyakini kemampuannya dan keberhasilannya
menyusui, pemeriksaan payudara, puting susu dan senam hamil.
Imunisasi
Batas akhir pemberian TT yaitu 2 minggu sebelum persalinan. Vaksin
TT dilakukan 2 x selama kehamilan selang 4 minggu, dosisnya 0,5 cc.

Tabel 2.5 Imunisasi


Antigen
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Interval
Pada kunjungan awal ANC
4 minggu setelah TT 1
6 bulan setelah TT 2
1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

Lama Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun/seumur hidup

53

Ket : bila dalam waktu 5 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi
yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum. TT yang
diberikan jika anak terkecil berusia 3-5 tahun.
Seksual
Pada trimester II gairah seksual meningkat karena kondisi kesehatan
sudah membaik . Hubungan seksual selama hamil boleh

dengan

syarat:
1)
2)
3)
4)

Tidak ada kontraindikasi dan kehamilan berjalan normal


Tidak ada riwayat abortus/prematur
Keduanya menginginkan
Jika kepala sudah masuk dalam rongga panggul (primipara : usia
akhir kehamilan, multipara : menjelang persalinan) sebaiknya
hubungan seksual dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan
sakit dan perdarahan.

Travelling
Syarat-syaratnya : UK 16-32 minggu, nutrisi (ditambah asupan
nutrisi), perjalanan harus nyaman. Perawat (lebih dari 32 minggu dicek
kesehatan, ada orang yang melindungi/mendampingi), UK < 16
minggu sebaiknya tidak melakukan travelling, sabuk pengaman pada
kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang
menonjol sehingga jika kendaraan menubruk sesuatu tekanan tidak
secara langsung mengenai rahim dan janin.(Bobak, 2005)
Kunjungan ulang
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya, oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan

54

sedikitnya 4x kunjungan selama periode antenatal :


1)

Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14

2)

minggu)
Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu

14-28)
3) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36)
dan sesudah minggu ke-36.
Jadwal pemeriksaan ulang :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat 1 bulan
2)
Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
3) Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 8 bulan
4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 8 bulan
5) Periksa khusus bila ada keluhan
Trimester II seringkali disebut periode menyenangkan Ibu sudah
menerima kehamilannya dan mulai menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif.Ibu mulai merasakan gerakan bayi
dan mulai merasakan kehadirannya.Merasa terlepas dari rasa
kecemasan dan rasa tidak nyaman.Merasakan meningkatnya libido.
Dukungan Keluarga
Diharapkan keluarga terutama suami selalu member dukungan dan
kasih sayang , karena kadang kadang ibu dihadapkan pada situasi
yang menakutkan dan kesendirian terutama pada trimester III
sehingga bidan sangat berperan dalam memberikan pengertian ini
pada suami dan keluarga.
Perasaan Aman dan Nyaman selama kehamilan
Selama kehamilan ibu banyak mengalami ketidaknyamanan fisik
dan psikologi ,kondisi psikologi yang dialami ibu akan berpengaruh

55

pada perkembangan bayi. Tingkat kepercayaan ibu terhadap bidan dan


keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran proses persalinan.
Persiapan Menjadi Orang Tua
Ini sangat penting dipersiapkan, karena setelah bayi lahir akan
banyak perubahan peran , bagi pasangan yang baru menikah dapat
konsultasi dengan orang yang mampu membagi pengalamannya, bagi
yang sudah punya anak dapat belajar dari pengalamannya yang
terdahulu . selain persiapan mental tak kalah pentingnya adalah
persiapan ekonomi.
Dukungan Dari Tenaga Kesehatan
Bagi seorang ibu hamil, bidan mempunyai tempat tersendiri
Harapan pasien dapat dijadikan

teman terdekat dimana ia dapat

mencurahkan isi hati dan kesulitannya .


3. Trimester III
a. Kebutuhan Fisik
1) Kebutuhan nutrisi/diet dalam kehamilan
a) Umumnya nafsu makan ibu sangat baik (ibu sering merasa lapar)
b) Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat
arang (seperti makanan yang manis dan gorengan dikurangi)
c) Bahan makanan sumber zat pembangun dan pengatur perlu
diberikan lebih banyak dibandingkan pada kehamilan trimester II.
Makanan ibu hamil pada trimester II dalam sehari : nasi 3 piring,
ikan 3 potong, tempe 5 potong, sayuran 3 mangkuk, buah 5
potong, gula 5 sendok makan, susu 1 gelas.
Pada trimester III :
1) Karbohidrat dikurangi (1 piring : 500 gr)
2) Lauk ditambah (1 potong : 25 gr)

56

3) Untuk jenis kacang-kacangan seperti tempe juga ditambah


4) 1 mangkuk sayur (100 gr)
Cara pemenuhannya :
Makanan dapat bervariasi dan beraneka ragam, maksudnya supaya
kekurangan menu hari ini dapat diimbangi oleh menu berikutnya. Juga
harus memperhatikan cara pengolahan makanan karena dapat
mengurangi nilai makanan.
2)

Persiapan persalinan dan kelahiran


a) Tempat persalinan, memilih penolong terlatih, transportasi, cara
menghubungi penolong, pendamping persalinan, biaya, penjaga
keluarga di rumah.

b) Pembuatan

rencana

pengambilan

keputusan

bila

terjadi

kegawatdaruratan antara lain : pengambilan keputusan utama


dalam keluarga bila terjadi kegawatdaruratan orang yang pertama
tidak ada, siapa yang menggantikannya
3) Menyiapkan informasi jika terjadi kegawatdaruratan antara lain :
a) Dimana ibu akan bersalin
b) Cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut bila terjadi
kegawatan
c) Cara mendapatkan dana
d) Cara mencari donor darah
4) Membuat rencana/pola menabung
5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk ibu dan bayi antara
lain : kain panjang,handuk, baju bayi, popok, selimut bayi, peralatan
mandi, dll.
6) Memantau kesejahteraan janin

57

a) DJJ dengan frekuensi normal 120-160 x permenit, irama teratur


(jarak antara 5 I, 5 II, 5 III tidak boleh lebih dari 2), intensitas
kuat/jelas.
b) Gerakan janin normalnya 3 jam minimal 3 x gerakan, lebih terasa
c)
d)
e)
f)

saat istirahat berbaring.


Kesesuaian TFU dengan UK (UK = TFU dalam cm + 2 cm)
Peningkatan BB ibu (8-11 kg selama hamil)
USG atau NST (USG : ketuban, BB janin, plasenta, DJJ)
NST : DJJ, ketuban

7) Tanda-tanda bahaya kehamilan


Pada kehamilan lanjut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Perdarahan pervaginam
Sakit kepala yang hebat
Penglihatan kabur
Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Keluar cairan pervaginam
Gerakan janin tidak terasa
Nyeri perut yang hebat

8) Tanda-tanda persalinan
a) Timbul his persalinan dengan sifat :
i. Nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian
depan
ii. Teratur
iii. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya
iv. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
v. Mempunyai pengaruh pendataran dan pembukaan serviks
b) Keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir
c) Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong konyong dari jalan
lahir (asuhan kehamilan untuk kebidanan: 2011)
9) Personal hygiene
a) Kebersihan tubuh (bantu cegah infeksi)
b) Mandi dengan air bersih tiap hari
c) Membersihkan genetalia dengan air bersih secara lembut

58

d) Perempuan hamil (melindungi gigi dengan makanan berkalsium


dan dengan menghindari gula-gula)
e) Gosok gigi dengan hati-hati tiap kali sesudah makan dengan
sikat gigi yang lembut
f) Membersihkan permukaan gigi (depan dan belakang) antara gigi
dan di bawah gusi
g) Ke dokter gigi 1 x selama kehamilan
h) Perawatan payudara ibu hamil dengan pencucian tiap hari dan
menggunakan salep lanolin pada puting dianjurkan
i) Kuku dipotong tiap minggu selalu menjaga kebersihan
j) Selalu menjaga kebersihan kuku sebagai persiapan dalam
merawat bayi
k) Menjaga kebersihan vulva dengan cara :
l) Cebok setiap kali BAK/BAB
m)Ganti celana dalam 2-3 x sehari (celana dari bahan katun yang
penyerapannya baik sehingga kelembapan vagina terjaga)
n) Keramas 2-3 x seminggu dan mandi 2-3 x sehari membantu
mengurangi bau badan
o) Pada akhir kehamilan produksi kelenjar keringat/sebasea
menjadi meningkat atau lebih aktif sehingga ibu mengalami
gangguan bau badan
p) Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
q) Pakaian harus bersifat menahan bagian-bagian yang besar (buah
dada, perut, panggul)
r) Pakaian harus sesuai

dengan

iklim,

jangan

sampai

kedinginan/kepanasan
s) Hindari sepatu/sandal yang berhak tinggi
t) Hindari kaos kaki ketat (mengganggu peredaran darah ke kaki)
(Bobak, 2005)
10) Eliminasi
Konstipasi merupakan hal yang umum selama kehamilan karena
aksi hormonal yang mengurangi gerakan peristaltik dan pembesaran

59

uterus yang menahannya, waktu teratur, perbanyak konsumsi cairan


ekstra dan buah-buahan.
11) Aktivitas senam hamil
Senam hamil dimulai pada UK + 24-28 minggu, senam dianjurkan
pada ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit menyertai
yaitu jantung, penyakit ginjal, penyakit kehamilan (hamil dengan
perdarahan, gestesis, kelainan letak) dan kehamilan disertai anemia.
12) Tidur dan istirahat
Istirahat/tidurr siang :
Ibu hamil sebaiknya menyempatkan istirahat/tidur siang minimal +
1-2 jam perhari
Tidur malam :
Ibu hamil sebaiknya tidur malam + 7-8 jam perhari (Bobak, 2005)
13) Persiapan laktasi
Hal-hal yang harus dipersiapkan : perawatan payudara yang teratur,
nutrisi yang cukup, memakai BH yang menopang. Bila saat perawatan
payudara terdapat his kuat maka perawatannya harus segera
dihentikan, dukungan psikologis ibu dalam menghadapi persalinan
dengan tujuan agar ibu meyakini kemampuannya dan keberhasilannya
menyusui, pemeriksaan payudara, puting susu dan senam hamil.
14) Imunisasi
Batas akhir pemberian TT yaitu 2 minggu sebelum persalinan.
Vaksin TT dilakukan 2 x selama kehamilan selang 4 minggu, dosisnya
0,5 cc.

60

Antigen
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Tabel 2.6 Imunisasi


Interval
Lama Perlindungan
Pada kunjungan awal ANC
4 minggu setelah TT 1
3 tahun
6 bulan setelah TT 2
5 tahun
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
1 tahun setelah TT 4
25 tahun/seumur hidup

Ket : bila dalam waktu 5 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi
yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum. TT yang
diberikan jika anak terkecil berusia 3-5 tahun.
15) Seksual
Pada trimester III gairah seksual menurun drastis karena pengaruh
perut besar, nyeri tidak nyaman, cemas dan tegang. Hubungan seksual
selama hamil dengan syarat :
a)
b)
c)
d)

Tidak ada kontraindikasi dan kehamilan berjalan normal


Tidak ada riwayat abortus/prematur
Keduanya menginginkan
Jika kepala sudah masuk dalam rongga panggul (primipara :
usia akhir kehamilan, multipara : menjelang persalinan)
sebaiknya

hubungan

seksual

dihentikan

karena

dapat

menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.


16) Travelling
Syarat-syaratnya : UK 16-32 minggu, nutrisi (ditambah asupan
nutrisi), perjalanan harus nyaman. Perawat (lebih dari 32 minggu dicek
kesehatan, ada orang yang melindungi/mendampingi), UK < 16
minggu sebaiknya tidak melakukan travelling, sabuk pengaman pada
kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang
menonjol sehingga jika kendaraan menubruk sesuatu tekanan tidak
secara langsung mengenai rahim dan janin.(Bobak, 2005)

61

17) Kunjungan ulang


Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya, oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 4x kunjungan selama periode antenatal :
a) Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu)
b) Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28)
c) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36)
dan sesudah minggu ke-36.
Jadwal pemeriksaan ulang :
a) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
b)
c)
d)
e)

ketika haidnya terlambat 1 bulan


Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 8 bulan
Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 8 bulan
Periksa khusus bila ada keluhan (Asuhan kehamilan untuk

kebidanan: 2011)
b. Kebutuhan Psikologi pada kehamilan
i.Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Ini meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda
dan gejala akan terjadinya persalinan pada ibu.
ii.Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
III dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Trimester
III adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi
orang

tua,

keluarga

menduga-duga

apakah

bayinya

laki-

laki/perempuan dan akan mirip siapa, bahkan mereka juga memilih


c.

sebuah nama untuk bayinya.


Persiapan Saudara Kandung (Sibling rivalry)
Adalah rasa persaingan diantara saudara kandungakibat kelahiran

62

anak berikutnya, biasanya terjadi pada anak umur 2-3 tahun.


d. Dukungan Keluarga
Diharapkan keluarga terutama suami selalu member dukungan dan
kasih sayang , karena kadang kadang ibu dihadapkan pada situasi
yang menakutkan dan kesendirian terutama pada trimester III
sehingga bidan sangat berperan dalam memberikan pengertian ini
pada suami dan keluarga.
e. Perasaan Aman dan Nyaman selama kehamilan
Selama kehamilan ibu banyak mengalami ketidaknyamanan fisik
dan psikologi ,kondisi psikologi yang dialami ibu akan
berpengaruh pada perkembangan bayi. Tingkat kepercayaan ibu
terhadap bidan dan keluarga juga sangat mempengaruhi kelancaran
proses persalinan.
f. Persiapan Menjadi Orang Tua
Ini sangat penting dipersiapkan, karena setelah bayi lahir akan
banyak perubahan peran , bagi pasangan yang baru menikah dapat
konsultasi dengan orang yang mampu membagi pengalamannya,
bagi yang sudah punya anak dapat belajar dari pengalamannya
yang terdahulu . selain persiapan mental tak kalah pentingnya
adalah persiapan ekonomi.
g. Dukungan Dari Tenaga Kesehatan
Bagi seorang ibu hamil, bidan mempunyai tempat tersendiri
Harapan pasien dapat dijadikan teman terdekat dimana ia dapat
mencurahkan isi hati dan kesulitannya .

63

2.1.12 Konsep Dasar Ante Natal Care


1.

Pengertian
a. Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
b. Sebagai batasan pemeriksaan / pengawasan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan,
kala nifas, persiapan laktasi dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar. (Manuaba, ida ayu candranita, dkk : 2008)

2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)


a. Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan
ibu dan anak yang sehat.
b. Tujuan Khusus
1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpa dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Mnegenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin di
derita sedini mungkin.
3) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga
berencana.
4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan.

64

a. Pemeriksaan kehamilan pertama kali yang ideal adalah sedini


mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
b. Pemeriksaan ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
d. Periksa khusus bila ada keluhan. (Rustam, Mochtar, 2011)
4. Kebijakan Program
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan :
a. 1 kali pada triwulan pertama.
b. 1 kali pada triwulan kedua.
c. 2 kali dalam triwulan ketiga.
Pelayanan / asuhan standart minimal, termasuk 10 T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur Tekanan darah.
3) Ukur lingkar lengan atas (LILA)
4) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
5) Tentukan denyut jantung janin (DJJ)
6) Imunisasi tetanus toxoid (TT)
7) Memberikan tablet tambh darah
8) Laboratorium
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Golongan darah
HB
Protein urine
Kadar gula
Darah malaria
Sifilis
HIV
BTA

65

9) Tatalaksana/ penanganan kasus


10) Temu wicara
5. Kebijakan Teknis
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan.
c. Persiapan persalinan.
d. Perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
(Manuaba, ada ayu chandranita, dkk : 2008)
6. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Antenatal
1) Segi psikologis
Wanita hamil diharapkan selalu disertai perasaan aman dan tenang
dalam menghadapi kehamilan dan persalinannya yang akan dating
terutama para prinigravida dan para ibu yang pernah mendapat
dukungan moril dari petugas.
2) Segi Sosial
Para wanita hamil dari ekonomi rendah pada umumnya tergolong
dalam kategori besar karena kesehatannya biasanya terganggu oleh
gizi kurang, avitaminosis, dan berbagai penyakit menahun. Masa
antenatal merupakan masa yang tepat untuk memberi nasehat dan
penerangan pada para ibu mengenai pemeliharaan kesehatan ibu dan

66

anak juga waktu yang tepat untuk memberi motivasi kepada pasangan
suami istri melaksanakan Keluarga Berencana
3) Segi Medis
Perhatikan penyakit yang pernah dialami, sedang dialami karena
penyakit yang pernah dialami bisa kambuh lagi. Bila perlu
koordinasi/kolaburasi dengan dokter spesialis.
4) Segi Obstetric
Berhubungan dengan ini diketahui kelainan yang mungkin timbul
selama kehamilan, yaitu :
a) Hyperemesis gravidarum.
b) Tanda-tanda pre eklampsia menjadi eklampsia.
c) Kehamilan dengan pendarahan.
d) Kelainan letak, perlu dibetulkan saat hamil.
(Manuaba, ada ayu chandranita,dkk : 2008)
7.

Nasehat nasehat untuk ibu hamil

1) Makanan (diet) ibu hamil


Wanita hamil dan menyusui harus betul betul mendapat perhatian
susunan dietnya. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia,
abortus, partus prematurus, inertia uteri, perdarahan pasca persalinan,
sepsis peurperalis, dan lain lain. Sedangkan makan berlebihan dapat
menyebabkan obesitas, pre-eklamsi, janin besar dan sebagainya. Zat
zat yang diperlukan selama hamil ialah protein, karbohidrat, zat lemak,
mineral atau bermacam-macam garam terutama kalsium, fosfor, dan
zat besi, vitamin dan air.

21

67

Kebutuhan makanan sehari sehari ibu tidak hamil, ibu hamil dan ibu
menyusui.
Tabel 2.7 Kebutuhan makanan pada ibu tidak hamil, ibu hamil dan ibu
menyusui
Kalori dan zat makanan
Kalori
Protein
Kalsium (Ca)
Zat besi (Fe)
Vitamin A
Vitamin D
Tiamin
Riboflavin
Niasin
Vitamin C

Tidak hamil

Hamil

Menyusui

2.000
55 gr
0,5 gr
12 gr
5.000 IU
400 IU
0,8 mg
1,2 mg
13 mg
60 mg

2.300
65 gr
1 gr
17 gr
6.000 IU
600 IU
1 mg
1,3 mg
15 mg
90 mg

3.000
80 gr
1 gr
17 gr
7.000 IU
800 IU
1,2 mg
1,5 mg
18 mg
90 mg

(Rustam mochtar: 2011)

2) Merokok
Jelas bahwa bayi dari ibu-ibu perokok mempunyai berat badan
lebih lecil, karena itu wanita hamil dilarang merokok, karena nikotin
menyebabkan pembuluh darah plasenta mengalami vasokonstriksi dan
karbon monoksida mengaktifkan haemoglobin maternal dan janin yang
penting untuk mentransfer oksigen ke janin.
3) Obat-obatan
Jika mungkin hindari obat-obatan selama hamil trimester I.
Pengumuman obat baik legal (obat-obat bebas, missal Oskadon,
Mixagrip, tembakau, kafein, alcohol, obat yang diresepkan) maupun
illegal (mariyuana, kokain) harus dihindarkan karena banyak substansi
menembus plasenta dan menimbulkan efek merugikan pada janin yang
sedang berkembang.
4) Gerak badan

22

68

Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang masih


segar. Gerak badan ditempat:
a) Berdiri jongkok
b) Terlentang kaki diangkat
c) Terlentang perut diangkat
d) Melatih pernafasan
5) Kerja
Ibu boleh bekerja seperti biasanya, asalkan tidak terlalu berat dan tidak
mengganggu kehamilannya.
6) Pakaian
a) Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada
daerah perut.
b) Pakailah kutang yang menyokong payudara
c) Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi
d) Pakaian dalam yang selalu bersih
7) Bepergian
a) Jangan terlalu lama dan melelahkan.
b) Duduk lama statis vena (vena stagnates) menyebabkan trombo
flebitis dan kaki bengkak.
c) Bepergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya hipoksida
dan tekanan udara yang cukup dalam pesawat udara.
8) Istirahat dan rekreasi
Wanita pekerja harus sering istirahat, tidur siang ( 1-2 jam)
menguntungkan dan baik untuk kesehatan.Tempat hiburan yang

69

terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat
menyebabkan jatuh pingsan.
9) Mandi
Mandi diperlukan untuk kebersihan atau hygiene terutama
perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah.
10) Hubungan seksual
Hubungan seksual tidak dihalangi,kecuali bila ada sejarah.
a) Sering abortus atau premature
b) Perdarahan pervaginam
c) Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati
d) Bila ketuban sudah pecah koitus dilarang
e) Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi
uterus partus prematurus.
11) Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena
itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga
latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. (Mochtar, R. Edisi 2)
2.1.13 Emesis Gravidarum
1. Definisi
Emesis Gravidarum adalah keluhan umum yang disampaikan pada
kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan
hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormone esterogen,
progesterone, dan dikeluarkannya hormone chorionic gonadothropin
plasenta. Hormone-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis

70

gravidarum (Manuaba,2010;h 227)


Mual dan muntah terjadi 60-80% primi gravida dan 40-60 % multi
gravida. (Prawiroharjo,2006;h.275)
2. Penyebab Emesis Gravidarum
a. Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh peningkatan
hormon kelamin yang diproduksi selama hamil
b. Penyebab hampir dapat dipastikan karena kepekaan terhadap hormon
kehamilan. Tetapi, akan berlebihan jika calon ibu terlalu cemas atau
mengalami tekanan emosional. Mual di pagi hari lebih umum daripada
di saat yang lain, karena perut mengandung kumpulan asam gastrik
yang diendapkan semalaman.
c. Penyebabnya adalah perubahan hormon yang akan mengakibatkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan, terutama di pagi hari .
d. Perasaan mual dan muntah pada ibu hamil disebabkan karena selama
hamil muda pergerakan usus menjadi lambat, karena pengaruh
hormon hipofise.
e. Penyebab yang pasti masih belum diketahui diduga karena pengaruh
perubahan psikologis dan adanya pengaruh perubahan hormonal
selama kehamilan
(dr. Suparyanto, http://dr-suparyanto. blogspot.com)
3. Penyebab Mual Muntah di Pagi Hari
a. Pada bulan-bulan pertama kehamilan disebabkan meningkatnya
produksi hormone estrogen yang memancing peningkatan keasaman
lambung.
b. Jika frekuensi mual-muntah lebih sering di pagi hari, itu karena jarak
antara waktu makan malam dengan makan pagi cukup panjang,

71

sehingga perut kosong mengeluarkan asam lambung yang membuat


ibu merasa lebih mual.
c. Sel-sel plasenta (villi konalis) yang menempel pada dinding rahim
awalnya ditolak oleh tubuh karena dianggap sebagai benda asing.
Reaksi imunologik inilah yang memicu terjadinya reaksi mual
muntah.
d. Faktor Psikologis Ibu Hamil
Contohnya: Ibu hamil yang mengalami stress akibat kehamilan tidak
diinginkan bisa mengalami mual dan muntah, dalam tubuhnya terjadi
penolakan. Akhirnya timbul rasa mual
http://ibnuoktavian13.blogspot.com/2013/01/mual-muntah.html
4. Faktor Predisposisi Emesis Gravidarum
a.
b.
c.
d.

Primigravida
Hidramnion
Kehamilan Ganda
Mola Hidatidosa

(dr.Suparyanto,http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-emesis
gravidarum.html)

5. Tanda dan Gejala


Gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi
hari, disertai mual muntah sampai kehamilan 4 bulan (Manuaba,2010;h
227) Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang (Ai yeyeh, 2010
hl, 79)
a. Tanda-tanda emesis gravidarum berupa
Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah Mual dan muntah ini
terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula
terjadi setiap saat.
1) Nafsu makan berkurang

72

2) Mudah lelah
3) Emosi yang cenderung tidak stabil
http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/11/emesis-gravidarum.html
6. Penanganan
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang ibu hamil muda
yang selalu dapat disertai emesis gravidarum akan berangsur-angsur
berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan.
b. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur,
sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat.
c. Nasehat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering.
Makanan yang merangsang timbulnya mual dan muntah dihindari.
d. Obat-obatan, pengobatan ringan tanpa masuk rumah sakit pada emesis
gravidarum :
1) Vitamin yang diperlukan : (vitamin B kompleks, mediamer B6
sebagai vitamin dan antimuntah)
2) Pengobatan :
a) Sedativa ringan : luminal 3 x 30 mg (barbitural), valium
b) Antri mual muntah : Stimetil, primperan, emetrol dan lainnya.
7. Nasehat Pengobatan
a. Banyak minum air atau minuman lain
b. Hindari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi
lambung
8. Nasehat Kontrol Antenatal :
a. Pemeriksaan hamil lebih sering
b. Segera datang bila terjadi keadaan abnormal (Manuaba,2010)
2.1.14 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

73

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam


rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien. (Varney, 2007).
2. Tujuan
a. Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif, dan
terstandar pada ibu hamil dengan memperhatikan kebutuhan ibu dan
respon ibu.
b. Mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi selama kehamilan
3. Hasil yang diharapkan
Terlaksananya asuhan segera atau rutin selama kehamilan termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan terhadap tindakan segera baik oleh bidan maupun oleh dokter
atau melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta menyusun
rencana asuhan dengan tepat dan rasional berdasarkan

keputusan yang

dibuat pada langkah sebelumnya.


4. Langkah langkah Manajemen Kebidanan
Memanajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar yang berakhir
dengan evaluasi.
a. Langkah I Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

74

1) Anamnesa / pengumpulan data subyektif


Anamnesa dapat dilakukan terhadap ibu hamil itu sendiri (auto
anamnesa) dan bisa juga dilakukan terhadap keluarganya (allo
anamnesa)
Biodata
a) Nama
Yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari.
b) Umur
Dicatat dalam hitungan tahun terutama pada primigravida untuk
menentukan :
i.

Primigravida tua : bila hamil pertama pada usia > 35 tahun,


termasuk resiko tinggi karena otot-otot dasar panggul tidak
elastis lagi sehingga

mudah terjadi penyulit pada waktu

persalinan dan penyakit kehamilan,


ii.

missal pre-eklamsia.

Primigravida muda : bila hamil pertama pada usia < 20 tahun,


termasuk resiko tinggi karena fungsi alat reproduksi belum
sempurna dan psikologis ibu masih belum matur.

c) Alamat
Ditanyakan

untuk

maksud

mempermudah

hubungan

bila

diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat


tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien / klien dan
lingkungannya.

75

d) Pekerjaan pasien / klien


Ditanyakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien / klien
i. Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien
ii. Pendidikan pasien / klien
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektual. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
iii. Status perkawinan
Ditanyakan pada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah
kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan
beberapa kalinya dan berapa lama menikah
e) Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien /
klien datang kepada bidan
f) Riwayat Menstruasi
Informasi mengenai haid amat penting untuk memperhitungkan
kehamilan dan perkiraan persalinannya. Memperkirakan tanggal
persalinan dapat dilakukan bila diketahui dengan pasti hari
pertama haid terakhir (HPHT) dengan rumus Neagle sebagai
berikut :
Tanggal TPHT ditambah 7, bulan ditambah 9 (atau bulan

76

dikurangi 3 dan tahun ditambah 1).


Selain HPHT perlu ditanyakan pula :
i. Umur menarehe
ii. Siklus menstruasi
iii. Lamanya menstruasi
iv. Banyaknya darah yang keluar
v. Dismenorrhoe / keluhan-keluhan yang dirasakan selama haid
dan lain-lain.
g) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Mengenai riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang perlu
ditanyakan adalah sebagai berikut :
i. Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravida), P (para), A
(abortus), H (hidup)
ii. Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat
melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan (sponran,
dengan vacuum ekstraksi, foreep atau operasi).
Masalah gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan seperti perdarahan, letak sungsang, letak lintang,
pre-eklamsi, eklamsia, infeksi uterus, infeksi saluran kemih.
iii. Nifas mengalami panas atau tidak, perdarahan dan bagaimana
tentang laktasinya.
h) Riwayat kelahiran anak, mencakup :
i. Berat bayi sewaktu lahir
ii. Kelainan bawaan bayi
iii. Jenis kelamin bayi

77

iv. Status bayi yang dilahirkan (hidup atau mati)


Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang
Bila bayi meninggal, apa penyebab kematiannya.
i)

Riwayat Ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan yang
perlu ditanyakan mencakup :
i. Infertilitas
ii. Penyakit kelamin
iii. Tumor atau kanker system reproduksi
iv. Operasi ginekologis

j)

Riwayat Keluarga Berencana


Perlu ditanyakan kepada ibu yang mengikuti atau pernah
mengikuti Keluarga Berencana, sebagai berikut :
i.

Jenis kontrasepsi yang digunakan.

ii.

Efek samping

iii.

Alasan penghentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)

k) Riwayat kehamilan sekarang


Pertanyaan tentang riwayat kehamilan ditujukan kepada ibu
hamil, pertanyaan tersebut mengalami :
i. waktu mendapat haid terakhir
ii. keluhan yang berkaitan dengan kehamilan seperti sakit kepala
mual dan lain-lain.
l)

Riwayat penyakit yang lalu


Ditanyakan untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan

78

masalah yang dihadapi oleh pasien / klien.


m) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.
Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup penyakit
kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, penyakit yang
menyebabkan kematian bapak atau ibu yang telah meninggal
n) Riwayat social budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien / klien perlu
ditanyakan antara lain :
i.

Jumlah anggota keluarga

ii.

Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga

iii.

Pendangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan

iv.

Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan

v.

Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan

vi.

Pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan nifat

2) Pengumpulan data obyektif


Data obyektif dari pasien / klien dapat dikumpulkan melalui
beberapa cara, yaitu dengan :
a) Pemeriksaan fisik untuk mengumpulkan data keadaan fisik pasien
/ klien baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan.
b) Pemeriksaan khusus yang berkaitan dengan kehamilan dan system
reproduksi, misalnya pemeriksaan Leopold dan pemeriksaan dalam
(vegina)

79

c) Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mendukung penegakan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium,
roentgen, USG.
d) Pemeriksaan umum, mencakup :
Langkah awal pemeriksaan fisik adalah pengamatan keadaan
umum pasien / klien.
i. Postur tubuh

: gemuk atau kurus, tinggi atau pendek,


perut tampak lebih besar atau tidak.

ii. Gerakan tubuh

: cara berjalan, berdiri, duduk, bicara, posisi


A nggota badan, lemah, menggigil, sesak .

iii. Mengukur tinggi dan berat badan


Tujuan pengukuran berat dan tinggi badan adalah untuk
memastikan kesan umum terhadap tubuh pasien / klien ,
terutama mengenai derajat kegemukannya. Berat badan dicatat
dalam ukuran kilogram dan tinggi badan dalam ukuran cm.
iv. Pengukuran temperature, tekanan darah dan denyut nadi.
Perbedaan suhu, tekanan darah dan denyut nadi dari normal
akan menunjukkan adanya ganngguan kesehatan di dalam tubuh
pasien.
Tekanan darah harus diukur setiap kali pemeriksaan
kehamilan.
Adanya kenaikan sistolik melebihi 30 mml lg dan kenaikan
diastolic 15 mml lg atau tekanan darah melebihi 140/90 mml lg
harus diwaspadai sebab keadaan itu merupakan salah satu gelaja

80

pre-eklamsia
e) Pemeriksaan khusus, mencakup :
Periksa pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien.
Diperhatikan bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara
berjalannya, apakah cenderung membungkuk, terdapat ordosis,
kiposis, sekoliosis atau berjalan pincang dan sebagainya. Setelah
itu pasien diminta berbaring ditempat yang telah disiapkan.
Pemeriksaan berurutan dari rambut ke kaki.
i. Rambut
Observasi warna rambut, jumlah, panjang dan bentuknya,
ketombe, kerontokannya.
Palpasi kelembaban rambut
ii.

Tempurung kepala
Observasi bentuk, benjolan
Palpasi bilatampak benjolan untuk mengetahui besar, bentuk,
kekenyalan dan mobilitasnya.

iii. Mata
Observasi terutama konjungtiva, apakah pucat, kering atau
tampat bereak betol, kelainan visus ttterutama rabun senja.
iv. Telinga

Observasi daun telinga, liang telinga, dan gendang telinga,


apakah tampak kelainan atau tidak.

v.

Hidung

81

Observasi batang hidung, lubang dan liang hidung, apakah


ada kelainan atau tidak ?
vi.

Muka

Observasi kulit wajah, apakah ada chloasma gravidarum ?


apakah pucat ?

vii. Mulut

Observasi bibir dan rongga mulut, apakah bibir kering atau


pucat ? warna rongga mulut? Sariawan? Atau bau mulut?

Observasi lidah untuk mengetahui bentuk dan warnanya,


apakah ada sariawan?

viii. Geligi

Observasi gigi dan gusi, apakah ada caries, gigi palsu, gigi
yang hilang, infeksi gigi, sariawan?

ix. Leher

Observasi bentuk dan ukuran leher.

Palpasi glandula thyroidea dan glandula limfe. Bila


ditemukan benjolan dilakukan palpasi untuk mengetahui
besarnya, kekenyalan dan mobilitas bila digerakkan.

x. Dada dan aksila


i.

Dinding thotaks
Observasi bentuk thoraks.
Palpasi dilakukan bila ada kelainan seperti benjolan

5. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi / periksa pandang.

82

Periksa pandang dimulai sejak bertemu dengan pasien. Diperhatikan


sikap tubuh, cara berjalannya, apakah cenderung membungkuk,
terdapat lordosis, kyphosis, scoliosis, atau berjalan pincang. Setelah
itu pasien diminta berbaring dan pemeriksaan dilakukan berurutan
mulai dari rambut ke kaki ( head to tode )
b. Periksa raba (palpasi)
Pemeriksaan raba pada perut dilakukan dengan posisi pasien
berbaring, terlentang. Pemeriksa berada disebelah kanan pasien dan
menghadap ke muka pasien.
Dari periksa raba dapat ditentukan :
a) Usia kehamilan
b) Bagian bagian janin dalam rahim
c) Letak janin dalam rahim
d) Sampai dimana bagian terdepan janin masuk dalam panggul
e) Ada atau tidaknya keseimbangan antara ukuran kepala janin
dengan panggul.
f) Janin tunggal atau kembar.
Macam macam teknik palpasi :
a. Menurut Leopold
b. Menurut Budin
c. Menurut Ahfeld
d. Menurut Knebel
1)

Palpasi menurut Leopold terbagi menjadi 4 bagian :


Palpasi dapat dilaksanakan dengan cara Leopold, yaitu :

83

a)

Leopold I a

Untuk menentukan tingginya fundus uteri dan tuanya


kehamilan.
Caranya :
i. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien dan
menghadap ke muka pasien.
ii. Pasien diminta menekuk lututnya sedikit.
iii. Kedua belah tangan meraba bagian samping dan fundus
uteri dengan memanfaatkan kepekaan telapak jari-jari
tangan.
iv. Rahim diketengahkan kemudian tangan kanan diletakkan
pada fundus uteri dan tentukan batasnya dengan jari
tangan kiri.
Tinggi fundus uteri menurut tuanya kehamilan dalam minggu :
Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari atas symphisis
Akhir bulan IV (16 minggu) fundus uteri pertengahan antara
symphisis pusat.
Akhir bulan V (20 minggu) fundus uteri 3 jari bawah pusat.
Akhir bulan VI (24 minggu) fundus uteri setinggi pusat.
Akhir bulan VII (28 minggu) fundus uteri 3 jari atas pusat.
Akhir bulan VIII (32 minggu) fundus uteri pertengahan antara
processus xyphoideus - pusat.
Akhir bulan IX (36 minggu) fundus uteri sampai arcus costarum

84

atau 3 jari bawah processus xyphoideus.


Akhir bulan X (40 minggu) fundus uteri pertengahan antara
processus xyphoideus pusat.
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin
dalam kandungan :
a. Dihitung dari tanggal haid terakhir
b. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup
(quickening).
c. Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari
symphisis,

maka diperoleh :
22-28 mg 24-25 cm

di atas simfisis

28 mg

26, 7 cm

di atas simfisis

30 mg

29,5-30 cm

di atas simfisis

32 mg

29,5-30 cm

di atas simfisis

34 mg

31 cm

di atas simfisis

36 mg

32 cm

di atas simfisis

38 mg

33 cm

di atas simfisis

41

mg

37,7 cm

di atas simfisis

d. Menurut Mac Donald yaitu jarak fundus uteri simfisis dalam cm dibagi
3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
e. Rumus Johnson - Tausak
Tafsiran berat janin (TBJ) = (MD 12) x 155
MD = jarak simfisis fundus uteri

85

1)

Leopold I b
Untuk menentukan bagian apakah dari janin yang terdapat dalam
fundus uteri.

Caranya :
a) Setelah Leopold Ia langsung jari-jari kedua tangan menggoyang
atau menekan fundus uteri secara bergantian.
b) Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting.
c) Sifat bokong lunak kurang bundar dan kurang melenting.
Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di
fundus dan tangan lain di atas simfisis. Secara bergantian satu
tangan memfiksis dan tangan yang lain menggoyang-goyangkan
untuk membandingkan antara kepala dan bokong.
2)

Leopold II a
Untuk menentukan batas samping rahim atau situs janin
membujur atau melintang.

Caranya :
a) Pemeriksa masih berdiri di samping kanan pasien.
b) Kaki pasien ditekuk.
c) Kedua tangan kita menekan bagian samping kanan dan kiri perut
ibu :
i. Membujur apabila sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu.
ii. Melintang apabila sumbu janin tegak lurus dengan sumbu ibu.
3)

Leopold II b

86

Bila situs membujur untuk menentukan punggung janin dan bila


situs melintang untuk menentukan kepala.
Cara : Tangan satu menekan dinding perut ke samping dan tangan
yang lain meraba dan menekan dengan lembut bila terasa tahanan
lebih keras dan memanjang seperti papan pada salah satu sisi,
kesimpulannya adalah punggung.
Apabila terjadi kesulitan pada Leopold II b, bisa menggunakan
cara Budin dan Ahlfeld.
a) Cara Budin yaitu :
i. Satu tangan (tangan kiri) diletakkan pada fundus uteri
mendorong ke bawah seluruh uterus agar punggung lebih
membungkuk dan mendekati dinding rahim.
ii. Tangan yang lain (tangan kanan) meraba perbedaan perabaan
Perut sebelah kanan dan kiri.
b) Cara Ahlfeld yaitu :
i. Pinggir luar tangan kiri di letakkan tegak di atas perut, kirakira di daerah pusat dan menekan ke bawah ke arah
punggung ibu agar anak terdorong kesamping ke salah satu
sisi sehingga punggung lebih jelas teraba.
4)

Leopold III
Untuk menentukan bagian apakah dari janin yang terdapat
pada bagian bawah dalam rahim.
Cara :
a) Dipergunakan satu tangan saja.

87

b) Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya.


c) Bila benar, keras, melenting adalah kepala.
d) Bila lunak, kurang bundar, kurang melenting adalah bokong.
Apabila kesulitan dalam Leopold III, bisa dengan cara Knebel.
5)

Leopold IV
Selain untuk mengontrol Leopold III juga untuk menentukan
apakah bagian bawah anak sudah masuk pintu atas panggul atau
belum.

Caranya :
a) Pemeriksa membelakangi pasien, menghadap ke kaki pasien.
b) Kedua tangan diletakkan pada kedua sisi bagian bawah rahim.
c) Raba dengan sedikit penekanan, jari-jari saling mendorong
untuk mengontrol Leopold III.
d) Raba dengan sedikit tekanan apakah terasa bagian terdepan
janin telah masuk PAP / belum.
e) Bila jari-jari tangan saling bertemu (convergent) berarti bagian
terbawah janin belum masuk PAP.
f) Bila jari-jari kedua tangan saling menjauh (divergent) berarti
bagian bawah janin sudah masuk PAP.
c.

Auskultasi / periksa dengar

Tujuan :
a) Mengetahui ada tidaknya Djj (tanda pasti hamil, bila terdengar
DJJ ).

88

b) Mengetahui frekuensi dan irama Djj (anak sehat atau


kekurangan oksigen) DJJ normal 120 160 x / menit dengan
punktum maksimum kiri atau kanan bawah , kiri atau kanan
atas.
Macam-macam bunyi yang dapat didengar pada waktu melakukan
auskultasi :
1) Berasal dari anak
a) Bunyi jantung anak ( DJJ )
b) Bising tali pusat, bunyi seperti tiupan karena tali pusat
tertekan.
c) Gerakan anak : seperti pukulan dari dalam rahim
2) Berasal dari ibu
a)

Bising rahim : bersifat bising dan frekuensi sama dengan


nadi ibu

b)

Bunyi aorta : denyutan sama dengan nadi ibu.

c)

Bising usus : sifat tidak teratur karena adanya udara


dan
cairan dalam usus ibu.

d. Pemeriksaan Panggul
Tujuan :
Untuk mengerahui keadaan panggul ibu hamil apakah terdapat
kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit
persalinan. Indikasi pemeriksaan panggul pada ibu hamil :
Primi gravida dan multi gravida bila persalinan yang lalu

89

mengalami partus premature, immature, abortus, persalinan buatan.


e. Pengukuran panggul luar
Alat untuk mengukur ukuran panggul luar yang paling sering
digunakan adalah jangka panggul dari Martin.
Ukuran-ukuran panggul luar :
a) Distantia spinarum
Jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri.
Ukuran normal : 2326 cm.
b) Distantia cristarum
Jarak terjauh anatara krista illiaka kanan dan kiri.
Ukuran normal : 2629 cm.
c) Boudeloque / konjugata eksterna
Diukur dari pertengahan tepi atas simfisis processus spinosus
ruas tulang lumbal V yang didapat dari pertengahan antara
spina illiaka posterior superior di tambah 3 jari ke atas.
Ukuran normal : 1820 cm
d) Distantia spina illiaka posterior superior
Jarak antara spina illiaka posterior superior kana dan kiri
Ukuran normal : 810 cm.
e) Distantia tuberum
Jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri.
Ukuran normal : 10,511 cm.
f) Lingkar panggul
Diukur mulai pertengahan tepi atas symphisis ke pertengahan

90

antara spina illiaka anterior superior dan trochantor mayor


kembali ke pihak yang sama di sisi yang lain. Ukuran
normal : 8090 cm.
Tanda-tanda yang menimbulkan persangkaan panggul sempit :
1) Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.
2) Pada multipara jika dalam anamnesa, ternyata persalinan yang
dulu sukar (riwayat obstetri yang jelek).
3) Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua.
4) Badan ibu menunjukkan kelainan seperti kyphose, scoliose, kaki
pincang, cebol.
5) Kalau ukuran panggul luar sempit.
Kita biasanya memeriksa dan mengukur panggul sekali dalam
kehamilan ialah dengan toucher karena ukuran-ukuran dalam lah
yang menentukan jalan lahir. Biasanya dilakukan pada
kehamilan 8 bulan.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratoritun pada ibu hamil trimester III perlu
dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala penyakit secara dini,
misalnya :
1) Pemeriksaan urine lengkap
a) Urine albumin
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada air
kemih (adanya albumin dalam urine), misalnya : gejala preeklampsia, penyakit ginjal, radang kandung kencing.
b) Urine reduksi

91

Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, sehingga dapat


mendeteksi adanya penyakit DM pada ibu hamil yang
merupakan faktor resiko dalam kehamilan maupun persalinan.
1) Protein urine/urine albumin
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine.
Negatif

: Tetap jernih

: Tampak keruh

+ +

: Kekeruhan nyata dengan butir-butir halus

+ + +

: Tampak gumpalan-gumpalan nyata

+ + + + : Gumpalan-gumpalan besar atau membeku


2) Urine reduksi
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
Negatif : Tetap biru atau hijau jernih
+

: Hijau kekuning-kuningan dan agak keruh

+ +

: Kuning keruh

+ + +

: Jinggah keruh

+ + + + : Merah keruh / merah bata


2. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb yang dilakukan pada ibu hamil untuk
mendeteksi faktor resiko kehamilan. Bila kadar Hb ibu < 1()
gr% berarti ibu dalam keadaan anemia, apalagi bila kadar Hb
< 8gr% berarti ibu anemia berat. Keadaan yang menyebabkan
anemia pada ibu hamil antara lain :
a. Status nutrisi ibu atau keluarga buruk.

92

b. Ibu cacingan.
c. Ibu menderita penyakit kronis seperti TBC, kelainan
darah, perdarahan, dsb. (Menkes, 2007)
f. Diagnosa / Ikhtisar Pemeriksaan
Setelah selesai pemeriksaan kita temukan diagnosa dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut :
1) Hamil atau tidak.
2) Primi atau multi gravida.
3) Tuanya kehamilan.
4) Anak hidup atau mati.
5) Anak tunggal atau kembar.
6) Letak anak.
7) Anak intra uterin atau ekstra uterin.
8) Keadaan jalan lahir.
9) Keadaan umum penderita.
g. Prognosa
Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan harus
dapat kita membuat prognosa atau ramalan persalinan, artinya kita
berusaha meramalkan apakah persalinan kira-kira akan berjalan dengan
biasa atau sulit dan

berbahaya. Ramalan ini perlu untuk menentukan

apakah penderita harus bersalin di rumah sakit atau boleh dirumah,


apakah harus dipimpin dokter ahli atau oleh

bidan, apa yang harus

disediakan supaya persalinan dapat berlangsung dengan


untuk ibu dan anak (misalnya darah). (Menkes, 2007)

selamat

93

h. Terapi (Pengobatan)
1)

Tujuan dari terapi pada wanita hamil ialah


untuk mencapai taraf
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam kehamilan dan
menjelang persalinan.

2) Yang paling sering memerlukan pengobatan dan atau parawatan


ialah :
a) Anemia.
b) Penyakit defisiensi lainnya seperti hypovitaminose.
c) Perdarahan dalam kehamilan.
d) Kelainan letak.
e) Toxemia gravidarum.
f) Kegelisahan menjelang persalinan.

Langkah II

Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah


berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telahdikumpulkan.

Langkah III

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi


masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa / masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada
dan bersiap siap mencegah diagnosa / masalah potensial ini menjadi

94

benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan


yang aman.

Langkah IV

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter


dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses menajemen kebidanan.

Langkah V

Menyusun kebutuhan terhadap tindakan segera

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan


oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajeman terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date. Serta s esuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien.

Langkah VI

Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan


dilaksanakan secara efisien dan aman. Bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya,
walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab

95

untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Langkah VII Mengevaluasi


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan
untuk menilai kriteria hasil yang dicapai apakah sesuai dengan tujuan
atau tidak. Sejauh mana tujuan dicapai sesuai dengan kriteria keberhasilan.
Dalam evalusi dihasilkan catatan perkembangan sesuai dengan kriteria
waktu yang sudah ditentukan.
Pendokumentasian Asuhan kebidanan dan Catatan perkembangan dicatat
dalam bentuk SOAP :
S : Subyektif
Merupakan data/ informasi yang diperoleh dari keluhan klien.
O : Obyektif
Merupakan data / informasi yang diperoleh dari pemeriksaan
oleh tenaga kesehatan.
A : Assesment
Merupakan penilaian yang disimpulkan dari data subyektif dan
obyektif.
P : Planning
Merupakan tindakan kebidanan yang dibuat sesuai masalah klien
(Menkes. 2007)

2.1.15 KSPR (Kartu Skor Poedji Rochyati)

96

Gambar 2.1 KSPR (Kartu Skor Poedji Rochyati)

Kartu skor digunakan sebagai alat rekam kesehatan dari ibu hamil
berbasis keluarga. Format KSPR disusun sebagai kombinasi antara ceklis dan
sistim skor. Ceklis dari faktor resiko ada 20 : kelompok I terdiri dari faktor
resiko, kelompok II terdiri dari 8 faktor resiko dan kelompok III terdiri dari 2
faktor resiko. (Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2008)
Eka Sistim skor : tiap faktor resiko ada gambar masing-masing dengan
tertulis skor 4 dan 8 (Bekas Operasi Sesar, Letak Sungsang, Letak Lintang,
Perdarahan Antepartum, dan Preeklamsia Berat/Eklamsia). (Manuaba, Ida
Ayu Chandranita, dkk. 2008)
Menurut Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. (2008). Kartu skor
mempunyai 5 fungsi :

97

a. Skrining antenatal/deteksi dini faktor resiko pada ibu hamil resiko


tinggi.
b. Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan.
c. Pencatat kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai
ibu/bayi.
d. Pedoman untuk memberi penyuluhan.
e. Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB.
Adapun penjelasan dari gambar KSPR (Kartu Skor Poedji Rochyati),
yaitu:
a. Halaman depan : kiri dan kanan
b. Kiri atas : Identitas ibu hamil, diisi pada kontak pertama : 1) nama, 2)
umur, 3) pendidikan, 4) pekerjaan, 5) kehamilan keberapa, dan riwayat
kehamilan yang lalu, 6) tanggal hari pertama dari haid terakhir, 7)
tanggal dan bulan dari perkiraan persalinan. Identitas suami : 1)
pendidikan, dan 2) pekerjaan.
c. Kiri tengah : Isian digunakan untuk melakukan skrining/deteksi dini
dari masalah/faktor resiko, skor dari faktor resiko yang ditemukan dan
jumlah skor.
d. Bagian terbagi dalam 4 kolom I-IV :
1) Kolom I : kelompok faktor resiko I, II, dan III
2) Kolom II : nomor urut dari masalah/faktor resiko 1-20
3) Kolom III : skor awal ibu hamil
4) Kolom IV: pemantauan terhadap ibu hamil selama kehamilan:

98

a) Tanggal dan bulan pada tiap kontak ditulis diatas umur


kehamilan yang sesuai: kontak pada trimester I, trimester II,
dan dua kali pada trimester III.
b) Tanggal dari rencana kontak berikutnya juga segera ditulis pada
kolom umur kehamilan berikutnya. Tanggal ini ditulis juga
dalam buku catatan ibu hamil untuk membantu memudahkan
mengingat kapan kontak berikutnya kapan harus dilaksanakan.
c) Berisi nilai skor awal 2 untuk semua ibu hamil. Skor untuk
masing masing faktor resiko adalah 4 atau 8.
d) Untuk pemberian pencatatan skor pada tiap kontak. Terdapat 4
kolom kecil untuk pengisian skor dari faktor resiko yang
ditemukan pada tiap kontak dengan ibu hamil oleh petugas
kesehatan / PKK.
e. Jumlah Skor
Untuk mengisi jumlah skor pada tiap kotak, jumlahkan skor awal
dari ibu hamil dan skor dari faktor resiko yang ada pada waktu kontak
yang sama. (Rochjati, Poedji. 2006)
Menurut Poedji Rochjati, kehamilan beresiko tinggi adalah sebagai
berikut :
1) Primipara muda usia kurang dari 16 tahun.
2) Primipara tua usia lebih dari 35 tahun.
3) Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari 5 tahun.
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm.

99

5) Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah


persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan
tindakan [ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, seksio sesarea],
preeklamsia/eklamsia,

gravida

serotinus,

kehamilan

dengan

perdarahan antepartum)
6) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.
f. Macam masalah/faktor resiko pada ibu hamil, ada 20.
1) Nomor

urut

1-10:

kelompok

1,

Ada

potensi

Gawat

obstetrik/APGO, 7 Terlalu dan 3 pernah


Kondisi ibu hamil/ faktor resiko yang berhubungan dengan
umur, paritas dan riwayat persaalinan yang lalu, yaitu primi muda (
terlalu muda, hamil 1 16 th), primi tua ( telalu tua, hamil 1 35
th dan terlalu lambat hamil 1, kawin 4 th), terlalu cepat hamil lagi
( < 2 th), primi tua sekunder ( terlalu lama hamil lagi, 10 th),
grande multi ( terlalu banyak anak, 4 atau lebih), terlalu tua umur
ibu 35 th, tinggi badan terlalu pendek 145 cm, riwayat obstetrik
jelek ( pernah gagal kehamilan yang lalu), pernah melahirkan
dengan tindakan bukan operasi ( tarikan tang / vakum, uri dirogoh,
diberi infus atau transfusi), pernah operasi sesar. Faktor resiko
yang ditemukan di cocokkan dengan gambar pada nomor yang
sesuai dengan faktor resiko, diberi skor 4 dan khusus untuk bekas
seksio 8. Faktor resiko No. 1-10 mudah ditemukan melalui tanya
jawab dan periksa pandang terhadap ibu hamil pada kotak 1 pada
kehamilan muda oleh ibu hamil, suami, keluarga, PKK, dukun,

100

tenaga kesehatan/ bidan di desa.


2) Nomor urut 11-18: Kelompok II, Ada Gawat Obstetrik/AGO, 8
faktor resiko
Penyakit pada ibu hamil, bengkak pada tungkai muka dan
tekanan darah tinggi, hamil kembar, hidramnion, bayi mati dalam
kandungan, kehamilan lebih bulan, letak sungsang, dan letak
lintang. Skor: diberi 4, kecuali letak sungsang dan letak lintang
diberi skor 8. Bila tenaga non-kesehatan, PKK atau dukun
menduga adanya suatu faktor resiko misalnya hamil kembar,
dirujuk kebidan, kemudian bidan memeriksa, bila betul baru diberi
skor bersama-sama dengan bidan.
3) Nomor urut 19-20: kelompok III, Ada gawat darurat obstetrik/
AGDO (Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2008)

2.2 Konsep dasar persalinan normal


2.2.1 Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan
cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi
belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu. Serta
dengan tenaga ibu sendiri. (Sarwono, 2008)
Persalinan adalah kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan
penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat di keluarkan.
(heffne,2006)

101

Inpartu: Seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus


biasa atau patus normal atau spontan adalah bayi lahir dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat ataupun pertolongan istimewa serta
tidak melukai ibu maupun bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam. (Sarwono, 2009).
Jadi Inpartu adalah: Seorang wanita yang partus spontan dan normal
tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa yang berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam.
(asuhan kebidanan persalinan, J.S sondakh Jenny, 2)
2.2.2 Tanda dan Gejala Inpartu
1. Terjadinya his perslinan
Sifat his persalinan adalah:
a. Pinggang terasa sakit dan menjalar ke deoan.
b. Sifatnya teratur,interval semakin pendek,dan kekuatan makin besar.
c. Makin beraktifitas(jalan),kekuatan akan semakin bertambah.
2. Pengeluaran lendir darah
Terjadinya his pada persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan
serviks yang akan menimbulkan:
a. Pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
c. Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darh pecah.
3. Pengeluaran cairan

102

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian


besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban, di harapkan proses persalinan akan berlangsung kurang
dari 24 jam.
4. Hasil hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam
a. Pelunakan serviks
b. Pendataran serviks
c. Pembukaan servik
( asuhan kebidanan persalinan, J.S Sondakh Jenny)
2.2.3 Tanda Mulainya Persalinan
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya
kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya proses persalinan,
Walaupun hingga kini belum dapat di ketahui dengan pasti penyebab
terjadinya persalinan.
1. Teori penurunan progesterone
Kadar hormon progesterone akan mulai menurun pada kira-kira 1-2
minggu sebelum persalinan dimulai.(prawiroharjo 2007:181)
Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan,yaitu:
a. Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi.
b. Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian otot-otot
yang saling bertautan.
c. Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks,yaitu
pemendekan saluran serviks dan panjang sekitar 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar dengan tepi hamper setipis kertas.

103

d. Peritoneum yang berda di atas fundus mengalamiperegangan.


2. Teori peregangan
Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami penegangan
akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemiasehinggan
mungkin dapat menjadi factor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami
degarenasi. ketika uterus berkrotraksi dan menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hodro static kantong amnion akan melebarkan
saluran serviks.
3. Teori oksitosin interna
Hipofisis

posterior

menghasilkan

hormone

oksitosin.adanya

perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat


mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan
terjadinya kontraksi uterus yang di sebut Braxton Hicks .penurunan kadar
progesterone karena usi kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan
aktivitas oksitocyn meningkat.
(Jenny J.S Sondakh:2013)
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pesalinan
Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya proses
persalinan adalah penumpang(passenger), jalan lahir (passage), kekuatan
(power), posisi ibu (positioning), dan respon psikologis (psychology
response). masing-masing dari factor tersebut dijelaskan berikut ini.
1. Penumpang (passenger)

104

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.hal-hal yang


perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada
plasenta adalah letak, besar dan luasnya.
2. Jalan lahir (passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan lunak. hal hal
yang perlu diperhatikan dari jaln lahir keras adalah ukuran dan bentuk
tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak
adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar
panggul, vagina dan introitus vagina.
3. Kekuatan (power)
Faktor kekuatan pada persalinan di bagi ats dua, yaitu:
a. Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan di
hantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain
frekuensi, durasi, dan insensitas kontraksi.kekuatan primer ini
mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga
janin turun.
b. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu
berkontraksi dan mendorong isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan
tekanan intra abdomen. tekanan ini menekan uterus pada semua sisi
dan menambah kekuatan dalam mendorong kelur.kekuatan sekunder

105

tidak mempenagruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks


lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendoerong
keluar dari uterus dan vagina.
4. Posisi ibu (positioning)
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk
menghilangkan rasa letih , memberi rasa nyaman,dan memperbaiki
sirkulasi. Posisi tegak (contoh : posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok)

memberi

sejumlah

keuntungan,

salah

satunya

adalah

memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.selain itu,


posisi ini di anggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.
5. Respon psikologi (psychology response )
Respon psikologi dapat di pengaruhi oleh:
a. Dukungan ayah bayi/ pasanagan Selma proses persalinan.
b. Dukungan kakek-nenek (saudar dekat)selama persalinan.
c. Saudara kandung bayi selama persalinan.
(asuhan kebidanan persalinan, J.S Sondakh Jenny)
2.2.5 Tahapan persalinan
Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II
(kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV (kala
pengawasan /observasi /pemulihan).
1. Kala I (kala pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai
pembukaan lengkap (10 cm).proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:

106

a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.


b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam,serviks membuka dari 4 cm
sampai 10 cm,kontraksi lebih kuat dan sering,dibagi dalam 3 fase:
1) Fase akselerasi

: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase delerasi

: pembukaan menjadi lambat sekali,

dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.


Proses di atas terjadi pda primi garvida ataupun multi gravida, tetapi
pada multigarvida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primi
gravida, kala I berlangsung kurang lebih 12 jam, sedangkan pada
multigravida kurang lebih 8 jem.
2. Kala II (Kala pengeluaran janin)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
a. His semakin kuat,dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I ,ketuban pecah yang di tandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan akibat tertekannya pleksus franken hauser.
d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi:
1) Kepala membuka pintu.

107

2) Subokciput

bertindak

sebagai

hipomoglion,kemudian

secara

berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta


kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan ikuti oleh putar paksi luar,yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Kepala putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi di tolong
dengan cara
1) Kepala di pegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian
ditarik dengan menggunakan curam kebawah untuk melahirkan
bahu deapan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir ,ketiak di kait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
3) Bayi lahir diikututi oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1
jam .
3. Kala III (pelepasan plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini:
a. Uterus menjadi bundar
b. Uterus terdorong keatas karena plasenta di lepas ke segmen bawah
rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba.

108

Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan tekhnik dorso kranial.


Pengeluaran selaput ketuban. selaput janin biasanya lahir dengan mudah,
namun kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang tertinggal, bagian
tertinggal tersebut dapat dikeluarkan dengan cara:
a. Menarik pelan-pelan
b. Memutar atau memilinnya seperti tali
c. Memutar pada klem
d. Manual atau digital
Plasenta dan selaput ketuban harus di periksa secara teliti setelah
dilahirkan. Apaka setiap bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap.
Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada
normalnya memiliki 16-20 kotiledon,permukaan vetal,apakah terdapat
tanda-tanda plasenta suksenturia. jika plasenta tidak lengkap,

maka

disebut ada sisi plasenta. keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan yang
banyak dan infeksi.
Kala III terdiri dari 2 fase,yaitu:
1. Fase pelepasan plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain:
a. Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung.

cara ini

merupakan cara yang paling sering terjadi (80 %). Bagian yang lepas
terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian tengah,

109

kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada


sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir.
b. Duncan
Berbeda dengan sebelumnya,pada cara ini lepasnya plasenta mulai
dari pinggir 20 %, darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban
pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
2. Fase pengeluaran plasenta
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plesenta adalah:
a. Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas syimpisis, tali
pusat ditegangkan, maka bila tali pusat ditegangkan, maka bila tali
pusat masuk berarti belum lepas, jika diam atau maju berarti sudah
lepas.
b. Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas. (cara ini tidak
digunakan lagi)
c. Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar
berarti plasenta belum lepas, jika bergetar berarti sudah lepas. tandatanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di atas sympisys, tali
pusat bertambang penjang, rahim bundar dank eras, serta keluar darah
secara tiba-tiba.
3. Kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan)

110

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post


partum. kala ini terutama bertuuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah
yang

keluar

selama

perdarahan

harus

ditakar

sebaik-baiknya.

Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada


saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perinrum. Rata
rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya
100-300 cc, jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah di anggap
abnormal, dengan demikian di cari penyebabnya. penting untuk diingat:
jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi lahir, sebelum
pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih
dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikit:
a. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi, jika perlu lakukan massage dan berikan uterotonika, seperti
methergin, atau emetrin dan oksitocyn.
b. Perdarahan

: ada atau tidak, banyak atau biasa

c. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih


dan kalau tidak biasa, lakukan kateter.
d. Luka-luka

: jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau

tidak.
e. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan masalah
lainnya.
g. Bayi dalam keadaan baik.

111

2.2.6 Mekanisme Persalinan Normal


1. Turunnya Kepala
Terjadi selama persalinan karena dorongan dari kontraksi dan kepala.
Turunnya kepala dapat dibagi ke dalam :
a. Masuknya kepala dalam pintu atas panggul
b. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada kala II
Pada multigravida maju dan masuknya kepala dalam panggul terjadi
bersamaan.
2. Fleksi
Sangat penting bagi penurunan selama kala II. Melalui fleksi ini
diameter terkecil kepala janin dapat bergerak melalui pintu atas
panggul dan terus menuju dasar panggul. Fleksi terjadi karena anak
didorong maju tapi mendapat tahanan dari cervik, dinding panggul
atau dasar panggul.
3. Putaran Paksi Dalam ( Rotasi Internal)
Dari kepala akan membuat diameter anterposterior menyesuaikan
diri dengan diameter anteroposterior dari panggul ibu.
4. Extensi
Terjadi karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah
ke depan keatas, sehingga kepala harus nengadakan extensi untuk
melaluinya.
5. Putaran Paksi Luar.

112

Putaran atau gerakan kembali seperti sebelum putaran paksi dalam


terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
6. Expulsi.
Terjadi setelah putar paksi luar, bahu depan sampai bawah syimphisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
2.2.7 Penatalaksanaan Kala II Dengan APN 58 Langkah
I.

Melihat tanda dan gejala kala II

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II


a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan , bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir untuk asfiksia tempat datar dan keras 2 kain dan 1 handuk bersih
dan kering lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam

113

6. Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang


memakai sarung tangan DDT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan Vulva dan Perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin0,5 % -> langkah 9 )
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
a. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan Klorin 0,5 dan
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan
Klorin 0,5 selama

10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 160
kali per menit)

114

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal


b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil- hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran .
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu Ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran. Lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman peata
laksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman
13. Laksanakan bimbinangan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan aktif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.

115

c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya


(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu .
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida).
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk menran dalam 60
menit.
V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu , jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
yang bersih dan kering , tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

116

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala .Anjurkan ibu


meneran atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa Kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental
anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahirkan, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah .gunakan
tangan atas untuk menyelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, pelusurkan tangan atas (anterior)
berlanjut ke punggung, bokong , tungkai dan kaki .pegang kedua mata
kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari jari lainnya).
VII.Penanganan bayi baru lahir .
25. Lakukan penilaian ( selintas ) :

117

a. Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernafas tanpa kesulitan?


b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap
lakukan langkah resusitasi ( lanjut langka resusitasi pada aspiksia
bayi baru lahir )
26. Keringkan tubuh bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala , dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks .ganti handuk
basah dengan handuk / kain yang kering . biarkan bayi diatas perut
ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus. ( hamil tunggal )
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir , suntikan oksitosin 10 unit
IM ( intramuskuler ) di 1/3 paha atas bagian dista lateral ( lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin )
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira
kira 3 cm dari pusat bayi .Mendorong isi tali pusat kearah distal ( ibu )
dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan,pegang tali pusat yang telah di jepit ( lindungi
perut ibu ) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem
tersebut.

118

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu . luruskan bahu bayi sehinggga
bayi
menempel di dada/ perut ibu Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu .
33.Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
VIII.

PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulve.
35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas sunfisis,
untuk mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri) Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulang presedur
diatas.
a. Jika uterus tidak segera berkontaksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

119

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta


terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusa dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menengangkan tali pusat
c. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
d. Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh.
e. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
f. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
g. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan , segara lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan, Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

120

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus


teraba keras).
a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase.
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif, segara lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu di
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1, 1 mg intra muscular dipaha
kiri anterolateral.

121

45. Setelah satu jam pemberian Vitamin K1 berikan suntikan imunisasi


Hepatitis B dipaha kanan anterolateral.
a. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
46. Lanjutkan

pemantauan

kontraksi

dan

mencegah

perdarahan

pervaginam
a.

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b.

Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c.

Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

d.

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan


yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.

47. Ajarkan Ibu /keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

122

50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5).
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempay sampah yang
sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lender dan darah. Bantu Ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga

untuk

memberi

ibu minuman

dan

makanan

yang

diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 % .
56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % , bahkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang). Periksa tanda vital
dan asuhan kala
2.2.8 Manajemen Kebidanan KALA I
1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

123

Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah


pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan, dan anmnesis dapat dilakukan melalui
dua cara berikut.
a. Auto Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung, jadi data yang
diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
b. Allo Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh
data tentang pasien, hal ini dilakukan pada keadaan darurat ketika
pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat.
Bagian-bagian penting anamnesis pada kala I persalinan
1. Data Sujektif
a. Biodata
1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan
nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan
pasien menjadi lebih akrab.
2) Usia atau tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam
persalinan beresiko karena usia atau tidak.
3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat
persalinan.

124

4) Pendidikan Terakhir
Sebagai dasar bidan untuk terbitnya menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai tehnik
melahirkan

bayi.

Tingkat

pendidikan

ini

akan

sangat

mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap intruksi


yang diberikan bidan pada proses persalinan.
5) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi,
dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang
akan dipilih selama asuhan.
6) Suku atau Bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.
7) Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini juga
memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh
pasien menuju lokasi persalinan. Ini mungkin berkaitang dengan
keluhan terakhir, atau tanda persalinan yang disampaikan dengan
patokan saat terakhir sebelum berangkat kelokasi persalinan.
b. Riwayat Pasien
1) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
kefasilitas pelayanan kesehatan.
Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat dari pasien
adalah kapan mulai terasa ada kencang-kencang di perut, bagaiman

125

intensitas dan frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan dari


vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada pengeluaran
lendir yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk
memastikan kesejahteraanya.
2) Riwayat Kebidanan
Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan
untuk memprediksi jalannya proses persalinan dan untuk
mendeteksi apakah ada kemungkinan penyulit selama proses
persalinan.
3) Menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa
bersalin, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasr dari organ reproduksinya.
Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi:
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Untuk wanita indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun.
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
denagn menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari.
c) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah mentruasi yang
dikeluarkan. Kadang kita akaan kesulitan untuk mendapatkan

126

data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan kriteria


banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh
pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat gali lebih
dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung seperti
sampai berapa ganti pembalut selama sehari.
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening
sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan yang
disampaikan oleh pasien dapat menunjukkan kepada diagnosis
tertentu.
4) Gangguan kesehatan alat reproduksi
Data ini sangat penting untuk kita gali karena akn memberikan
petunjuk bagi kitang organ reproduksinya. Ada beberapa penyakit
organ reproduksi yang berkaitan erat dengan personal hygiene
pasien, atau kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan
reproduksinya. Jika didapatkan ada salah satu waspada akan
adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat reproduksi pada
masa intra sampai dengan pasca melahirkan serta pengaruhnya
terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan. Beberapa data yang perlu
kita gali dari pasien adalah apakah pasien pernah mengalami
gangguan seperti keputihan, infeksi, gatal karena jamur, atau tumor.
5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
Anak
Ke-

Kehamilan
L
Penyu
a
Lit

Persalian
Penolong

Tempat

BB
Bayi

Penyulit

Nifas
Vit
Tab
A
FE

KB
Alkon

La
m

127

m
a

6) Riwayat Kehamilan Sekarang


Kunjungan
Ke-

Usia
kehamilan

keluhan

TT

Tindakan
Terapi

atau

KIE

ANC

Ket

7) Riwayat Kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai
Warning akan adanya penyulit saat persalinan. Perubahan fisik
dan psikologis saat bersalin yang melibatkan seluruh system dalam
tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu
kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang mendarita
penyakit seperti jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi,
hipotensi, hepatitis atau anemia.
8) Status perkawinan
Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan
serta kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi persalinan.
Beberapa pertanyaan yang dapat di ajukan :
a) Usia nikah pertama kali
b) Status pernikahan sah/tidak
c) Lama pernikahan
d) Perkawinan sekarang adalah suami yang ke berapa
9) Pola makan
Data ini penting untuk di ketahui agar bisa mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai

128

dengan masa awal persalinan. Data focus mengenai asupan


makanan pasien adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)

Kapan atau jam berapa terakhir kali makan


Makanan yang di makan
Jumlah makanan yang di makan
Seandainya saat ini ingin makan, apa yang ia inginkan sebelum
masuk pada fase persalinan di mana ia tidak akan mungkin atau

tidak ingin lagi untuk makan.


10) Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat penting
karena akan menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data
yang perlu kita tanyakan berkaitan dengan intake cairan adalah
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)

Kapan terakhir kali minum


Berapa banyak yang di minum
Apa yang di minum
Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien akan
sangat membutuhkan cairan, bukan makanan. Di samping pasien
sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa sakit akibat
his, juga karena pengeluaran keringat yang bertambah sehingga

membutuhkan pemasukan cairan lebih banyak.


11) Pola istirahat.
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk memoersiaokan
energy menghadapi proses persalinannya, hal ini akan lebih penting
lagi jika proses perslinannya mengalami pemanjangan waktu pada
kala I.
Data yang perlu di tanyakan yang berhubungan dengan istirahat
pasien.

129

a) Kapan terahir tidur.


b) Berapa lama.
c) Aktifitas sehari-hari.
Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktifitas yang
biasa dilakukan pasien dirumah. Jika di akhir kehamilannya pasien
melakukan aktifitas yang terlalu berat dihawatirkan pasien akan
merasakan kelelahan sampai ahirnya dapat menimbulkan penyulit
pada masa bersalin.
12) Personal haygine.
Data perlu kita gali karena sangat berkaitan dengan kenyamanan
pasien dalam menjalani proses persalinannya. Beberapa pertanyaan
yang perlu di ajukan berhubungan dengan perawatan kebersihan
diri pasien.
a) Kapan terahir mandi, keramas, dan gosok gigi.
b) Kapan terahir ganti baju dan pakaian dalam.
13) Aktifitas seksual.
Data yang kita perlukan berkaitan dengan aktifitas seksual adalah
sebagai berikut:
a) Keluhan.
b) Frekuensi.
c) Kapan terahir melakukan hubungan seksual.
14) Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan
lingkungan. Beberapa data yang bia kita gali untuk memastikan
keadaan kesehatan keluarga antara lain :
a) Fasilitas MCK (mandi, cuci kasus)

130

Kita dapat tanyakan tentang tempat melakukan kebiasaan BAB


dan BAK sehari-hari. Jika keluarga tidak mempunyai fasilitas
MCK pribadi, apakah di sekitar tempat tinggal mereka ada
fasilitas MCK umum, atau mungkin mereka biasa BAB dan
BAK di sungai.
b) Letak tempat tinggal dekat dengan kandang ternak atau tidak
Kandang ternak sangat memungkinkan untuk menularkan
berbagai macam penyakit, apalagi jika kotoran hewan ternak
tidak dibersihkan secara rutin. Kita harus waspada akan bahaya
penyakit infeksi yang awal penularannya melalui fases hewan.
Kita juga harus mengkaji jika keluarga pasien memelihara
ternak, pastikan bahwa bayi tidak akan terganggu pernafasannya
oleh debu sisa makanan ternak dan kotorannya.
c) Polusi udara
Kaji apakah tempat tinggal pasien berada di pemukiman yang
tingkat polusi udaranya tinggi, untuk mengurangi tingkat polusi
kita dapat menganjurkan pada pasien untuk menanam pohon di
depan rumahnya meskipun hanya memakai pot jika lahannya
terbatas.
d) Keadaan kamar
Kamar yang sehat adalah jika sirkulasi udaranya lancar dengan
ventilasi udara yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke
dalam kamar. Kondisi kamar yang lembab kurang baik untuk
kesehatan bayi.

131

15) Respons keluarga terhadap persalinan


Bagaimanapun juga hal ini sangat penting untuk kenyamanan
psikologis pasien. Adanaya respo yang positif dari keluaraga
terhadap persalinan akan mempercepat prses adaptasi pasien
menerima peran dan kondisinya. Dalam mengkaji data ini kita
dapat menanyakan langsung kepada pasien dan keluarga. Ekspresi
wajah yang mereka tampilkan juga dapat memberikan petunjuk
kepada kita tentang bagaimana respon mereka terhadap kelahiran
ini.
Pada beberapa kasus sering kita jumpai tidak adanya respon yang
positif dari keluarga dan lingkungan pasien karena adanya
permasalahan yang mungkin tidak mereka ceritakan kepada kita,
jika hal itu terjadi bidan sedapat mungkin dapat berperan dalam
mencari beberapa alternative solusi.
16) Respons pasien terhadap kelahiran bayinya
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung kepada
pasien mengenai bagaimana perasaannya terhadap kehamilan dan
kelahirannya. Pertanyaan yang dapat kita ajukan misalnya,
bagaimana mbak prasaannya dengan proses persalinan ini?.
17) Respons suami pasien terhadap kehamilan ini
Untuk mengetahui bagaimana respon suami pasien terhadap
persalinan ini, kita dapat menanyakan langsung dengan suami
pasien atau dapat juga kepada pasien. Data mengeai respon suami
pasien ini sangat penting karena dapat kita jadikan sebagai salah

132

satu acuan mengenai pola kita dalam memberikan asuhan kepada


pasien dan bayinya. Jika suami pasien memberikan respon yang
positif terhadap istri dan anaknya maka akan memberikan
kemudahan bagi kita untuk melibatkannya dalam pendampingan
persalinan dan perawatan pasien dalam masa nifas.
18) Pengetahuan pasien tentang proses persalinan
Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan yang kita
ajukan kepada pasien mengenai apa yang ia ketahui tentang proses
persalinan. Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu dapat
di jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyimpulkan
sejauh mana pasien mengetahui tentang persalianan, karena
terdapat perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang
sudah tau atau punya pengalaman tentang persalinan dengan yang
sama sekali belum tau temtang persalinan.
19) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan
Untuk mendapatkan data ini bidan perlu melakukan pendekatan
terhadap keluarga pasien, terutama orang tua. Ada beberapa
kebiasaan yang mereka lakukan ketika anak atau keluarganya
menghadapi persalinan, dan sangat tidak bijaksanan bagi bidan jika
tidak menghargai apa yang mereka lakukan. Kebiasaan adat yang
dianut dalam menghadapi persaliana, selama tidak membahayakan
pasien, sebaiknya tetap difasilitasi karena ada efek psikologis yang
positif untuk pasien dan keluarganya.
2. Data Objektif

133

Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan


diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah Pemeriksaan
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah
sebagai berikut.
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,
dan pasien sudah tidak mampu berjalan sendiri.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar).
c. Tanda vital
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Suhu
d) Pernafasan

134

d. Kepala
a) Rambut
i. Warna
ii. Kebersihan
iii. Mudah rontok atau tidak
e. Telinga
a) Kebersihan
b) Gangguan pendengaran
f. Mata
a) Konjungtiva
b) Sclera
c) Kebersihan
d) Kelainan
e) Gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat)
g. Hidung
a) Kebersihan
b) Polip
c) Alergi debu
h. Mulut
a) Bibir
i. Warna
ii. Integritas jaringan (lembab,kering, atau pecah-pecah)
b) Lidah
i. Warna
ii. Kebersihan
c) Gigi
i. Kebersihan
ii. Karies
d) Gangguan pada mulut (bau mulut)
i. Leher
a) Pembesaran kelenjar limfe
b) Parotitis
j. Dada
a) Bentuk
b) Simetris/tidak
c) Payudara
i. Bentuk
ii. Besar masing-masing payudara (seimbang atau tidak)
iii. Hiperpigmentasi areola payudara
iv. Teraba massa, nyeri atau tidak
v. Kolostrum
vi. Keadaan putting : menonjol, datar, atau masuk ke dalam
vii. Kebersihan
viii. Bentuk breast holder (BH)
d) Denyut jantung
e) Gangguan pernafasan
k. Perut
a) Bentuk

135

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Bekas luka oprasi.


Striae
Llinea
TFU
Hasil pemeriksaan palpasi Leopold
Kontraksi uterus
TBJ (taksiran berat janin).
DJJ.
Palpasi kandung kemih (pemantauan pengosongan kandung kemih).
l. Ekstremitas.
a) Atas
i. Gangguan atau kelainan.
ii. Bentuk
b) Bawah.
i. Bentuk.
ii. Odem
iii. varises.
m. Genetalia.
a) Kebersihan
b) Penegeluaran perfagina.
c) Tanda-tanda infeksi fagina.
d) Pemeriksaan dalam.
n. Anus.
a) Hemoroid.
b) Kebersihan.
o.

Data penunjang.

a) USG.
b) Laboratorium.
i. Kadar HB.
ii. Ht (hematokrit).
iii. Kadar leukosit.
iv. Golongan darah.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah di kumpulkan. Langkah awal dari perumusan
diagnosis atau masalah adalah pengelolahan data dan analisis dengan
menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.
Dalam langkah kedua ini, bidan membagi interpretasi data dalam tiga

136

bagian.
Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain :
1. Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan
kehamilannya (jumlah kehamilan), dibedakan menjadi primigravida (hamil
pertama kali) dan multigravida (hamil kedua atau lebih).
Contoh cara penulisan paritas dala interpretasi data.
Primigravida G1P0A0
1) G1 (gravida 1) berarti kehamilan yang pertama.
2) P0 (partus 0) berarti belum pernah partus atau melahirkan.
3) A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami abortus.
b. Multigravida G3P1A1
1) G3 (gravida 3) berarti kehamilan yang ketiga.
2) P1 (partus 1) berarti sudah pernah mengalai partus satu kali.
3) A1 (abortus 1) berarti sudah pernah mengalami abortus satu kali.
Usia kehamilan (dalam minggu)
Kala dan fase kehamilan.
Keadaan janin.
Normal atau tidak normal.
a.

2.
3.
4.
5.

Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah masalah dan diagnosis dipakai keduanya
karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi
perlu di pertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah
sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diagnosisnya.
Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan dan Masalah Pada Ibu Bersalin.
No.
1.

Diagnosis Kebidanan
Seorang G1P0A0 usia kehamilan 38
minggu dalam persalinan kala I fase
laten dengan anemia ringan.

2.

Seorang G2P1A0 usia kehamilan 37

Masalah
1. Takut dengan gambaran rasa sakit selama
proses persalinan.
2. Bingung dengan apa yang harus dilakukan
dalam proses persalinan.
Tidak tahan dengan nyeri akibat kontraksi.

137

3.

minggu dalam persalinan dalam kala


I fase aktif.
Seorang P1A0 dalam persalinan kala I
fase aktif akhir.

1. Merasa tidak percaya diri dengan


kemampuannya meneran.
2. Bingung dengan memilih posisi meneran.

Kebutuhan Pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan
dan masalahnya. Contohnya kebutuhan untuk KIE, bimbingan tentang kontrol
pernapasan, dan posisi untuk meneran.
3. Merumuskan diagnosis/masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangakaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien,
bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar
terjadi.
Contoh Perumusan Diagnosis Potensial pada Persalinan Kala I
Berdasarkan Interpretasi Data.
No. Hasil interpretasi data
1.
Anemia berat.
2.
Tekanan darah 160/100
mmHg, protein urine (++)
3.
Keletihan dan dehidrasi
4.
Ketuban pecah dini.
5.
Tinggi badan 140 cm,
kepala
belum
masuk
panggul.
6.
Kala I fase aktif melewati
garis waspada partograf
7.
DJJ lebih dari normal.
4. Mengidentifikasi
penanganan segera

dan

Diagnosis potensial
Perdarahan intrapartum.
Eklampsia.
Partus lama.
Infeksi intrapartum.
Persalinan tak maju karena
DKP.
Partus lama.
Asfiksia intra uterus.
Sumber: analisa pribadi, 2009.

menetapkan

kebutuhan

yang

memerlukan

138

Dalam pelaksanaannya bidan kadang dihadapkan pada situasi darurat


dimana harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien,
kadang juga berada pada situasi dimana pasien memerlukan tindakan
segera sementara harus menunggu intruksi dokter atau bahkan mungkin
juga situasi yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Oleh
karena itu bidan sangat dituntut kemampuannya untuk selalu melakukan
evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman.
Jika bidan melakukan persalinan mandiri, dan hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya tanda bahaya pada pasien, maka tindakan yang harus
dilakukan adalah merujuk pasien dengan melakukan tindakan stabilisasi
pra rujukan terlebih dahulu. Jika penolongan persalinan dilakukan dirumah
sakit maka segera mungkin bidan melaporkan kondisi pasien kepada
dokter.
5. Merencanakan asuhan kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang terbaru,
evidence based care, serta di validasi dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun
perencanaan

sebaiknya

pasien

dilibatkan,

karena

pada

akhirnya

pengambilan keputusan unt\uk dilaksanakannya suatu rencana asuhan


harus di setujui oleh pasien.
Untuk menghindari perencanaan asuhan yang tidak terarah, maka
dibuat terlebih dahulu pola pikir sebagai berikut: (1) tentukan tujuan

139

tindakan yang akan dilakukan meliputi sasaran dan target hasil yang akan
dicapai; (2) tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan
yang akan dicapai.
Berikut adalah beberapa contoh perencanaan yang dapat ditentukan
sesuai dengan kondisi pasien.
a. Evaluasi terus-menerus.
1) Waspada adanya tanda bahaya persalinan.
2) Pengukuran tanda vital.
3) Pengeluaran pervaginam (waspada perdarahan).
4) Proses adaptasi psikologis pasien dan suami.
5) Intake cairan dan nutrisi.
6) Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam proses
persalinannya.
7) Kemajuan persalinan.
8) Kesejahteraan janin.
9) Pengosongan kandung kemih.
b. Mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan.
1) Sering BAK.
2) Punggung pegal.
3) Kaki pegal.
4) Sesak nafas.
5) Mual dan muntah.
6) Sudah BAB.
7) Badan terasa gerah atau panas.
8) Nyeri akibat his.
9) Kram pada tungkai bawah.
c. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga.
1) Hasil pemeriksaan.
2) Indikator kemajuan proses persalinan seperti pembukaan serviks.
3) Perlengkapan ibu dan bayi yang harus disiapkan.
4) Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh [pasien.
5) Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pendamping persalinan.
6) Siapa yang akan menlong persalinan (nama bidan atau dokter obgyn).
d. Mengatasi cemas.
1) Kaji penyebab cemas.
2) Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternatif
penanganannya.
3) Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga.
4) Fasilitasi kebuthan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas.
a) Sebagai teman sekaligus pendengar yang baik.
b) Sebagai konselor.

140

c) Pendekatan yang bersifat spiritual.


d) Kesempatan mendapatkan pendampingan

dari

orang

yang

dianggap mampu memberika dukungan mental dan spiritual dari


pihak keluarga pasien.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Realisasi perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota
keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab terhadap terlaksananya seluruh perencanaan.
Pada situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena
pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan.
Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan dari perencanaan asuhan
berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan
pengawasan.
a. Tindakan mandiri bidan pada kala I
1) Pemantauan intensif, terutama pada pasien dengan risiko tinggi (jika
2)
3)
4)
5)
6)
7)

dirumah sakit).
Pemantauan persalinan dengan partograf.
Dukungan mental dan spiritual pada pasien dan keluarga.
Bimbingan latihan nafas dan relaksasi.
Bimbingan posisi yang nyaman selama kala I.
Bimbingan posisi dan tekhnik meneran pada kala II.
Memberikan instruksi kepada pendamping pasien mengenai apa yang

harus ia lakukan selama persalinan.


8) Pemantauan intake serta output cairan dan nutrisi.
b. Merujuk

141

Dalam melakukan asuhan kepada pasien, bidan senantiasa mengacu


kepada Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) mencakup kewenangan
dan kewajibannya. Jika kasus yang ditangani sudah mengarah ke
kondisi patologi, maka bidan melaksanakan tindakan rujukan ke
fasilitas pelayanan yang memenuhi yang memenuhi standar baik sarana
maupun tenaganya.
Tata laksana rujukan sudah diatur dalam kebijakan profesi, secara
singkat syarat untuk merujuk adalah bidan harus melakukan tindakan
stabilitas prarujukan dan harus memastikan sarat rujukan terpenuhi,
antara lain:
B: Bidan
A: Alat
K: Kendaraan
S: Surat pengantar rujukan dari bidan
O: Obat
K: Keluarga
U: Uang atau biaya
DA: Darah
c. Pendidikan atau penyuluhan
1) Pasien
a) Pentingnya intake cairan selama kala I.
b) Latihan nafas dan relaksasi.
c) Aktivitas dan posisi selama kala I.
d) Posisi dan tekhnik yang tepat dan aman.
2) Suami.
a) Pengambil keputusan terhadap keadaan bahaya istri dan bayi.
b) Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri.
c) Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses
adaptasi peran ibu dan proses persalinan.

142

3) Keluarga.
a) Pemberian dukungan mental bagi pasien adalam adaptasi peran.
b) Seleksi mengenai kebiasaan adat yang aman dan tidak aman dalam
persalinan.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang kita berikan kepada
pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut.
a. Tujuan asuhan kebidanan
1) Meningkatkan, mempertahan, dan mengembalikan kesehatan pasien.
2) Memfasilitasi pasien untuk menjalani persalinanya dengan rasa aman
dan penuh percaya diri.
3) Meyakinkan pasien dan

pasangannya

untuk

mengembangkan

kemampuan sebagai orangtua dan untuk mendapatkan pengalaman


berharga sebagai orangtua.
b. Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam melakukakan evaluasi mengenai seberapa efektif tindakan dan
asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons
pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pa\da saat
penyusunan perencanaan. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai
acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
c. Hasil asuhan.
d. Hasil asuhan adalah bentuk nyata dari perubahan kondisi serta respon
pasien dan keluarga yang meliputi:
1) Penerimaan pasien terhadap kondisi

dan

kesiapannya

dalam

menghadapi setiap tahap persalinan;


2) Stabilitas psikologis suami dan keluarga dalam mendampingi pasien;
3) Pasien kooperatif dalam proses persalinan;
4) Suami dan keluarga siap memberikan dukungan.
2.2.9 Manajemen Kebidanan KALA II
1.

Pengkajian

143

a. Data subjektif
Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala II
adalah pasien mengatakan ingin meneran.
b. Data objektif
1) Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language) yang
menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi kala
II persalinan.
2) Vulva dan anus membuka, perenium menonjol.
3) Hasil pemanta\un kontraksi.
a) Durasi lebih 40 detik.
b) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit.
c) Itensitas kuat.
4) Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap.
2.

Interpretasi Data Dasar


Untuk menginterpretasikan bahwa pasien dalam persalinan kala II,
bidan harus mendapatkan data yang valid untuk mendukung diagnosis.
Meskipun penentuan apakah pasien benar- benar dalam kala II adalah yang
paling penting dalam tahap ini, namun bidan tetap tidak boleh melupakan
untuk menginterpretasikan masalah dan kebutuhan yang mungkin timbul
pada pasien.
Berikut ini adalah contoh rumusan diagnosis pada kasus persalinan
normal.
Diagnosis nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala II normal.
a. Data dasar subjektif
Ibu mengatakan perut semakin sakit dan ingin meneran.
b. Data dasar objektif

144

1)
2)
3)
4)
5)
3.

Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Frekuensi his semakin sering (>3x/menit).
Intensitas semakin kuat.
Durasi his >40 detik

Merumuskan diagnosis/ masalah potensial


Diagnosis potensial pada kala II persalinan ditegakkan berdasarkan hasil

interpretasi data pada kala ini. Beberapa contoh diagnosis potensial yang
mungkin muncul dapat dicermati dalam table berikut ini.
Tabel 9-3. Contoh Rumusan Diagnosis Potensial Berdasarkan Interpretasi
Data
No.

Interpretasi data dasar


Seorang P1A0 dalam persalinan
II dengan anemia berat .
Seorang P3A0 dalam persalinan
II dengan induksi.
Seorang P1A0 dalam persalinan
II dengan ketuban pecah dini.
Seorang P1A0 dalam persalinan
II dengan presentasi sungsang.

4.

Diagnosis potensial
kala

Kala II lama

kala

Asfiksia intrauterus.

kala

Infeksi intra uterus.


Kala II lama.
Asfiksia pada bayi.

kala

Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan


penanganan segera.
Bidan harus yakin bahwa setiap kasus persalinan dengan diagnosis
potensial pada kala II, tindakan rujukan merupakan satu-satunya langkah
yang paling aman untuk pasien. Perumusan diagnosis potensial bertujuan
untuk memberikan patokan bagi bidan dalam hal antisipasi serta persiapan
apa saja yang harus dilakukan sebelum merujuk jika memang langkah
merujuk benar-benar diputuskan sebagai langkah yang paling tepat.

5.

Merencanakan asuhan
Pada tahap ini bidan melakukan perencanaan terstruktur berdasarkan

145

tahapan persalinan. Dasar perencanaan tidak lepas dari interpretasi data,


termasuk persiapan peralatan dan obat yang harus tersedia. Perencanaan
pada persalinan kala II adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
6.

Jaga kebersihan pasien.


Atur posisi.
Penuhi kebutuhan hidrasi.
Libatkan suami dalam proses persalinan.
Berikan dukungan mental dan spiritual.
Lakukan pertolongan persalinan.
Melaksanakan asuhan

Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat, antara
lain :
a. Menjaga kebersihan pasien
Pada akhir kala I, bidan membersihkan tubuh pasien dari air ketuban
dan darah. Perlu juga untuk mengganti baju dan kain agar pasien
merasa nyaman. Jangan lupa mengelap keringat pada tubuh dan wajah
pasien menggunakan handuk bersih.
b. Mengatur posisi
Sebaiknya pada langkah pengaturan posisi ini pasien sudah mengetahui
dan memahami dengan sepenuhnya bahwa posisi sangat mempengaruhi
proses persalinan. Untuk mencapai pemahaman ini sebaiknya pada kala
I bidan melakukan diskusi dan edukasi sampai dengan bimbingan untuk
menjeleskan secar detil masing-masing alternative posisi yang
menguntungkan bagi pasien. Namun

sayangnya tidak pada semua

situai langkah diatas dapat dilakukan oleh bidan. Penyebabnya bias


bervariasi, misalnya pasien yang dating ke bidan sudah dalam fase aktif
akhir sehingga bidan tidak punya cukup waktu untuk memberikan

146

penjelasan. Jika hal ini terjadi, maka bidan cukup memberikan intruksi
yang sederhana namun dapat dipahami oleh pasien dengan mudah.
Pilihan posisi bersalin
1. Setengah duduk.
2. Jongkok.
3. Merangkak.
4. Miring kekiri.
5. Berdiri.
c. Memenuhi kebutuhan hidrasi.
Disela-sela kontraksi, bidan meminta bantuan suami atau keluarga
untuk memberikan minum kepada pasien. Biasanya pasien lebih
memilih air putih dingin dari pada minuman manis hangat, namun
bidan memberikan motivasi dan penjelasan bahwa minuman manis
mengandung glukosa yang dapat menambah tenaga bagi pasien
sehingga kekuatan meneran dapat bertambah.
d. Melibatkan suami dalam proses persalinan.
Kehadiran orang terdekat, terutama suami akan memberikan
dorongan kekuatan tersendiri karena pada kala II ini akan terjadi
komunikasi batin yang sangat kuat antara suami-istri. Melalui
pandangan mata dan sentuhan, suami akan memberikan doa sekaligus
semangat bagi istri. Bidan harus memfasilitasi pendampingan ini
semaksimal mungkin.
e. Memberikan dukungan mental dan spiritual.
Bidan memberikan dukungan mental dengan meyakinkan pasien
bahwa persalinan akan berjalan dengan baik dengan usaha meneran
yang ia lakukan, dan pujian sangat penting pada langkah ini, berikan
juga dukungan spiritual sesuai dengan agama dan keyakinan pasien.

147

Penguasaan cara memberikan dukungan spiritual dari berbagai macam


agama sangat penting untuk dikuasai bidan, karena bias dikatakan
bahwa dukungan ini merupakan satu kesatuan dari ketrampilan dalam
pertolongan persalinan. Jangan lupa, penggerak dari dorongan meneran
justru dating dari pikiran dan suasana batin pasien. Dengan memenuhi
kebutuhan akan dukungan ini, pasien akan merasa dimanusiakan dan
diistimewakan. Ingat, proses persalinan secara keseluruhan bukan
hanya sekedar mengeluarkan janin saja, tapi lebih dari itu dalam proses
ini begitu banyak hal dan pihak yang terlibat dalam peran masingmasing dan semuanya saling melengkapi.
f. Melakukan pertolongan persalinan.
Sesuai dengan kewenangannya, bidan melakukan pertolongan
persalinan normal sesuai denan APN dengan rincian sebagai berikut.
1) Pada saat ada his, bombing ibu untuk meneran.
2) Saat kepala terlihat di vulva dengan diameter 5 6 cm, pasang handuk
bersih di perut pasien untuk mengeringkan badan bayi.
3) Buka set partus.
4) Mulai memakai sarung tangan pada kedua tangan.
5) Saat kepala turun, tangan kanan menahan perineum dengan arah
tahanan ke dalam dank e bawah, sedangkan tangan kiri menahan
kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal.
6) Setelah lahir, bersihkan hidung dan mulut bayi menggunakan kasa
steril, lalu periksalah leher bayi apakah ada lilitan tali pusat atau tidak.
Jika ada lilitan, kendorkan dan jepit serta gunting tali pusat. Jika tidak
ada lilitan, lanjutkan pada langkah selanjutnya.

148

7) Tempatkan kedua tangan pada bitemporalis bayi untuk melahirkan


bahu dengan cara tarik kepala kea rah bawah untuk melahirkan bahu
depan dan tarik kepala ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.
8) Pindahkan dengan dominan ke bawah badan bayi untuk menyangga
kepala, leher dan badan bayi sedangkan tangan yang lain berada di
perineum untuk menjepit kedua kaki bayi saat seluruh badan bayi
telah lahir semuanya.
9) Lakukan persalinan sekilas pada bayi, kemudian letakkan bayi di atas
perut pasien dengan kepala lebih rendah lalu keringkan badan bayi.
Biarkan bayi kontak kulit dengan pasien, kemudian tutup badan bayi
menggunakan handuk. Minta pasien untuk memeluk bayinya, dan
libatkan suami dalam proses IMD.
7.

Evaluasi
Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi, antara lain:

a. Keadaaan umum bayi: jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah


lahir, dan warna kulit.
b. Keadaan umum pasien: kontraksi, perdarahan, dan kesadaran.
c. Kepastian adanya janin kedua.
Hasil evaluasi ini merupakan data dasar untuk kala III.
2.2.10 Manajemen Kebidanan KALA III
1. Pengkajian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengkajian pada kala III ini
merupakan hasil dari evaluasi pada kala II.
a. Data subjektif
1) Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina
2) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir
3) Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas
b. Data Objektif

149

1) Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal . . ., jam . . ., jenis
kelamin laki-laki / perempuan, normal / ada kelainan, menangis spontan
kuat, kulit warna kemerahan.
2) Placenta belum lahir.
3) Tidak teraba janin kedua.
4) Teraba kontraksi uterus.
2. Interpretasi data dasar
Berdasarkan data dasar yang diperoleh melalui pengkajian di atas,
bidan mengintrepretasikan bahwa pasien sekaraang benar-benar sudah
dalam persalinan kala III.
Diagnosis nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala III.
3. Menentukan diagnosis potensial
Bidan tetap harus waspada terhadap berbagai kemungkinan buruk
pada kala III, meskipun kasus yang ia tangani adalah persalinan normal.
Persalinan merupakan proses yang fisiologis namun dapat berubah
menjadi patologis sewaktu-waktu tanpa bisa diprediksi sebelumnya.

Diagnosis yang mungkin muncul pada kala III


a. Gangguan kontraksi pada kala III
b. Retensi sisa plasenta
4. Menentukan tindakan antisipasi/segera
Berdasarkan diagnosis potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak
benar-benar terjadi.
Langkah Antisipasi yang Dapat Dilakukan pada kala III

150

a. Stimulasi puting susu


b. Pengeluaran plasenta secara lengkap
5. Perencanaan
Pada kala III bidan merencanakan tindakan sesuai dengan tahapan
persalinan normal.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Lakukan palpasi akan ada tidaknya bayi kedua.


Berikan suntikan Oksitosin dosis 0,5 cc secara IM.
Libatkan keluarga dalam pemberian minum
Lakukan pemotongan tali pusat.
Lakukan PTT.
Lahirkan plasenta

6. Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, berikut adalah realisasi
asuhan yang akan dilaksanakan terhadap pasien.
a. Melakukan palpasi uterus untuk memastikan ada tidaknya janin kedua.
b. Memberikan suntikan Oksitosin 0,5 cc secara IM di otot sepertiga luar
paha dalam waktu kurang dari satu menit setelah bayi lahir.
c. Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien.
Pemberian

minum

(hidrasi)

sangat

penting

dilakukan

untuk

mengembalikan kesegaran pasien yang telah kehilangan banyak cairan


dalam proses persalinan kala II.
d. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
e. Melakukan PTT (Penegangan Tali Pusat Terkendali)
f. Melahirkan plasenta
7. Evaluasi
Evaluasi dari manajemen persalinan kala III.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal.....jam...


Kontraksi uterus baik/tidak
TFU berapa jari dibawah pusat
Perdarahan sedikit/sedang/banyak
Laserasi jalan lahir ada/tidak
Kondisi umum pasien
Tanda vital pasien

151

2.2.11 Manajemen Kebidanan KALA IV


1. Pengkajian
Pada kala IV bidan harus melakukan pengkajian yang lengkap dan
jeli, terutama mengenai datayang berhubungan dengan kemungkinan
penyebab perdarahan, karena pada kala IV inilah kematian pasien pasca
melahirkan terbanyak adalah perdarahan dan ini terjadi pada kala IV.
a. Data subjektif
1) lelah tapi bahagia.
2) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir.
3) Pasien mengatakan perutnya mulas.
b.
Pasien mengatakan Data objektif
1) Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal....jam...
2) TFU berapa jari diatas pusat.
3) Kontraksi uterus baik/tidak.
2. Interpretasi data dasar
Diagnosis nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala IV.
Masalah yang dapat muncul pada kala IV
a. Pasien kecewa karena jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan
keinginannya.
b. Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD.
c. Pasien cemas dengan keadaannya.
3. Menentukan diagnosis potensial
Bidan menentukan diagnosis potensial berdasarkan data yang diperoleh
melalui pengkajian pada kala III serta perjalanan persalinan pasien dari
awal. Ada beberapa riwayat dan data fisik fasien yang mendukung untuk
penegakan diagnosis potensial.
Diagnosis potensial mungkin muncul pada kala IV.
a. Hipotoni sampai dengan atonia uteri

152

b. Perdarahan karena robekan serviks


c. Syok hipovolemik
4. Menentukan tindakan antisipasi/segera
Berdasarkan diagnosis potensial yang ditegakkan, bidan melakukan
tindakan antisipasi untuk menyelamatkan jiwa pasien. Tapi ingat,tindakan
antisipasi harus selalu menyesuaikan batas kewenangan bidan dan standar
pelayanan kebidanan.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan bidan
a. Eksplorasi sisa plasenta
b. Kompresi bimanual eksterna sampai interna
c. Pemberian infus dan uterotonika
5. Perencanaan
Pada kala IV bidan merencanakan tindkan sesuai dengan tahapaan
persalinan normal.
a.
b.
c.
d.

Lakukan pemantauan intensif pada pasien


Lakukan penjahitan luka perineum
Pantau jumlah perdarahan
Penuhi kebutuhan pasien pada kala IV

6. Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, berikut adalah realisasi
asuhan yang akan dilaksanakan terhadap pasien.
a. Melakukan pemantauan pada kala IV
1) Luka atau robekan jalan lahir : serviks, vagian, dan vulva, kemudian
dilanjutkan dengan penjahitan luka perineum
2) Tanda vital
a) Tekanan darah dan nadi
b) Respirasi dan suhu
3) Kontraksi uterus
4) Lochea
5) Kandung kemih
b. Melakukan penjahitan luka perineum
c. Memantau jumlah perdarahan.

153

Jumlah darah secara pasti tidak akan terukur, maka bidan melakukan
perkiraan darah yang keluar serta melihat kondisi umum dan tanda vital
sebagai indikator terjadinya syok akibat perdarahan.
d. Memenuhi kebutuhan pada kala IV
1) Hidrasi dan nutrisi
2) Hygine dan kenyaman pasien
3) Bimbingan dan dukungan untuk berkemih
Pemberian informasi yang sejelas-jelasnya mengenai apa yang terjadi
dengan tubuhnya saat ini dan apa yang harus ia lakukan berkaitan
dengan kondisinya.
4)
5)
6)
7)

Kehadiran bidan sebagai pendamping


Dukungan dalam pemberian ASI dini
Posisi tubuh yang nyaman
Tempat dan alas tidur yang kering dan bersih agar tidak terjadi infeksi.

7. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan
bayi dalam keadaan baik, yang ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan
psikologis pasien. Kriteria dari keberhasilan ini adalah sebagai berikut :
a. Tanda vital pasien normal
b. Perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500
cc
c. Kontraksi uterus baik
d. IMD berhasil
e. Pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya.
2.2.12 Konsep Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama
dari penggunaan partograf adalah untuk :

154

1. Memcatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai


pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat medeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru
lahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk :
a.
b.
c.
d.

Mencatat kemajuan persalinan.


Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
Mencatat asuhan yang diberikan selam persalinan dan kelahiran.
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
1. Partograf Harus Digunakan
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan.
b. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesifik obstetric).
Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan

155

1. Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm.


2. Fase aktif : pembukaan serviks dari 4-10 cm.
Pencatatan selama fase aktif persalinan :
Informasi tentang ibu
1.
2.
3.
4.

Nama, umur.
Gravida, para, abortus (keguguran).
Nomor catatan medik/nomor puskesmas.
Tanggal dan mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan penolong

persalinan mulai merawat ibu).


5. Waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi ibu
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban.
3. Penyusupan (molase) kepala janin.
Kemajuan persalinan
1.
2.
3.

Pembukaan serviks.
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Garis waspada dan garis bertindak.

Jam dan waktu


1.
2.

Waktu mulainya fase aktif persalinan.


Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

Kontraksi persalinan
1.
2.

Frekuensi dan lamanya.


Lama kontraksi (dalam detik).

Obat-obatan dan cairan yang diberikan.


1.
2.

Oksitoin.
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperature tubuh.
2. Urin (volume, aseton, atau protein).
Mencatat Temuan Pada Partograf

156

1. Informasi tentang ibu


Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai :jam atau pukul
pada partograf) dan perhatikan kemungkianan bu datang dalam fase laten.
Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
2. Kondisi janin.
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut
jantung janin (DJJ). Air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
a. Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian
pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin
(DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan
nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
U : selaput ketuban utuh (belum pecah).
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M :selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
D
K

mekonium.
: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
: selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi
(kering).

157

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya


gawat janin. Jika terdapat adanya mekonium, pantau DJJ dengan
seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin <
120 atau >180 kali/menit) maka ibu segera dirujuk.
c. Penyusupan (molase) tulang kepala janin.
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) pabggul
ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau atau tumpang tindih antar
kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kapala panggul (CPD).
Setiap melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin.
0

: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dapat dengan mudah


dapat dipalpasi.

: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

:tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih


dapat dipisahkan.

: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat


dipisahkan.

Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. 0-10 yang tertera dikolom paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan
bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode
perlimaan.

158

1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksaan
fisik dalam bab ini. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
2. Penurunan bagian terbawah janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan
fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pmeriksaan dalam setiap 4 jam, atau
lebih sering (jika ditemukan penyulit).
3. Garis waspada dan gris bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
satu titik dimana pembukaan lengkap diharapkan jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai
digaris waspada. (Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis
waspada pembukaan kurang dri 1 cm per jam).
Jam Dan Waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak
waktu tiga puluh menit yang berhubungnan dengan lajur untuk pencatatan
pembukaan serviks. DJJ dibagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu
dibagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan
pembukaan serviks digaris waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai.

159

Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan
kontraksi per 10 menit disebelah luar kolom paling kiri, setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara
mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.
Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
2. Obat-obatan lain cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/cairan IV dalam
kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
Kondisi Ibu
1.

Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh


Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
a. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada
kolom waktu yang sesuai.

160

b. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
c. Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan
2.

catat dan temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.


Volume urine, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap
kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan
protein dalam urin.

Pencatatan Pada Lembar Belakang Pada Partograf


Halaman belakang partogrof merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi.serta tindakantindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itula
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatkan
asuhan yang diberikan pada ibu asuhan yang di berikan kepada ibu selama
masa nifas (terutama pada kala IV persalinan) untuk mementingkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan menbuat keputusan klinik yang
sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan
klinik misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan. Selain itu,
catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai atau
memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih
telah dilakukan.
Catatan persalianan adalah terjadi dari unsur-unsur berikut.
1. Data atau informasi umum
2. Kala I

161

3.
4.
5.
6.

Kala II
Kala III
Bayi baru lahir
Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan pegisian halaman depan (harus segera diisi disetiap akhir

pemeriksaan), pengisian data di lembar belakan partogrof baru di lengkapi


setelah seluruh proses persalinan selesai, informasi yang di catatkan
dihalaman belakang partogrof akan meliputi unsure-unsur berikut ini:
1. Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat peralianan, alamat
tempat persalianan, catata dan alasan merujuk, tempat rujukan dan
pendamping pada saat merujuk. Isikan data pada masing-masing tempat yang
telah disediakan, atau dengan cara member tanda pada kotak disamping
jawaban yang sesuai.
a. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan tentang pertogrof saat melewati garis
waspada, masalah-masalah lain yang timbul, piata laksanaannya, dan
hasil penatalaksanaan tersbut.
b. Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan, masalah dan hasilnya.
Memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Bila
pertanyaan nomor 13 jika jawabannya iya, tulis indikasinya. Untuk
nomor 15 dan 16 jika jawaban iya, isi jenis tindakan yang dilakukan.
Khusus pada nomor 15 tambahkan ruang baru untuk menekankan upaya

162

deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin, atau tidak dapat
dievaluasi. Bagian ini dapat menjadi penegkap bagi informasi pada kotak
iya maupun tidak untuk pertanyaan nomor 15 jawaban untuk
pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk pertanyaan nomor 15 mungkin
lebih dari 1. Untuk masalah lain pada nomor 17 harus dijelaskan jinis
masalah yang terjadi.
c. Kala III
Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III. Pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, rangsanagan pada fundus, kelengkpan
plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi,
atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, peatalaksanaan. Isi
jawaban pada tempat yang di sediakan dan beri tanda pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25,26, dan 28 lingkari
jawaban yang benar
Bayi baru lahir.
Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah
berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
sudah disediakan serta beri tanda pada kotak disamping jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37 lingkari jawaban yang sesuai.
Untuk nomor 38, jawabannya mungkin lebih dari satu.
d. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperature, tinggi
fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan

163

pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menialai deteksi dini
resiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan
pasca persaliana. Pemantauaan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam
1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isiskan hasil pemeriksaan pada kolom atau ruang yang
sesuai. Bila timbul masalah selama kala IV, tuliskan jenis dan cara
menangani masalah tersebut pada bagian masalah kala IV dan bagian
berikutnya. Bagian yang digelapakan tidak usah di isi.

2.3 Konsep Dasar Nifas


2.3.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berakhir kira-kira 6 minggu. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2011)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama nifas 6-8 minggu.
Nifas atau kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. (Diah Wulandari, S,ST, M.keb, 2010)
2.3.2 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu merupakan masa kepulihan, yang mana dalam
hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam, di anggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

164

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia


yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
(Ari Sulistyawati, 2011).
2.3.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Tujuan Umum
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, melakukan manajemen
asuhan kebidanan secara sistematis mulai dari pengkajian data
subjektif, objektif, maupun penunjang.
c. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
dini, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan
Keluarga Berencana. (Saifuddin, 2006)
2. Tujuan khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun sikologinya
b. Melaksanakan skiring yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi

165

sehat
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
3. Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin anatara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI
(Setyo Retno Wulandari, 2011).
2.3.4 Asuhan kunjungan masa nifas normal
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4x bidan harus
melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masala-masalah
yang terjadi.
1. Kunjungan I (Asuhan masa nifas pada 6-8 jam setelah persalinan).
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. Kunjungan ke-2 (Asuhan masa nifas pada 6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.

166

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan


tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan ke- 3 (Asuhan masa nifas pada 2 minggu setelah
persalinan).
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus uteri di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak
berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi supaya
tetap hangat dan merawat bayi.
4. Kunjungan ke-4 (Asuhan masa nifas pada 6 minggu setelah persalinan).
a. Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ibu dan bayi
alami.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
c. Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu bahaya
membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, misal minyak atau bahan
lain. jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan tercium bau busuk,
bayi segera di rujuk.
d. Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau tidak, ikterus
pada hari ketiga post partum adalah fisiologis yang tidak perlu
pengobatan. Namun bila ikterus terjadi pada hari ketiga atau kapan
saja dan bayi malas untuk menetek serta tampak mengantuk maka
segera rujuk bayi ke RS.
e. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan apakah bayi
menetek dengan baik.

167

f. Nasehati ibu hanya memberikan ASI kepada bayi selama minimal


5. Bulan dan bahaya pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum
usia 4-6 bulan.
a. Catat semua dengan tepat hal-hal yang di perlukan.
b.Jika ada yang tidak normal segeralah merujuk ibu dan atau bayi ke
puskesmas atau RS. (Setyo Retno Wulandari, 2011).
2.3.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Tinggi fundus uteri dan berat uterus
menurut masa involusi terlihat pada tabel berikut :
TFU dan berat uterus menurut Aiyeyeh Rukiyah, 2011 :
No.

Waktu involusi

Tinggi Fundus Uteri

Berat uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Plasenta lahir

Dua jari di bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat-simpisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba di atas simpisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

Sumber : Aiyeyeh dkk, 2010


b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir),
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda pada

168

setiap wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih selama 2


minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru mengindikasikan
bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau
berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi.
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lochea. Lochea adalah ekskresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lochea mengalami perubahan karena proses
involusi. Pengeluaran lochea dapat di bagi menjadi lochea rubra,
sanguinolenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing-masing lochea
dapat dilihat sebagai berikut :
1) Lochea rubra, muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna
merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan
dari desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.
3) Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi plasenta.

169

4) Loche alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna


putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
5) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk.
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum
dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total
jumlah rata-rata pengeluaran lochea sekitar 240 hingga 270 ml.
c. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi
selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke
keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir

170

tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya


dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, serviks
sudah menutup kembali.
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendor. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka
pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh dengan
sendirinya, kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin
menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai menjadi sepsis.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendor karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendor daripada keadaan sebelum
hamil.
f. Perubahan Sistem Pencernaan

171

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal


ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan
mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya
asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat di atasi dengan diet
tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini
tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laknansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan
dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan
sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang
nafsu makan.
g. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dan keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema
leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi
(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam 12-36 jam post
partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut

172

diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6


minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa
nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga
setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang
lebih 15cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung
kemih sewaktu perrsalinan dapat menyebabkan infeksi.
h. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluhpembuluh darah yang berada di antara anyaman oto-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi karena ligamen rotundum menjadi kendor. Tidak
jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.

173

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang


berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding
abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, di
anjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post
partum, sudah dapat fisioterapi.
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
sedikit (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu
badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi
karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus
genitalitas, atau sistem lain).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
cepat, setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah
abnormal dari hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3) Tekanan darah

174

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan


darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan terjadinya pre eklampsia post partum.
4) Pernapasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali permenit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat
atau normal. Hal ini di karenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau

dalam

kondisi

istirahat.

Keadaan

pernafasan

selalu

berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tandatanda syok.
j. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan

diuresis

yang

terjadi

secara

cepat

sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini


terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa
ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat

175

dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama


kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada
persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan
pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya.
Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar haematokrit.
Setelah persalinan, shunt akan hilang denga tiba-tiba. Volume
darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan
beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis
pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini
terjadi pada 3-5 hari post partum.
k. Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada
hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel
darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan
tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah
merah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan
yang lama.

176

Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awalawal masa post partum sebagai akibat dari volume darah, plasenta,
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini
akan di pengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut.
Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar
200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah merah
pada kehamilan di asosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada
hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal
dalam 4-5 minggu post partum.
l. Perubahan komponen darah
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya
jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah
merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca
persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula.
Curah jantung atau jumlah darah yang di pompa oleh jantung akan
tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali
pada keadaan normal.
m. Perubahan Sistem Endokrin
Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat, hormon
plasenta laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum,
hormon HCG menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10%.
Hormon pituary menyebabkan prolaktin meningkat dengan cepat
selama kehamilan, wanita yang tidak laktasi prolaktin menurun

177

sampai keadaan sebelum hamil dapat dipengaruhi seberapa banyak


ibu menyusui.
Hipolamik, pituari, ovarium mempengaruhi untuk seluruh wanita,
menstruasi pertama sering menurut siklus anovulasi atau siklus yang
diasosiasikan dengan ketidak cukupan fungsi korvus luteum. Di
antara wanita laktasi, 15% memperoleh menstruasi setelah 6 minggu
dan 45% setelah 12 minggu.
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan
progesteron

yang

menurun.

Hormon-hormon

pituitary

mengakibatkan prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH


menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke-3 post partum yang
mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let down dan
reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan
pada proses tersebut, antara lain :
1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang di
produksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental
lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa
nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3jam hingga hari ke-7 post

178

partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post
partum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon
prolaktin

berperan

dalam

pembesaran

payudara

untuk

merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase


konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3) Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan mentruasi pada wanita yang menyusui maupun
yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
mentruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan
45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan wanita
yang tidak menyusui, akan mendapatkan mentruasi berkisar 40%
setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

179

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi


ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi
uteri.
5) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat,
hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon
progesteron

mempengaruhi

otot

halus

yang

mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini


mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina.
2.3.6 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1. Adaptasi psikologis ibu nifas
a. Fase taking on
Pada fase ini disebut meniru, pada taking ini fantasi wanita tidak
hanya meniru tapi sudah membayangkan peran yang dilakukan pada
tahap sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan dengan masa lalu
dirinya yang menyenangkan, serta harapan untuk masa yang akan
datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya pada masa
lalu.
b. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama

180

proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat


ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan ekstra
pemberian makanan untuk proses pemulihannya. Disamping memang
nafsu makan ibu meningkat.
c. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena
saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima beberapa
penyuluhan untuk merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.
d. Fase Letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
2. Post Partum blues

181

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan


bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sullit menerima
kehadiran bayinya. Gejala-gejala Baby Blues, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menangis
Mengalami perubahan perasaan
Cemas
Kesepian
Khawatir mengenai sang bayi
Penurunan gairah sex
Kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi,

interaksi sosial, kemandiriannya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan


depresi pasca persalinan (depresi post partum). Berikut gejala-gejala
depresi post partum :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur


Nafsu makan hilang
Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol
Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi
Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.
Jika

ibu

mengalami

gejala-gejala

tersebut

sebaiknya

ibu

memberitahu suami, bidan atau dokter. Penyakit ini dapat disembuhkan


dengan obat-obatan dan konsultasi dengan psikiater.
3. Kesedihan dan duka cita
a. Kemurungan masa nifas
Kemurungan masa nifas normal saja dan di sebabkan perubahan
dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan serta perubahan dalam

182

irama/cara kehidupannya setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko


mengalami kemurungan pasca salin, karena ia masih muda
mempunyai masalah dalam menyusui bayinya.

Perasaan-perasaan

demikian biasanya hilang sendiri dalam 2 minggu sesudah


melahirkan.
b. Terciptanya ikatan ibu dan bayi
Menciptakan terjadinya ikatan bayi dan ibu dalam jam pertama setelah
kelahiran yaitu dengan cara mendorong pasangan orang tua untuk
memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang
bayinya, meletakkan bayinya di samping ibunya. Berikan privasi
kepada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya.
c. Tanda-tanda dan gejala kemurungan masa nifas dan klasifikasi atau
istilah-istilah lokal yang di pakai untuk menggambarkannya. Tandatanda gejalanya : sangat emosional, sedih, khawatir, mudah
tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih
tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali.
(Diah Wulandari, S.ST, M.keb).
4. Bounding Attachment
Bounding attachment adalah keterikatan awal atau ikatan batin.
Suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus
antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Proses ikatan
batin antara ibu dan bayinya ini di awali dengan kasih sayang terhadap

183

bayi yang di kandung, dan dapat dimulai sejak kehanilan. Ikatan batin
antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan
psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antar lain :
a. Keterkaitan atai ikatan bati ini tidak dimualai saat kelahiran tetapi si
ibu maupun si ayah telah berangan-angan tentang bayi mereka kelak.
Hal ini bisa menjadi perasaan positif, negatif, netral.
b. Kelahiran merupakan sebuah momen di dalam kontinum keterkaitan
ibu dengan bayinya ketika si bayi bergerak keluar dari dalam
tubunhya.
c. Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling
membutuhkan rasa cinta menimbulkan ikatan batin/keterikatan. Untuk
memperkuat

ikatan

ibu

dan

dengan

bayi

(marshall

kalus)

menyarankan ibu agar menciptakan waktu berduaan bersama bayi


untuk saling mengenal lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang
di sebut babymoon.
5. Sibling Rivally
Sibling rivally merupakan suatu persaan cemburu atau menjadi
pesaing dengan bayi atau saudara kandung yang baru dilahirkan.
Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kehadiran
anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan suatu
krisis situasional yang sebaiknya perlu dipersiapkan pada anak usia
toddler (1-3 tahun) terutama pada anak pertama dimana ia mempunyai
pengalaman dengan posisi yang menyenangkan menjadi nomer satu.
(Setyo Retno Wulandari, 2011).

184

2.3.5

TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada
sesuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini,
maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang bidan dengan segera :
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi
haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut
saniter dalam waktu setengah jam.
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau , masalah
penglihatan.
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak
enak badan.
7. Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit.
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
9. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi.
11. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.
a. Infeksi Masa Nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya
makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi
darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh
darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 0C yang
bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari
pertama. Perlukaan kaarena persalinan merupakan tempat maasuknya
kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi adalah infeksi
peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab itu
apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa

185

menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.


1) Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantarannya adalah :
a) Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
b) Tindakan operasi persalinan
c) Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
d) Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi
e)

enam jam.
Keadaan yang dapat menurunkan keadan umum, yaitu
perdarahan antepartum dan post partum, anemia saat kehamilan,

malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.


2) Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut :
a) Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan
dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
b) Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
c) Hubungan seks menjelang persalinan.
d) Sudah terdapat infeksi intrapartu: persalinan lama terlantar,
ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam
tubuh (lokal infeksi).
b. Keadaan Abnormal Pada Rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
1) Sub involusi uteri: proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab
terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat bekuan darah, atau
mioma uteri.
2) Pendarahan masa nifas sekunder : adalah pendarahan yang terjadi
pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada
3)

endometrium dan terdapat sisi plasenta dan selaputnya.


Flegmansia alba dolens: merupakan salah satu bentuk infeksi
puerpuralis yang menganai pembuluh darah vena femoralis. Gejala
kliniknya adalah:
a)
terjadi pembengkakan pada tungkai

186

b)

berwarna putih

c)

terasa sangat nyeri

d)

tampak bendungan pembuluh darah

e)

temperatur badan dapat meningkat.

c. Keadaan abnormal pada payudara :


Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :
1) Bendungan ASI : Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI.
Keluhan mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat.
2) Mastitis dan Abses Mamae : Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri
lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna
kulit mamae.
(Ai Yeyeh Rukiyah, dkk, 2011)
2.3.6 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
1. Perdarahan Pervaginam Post Partum
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir
atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu
melahirkan. Terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi perdarahan, maka
tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut
nadi ibu menjadi cepat.
a. Klasifikasi Klinis

187

Perdarahan Pasca Persalinan Primer yakni perdarahan yang terjadi


dalam 24 jam pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, dan robekan jalan lahir.
Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder, yakni perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama, penyebab : robekan jalan lahir dan sisa plasenta
atau membran.
b. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab perdarahan pasca salin ada beberapa sebab antara lain :
1) Atonia uteri (< 75%). Atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah di lakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002).
2) Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada
jalan lahir bisa di sebabkan oleh robekan spontan atau memang
sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi di
tempat : robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perinium.
3) Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim
baik sebagian atau seluruhnya).
4) Inversio uterus (uterus keluar dari rahim).
5) Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
c. Penanganan Umum :
1) Hentikan perdarahan
2) Cegah/atasi syok
3) Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan, transfusi darah, kalau
perlu oksigen.
2. Infeksi masa nifas
Infeksi nifas merupakan merupakan masuknya bakteri pada traktus
genetalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 38C atau lebih

188

selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan


mengecualikan 24 jam pertama.
a. Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan.
b. Faktor Predisposisi
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
2) Partus lama dengan ketuban pecah lama.
3) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
4) Teknik aseptik yang tidak baik dan benar.
5) Pemeriksaan vagina selama persalinan
6) Manipulasi intra uterus
7) Trauma/luka terbuka
8) Hematoma dan Hemoragi (darah hilang lebih dari 1000 ml)
9) Perawatan perinium yang tidak tepat
10) Infeksi vagina/servik atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani.
c. Macam-macam infeksi masa nifas :
1) Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks :
Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila
kencing. Bila fetah radang bisa keluar, biasanya keadaanya tidak berat,
suhu 38C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi
tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa
naik sampai 39-40C, di sertai menggigil.
2) Endometritis
Tanda-tanda dan gejala :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Takikardi
Suhu 38-40C
Menggigil
Nyeri tekan uterus
Subinvolusi
Distensi Abdomen

189

g) Lochea sedikit dan tidak berbau, atau banyak, berbau busuk,


mengandung darah dan seropurulen
h) Jumlah sel darah putih meningkat
Penanganan Endometritis :
Rujuk ke RS, konsultasi dokter, diberikan obat antimikroba spektrum
luas atau terapi antibiotik tripel, biasanya secara IV, pulangkan jika dalam
24 jam tidak terjadi panas.
d. Pencegahan Infeksi nifas :
Selama nifas luka di rawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,
alat-alat dan pakaian serta kain yang di gunakan harus steril. Penderita
dengan infeksi nifas sebaiknya tidak bercampur dengan ibu sehat.
e. Kompilkasi lain yang harus di waspadai :
1) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur.
2) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
3) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
4) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.
5) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
6) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki.
7) Merasa sedih atau (Penyuluhan Masa Nifas)
2.3.9 Kebutuhan dasar ibu masa nifas
1. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup
untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari
kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta

190

sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsusmsi adalah porsi yang
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.
Disamping itu harus mengandung :
a. Sumber tenaga (energi)
Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghemat
protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai
cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber
karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
Sedangkan dari hewani zat lemak dapat diperoleh dari (lemak, mentega,
keju). Dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan
margarin).
b. Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang rusak
atau mati. Protein dari makan harus diubah menjadi asam amino sebelum
diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembulu darah
vena portae. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan,
udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan keju) dan
protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu
dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan

191

keju, ketiga makan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan
vitamin B.
c. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)
Unsusr-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusi
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali
sehabis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diproleh dari
semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
1) Jenis-jenis mineral penting
a) Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju kacang-kacangan
dan sayuran berwana hijau.
b) Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentuan kerangka dan gigi anak, sumbernya :
susu, keju dan daging.
c) Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena
dibutuhkan

untuk

kenaikan

sirkulasi

darah

dan

sel,

serta

menambahkan sel darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen


mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati,
kerang, daging, ikan kacang-kacangan dan sayuran hijau.
d) Yodium

192

Sangat penting untuk mencegah timbulnya mental dan kekerdilan


fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan garam
yang beryodium.
e) Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak,
sumbernya : susu dan keju
2) Jenis-jenis vitamin
a) Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Berwarna hujau dan buah berwarna kuning (wortel,
tomat dan nangka). Selain itu ibu menyusui juga mendapat tambahan
berupa kapsul vitamin A (200.000 IU)
b)

Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu
metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang
baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan.
Sumbernya : hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan, tomat, jeruk
nanas dan kentang bakar.

c)

Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,
pencernaan, sistem urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber :

193

hati, kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran


berwarna hijau.
d) Vitamin B3 (Niacin)
Disebut juga nitocino acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan,
kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu,
kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam kacangkacangan, beras merah, jamur dan tomat.
e) Vitamin B6 (pyrodoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan gigi,
gusi sumber : gandum, jagung, hati dan daging.
f) Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan jaringan syaraf
sumber : telur, daging, hati, ikan laut.
g) Folic Acid
Dibutuhkan untuk pertumbuhan sel darah merah sumber : hati,
daging, ikan, jeroan dan sayuran hijau.
h) Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat (untuk penyembuhan luka)
pertumbuhan tulang gigi dan gusi dan daya tahan terhadap infeksi
sumber : jeruk, tomat, melon, brokoli dan jambu.
i) Vitamin D

194

Dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi penyerapan kalsium


dan fosfor. sumber : minyak ikan dan susu margarin.
j) Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan
darah normal. Sumber : kuning telur, hati, brokoli, dan bayam.
2. Ambulasi dini
Disebut juga early ambulation, early ambulation adalah kebijakan
untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbing selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam 24-28 jam post partum. Keuntungan ealy
ambulation adalah :
a. Klien merasa lebih baik, labih sehat dan lebih kuat.
b. Faal usus dan kandungan kencing lebih baik.
c. Daat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat untuk
memelihara anaknya, memandikan selama ibu masih dalam perawatan
Kontra indikasi : klien dengan penyulit, misalnya : anemi, penyakit
jantung, penyakit paru.
3. Eliminasi
a. Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil sendiri, bila tidak
dilakukan dengan tindakan :
1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran didekat klien.
2) Mengompres dengan air hangat diatas simpisis.
b. Defekasi

195

Biasanya 2-3 post partum masih sulit buang air besar. Jika hari ke 3
masih belum bisa buang air besar maka diberikan minuman air hangat.
Agar dapat buang air besar secara teratur dan dapat dilakukan dengan
diit teratur, pemberian cairan yang banyak serat dan olah raga.
4.

Kebersihan diri
Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri
dikamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mamae
dilanjutkan perawatan perineum.
a. Perawatan perineum
Apabila setelah buang air besar dan buang air kecil perineum dibersihkan
secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal
seakali sehari.
b. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan
menggunakan BH yang menyokong payudara.
2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting yang tidak lecet.
3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
4) Untuk dapat menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1

5.

tablet setiap 4-6 jam.


Istirahat
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu
baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya tau tidak. Hal ini
mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena

196

beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki dan
mengganti popok yang sebelumnya tidak dilakukan. Anjurkan ibu istirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Menyarankan ibu
untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur. Kurang tidur akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi dan memperlambat proses involusi uteri yang memperbanyak
perdarahan. Penyebab depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
6.

Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka
coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat seksual pada
bulan pertama akan berkurang baik kecepatan maupun lamanya, juga
organisme pun akan menurun. ada juga beberapa pendapat bahwa coitus
dapat dilakukan setelah masa nifas (proses penyembuhan luka post partum
sampai 6 minngu). Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satau atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri dan aman untuk melakukan
hubungan suami istri.

7.

Latihan senam nifas


Banyak di antara senam post partum sebenarnya sama dengan senam
antenatal. Hal yang paling penting adalah agar senam-senam tersebut
hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin lama semakin
sering/kuat. Senam yang pertama paling baik paling aman untuk

197

memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Senam kegel akan


membantu penyembuhan postpartum dengan jalan membuat kontraksi dan
pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul.
Senam kegel mempunyai beberapa manfaat antara lain membuat jahitan
lebih cepat merapat, mempercepat penyembuhan, meredakan hemoroid,
meningkatkan pengendalian atas urin. Caranya dengan berdiri

tungkai

dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai 5


hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Pada minggu-minggu pertama para ibu sering mengalami penegangan
yang terasa sakit dipunggung atas yang disebabkan oleh payudara yang
berat serta pemberian ASI yang sering terpaksa dilakukan dengan posisi
yang kaku dan lama diperhatikan. Senam tangan dan bahu secara teratur
sangat penting untuk mengendurkan ketegangan ini, dan juga dengan
menggunakan gerakan tubuh yang baik, sikap yang baik serta posisi yang
nyaman pada waktu pemberian ASI.
a. Pernafasan perut
Berbaringlah diatas tempat tidur/lantai dengan lutut ditekuk. Lakukan
pernafasan perut dengan cara menarik nafas dalam dari hidung lalu
keluarkan dari mulut secara perlahan-lahan selama 3-5 detik.
b. Pernafasan abdomen campuran dan supine pelvic
berbaring dengan lutut di tekuk. Sambil menarik nafas dalam, putar
punggung bagian pelvis dengan mendatarkan punggung bawah
dilantai/tempat tidur. Keluarkan nafas dengan perlahan, tetapi dengan

198

mengerahkan tenaga sementara mengontraksikan otot-otot perut dan


mengencangkan bokong. Tahan selama 3-5 detik sambil mengeluarkan
nafas, rileks.
c. Sentuh lutut
Berbaring dengan lutut di tekuk. Sementara menarik nafas dalam,
sentuhkan bagian bawah dagu kedada sambil mengeluarkan nafas.
Angkat kepala dan bahu secara perlahan dan halus upayakan menyentuh
lutut dengan lengan direnggangkan. Tubuh hanya boleh naik pada bagian
punggung sementara pinggang tetap berada dilantai atau tempat tidur.
Perlahan-lahan turunkan kepala dan bahu ke posisi semula, rileks.
d. Angkat bokong
Berbaring dengan bantuan lengan lutut di tekuk, dan kaki mendatar.
Dengan perlahan naikkan bokong dan lengkungkan punggung dan
kembali perlahan-lahan ke posisi semula.
e. Memutar lutut
Berbaring dengan lutut ditekuk. Pertahankan bahu mendatar dan kaki
diam. Dengan perlahan dan halus putar lutut ke kiri sampai sampai
menyentuh lantai/tempat tidur. Pertahankan gerakan yang halus, putar
lutut ke kanan sampai menyentuh lantai/tempat tidur dan kembali ke
posisi semula dan rileks.
f. Memutar satu lutut
Berbaring di atas punggung dengan tungkai kanan diluruskan dan tungkai
kiri di tekuk pada lutut. Pertahankan bahu datar, secara perlahan putar

199

lutut kiri ke kanan sampai menyentuh lantai/tempat tidur dan kembali


posisi semula. Ganti posisi tungkai putar lutut kanan ke kiri sampai
menyentuh tempat tidur dan kembali ke posisi semula.
g. Putar tungkai
Berbaring dengan kedua tungkai lurus. Pertahankan bahu tetap datar dan
kedua tungkai lurus, denagn perlahan dan halus angkat tungkai kiri dan
putar sedemikian rupa sehingga menyentuh lantai dan tempat tidur disisi
kanan dan kembali ke posisi semula. Ulangi gerakan ini dengan tungkai
kanan dan diputar menyentuh lantai/tempat tidur disisi kiri tubuh, rileks.
h. Berbaring dengan lengan di angkat sampai membentuk sudut 90 derajat
terhadap tubuh. Angkat lengan bersam-sama sehingga telapak tangan
dapat bersentuhan turunkan secara perlahan.
8. Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun
petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan.
b. Biasnya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum
mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh karena itu aminore laktasi
dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebainya djelaskan
terlebih dahulu kepada ibu, meliputi :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya.
2) Kelebihan dan keuntungan.

200

3)
4)
5)
6)

Efek samping.
Kekuranganya.
Bagaimana menggunakan metode itu.
Kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk wanita pasca

persalinan yang menyusui.


d. Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu
dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang
ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk melihat apakah
metode tersebut bekerja dengan baik.
2.3.10 Penyuluhan Masa Nifas Di Rumah
1. Nutrisi
Setelah ibu melahirkan masih terus harus memberikan perhatian kepada
gizinya. Ada dua alasan yaitu :
a. Tubuh ibu sedang dalam penyembuhan dan sedang menyesuaikan diri ke
keadaan tidak hamil.
b. Jika ibu menyusui bayinya, perlu memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayinya. Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan
cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak buahbuahan dikarenakan mengalami hemokonsentrasi
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).
c. Bagi ibu masa nifas yang menyusui dalam hal nutrisi harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI.

201

2. Higiene (kebersihan diri)


a. Perawatan Perineum
Kebersihan diri ibu sehabis bersalin sangat penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada masa nifas disebabkan dibeberapa
bagian tubuh ibu terdapat luka seperti : bekas implantasi plasenta, luka
jalan lahir, proses pengembalian fungsi tubuh ke sebelum hamil sehingga
memerlukan asuhan seperti :
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Bersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang kemudian bersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
2 kali sehari. Kain dapat di gunakan ulang jika telah di cuci dengan
baik, dan keringkan di bawah matahari atau disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyeluruh daerah luka.
3. Diuresis/Diaphoresis
Miksi atau berkemih harus segera dapat di lakukan sendiri. Tidak jarang
wanita mengalami kesulitan tidak dapat berkemih akibat pada terjadi
tekanan oleh kepala janin pada muskulus sfingter vesika uretra yang
menyebabkan fungsinya terganggu (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo,
2005).
4. Fungsi Usus
Defekasi atau buang air kecil harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada
obstipasi sehingga feses tertimbun di rektum maka akan menyebabkan

202

febris. Dengan di adakannya mobilisasi sedini-dininya, tidak jarang masalah


ini dapat diatasi
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo,2005).
Secara umum, sebagian besar wanita akan bisa buang air besar dalam kurun
waktu tiga hari pertama setelah melahirkan, dan kemudian akan kembali ke
jadwal buang air besar yang biasa. Ada beberapa hal yang bisa di lakukan
untuk mencegah konstipasi, yaitu :
a. Minumlah cairan yang lebih banyak
b. Makan-makanan yang berserat lebih banyak
c. Makan buah-buahan atau minum banyak jus buah.
d. Lakukan senam
e. Buanglah air besar segera setelah terasa mendesak.
5. Nyeri setelah kelahiran/fundus
Setelah melahirkan, uterus memerlukan kontraksi untuk mencegah
perdarahan. Kontraksi sama dengan kontraksi sewaktu persalinan, hanya
saja sekarang tujuanya berbeda. Sebagaimana anda ketahui, ketika uterus
berkontraksi, anda akan merasa mules. Inilah yang disebut nyeri setelah
melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan.
Ada beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengatasi nyeri setelah
melahirkan. Hal yang paling penting ialah membuang air kecil secara teratur
agar supaya kandung kemih tidak menjadi penuh. Bila kandung kemih
penuh, maka hal itu akan menghambat uterus berkontraksi dengan baik
sebagaimana mestinya. Selain dari pada itu, anda bisa :
a. Berbaring tengkurap dengan sebuah bantal di bawah perut anda. Pada
mulanya mungkin hal ini akan menambah ketidak nyamanan, tetapi
kemudian keadaan ini lambat laun akan berkurang dan kemudian lenyap.

203

b. Cobalah mandi duduk, berjalan atau merubah-rubah posisi


c. Makanlah sedikit/beberapa paracetamol/acetaminophen kira-kira selama
satu jam sebelum anda tahu bahwa anda akan memberi ASI kepada bayi
anda.
Selain dari pada merasakan nyeri akibat adanya kontaksi, anda juga akan
melihat bahwa puncak uterus anda akan menjadi lebih keras seperti sebuah
bola di dalam perut anda. Pada saat uterus anda menjadi keras, hal tersebut
berarti bahwa ia berkontraksi dengan baik untuk menghentikan perdarahan
dan bahwa ia sedang dalam proses mengecil dan menjadi sembuh, setelah
melahirkan, bagian puncak dari uterus atau yang disebut fundus, akan naik
ke atas dan berada pada tingkat yang sama dengan pusat anda. Selama
beberapa hari berikutnya, fundus tersebut akan turun dan turun hingga
setelah kira-kira 10 hari kemudian sudah tidak bisa di raba lagi. Biasanya
di butuhkan 6 minggu sebelum uterus bisa kembali ke tempat semula
sebelum hamil.
b. Perawatan Payudara
Kedua mamae harus sudah di rawat selama kehamilan. Areola mamae
dan puting susu dicuci dengan menggunakan sabun dan diberi minyak atau
cream, agar tetap lemas, jangan sampai menjadi lecet atau pecah-pecah.
Sebelum menyusui mame harus dalam keadaan lemas (masase), dan juga
bersih (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).
Untuk melakukan perawatan payudara, hal yang harus di lakukan oleh
ibu adalah :
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara

204

3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di
lakukan di mulai dari puting susu yang tidak lecet.
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
6) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI keluarkan dengan tangan.
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f) Payudara di keringkan.
c. Pemberian ASI
Setelah melahirkan, antara hari kedua dan keempat, payudara tersebut
akan membesar lebih lanjut saat produksi susu di mulai. Pada hari ketiga,
payudara ibu mungkin akan terasa berat, hangat, lembut dan sakit. ada 3
hal yang bisa di lakukan untuk mencegah pembesaran payudara dengan
mendorong pengosongan payudara tersebut : mulailah pemberian ASI
sedini mungkin, berilah ASI kepada bayi setiap 2-3 jam dan jangan
memberi bayi minum air atau bahan suplemen, gunakan kedua payudara
pada setiap pemberian ASI.
Kadang-kadang payudara akan membengkak, kulitnya menjadi
kencang, mengkilap, dan berwarna merah, serta pembuluh darahnya

205

menjadi terlihat. Hal ini merupakan fenomena umum yang di namakan


pembesaran (engorgement). sisi baiknya ialah bahwa hal itu akan lenyap
dengan sendirinya dalam tempo 24 hingga 48 jam setelah itu. Sisi
buruknya adalah hal tersebut bisa menjadi tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya. jika ibu melihat bahwa payudara ibu sudah membesar, ada
beberapa hal yang ibu bisa lakukan untuk meringankan pembengkakan dan
rasa nyerinya :
1) Kenakan kehangatan ke payudara ibu, hal ini bisa berupa kain atau
handuk yang di cuci dan di hangatkan, atau air mandi yang hangat, atau
dengan jalan merendam payudara ibu di dalam air yang hangat.
2) Jika puting susu ibu juga bengkak, secara manual perahlah air susu ibu
sebelum memberi ASI.
3) Jika bayi sudah berhenti menyusui seang payudara ibu masih terasa
penuh, maka ibu perlu mengosongkan payudara ibu secara manual (perah
dengan tangan).
4) Gunakan BH penopang yang baik. Pastikan bahwa tidak ada daerah atau
bagian dari BH tersebut yang bisa menyebabkan penekanan pada
payudara.
5) Letakkan kantung es di atas payudara ibu antara dua saat penyusuan
untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
d. Istirahat dan relaksasi
Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar pengembalian
fungsi organ-organ tubuh setalah 40 minggu kehamilan mengalami
beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya, kemudian ibu
melewati proses persalinan yang melelahkan bahkan harus menahan sakit
di beberapa bagian tubuhnya, untuk itu ibu perlu mengembalikan stamina
tubuhnya agar dapat merawat bayi dan dirinya dengan optimal, untuk itu

206

beberapa hal harus di jelaskan [ada ibu antara lain :


1) Mengurangi jumlah ASI yang di produksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
e. Senam Nifas
Salah satu aktivitas yang di anjurkan untuk di lakukan para ibu setelah
persalinan adalah senam nifas. Senam nifas ini di lakukan sejak hari
pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh.
Tujuan senam nifas ini di antaranya memperbaiki sirkulasi darah,
memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki
tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/perut setelah
hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan
kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti :
a) Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke
dada, lalu tahan 1 hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.
b) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
3) Berdiri dengan tungkai di rapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul kemudian tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 akali.
4) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6

207

setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30


kali.
f. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan atau ke
kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke2 di perbolehkan duduk. Hari ke-3 berjalan-jalan kecil. (Wiknjosastro
dalam Prawirohardjo, 2005).
g. Hubungan Seks
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak
merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
h. Keluarga Berencana
Setelah hamil selama 9 bulan dan kemudian melahirkan bayi, tubuh
ibu akan memerlukan waktu untuk bisa kembali ke siklus haid yang biasa.
Seberapa cepat ibu bisa kembali haid kan bergntung pada banyak faktor.
Faktor yang paling penting ialah apakah ibu menyusui bayinya atau tidak.
Bila ibu menyusui bayinya mungkin ia tidak akan mengalami haid selama
30 hingga 36 minggu. Wanita yang tidak menyusui bayinya akan mulai

208

mengalami haid 8 minggu kemudian. Setiap wanita akan bereaksi dalam


caranya sendiri secara individu.
Hal penting dalm melakukan keluarga berencana menurut literatur
(Sarifuddin, 2006 ) :
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengerjakan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak di inginkan.
2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode
amenorea laktasi dapat di pakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2%
kehamilan.
3) Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, menggunakan
kontsepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu : bagaimana metode ini dapat mencegah
kehamila dan efektivitasnya, kekurangannya, efek samping, bagaimana
menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat mulai digunakan
untuk wanita pascasalin yang menyusui.
5) Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu
dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
2.3.11 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian / pengumpulan data

209

Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan yaitu :


Mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data

yang

diperoleh dalam bentuk data subyektif , data obyektif dan

data

penunjang yang akan memberikan gambaran kesehatan klien.


a. Data subyektif
Data menurut perspektif klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa.
1) Biodata
Biodata mencakup identitas pasien. Nama yang jelas dan lengkap, bila
perlu nama panggilan sehari - hari, Umur, dicatat dalam hitungan,
tanggal lahir, bulan berapa, tahun. Agama, ditanyakan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
klien, sehingga dapat dilakukan pendekatan atau KIE. Pendidikan
klien dan suami ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya
karena mempengaruhi sikap, prilaku kesehatan. Pekerjaan ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan

kesehatan

mempermudah hubungan

klien.
bila

Alamat

ditanyakan

keadaan mendesak

dan

untuk
untuk

mengetahui keadaan lingkungan timpat tinggal klien.


Status perkawinan, lama perkawinan ditanyakan untuk mengetahui
nilai social kelahiran anak dan pengaruh status perkawinan terhadap
masalah kesehatan.
2) Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien datang
kepada Bidan. Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan

210

yang akan diajukan Bidan adalah Apa yang Ibu rasakan sehingga Ibu
datang kemari.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan yang lalu
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyaklit akut, kronis. Seperti : jantung, asma, DM,
hipertensi yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini di oerlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubunganya dengan
masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu di kaji adalah berapa kali menikah, satatus menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses
nifas.
5) Riwayat obstetrik
a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apkah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang

211

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan


bayi meliputi (PB, BB, penolong persalinan). Hal ini perlu di kaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
7) Kehidupan sosial Budaya
Budaya atau adapt kebiasaan di lingkungan ibu atau keluarga yang
dapat mempengaruhi kesehatan keluarga, seperti pantangan makan,
atau tingkah laku yang dianggap tabu.
8) Keadaan psikososial
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan Ibu atau keluarga terhadap
persalinannya saat ini, dan bagaimana hubungan Ibu dengan anggota
keluarga atau tetangga.
9) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
10) Pola kebiasaan sehari-hari

212

a)

Nutrisi

: Perlu ditanyakan bagaimana pola makan, komposisi


makanan, dari informasi tersebut dapat diketahui

b)

kebutuhan nutrisi terpenuhi atau tidak.


: Ditanyakan tidur siang dan malam berapa jam

Istirahat

apakah selama sakit ada gangguan atau tidak.


c)

Eliminasi

: Untuk mengetahui apakah BAB atau BAK ada


gangguan atau tidak dan tanyakan berapa kali sehari,
bagaimana konsistensinya, warnanya.
: Ditanyakan bagaimana aktivitas Ibu sebelum dan

d) Aktivitas

selama ini, adakah gangguan atau tidak


e) Personal hygiene : Tanyakan berapa kali mandi, gosok gigi, cuci
rambut seminggu berapa kali, bagaimana Ibu
menjaga kebersihan

kewanitaan, bila memakai

pembalut ganti berapa kali. Hal ini perlu dikaji


untuk mencegah infeksi.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan fisik umum
a) Kadaan umum
Kesadaran

: Baik, cukup, atau lemah


: Compos mentis, somnolent, apatis, koma

b) Tanda-tanda Vital

: TD

: 110/70 mmHg 120/90 mmHg

Nadi : 60 80 x/menit
Suhu : 36,5 C 37,5 C
RR

: 20 30 x/menit

2) Pemeriksaan fisik khusus


a) Inspeksi
Kepala

: apakah ada benjolan atau kelainan, kebersihan rambut

213

dan kulit kepala, rambut rontok atau tidak.


Muka

: Apakah ibu terlihat lelah, pucat, ceria, segar.

Mata

: Warna konjungtiva bagaimana, sklera ikterus atau


tidak, kedua mata simetris atau tidak.

Hidung

: Simetris atau tidak, adakah polip, adakah pernafasan


cuping hidung atau tidak.

Leher

Adakah

pembesaran

kelenjar

limfe,

adakah

pembesaran kelenjar thyroid, apakah ada bendungan


vena jugularis, adakah bekas luka.
Dada

: Apakah kedua payudara simetris, ada pembengkakan


atau tidak, puting menonjol/tidak, lecet/tidak.

Perut

: Adakah bekas operasi.

Genetalia

: Oedema/tidak, bekas luka episiotomi/robekan, heacting,


Locheanya bagaimana.

Anus

: Adakah haemoroid, adakah varises.

Ekstremitas : Adakah oedem, adakah varises.


b) Palpasi
Dada

: Apakah ada pembengkakan atau tidak, puting


menonjol/tidak, lecet/tidak, konsistensinya bagaimana.

Perut

: Kontraksi uterus, TFU, kandung kemih. Mengukur


tinggi fundus uteri .

Ekstremitas : Adakah oedem, adakah varises.


c) Auskultasi
Dada

: Apakah ada wheezing, apakah ada ronchi.

Perut

: Adakah bunyi bising usus.

214

3) Pemeriksaan Penunjang, dll.


2. Identifikasi Diagnosa / Masalah
a. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan Bidan dalam
lingkup praktek kebidanan. Diagnosa dapat di tegakkan yang berkaitan
denga para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
b. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa.
3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Diagnosa / masalah yang sangat memerlukan penanganan
4. Identifikasi Kebutuhan segera
Kebutuhan yang harus dipenuhi dulu karena menyangkut kondisi dan
keselamatan pasien.
5. Intervensi
Merupakan langkah lanjutan dari diagnosa

kebidanan yang bertujuan

mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan yang


tersusun merupakan pedoman untuk melaksanakan tindakan , metode
kemampuan berfikir analitik dan rasional.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien
dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman.
7. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah di
lakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang di berikan,

215

ulangi kembali proses manajeman dengan benar terhadap setiap aspek


asuhan yang sudah di laksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana.
(Setyo Retno Wulandari, 2011. Hal. 169).
2.4 Konsep Bayi Baru Lahir
2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat badan 2500 gram.
(Depkes RI, 2005)
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam
setelah lahir (PPKC, 2004)
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu
dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram dan panjang badan sekitar 5055 cm. (Sarwono prawiharjo, 2009)
2.4.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Berat badan 2500 gram 4000 gram.
2. Panjang badan lahir 48 52 cm.
3. Lingkar dada 30 35 cm.
4. Lingkar kepala 33 35 cm.
5. Bunyi jantung pada menit pertama 180x / menit, kemudian turun
120 140 x/ menit.
6. Pernafasan pada menit 80 x / menit, kemudian turun menjadi 40 kali/
menit.

216

7. Kulit kemerah-merahan dan licin.


8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Genetalia, labia mayor sudah menutupi labia minora (perempuan),
testis sudah turun di dalam scrotum (laki-laki).
11. Reflek menghisap dan menelan sudah baik.
12. Reflek morro baik, bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk.
13.Grasping reflek baik, bila diletakkan suatu benda pada telapak
tangan bayi akan menggenggam.
14.Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.
(Jenny J.S. Sondakh, 2013)
2.4.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada BBL
1. Perubahan pada pernafasan atau pada system pernafasan.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir pernafasan melalui paru-paru
bayi.terjadi normal dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran, tekanan
rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan cairan paru-paru ( pada bayi normal jumlahnya 80
100 ml ) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan
yang hilang dapat diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus
terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih
tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernafasan. Bayi itu pada
umumnya pada segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir. Sebagai

217

sebab-sebab

yang

menimbulkan

pernafasan

yang

pertama,

dikemukakan;
a. Rangsangan pada kulit bayi
b. Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir
c. Penimbunan CO2
Setelah anak lahir CO2 dalam darah anak naik dan ini merupakan
rangsangan pernafasan.
d. Kekurangan O2
e. Pernafasan intra uterine
Anak sudah mengadakan pergerakan pernafasan di dalam rahim,
bahkan anak sudah menangis di dalam rahim, pernafasan di luar
hanya merupakan lanjutan dari gerakan pernafasan dalam rahim.
f. Pemeriksaan bayi
Kebanyakan bayi baru lahir mulai bernafas dalam beberapa detik
setelah lahir dan menangis dalam setengah menit.
2. Perubahan Metabolisme Karbohidrat atau Glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1
2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3 cara:
a. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menetek/minum ASI secepat mungkin setelah lahir).

218

b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).


c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukonegenesis).
3. Perubahan Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan, bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
a. Evaporasi

: cairan menguap pada kulit yang basah.

b. Konduksi

: kehilangan panas oleh karena kulit bayi


berhubungan langsung dengan benda atau alat yang
suhunya lebih dingin.

c. Konveksi

: terjadi bila bayi telanjang di ruangan yang relative


dingin (25C atau kurang).

d. Radiasi

: kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih


panas menyentuh permukaan yang lebih dingin.

4. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler


Pada system kardiovaskuler terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
a. Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam system pembuluh:
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat
dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun
karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang mengurangi
volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian ini membantu

219

darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru


untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama resistensi pembuluh paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan, oksigen pada pernafasan ini menimbulkan
relaksasi dan terbukanya system pembuluh baru, dengan peningkatan
tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan menutup.
5. Perubahan Sistem Gastrointestinal Ginjal.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara esophagus
bawah dan lambung masih sempurna yang mengakibatkan gumoh pada
bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri sangat
terbatas yaitu kurang 30 cc. Feses pertama bayi hitam kehijauan tidak
berbau substansi kental yang disebut mekonium. Feces ini mengandung
sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan , empedu,
lanugo dan zat sisa jaringan tubuh, pengeluaran ini akan sampai hari
ke 2 3, pada hari 4 5 warna feces menjadi coklat kehijauan. Bila
kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan
keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing pertama.
Frekuwensi kencing berikutnya serta warnanya bila tidak kencing atau
menetes atau perubahan warna kencing yang berlebih.
6. Perubahan Berat Badan
Dalam minggu pertama kelahiran berat badan akan turun oleh
karena pengeluaran (mekonium, urin, keringat) dan masuknya cairan
belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10% berat

220

badan akan naik lagi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Cairan yang
berlebihan pada hari ke-1 sebanyak 60 ml/kg/hari ditambah sehingga
pada hari ke-14 dicapai 200ml/kg BB/hari.
7. Sistem Skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
8. Sistem Neuromuskuler.
Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur, otot-otot tersebut
memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang,
tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya.
(Prof. Rustam Mochtar, edisi 2:2011)
2.4.4 Tanda-tanda resiko masalah-masalah thermogenik
1. Hypotermia
Yaitu penurunan suhu tubuh sampai di bawah 36 5 C, akibat
hypothermia adalah bayi akan mengalami stress dingin. Tanda-tanda
klinis awal stress dingin adalah kaki teraba dingin, kemampuan
menghisap lemah, aktivitas berkurang ( menangis, tangisan lemah).
Penanganan pada bayi baru lahir yaitu segera menghangatkan bayi
dalam incubator atau melalui penyinaran lampu, menghangatkan bayi
melalui panas tubuh ibu yaitu diletakkan telungkup di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi untuk menjaga agar tetap
hangat. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat
yang disetrika lebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi
dan ibu, biasanya bayi hypothermia menderita hypoglikemia sehingga

221

bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak
menghisap diberi infuse glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kgBB/ hari.
2. Hyperthermia
Adalah peningkatan suhu tubuh lebih dari 375C
Gejala :
a. Suhu lebih dari 375C.
b. Frekuensi pernafasan > 60 x/ menit
c. Tanda-tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurang, air kencing kurang.
Penanganan:
a. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar
265C - 285C.
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi
normal (jangan menggunakan air es).
c. Berikan cairan dektrose: Na Cl : 1 : 4 secara IV sampai dehidrasi
teratasi.
d. Antibiotika diberikan apabila ada infeksi
(prof. Rustam Mochtar: edisi 2 2011)
2.4.5 Hal-hal yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir
Identitas bayi sangat penting, tali pusat biasanya lepas hari ke-14
setelah lahir,

paling tidak

sekitar hari

ke-10,

mengingat

kemungkinan infeksi, tindakan aseptic sangat penting dan harus


diperhatikan waktu merawat tali pusat. Bahaya infeksi tali pusat ialah
bahwa kuman-kuman melalui pembuluh darah tali pusat masuk

222

kedalam pembuluh darah anak dan menyebabkan kematian. Icterus


neonatorum kira-kira 1/3 dari bayi baru lahir, maka perlu diperhatikan
bila bayi kuning antara hari ke-2 sampai hari ke-5 termasuk icterus
fisiologis, hal ini karena hyperbilirubinemia disebabkan oleh :
1. Penghancuran eritrosit yang hebat.
2. Hati bayi belum berfungsi baik sehingga tidak merubah bilirubin I
menjadi bilirubin II. (Prof.Rustam Mochtar, edisi 2:2011)
1. Penatalaksanaan awal bayi baru lahir
a. Membersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat
d. Identifikasi
e. Pencegahan infeksi
2. Persiapan alat
a. Penghisap lendir
b. Tabung oksigen beserta perlengkapannya
c. Alat resusitasi
d. Obat tetes mata profilaksis
e. Alat pemotong dan pengikat serta antiseptic tali pusat
f. Tanda pengenal bayi
g. Tempat tidur bayi dan incubator
h. Stopwach dan thermometer.
3. Penangana bayi baru lahir
a. Membersihkan jalan lahir

223

Bayi normal akan segera menangis spontan segera setelah lahir,


apabila

bayi

tidak

langsung

menangis

penolong

segera

membersihkan jalan nafas dengan cara:


1) Letakkan bayi posisi terlentang di tempat yang datar dan hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus dengan kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 3 kali atau gosok
kulit bayi sehingga bayi kering. Dengan rangsangan ini biasanya
bayi akan segera menangis.
a) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir akan menyebabkan
kerusakan otak,

sangat penting membersihkan jalan nafas

sehingga upaya bayi bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi


( masuknya lender ke dalam paru-paru ).
b) Alat penghisap lender mulut atau alat penghisap lainnya yang
steril, tabung oksigen dan selangnya harus telah siap di tempat.
c) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
d) Petugas harus memantau usaha nafas yang pertama.
e) Bantuan untuk memulai pernafasan mungkin diperlukan untuk
mewujudkan ventilasi yang adekuat.
f) Dokter dan tenaga medis

lainnya

hendak melakukan

pemompaan bila setelah 1 menit bayi tidak bernafas.

224

b. Penilaian bayi waktu lahir


Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, setiap penilaian diberi
angka 0,1 dan 2. Dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal
dengan nilai Apgar 7-10, Asfiksia sedang-ringan (nilai Apgar 4-6)
atau Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3). Bila nilai Apgar dalam 5 menit
belum mencapai nilai 7 maka harus dilakukan tindakan resusitasi
lebih lanjut, oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5
menit kemungkinan terjadi gejala-gejala lanjutan di kemudian hari
lebih besar . Oleh karena itu Apgar dilakukan selain pada umur 1
menit juga pada umur 5 menit.
Nilai Apgar
Skor
Apreance (warna kulit)

Nilai 0

Nilai 1

Nilai 2

Pucat

Badan merah,
Ekstremitas biru

Seluruh tubuh keMerah-merahan

Pulse rate
(frekuensi
nadi)

Tidak ada

Kurang dari 100

Lebih dari 100

Grimace
(reaksi rangsangan)

Tidak ada

Sedikit gerakan
Mimic

Batuk atau bersin

Aktivity
(Tonus otot)

Tidak ada

Ekstremitas dalam,
sedikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration
(Pernafasan)

Tidak ada

Lemah atau tidak


Teratur

Baik atau menaNgis

c. Memotong dan merawat tali pusat


Pemotongan dan pengikatan tali pusat merupakan pemisahan
fisik terakhir antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi
tali pusat berhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan

225

pada bayi gawat (high risk baby) dapat dilakukan pemotongan tali
pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaikbaiknya. Tali pusat dijepit dengan kocher atau klem kira-kira 3 cm
dan sekali lagi 2 cm dari pusat. Pemotongan dilakukan antara dua
klem tersebut. Kemudian bayi diletakkan diatas kain bersih atau
steril yang hangat. Setelah itu, dilakukan pengikatan tali pusat
dengan alat penjepit plastic atau pita dari nilon atau dapat juga
benang katun steril. Untuk menghindari infeksi tali pusat yang dapat
menyebabkan sepsis, meningitis, dan lain-lain, maka ditempat
pemotongan dan di pangkal tali pusat, serta 2,5 cm disekitar tali
pusat dapat diberi antiseptic, selanjutnya tali pusat diraawat dalam
keadaan steril/ bersih atau kering. (Jenny J.S. Sondakh, 2013)
d. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat, bayi baru lahir tetap harus dibungkus kain hangat
karena suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Mekanisme kehilangan panas :
1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh
bayi
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dan permukaan yang dingin

226

3) Konveksi adalah kehilangan panas pada saat bayi terpapar dengan


udara sekitar yang lebih dingin
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
ditempatkan dekat dengan benda-benda yang mempunyai
temperature lebih rendah dari temperature tubuh bayi
Cara mencegah kehilangan panas :
1) Keringkan bayi secara seksama
2) IMD
3) Selimuti bayi dengan selimut kain bersih, kering dan hangat
4) Tutup bagian kepala bayi
5) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
7) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
e. Identifikasi bayi
Identifikasi bayi segera dilakukan setelah bayi lahir dan ibu
masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin, tanda pengenal
bayi bisa menggunakan cap jari atau telapak kaki. Tanda pengenal
bayi umumnya menggunakan secarik kertas putih atau berwarna
merah atau biru bergantung jenis kelamin dan ditulis nama (Bayi
Ny), tanggal lahir, no bayi, alamat. Setelah itu kertas dimasukkan
dalam kantong plastic dengan pita diikatkan di pergelangan tangan
atau kaki bayi. Keterangan yang sama diikatkan di pergelangan
tangan Ibu, pengikatan pita ini hanya dapat dolepas atau digunting.
Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan

227

nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.


f. Pencegahan infeksi
1) Memberi vitamin K
Untuk mencegah perdarahan karena defisiensi vitamin K maka
setiap bayi yang baru lahir normal dan cukup bila perlu diberi
vitamin K per oral 1 mg/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi
berisiko tinggi diberi vitamin K parenteral dosis 0,5 1 mg (IM)
pada paha kiri.
2) Memberi obat salep atau tetes mata
Tetes mata atau salep antibiotika yang diberikan dalam waktu 1
jam pertama setelah kelahiran, obat yang diberikan berupa tetes
mata, salep atau tetes mata diberikan dalam satu garis lurus mulai
dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju
bagian luar mata.
3) Hepatitis B
Diberikan pada bayi baru lahir usia 0 hari sampai dengan 0 bulan,
pemberian hepatitis B dianjurkan diberikan sedini mungkin untuk
menghindari bayi terpapar penyakit lebih dini. Pemberian hepatitis
B dilakukan minimal setelah 1 jam pemberian Vit K. Pemberian
hepatitis B dilakukan secara Intra Muskular dengan dosis 0,5 cc
diberikan di 1/3 bagian atas paha kanan bagian

luar.

2.4.6 Pemantauan bayi baru lahir


Tujuannya yaitu untuk mengetahui bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan

228

perhatian keluarga dan penolong persalinan, serta tindak lanjut


petugas kesehatan.
1. Dua jam sesudah lahir yang dipantau adalah kemampuan
menghisap, bayi tampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau
biru.
2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
yang dipantau adalah bayi kecil masa kehamilan atau kurang bulan,
gangguan pernafasan, hypotermi, infeksi, cacat bawaan atau trauma
lahir.
2.4.7

Rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu system perawatan bayi beserta ibu
dirawat satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di
samping ibu sejak segera setelah bayi lahir sampai pulang
Tujuan rawat gabung adalah:
1. Bantuan emosional
2. Penggunaan ASI
3. Pencegahan infeksi
(Jenny J.S. Sondakh, 2013)

2.4.8

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta
tindakan

berdasarkan

teori

ilmiah,

penemuan-penemuan,

ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan

229

yang berfokus pada klien.


Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan
pada bayi jam pertama setelah kelahiran dilanjutkan sampai 24 jam
setelah
2. Tujuan
Memberikan asuhan segera atau rutin pada bayi baru lahir termasuk
melakukan

pengkajian,

membuat

diagnosa,

mengidentifikasi

masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosa dan masalah


potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan. Melakukan
pengkajian dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi bayi baru lahir.
Pengkajian bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian:
a.

Pertama, pengkajian segera setelah bayi lahir


Bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari
kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan
penilaian Apgar, pengkajian sudah dimulai sejak kepala di vulva
(crowning).

b. Kedua, pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam


keadaan normal atau mengalami penyimpangan.
3. Managemen asuhan kebidanan terdiri dari 7 langkah
a. Pengumpulan data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap. Data yang diperoleh data subjektif

230

dan data objektif.


Pengkajian
1) Data subjektif
a) Biodata
Nama bayi

: untuk menghindari kekeliruan

Tanggal lahir

: untuk mengetahui usia neonates

Jenis kelamin

: untuk mengetahui jenis kelamin

bayi
Umur

: untuk mengetahui usia bayi

Alamat

: untuk memudahkan kunjungan

rumah
Nama ibu

: untuk memudahkan memanggil dan


untuk menghindari kekeliruan

i.

Umur

: untuk mengetahui apakah ibu


termasuk beresiko tinggi atau tidak

ii.

Pekerjaan

: untuk mengetahui tingkat sosial


ekonomi

iii.

Pendidikan

: untuk memudahkan pemberian KIE

iv.

Agama

: untuk mengetahui kepercayaan yang


dianut ibu

v.

Alamat

: untuk memudahkan komunikasi dan


kunjungan rumah

Nama suami

untuk

kekeliruan

menhindari

terjadinya

231

i. Umur

: untuk mengetahui usia suami

ii. Pekerjaan

: untuk mengetahui tingkat sosial

ekonomi
iii. Pendidikan

: untuk memudahkan pemberian KIE

iv.

Alamat

: untuk memudahkan

komunikasi dan kunjungan rumah


b) Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal
Jam WIB Kondisi ibu dan bayi sehat.
c) Riwayat kehamilan dan persalinan
i.Antenatal
Anak

keberapa,

riwayat

kehamilan

yang

mempengaruhi BBL adalah kehamilan ynag tidak


disertai komplikasi seperti diabetes melitus (DM),
hepatitis, jantung, asma, hipertensi (HT), TBC,
frekuensi antenatal care (ANC), dimana keluhankeluhan selama hamil.
ii.Natal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan,
jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi,
PB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana
ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan
dan berapa nilai APGAR untuk BBL.
iii.Post Natal

232

Observasi TTV
Keadaan talipusat
Apakah telah diberi injeksi vitamin K
Minum ASI/PASI, berapa cc setiap per jam
d) Kebutuhan dasar
i. Pola nutrisi
Setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah
ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60
cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB untuk hari
berikutnya.
ii. Pola eleminasi
Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam
pertama setelah lahir, konsistensinya agak lembek,
berwarna hitam kehijauan. Selain itu diperiksa juga urin
yang normalnya berwarna kuning
iii.Pola istirahat
Pola tidurnormal bayi baru lahir adalanh 14-18 jam/hari
iv. Pola aktivitas
Pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar
kepala untuk mencari putting susu
v. Riwayat psikososial
Kesiapan

keluarga

menerima

anggota

baru

dan

kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru


2) Data Objektif

233

a) Pemeriksaan fisik umum


Kesadaran

: compos mentis

Suhu

: normal (36,5-37 o C)

Pernapasan

: normal (40-60 kali/menit)

Denyut jantung : normal (130-160 kali/menit)


Berat badan

: normal (2500-4000 gram)

Panjang badan : antara 48-52 cm


b) Pemerikssaan fisik
Kepala

: Besar,bentuk, ubun-ubun, sutura, moelage,


caput seccedaneum atau cephal hematoma

Muka

: warna kulit merah

Mata

skelera

putih,

tidak

ada

perdarahan

subkonjungtiva
Hidung

: lubang simetris, bersih,tidak ada secret

Mulut

: reflek hiap baik, tidak ada platoskisis

Telinga

: simetris, tidak ada serumen

Leher

tidak

ada

pembesaran

kelenar

tiroid,

pembesaran vena jugularis.


Dada

: simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Tali pusat

: bersih, tidak ada perdarahan, tertutup kassa

Abdomen

: simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi

Genetalia

: untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk


bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi
labia minora

234

Anus

: tidak terdapat atresia ani

Ekstremitas : tidak terdapat poliddsktili dsn syindaktili


c) Pemeriksaan neurologis
i. Reflek morro (terkejut)
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan
jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut
ii. Reflek menggenggam
Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari
pemeriksa, maka ia akan berusaha menggenggam jari
pemeriksa
iii.

Rooting Reflek (mencari putting)


Apabila pipi bayi disentuh oleh oleh jari pemeriksa, maka
ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu

iv.

Sucking reflek (reflek menghisap)

Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia berusaha untuk


menghisap
v.

Glabella reflek
Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan
jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan
keningnya dan mengedipkan matanya.

vi.

Gland reflek
Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri,
maka ia akan berusaha mengangkat kedua pahanya

vii.

Thonick neck reflek

235

Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong),


maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya
d) Pemeriksaan antropometri
Berat badan bayi normal 2500-4000 gram
Panjang badan bayi normal 48-52 cm
Lingkar kepala bayi normal 33-38 cm
Lingkar lengan atas bayi normal 10-11 cm
Ukuran kepala
i.

Sub occiput bregmatika

: 32 cm

ii. Fronto occipital bregmatika

: 34 cm

iii. Mento occipitalis bregmatika

: 35 cm

e) Pemeriksaan penunjang
Adakah pemeriksaan yang dapat menunjang
3) Identifikasi diagnosis masalah
a) Diagnosis : bayi baru lahir normal, umur jam
b) Data subjektif

: bayi lahir tanggal .. jam .. dengan


normal

c) Data objektif

: HR = normal (130-160 kali/menit)


RR = normal (30-60 kali/menit)
Tangisan kuat, warna kulit merah, tonus

otot baik
d) Berat badan

: 2500-4000 gram

e) Panjang badan

: 48-52 cm

4) Antisipasi masalah potensial

236

a) Hipotermi
b) Infeksi
c) Asfiksi
d) Ikterus
5) Identifikasi kebutuhan segera
a) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan dengan tidak
memandikan bayi setidaknya 6 jam dan membungkus bayi
dengan kain kering,bersih, dan hangat agar tidak infeksi dan
hipotermi
b) Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan
metode kangguru
c) Menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI
6) Intervensi
a) Diagnosis

: bayi baru lahir normal, umur .. jam

b) Tujuan

i. Bayi tetap dalam keadaan normal


ii. Bayi tidak mengalami infeksi dan hipotermi
c) Kriteria hasil
i.

Bayi dalam keadaan sehat

ii. TTV dalam batas normal


HR

= 130-160 kali/menit

RR

= 30-60 kali /menit

= 36-37 OC

d) Intervensi

237

i.Lakkan inform consent


R/ inform consent merupakan langkah awal untuk
melakukan tindakan lebih lanjut
ii. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
R/

cuci

tangan

merupakan

prosedur

pencegahan

kontaminasi silang
iii.Beri identitas bayi
R/ identitas merupakan cara ynag tepat untuk menghindari
kekeliruan
iv. Bungkus bayi dengan kain kering dan lembut
R/ membungkus bayi adalah cara mencegah hipotermi
v. Rawat tali pusat dengan cara membungjus dengan kassa
R/ tali pusat dibungkus merupakan cara mencegah infeksi
vi. Timbang berat badan setiap hari setelah memandikan
R/ deteksi dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi
vii. Ukur suhu tubuh bayi, detak jantung, dan respirasi setiap
jam
R/ deteksi dini terjadinya komplikasi pada bayi
viii. Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setelah BAB/
BAK
R/ segera mengganti popok bayi setiap basah merupakan
salah satu car untuk menghindari bayi dari kehilangan
panas
ix. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif

238

R/ ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh


kembang dan pertahanan tubuh atau perkembangan
nutrisi 60 cc/kg/hari
x. Anjurkan ibu cara menyususi yang benar, maka bayi akan
merasa nyaman dan tidak tersedak
R/ dengan posisi menyusui yang benar maka bayi akan
merasa nyaman dan tidak tersedak
7) Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi
Tanggal : jam : .. WIB
8) Evaluasi
Tanggal : . Jam : WIB
S : data yang diperoleh dari pasien atau keluarga
O : hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostic dan
penunjang/ pendukung lain, serta catatan medic
A : Kesimpulan dari data subjektif dan objektif
P : merupakan gambaran pendokumentasian dan tindakan
evaluasi
2.5 KONTRASEPSI
2.5.1

Pengertian
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan pedulian dan peran
serta mansyarakat melalui pendewasaan perkawinan(PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil,bahagia dan sejahtera.(nuha medika 2009 hal 28 )

239

2.5.2
1.

Macam-macam kontrasepsi
Metode amenorea laktasi (MAL)
a. Profil
Metode

amenorea

laktasi

(MAL)

adalah

kontrasepsi

yang

mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya


hanya di berikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun
lainnya,
MAL dapat di pakai sebagai kontrasepsi bila:
1) Menyusui secara penuh ,lebik efektif bila pemberian lebih kurang 8x
sehari
2) Belum haid
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
a) Efektif sampai 6 bulan
b) Harus di lanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
b. Cara kerja
1) Penundaan / penekanan ovulasi
c. Keuntungan kontrasepsi
1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)
2) Segera efektifitas

240

3) Tidak mengganggu senggama


4) Tidak ada efek samping secara sistemik
5) Tidak perlu pengawasan media
6) Tidak perlu obat atau alat
7) Tanpa biaya
d. Keuntungan non kontrasepsi
1) Untuk bayi
a) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat
ASI)
b) Sember asuhan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal
c) Terhindar dari keterbatasan terdapaparan terhadap kontaminsi dari air,
susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
2) Untuk ibu
a)

Mengurangi perdarahan pascapersalinan

b)

Mengurangi reseko anemia

c)

Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi

3) Keterbatasan

241

a)

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui


dalam 30menit pascapersalinan

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social.


c)

Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai


dengan 6 bulan

d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBS


dan HIV/AIDS
e.

Yang dapat menggunakan MAL


Ibu yang menyusui secara eksklusif , baynya berumur
kurang dari 6 bula dan belum mendapat haid setelah melahirkan.

f.

Yang seharusnya tidak pakai MAL


1)

Sudah

mendapatkan

haid

setelah bersalin
2)

Tidak

menyusui

secara

efsklusif
3)

Bayinya sudah berumur lebih


dari 6 bulan

4)

Bekerja dan terpisah dari bayi


lebih lama dari 6 jam

242

2. Metode keluarga berencana alamiah (KBA)


a.

Profil
1)

ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya


berlangsung.

2) Efektif bila dipakai dengan tertib.


3) Tidak ada efek samping.
4) Pasangan dengan sukarela menghindari senggama pada masa subur
ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil), atausenggama pada
masa subur untuk mencapai kehamilan.
b.

Manfaat Kontrasepsi
1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
3) Tidak ada efek samping sistemik
4) Murah atau tanpa biaya

c.

Manfaat Nonkontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
2) Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami dan
istri.
3) Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan
komunitas antara suami istri/pasangan.

d. Yang dapat menggunakan KBA

243

1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur


maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
premenopause.
2) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
3) Perempuan kurus ataupun gemuk.
4) Perempuan yang merokok.
5) Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak
menggunakan metode lain.
6) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
7) Pasangan yang ingin pantang sanggama lebih dari seminggu pada
setiap siklus haid.
8) Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi,
mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.
e. Yang seharusnya tidak menggunakan KBA
1) Perempuan

yang

dari

segi

umur,

paritas

atau

masalah

kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko


tinggi.
2) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah
abortus), kecuali MOB
3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
4) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama
(berpantang) selam waktu tertentu alam siklus haid.
5) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya.
3. Senggama terputus
Senggama terputus adalah motode keluarga berencana tredisional ,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
peria mencapai ejakulasi.
a. Cara berjalan

244

Alat kelamin (penis) di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga sparma


tidak masuk kedalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum,dan kehamilan dapat dicegah,
b. Manfaat Kontrasepsi
1)

Efektif bila dilaksanakan dengan benar

2) Tidak mengganggu produksi ASI


3) Dapat dugunakan setiap waktu
4) Tidak membutuhkan biaya
c.

Manfaat nonkontrasepsi
1)

Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga


berencara

2)

Untuk pasangan memungkin hubungan lebih dekat dan


pengertian yang sangat dalam

d.

Keterbatasan
1) Efektifitas sangat bergantungan pada kesediaan pasanagan untuk
melakukan senggama setiap melaksanakannya (angka segagalan 427 kehamilan per 100 perempuan pertahun)
2) Efekrtifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam
sejak ejakulasi masih melekat pada penis
3)

Memutus kenikmanatan dalam berhubungan seksual

245

e.

Dapat di pakai untuk


1) Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana
2) pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosifi
untuk tidak memakai metode-metode lain
3) Pasangan yang memelukan kontrasepsi dengan segera
4) Pasangan

yang

memerlukan

metode

sementara,sambil

menunggu metode yang lain


5) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
6) Pasangan yang memerlukan hubungan seksual tidak teratur

f. Tidak dapat di pakai untuk


1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau fisiologis
4) Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
5) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6) Pasangn yang tidak bersedia melakukan bersenggama perputus
4. Metode barier

246

a. Kondom
Kondom adalah menghalangi masuknya sperma tozoa kedalam
traktus genetalia interna wanita.(dr hanafi hartanto 2009 hal 60 )
1)

Keuntungan
a) Efektif bila digunakan dengan benar.tiidak mengganggu produksi
ASI.
b) Tidak mengganggu kesehatan klien.
c) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
d) Murah dan dapat dibeli secara umum.
e) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
f) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-17)

2) Efek Samping
a) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
b) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divagina saat
berhubungan
c) Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida)
d) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-18)
3) Keuntungan kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Tidak mengganggu kesehatan klien
d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
e) Murah dan dapat dibeli secara umum
f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

247

4)

Keuntungan
non kontrasepsi

a) Memberi dorongan kepada suami untuk ber KB


b) Dapat mencegah penularan IMS
c) Mencegah ejakulasi dini
d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
e) Saling berinteraksi sesama pasangan
f) Mencegah imuno infertilitas
5) Cara memasang kondom pada pria
a) Pasang kondom saat penis ereksi, sebelum ada kontak antara
penis dan tubu
pasangan Anda. Cairan yang keluar dari penis selama tahap awal
ereksi biasanya mengandung sperma dan mikroorganisme yang
dapt menyebabkan infeksi menular seksual
b) Sobek salah satu sisi kertas timah dan pastikan tidak menyobek
kondaom yang ada didalamnya. Keluarkan kondom dengan hatihati
c) Udara yang terperangkap di dalam kondom dapat menyebabkan
kondom robek. Untuk menghindari hal ini, remas bagian ujung
buntu kondom diantari jari telunjuk dan ibu jari anda dan pasang
kondom pada penis yang ereksi. Pastikan gulungan berada dibagian
luar.
d) Sambil tetap meremas bagian ujung yang tertutup, gunakan tangan
anda yang lain untuk mengurai kondom dengan lembut kearah
bawah hingga menutupi seluruh panjang penis. Pastikan kondom
tetap terpasang selama koitus ; apabila kondom terlepas, tarik penis
dan pasang kondom baru sebelum melanjutkan koitus
e) Segera setelah ejakulasi, tarik penis saat penis masih ereksi dengan
menahan kondom tetap terpasang dengan mantap. Lepaskan
kondom hanya saat penis telah ditarik seluruhnya. Pertahankan
penis dan kondom tidak kontak dengan tubuh pasangan Anda

248

f) Jangan menggunakan kondom lebih dari satu kali- buang kondom


habis pakai secara

higienis, dengan membungkusnya dalam tisu

dan menaruhnya didalam tempat sampah antara pengetahuan pria


dan wanita mengenai kontrasepsi pasca koitus sehingga ini adalah
waktu yang baik untuk mengoreksi ke kelirua
6)

Cara memasang
kondom

pada

wanita
a) Buka kemasan secara hati- hati, robek ditempat robekan pada
bagian kanan atas kemasaan. Jangan menggunakan gunting
atau pisau untuk membuka
b) Cincin luar menutupi area disekitar vagina, cincin dalam
digunakan

untuk

membantu

mempertahankan

selubung

ditempatnya selama aktivitas seksual


c) Saat memegang selubung pada ujung tertutup, pegang cincin
dalam yang fleksibel dan remas dengan jari telunjuk atau jari
tengah sehingga selubung memanjang dan menyimpit
d) Pilih posisi yang nyaman untuk memasukkan berjongkok,
menaikkan tungkai, duduk atau berbaring
e) Masukkan cincin dalam dengan lembut kedalam vagina.
f)

Rasakan cincin dalam naik dan bergerak ketempatnya


Masukkan jari telunjuk kedalam dan jorong cincin dalam
keatas sejauh mungkin. Pastikan selubung tidak melintir,

cincin luar berada diluar vagina


g) Kondom wanita sekarang telah terpasang dan siap dipakai
dengan pasangan anda
h) Saat anda siap, pandu penis pasangan anda dengan lembut
kedalam lubang selubung dengan hati- hati untuk memastikan

249

penis masuk dengan tepat hati- hati agar penis tidak masuk
i)

dari samping, diantara selubung dan dinding vagina


Untuk melepas kondom, putar cincin luar dan tarik kondom

j)

keluar dengan perlahan


Bungkus kondom dalam kemasan atau tisu dan buang di
tempat sampah. Jangan membuangnya ditoilet. ( menurut
Suzanne Everett 2008, hal 108-109)

b. Diafragma
Diafragma adalah metode kontrasepsi paling efektif yang tersedia
untuk wanita.metode ini juga baik untuk wanita yang menyusui yang
sedang menyusui, wanita yang jarang bersenggama sehingga tidak
memerlukan perlindungan yang terus menerus. (dr hanafi hartanto 2005
hal 68)
1)

keuntungan diafragma
a) sangat efektif ( bila di pakai dengan benar )
b) aman
c) diawasi sendiri oleh pemakai
d) hanya di pakai bil adi perlukan
e) dapat di pakai selama haid
f)

2)

tidak mempengaruhi laktasi

kerugian diafragma

250

a) memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai


b) wanita perlu memeggang atau manipulasi genetalianya sendiri
c) untuk pemakain awal, perlu instuksi dan cara pemasangan oleh
tenaga klinik yang terlatih
d) manjadi mahal bila sering di pakai, di sebabkan oleh biaya untuk
spermisitnya
e) insersi relative sukar
f) pada kasus tertentu , dapat terasa oleh suami saat senggama,
g) beberapa wanita mengeluh perihal; kebasahan atau becek; yang
di sebabkan oleh spermiitnya
3)

menentukan ukuran diafragma


untuk menentukan ukuran diafragma yang tepat di lakukan
pemeriksaan dalam, sekali gus mengukur panjang diagonal dari
saulran vagina mulai dari bagian belakang simpisis pubis sampai
fornix postoreor
ini dilakukan dalam 3 langkah
a) jari telunjuk dan jari tengah di masukkan kedalam vagina
sampai ujung jari tengah menyantuh dinding fornix posterior
b) titik dimana jari telunjuk menyentuh simpisis pubis di tandai
dengan ujung ibu jari tangan yang sama, kemudian kedua jari
di keluarjkan dari dalam vagina

251

c) pinggir alas dalam diafragma di letakkan pada ujung jari


tengah, dan pinggir alas yang berlawanan di letakkan di depan
ibu jari,maka akan doi peroleh diameter diafragma yang tepat.
c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya nonoksinol) yang di
gunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma (Ari sulistyawati
2011 hal 60 )
1) Cara kerja
Menyebababkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
2) Manfaat
a) Kontrasepsi
i. Efektif seketika( busa dan krim)
ii. Tidak mengganggu produksi ASI
iii. Sebagai pendukung metode lain
iv. Tidak mengganggu kesehatan
v. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
vi.

Mudah di gunakan

vii. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

252

viii.

Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

b) Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV
dan HIV/ AIDS
c) keterbatasan
i. efektifitas kurang ( 3 21 kehamilan per 100 perempuan pertahun
pertama).
ii. Efektifitas

sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan

mengikuti cara penggunaan


iii. Ketergantungan pengguna dari motifasi yang berkelanjutan, yaitu
dengan menggunakannya setiap melakukan hubungan seksual
iv. Pengguna harus menunggu 10 15 menit setelah di pasang
sebelum melakukan hubungan seksual
v. Efektifitas aplikasi hanya 1 2 jam (Ari sulistyawati 2011 hal 61 )

5.

Kontrasepsi kombinasi (hormon enstrogen dan progesteron)


a.pil kombinasi
a.
a)

Profil
Efektif dan reversible.

253

b) Harus diminum setiap hari.


c)

Pada bulan pertama, efek samping mual dan perdarahan


bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.

d) Efek samping serius jarang terjadi.


e)

Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang


sudah mempunyai anak maupun belum.

f)

Dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil.

g) Tidak dianjurkan utuk ibu menyusui.


h) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
b.
a)

Jenis
Monofar

: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis


yang sama,dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b) Bifasik

: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon Akti strogen/progesteron dengan 2


dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
c)

Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan 3
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK29)


3)

Cara kerja
a) Menekan ovulasi.
b) Mencegah implantasi.

254

c) Mengentalkan lendir serviks.


d) Pergerakan

tuba

terganggu

sehingga

transportasi

telur

terganggu.
4)

Keuntungan
a) Efektifitas tinggi.
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid teratur.
e) Dapat digunakan remaja s/d menopause.
f)

Mudah dihentikan setiap saat.

g) Kesuburan segera kembali setelah pemggunaan pil dihentikan.


h) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
i)

Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium,


kanker endometrium, kita ovarium, penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara, dismenorea.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK29)


5)

Keterbatasan
a) Mahal dan membosankan
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
c) Spotting (terutama 3 bulan pertama)
d) Pusing
e) Nyeri payudara
f)

Amenorea

255

g) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui.


h) Tidak mencegah IMS
i)

Berat badan naik sedikit.

j)

Dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati

sehingga hubungan seksual berkurang.


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK30)
6) Yang dapat menggunakan pil kombinasi
a) Usia reproduksi.
b) Telah memiliki anak/belum.
c) Gemuk/kurus.
d) Menginginkan metode dengan efektivitas tinggi.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f)

6 bulan pasca salin yang tidak diberi ASI eksklusif.

g) Pasca keguguran.
h) Anemia karena haid berlebihan.
i)

Nyeri haid hebat.

j)

Siklus haid tidak teratur.

k) Riwayat KET.
l)

Diabetes tanpa komplikasi.

m) Kelaianan payudara jinak


n) Menderita TBC dan Varises Vena.

7)

Yang tidak boleh menggunakan pil

256

a) Hamil/dicurigai hamil.
b) Menyusui eksklusif.
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
d) Hepatitis.
e) Perokok dengan usia > 35 th.
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, TD > 180/110 mmHg.
g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah.
h) Kanker payudara.
i) Migrain dan gejala neurologik fokal (riwayat epilepsi)
j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur.
8) Waktu mulai menggunakan :
a) Setiap saat selagi haid.
b) Hari 1 7 siklus haid.
c) Setelah melahirkan :
i.

Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif.

ii.

Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.

iii.

Pasca keguguran.

9)

Instruksi Kepada Klien


a) Pil diminum tiap hari.
b) Pil pertama dimulai hari 1 7 siklus haid.
c) Bila muntah dalam 2 jam setelah menggunakan pil, minum pil
lain.
d) Lupa minum 1 pil minum 2 pil.

257

e) Lupa 2 pil/lebih : minum 2 pil setiap hari sampai sesuai sekejul


yang ditetapkan.
f)

Bila tidak haid, segera ke klinik untuk tes kehamilan.

g) Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK31)
b.suntikan kombinasi
1) Jenis : 25 mg Depomedroksi Progestero Asetat 5 mg Estradiol
Siplonat yang diberikan injeksi IM (1 x sebulan) 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat. (Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006.hal : MK-34)
2) Cara Kerja
a)Menekan ovulasi.
b)Mengentalkan lendir cerviks.
c)Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu.
d)Menghambat transportasi gamet oleh tubuh.
e)Efektifitas
f) Sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan/100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.
g)Keuntungan Kontrasepsi
h)Resiko terhadap kesehatan kecil.
i) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
j) Tidak perlu VT.
k)Jangka panjang.

258

l) Efek samping sangat kecil.


m)Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK.34)
c.Kerugian
a) Perubahan pola haid
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara.
c) Klien tergantung terhadap pelayanan kesehatan.
d) Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat
epilepsy/tuberculosis.
e) Penambahan BB.
f)

Tidak melindungi terhadap IMS.

g) Terlambatnya pemulihan kesuburan.


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK34)
d. Yang boleh menggunakan
a) Usia reproduksi.
b) Telah memiliki anak/belum.
c) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bln.
d) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
e) Anemia
f) Nyeri haid teratur.
g) Sering lupa menggunakan pil.
e.

Yang

tidak

menggunakan

boleh

259

a) Hamil/diduga hamil.
b) Menyusui < 6 minggu pascasalin.
c) Perdarahan pervaginam.
2) Perokok dengan usia > 35 th.
3) Keganasan payudara.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK35)
6. Kontrasepsi progentin
a. kontrasepsi suntikan progestin
a.

Profil

a) Sangat efektif.
b) Aman.
c) DPT dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
d) Kembalinya kesuburan lebih lambat (4 bulan).
e) Cocok untuk menyusui.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-41)
b.Jenis
b) DMPA mengandung 150 mg DMPA diberikan tiap 3 bulan.
c) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan tiap 2 bulan.
c.

Cara kerja
b) Mencegah ovulasi.
c)

Mengentalkan lendir serviks.

d) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

260

e)

Menghambat transportasi gamet oleh tuba.


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-41)

d)

Efektifitas
a)

e)

Efektifitas tinggi, 0,3 kehamilan per 100 perempuan.

Keuntungan
a)

Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.


c)

Tidak mempengaruhi hubungan seks.

d) Tidak mempengaruhi ASI.

f)

e)

Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

f)

Menurunkan krisis anemi bulan sabit.

Keterbatasan
a)

Sering terganggu pola haidnya.

b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan


kesehatan.
c)

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan


berikut.

d) Tidak melindungi dari PMS.


e)

Menurunkan kepadatan tulang (penggunaan jangka panjang)


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-42)

g)

Yang dapat menggunakan


a)

Usia reproduksi

261

b) Nulipara dan yang telah punya anak.


c)

Menyusui.

d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.


e)

Post abortus.

f)

Perokok.

g) TD < 180/110 mmHg.


h) Sering lupa menggunakan pil.
i)
h)

Anemia.

Waktu mulai menggunakan :


a)

Hamil.diduga hamil.

b)

Perdarahan pervaginam.

c)

Menderita Ca payudara.

d)

DM disertai komplikasi.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-43)


b.

kontrasepsi pil progestin (mini pil )


KB Pil adalah KB yang didalamnya terdapat komponen progesteron
dan estrogen.
1)

Profil
a) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB
b) Sangat efektif pada masa laktasi
c) Dosis rendah
d) Tidak menurunkan produksi ASI
e) Tidak memberikan efek samping estrogen

262

f)

Efek samping utama adalah gangguan perdarahan ; perdarahan


bercak, atau perdarahan tidak teratur

g) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat


2)

Jenis minipil
a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 ug levonorgestrel atau 350 ug
noretindron
b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 ug desogestrel

3) Cara Keja Minipil


a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium (tidak bagitu kuat).
b) Endometrium mengalami transfortasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
c) Mengental lender serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma.
d) Mengubah motilitas

tuba sehingga transportasi sperma

terganggu.
4) Efektifitas
Sangat efektif (98,5% )pada penggunaan mini pil
jangan sampai terlupa satu dua tablet atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal ( muntah, diare ), karena akibatnya

263

kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obatobat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu
dihindari karna mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi
sperma sehingga kemampuan kontrasepsi dari mini pil dapat
terganggu.
a) Jangan sampai tablet yang lupa.
b) Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)
c) Senggama sebaiknya dilakukan 3 10 jam setelah
penggunaan minipil
5) Keuntungan kontrasepsi
a)

Sangat efektif bila digunakan secara benar.

b)

Tidak mengganggu hubungan seksual

c)

Tidak mempengaruhi ASI

d)

Kesuburan cepat kembali

e)

Nyaman dan mudah digunakan

f)

Sedikit efek samping

g)

Dapat dihentikan setiap saat

h)

Tidak mengandung estrogen

6)

Keuntungan nonkontrasepsi

264

a)

Mengurani nyeri haid

b) Mengurangi jumlah haid


c)

Menurunkan tingkat anemia

d)

Mencegah kanker endometriaum

e)

Melindungi dari penyakit radang panggul

f)

Dapat di berikan pada penderita endometrium

g)

yang boleh menggunakan minipil

h)

usia reproduksi

i)

telah memiliki anak, atau belum memiliki anak

j)

menginginkan suatu metode kontrasepsi yang snagat efektif

selama periode menyusui


k)

pascapersalinan dan tidak menyusui

l)

pascakeguguran

m) perokok segala usia


n)

mempunyai tekanan darah tinggi (180/110 mmHg ) atau

dengan masalah pembekuan darah.


o)

Tidak boleh menggunakan estrogesn atau lebih senang

tidak menggunakan estrogen


7)

yang tidak boleh menggunakan minipil

265

a) hamil tau tidak di duga hamil


b) perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d) sering liupa menggunakan pil
e) riwayat stroke
C

kontrasepsi implant
1) Profil :
a) Efektif 5 tahu, 3 th untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.
b) Nyaman.
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
e) Keseburan segera kembali setelah implant dicabut.
f) efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
tidak teratur, perdarahan, bercak, dan amenore.
g) Aman dipakai pada masa laktasi.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK-

53)
2)
a)

Jenis
Norplant terdiri, dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerja 5 th.

266

b)

Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang


40 mm, diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3
ketodesogestrel lama kerja 3 th.

c)

Jadena dan indolent, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg


levonorgestrol dengan lama kerja 3 th.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK-

53)
3)

Cara Kerja
a) Lendir vercikz menjadi kental.
b) Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
c) Mengurangi transportasi sperma.
d) Menekan ovulasi
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK-

54)
4)

Keuntungan
a) Keuntungan Kontrasepsi
i.

Daya guna tinggi

ii.

Perlindungan jangka panjang (sampai 5 th)

iii.

Pengembalian kesuburan cepat, setelah pencabutan.

iv.

Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

v.

Bebas dari pengaruh estrogen.

vi.

Tidak mengganggu senggama.

vii.

Tidak mengganggu ASI

267

viii.

Klien hanya perlu kontrol, bila ada keluhan.

ix.

Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

b)

Keuntungan Non Kontrasepsi

i.

Mengurangi nyeri haid.

ii.

Mengurangi jumlah darah haid.

iii.

Mencegah anemia.

iv.

Melindungi terjadinya kanker endometrium.

v.

Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.

vi.

Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang


panggul.

vii.

Menurunkan angka kejadian endometriosis.


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK-

54)
5)

Kerugian
a)

Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.

b) Lebih mahal.
c)

Sering timbul perubahan pola haid.

d) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.


e) Kadang-kadang dapat terlihat oleh orang lain.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2003. hal : MK54)
6)

Indikasi
a)

Usia reproduksi.

b)

Telah memiliki anak ataupun yang belum.

268

c) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan


menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f) Pasca keguguran.
g) Tidak menginginkan anak lagi, tetap menolak sterilisasi.
h) Riwayat kehamilan ektopik.
i) TD < 180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit.
j) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
k) Sering lupa menggunakan pil.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK55)
7) Kontraindikasi
a)

Hamil atau diduga hamil.

b)

Perdarahan

pervaginam

yang

belum

jelas

penyebabnya.
c)

Benjolan/kanker

payudara/riwayat

kanker

peyudara.
d)

Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang


terjadi.

e)

Myoma uteri dan kenker payudara.

f)

Gangguan toleransi glukosa.

269

8) Jadwal kontrol :
Bila klien mengeluh :
a)

Amenorea yang disertai nyeri perut bagian


bawah.

b)

Perdarahan yang banyak dari kemaluan.

c)

Rasa nyeri pada lengan.

d)

Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau


nanah.

e)

Ekspulsi dari batang implant.

f)

Nyeri kepala hebat/penglihatan kabur.

g)

Nyeri dada hebat.

h)

Dugaan adanya kehamilan.


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK-

57)
9) Teknik pemasangan implant
Implant di pasang dengan teknik steril di bawah anatesi lokal ke
dalam bagian dalam lengan atas pada lengan yang tidak dominan.
Pemasangan implant dilakukan dengan menggunakan sebuah aplikator
yang dirancang khusus. Implant harus di masukkan di bagian dalam
lengan atas sekitar 6-8 cm di atas lipat siku pada lekuk antara bisep dan
trisep. Tempat pemasangan harus di tandai dan dibersihkan dengan
disinfektan dan diberikan anastesi lokal. Kulit harus diregangkan dan
ujung aplikator implant di masukkan ketempat pemasangannya dengan
membentuk sudut 20 derajat. Kapsul ditahan dibagian dalam aplikator

270

di bagian ujungnya. Kulit dibebaskan dan aplikator diturunkan sampai


posisi mendatar. Kulit kemudian diangkat sementara ujung jarum
dipertahankan di dalam jaringan ikat subdermal. Kapsul dimasukkan
dengan lembut sembari kulit diangkat saat jarum dimasukkan sampai
sepenuhnya tanpa memberi tekanan. Pengaman apikator harus pecah
dan obturator harus menunjukkan angka 90 derajat. Obturator harus
dipegang dengan mantap pada satu tangan yang diletakkan dilengan,
dan jarum kanula secara perlahan ditarik keluar dari lengan, kemudian
jarum harus diperiksa apakah sudah tidak berisi kapsul dan implant
harus dipalpasi. Kassa kering dan perban penekan dipasang, yang
dapat dilepas setelah 24 jam. Prosedur pemasangan memerlukan waktu
15 menit. Nomor kode dan tanggal kedaluarsa implant harus dicatat
pada catatan klien.
Wanita harus dapat merasakan kapsul saat kapsul telah terpasang
bila mereka ingin meraba tempat pemasangan untuk menjadi yakin,
tetapi kapsul tersebut tidak akan terlihat kecuali wanita tersebut sangat
kurus. Kartu pengguna harus diberikan kepada klien yang
mencantumkan nomor kode, tanggal pemasangan, lengan tempat
pemasangan implant, nama pemasang dan rumah sakit, serta tanggal
pelepasan yang dijadwalkan.
10)

Teknik Pencabutan Implan


Implan umumnya lebih sulit dari pada insersi. Persoalan dapat
timbul bila implan yang dipasang terlalu dalam atau bila timbul
jaringan fibrous sekeliling implant.

271

Untuk mengeluarkan Implant:


a)

Cuci lengan akseptor, lakukan tindakan aseptik


dan antisepsis.

b) Tentukan lokasi dari Implan dengan jari-jari tangan dan dapat


diberi tanda dengan tinta atau apa saja.
c) Suntik anestesi lokal dibawah Implant.
d) Jangan

menyuntikkan

anestesi

diatas

Implant

karena

pembengkakan kulit dapat menghalangi pandangan dari letak


Implantnya.
e) Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung Implant,
pada daerah alas kipas
f)

Keluarkan Implant pertama yang paling dekat ke insisi atau yang


terletak paling dekat kepermukaan.

g) Sampai saat ini dikenal 4 cara pengeluaran atau pencabutan


Implant :

i.

Cara POP-OUT.

Merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak


traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengeluarkannya.
Dorong ujung proksimal kapsul (arah bahu) ke arah distal denga
ibu jari sehingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk

272

menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung distal kapsul


menekan kulit.
Bila perlu, bebaskan jaringan yang menyelubungi ujung kapsul
dengan scalpel/bisturi.
Tekan dengan lembut ujung kapsul melalui ujung lubang insisi
sehingga ujung tersebut akan menyembul/Pop-out melalui
lubang insisi.
Kerjakan prosedur yang sama untuk semua kapsul yag masih
tertinggal.
ii.

Cara STANDARD
Bila cara Pop-out tidak berhasil atau tidak mungkin dikerjakan,
maka dipakai cara standard.
Jepit ujung distal kapsul dengan klem mosquito, sampai kira-kira
0,5-1 cm dari ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang
insisi.
Putar pegangan klem pada posisi 1800 disekitar sumbu utamanya
mengarah kebahu akseptor.
Bersihkan jaringan-jaringan yang menempel disekeliling klem dan
kapsul dengan skalpel atau kasa steril sampai kapsul terlihat
dengan jelas.
Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klemcrile,
lepaskan klem mosquito dan keluarkan kapsul dengan klem crile.
Cabut / keluarkan kapsul-kapsullainnya dengan cara yang sama.

iii.

Cara U

273

Dibuat insisi memanjang selebar 4 mm, kira-kira 5 mm proksimal


dari ujung distal kapsul, diantara kapsul ke-3 dan kapsul ke-4
kapsul dipegang dengan klem kurang lebih 5 mm dari ujung
distalnya. Kemudian klem diputar kearah pangkal lengan atas/bahu
akseptor sehingga kapsul terlihat dibawah lubang insisi dan
dapat dibersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya
dengan memakai skalpel, untuk seterunya dicabut keluar.
(Hanafi, 2005 : 187-188)

D. AKDR dengan progesti


1)Profil
a) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sempai 10 th
Cu T 380A).
b) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
c) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
d) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
e) Tidak boleh dipakai oleh perempuan IMS.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK74)

2) Jenis
a) AKDR Cu T-380A, kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel,
berbentuk huruh T diselubingi oleh kawat halus yang terbuat dari
(Cu).

274

b) AKDR Nova T (schering).


3) Cara Kerja
a) Menghambat kemmapuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
d) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK74)
4) Keuntungan
a) Efektivitasnya tinggi 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam
tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan.
b) Dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (10 th).
d) Sangat efektif (tidak perlu mengingat-ingat).
e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f) Tidak ada efek samping hormonal.
g) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
h) Dapat dipasang segera setelah melhirkan/sesudah abortus.
i) Dapat digubakan sampai dengan menopause.
j) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
k) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

275

5) Kerugian
a) Efek samping yang umum terjadi :
i.

Perubahan siklus haid.

ii.

Haid > lama dan banyak.

iii.

Perdarahan antar menstruasi (spotting).

iv.

Saat haid lebih sakit.

b)

Komplikasi lain
i.

Sakit dan kejang selama 3 5 hari setelah pemasangan.

ii.

Perdarahan berat waktu haid.

iii.

Perforasi dinding uterus.

c)

Tidak mencegah IMS.

d)

Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan


yang sering bergantian pasangan.

e)

Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan


IMS memakai AKDR.

f)

Perlu pemeriksaan pelvik.

g)

Sedikit nyeri dan spotting 1 2 hari pasca pemasangan.

h)

Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.

i)

Tidak mencegah kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk


mencegah kehamilan normal.

j)

Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke


waktu.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK75)

276

6) Indikasi
a)

Usia reproduksi.

b)

Keadaan nulipara.

c)

Ingin kontrasepsi jangka panjang.

d)

Menyusui dan ingin menggunakan kontrasepsi.

e)

Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

f)

Pasca abortus tidak terlihat adanya infeksi.Klien resiko rendah


IMS.

g)

Tidak menghendaki metode hormonal.

h)

Tidak menghendaki kehamilan 1 5 hari pasca senggama.

i)

Tidak menyukai untuk mengingat-ingat untk minum pil setiap


hari.

7) AKDR yang tidak boleh digunakan pada ibu :


a)

Perokok

b)

Pasca keguguran/kegagalan kehamilan tanpa infeksi.

c)

Sedang memakai antibiotika atau anti kejang.

d)

Gemuk/kurus.

e)

Sedang menyusui.

8) Kontraindikasi
a)

Sedang hamil.

b)

Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.

c)

Sedang menderita IMS dan TBC pelvik.

d)

Penyakit trofoblas yang ganas.

e)

Kanker alat genital.

277

f)

Ukuran rongga rahim < 5 cm.

g)

Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim


yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

9) Waktu Penggunaan
a)

Setiap waktu dalam siklus haid (dipastikan tidak hamil).

b)

Hari 1 7 siklus haid.

c)

Segera setelah melahirkan, (48 jam 1) 1 bulan pasca salin).

d)

1 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.

e)

Setelah menderita abortus dalam waktu 7 hari apabila tidak ada


gejala infeksi.

10) Petunjuk Bagi Klien


a)

Kembali kontrol setelah 4 6 minggu pasca pemasangan.

b)

1 bulan pertama penggunaan AKDR.

c)

Bila klien

d)
e)

i.

Kram/kejang perut bagian bawah.

ii.

Perdarahan antara haid/waktu senggama.

iii.

Nyeri setelah senggama.

Masa copper T 380A perlu dilepas 10 th pemasangan.


Kotrol bila :
i.

Tidak dapat meraba benang AKDR.

ii.

Merasakan bagian keras dari AKDR.

iii.

Adanya infeksi.

iv.

AKDR terlepas.

v.

Siklus terganggu.

278

vi.

Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang merugikan.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. hal : MK-80)


11) pemasangan IUD
a) Mencuci tangan dengan sabun dan membilas di air mengalir dan
mengeringkan dengan handuk
b) Memasang spekulum
c) Memeriksa adanya keputihan abnormal, servicitis (tidak ditemukan
keputihan abnormal maupun servicitis)
d) Melepas speculum dan melakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui apakah terdapat nyeri goyang portio, pembesaran uterus,
(tidak terdapat nyeri goyang partio, pembesaran uterus, posisi uterus
antefleksi).
e) Memasang spekulum 2, menjepit porsio dengan tenakulum arah jam
11.
f) Memasang sonde untuk mengetahui posisi uterus dan kedalam
cavum uteri (kedalaman cu: )
g) Membuka kemasan IUD, memasukkan pendorong ke dalam tabung
inserter.
h) Memasukkan lengan IUD ke dalam tabung inserter dengan cara
menahan ke-2 ujung lengan IUD dari atas penutup transparan dengan
jari telunjuk dari ibu jari tangan kiri, dorong inserter dengan tangan
kanan sampai ke pangkal lengan sehingga ke-2 lengan akan terlipat.
Tarik tabung inserter melewati ke-2 ujung lengan, kemudian dorong

279

inserter dan terasa ada tahanan yaitu batas lengan lempengan


tembaga.
i) Memegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong
tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang terlipat
dengan ujung leher biru bagian depan (dekat lengan IUD) sama
panjang dengan kedalaman cavum uteri yang telah diukur dengan
sonde.
j) Memasukkan IUD dengan pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis sesuai dengan arah dan posisi uterus, dorong tabung
inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada
tahanan.
k) Memegang dan menahan tenakulum dan pendorong degnan tangan
kiri, tangan kanan mendorong tabung inserter sampai pangkal
pendorong.
l) Mendorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati
sampai terasa ada tahanan.
m) Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang

dan menahan

tabung inserter, kemudian mengeluarkan sebagian tabung inserter


dari kanalis servikalis, gunting benang IUD 3-4 cm dari lubang
serviks.
n) Melepas tenakulum, kemudian menekan bekas jepitan tenakulum
dengan kasa depres sampai perdarahan berhenti.
o) Buang bahan-bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang sudah
disediakan.

280

p) Membereskan alat-alat dan merendam dalam larutan klorin 0,5%


selama 10 menit.
q) Mengajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD yaitu pada saat
setelah haid, anjurkan ibu untuk memeriksa benang IUD dengan cara
mencuci tangan, masukkan jari tengah pada alat kemaluan ibu dan
meraba benang IUD. Bila benang teraba berarti IUD masih
terpasang, bila tidak teraba kemungkinan IUD terlepas.
r) Menganjurkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah
pemasangan IUD ibu mengatakan perutnya tidak sakit, tidak mual.
s) Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi

8. Kontrasepsi mantap
A. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas (kesunburan ) seorang perempuan. (sarwono prawirohardjo 2006
MK 81 )
1) Profil
a) Sangat efektif dan permanent.
b) Tindak pembedahan yang aman dan sederhana
c) Tidak ada efek samping.
d) Konseling dan inform consent mutlak diperlukan.

2) Jenis
a) Minilaparrotomi

281

b) Laparoskopi
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-81)
3) Keuntungan :
a) Permanen
b) Tidak mempengaruhi proses menyusui
c) Tidak tergantung faktor senggama
d) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
e) Tidak ada perubahan fungsi seksual
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006. MK-82)
4)

Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi


a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
c) Infeksi sitematik atau pelvik yang akut
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
f) Belum memberikan persetujuan tertulis

B.

Vasektomi
Vasektomi adalah upaya untuk menghentikan fertilitas dimana
fungsi refroduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan
pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
( prawiro harjo 2006 MK 85)

1) Profil
a)

Sangat efektif dan permanent

b)

Tidak ada efek samping jangka panjang

c)

Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan

282

d)

Konseling dan informed consent mutlak diperlukan

2) Batasan
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasadiverensia sehingga
alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003. MK-82)
3) Kondisi yang memerlukan perhatian khusus
a) Infeksi kulit pada daerah operasi
b) Infeksi sistemik yang sangat menggangu kondisi kesehatan klien
c) Hernia inguinalis
d)Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang
menggunakan antikoagulansia

Vous aimerez peut-être aussi