Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB I

WIRAUSAHA PILIHAN HIDUP

A. Mengapa Harus Wirausaha ?


Pada masa sekarang seorang wirausaha dapat dikatakan sebagai
pahlawan ekonomi. Wirausaha mampu mengikis kemiskinan dan
pengangguran yang menjadi masalah krusial di negara kita. Seorang
wirausaha mampu mengubah sumber daya yang tidak dilirik dan
diperhitungkan orang lain menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis bagi
dirinya, keluarga, dan masyarakat sekitar. Wirausaha memiliki semangat
pantang menyerah. Kegagalan bagi seorang wirausaha sukses merupakan
kesuksesan yang tertunda. Nilai ibadah bagi seorang wirausaha adalah
keinginanya untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain (job
creator), dibandingkan hanya menjadi pegawai di suatu perusahaan atau
instansi pemerintah ( Job Seeker). Orang-orang yang memilih wirausaha
sebagai

pilihan

hidup

turut

membantu

perusahaan

membangun

perekonomian nasional.
Pengembangan kewirausahaan di tanah air tidak sepesat yang terjadi di
negara-negara maju. Dibuktikan dengan minimnya jumlah wirausahawan
di Negara kita yang hanya 0.18 persen dari total jumlah penduduk
Indonesia saat ini. Perekonomian yang kuat dibutuhkan lebih dari 2,5
persen

dari

total

penduduk

suatu

Negara.

Wirausaha

mampu

membangkitkan perekonomian karena menyediakan lapangan pekerjaan,


mengatasi kemiskinan, kontribusi pajak kepada pemerintah, dan
meningkatkan daya saing bangsa. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi
tahun 2006 yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik, jumlah pelaku usaha di
Indonesia tercatat sebanyak 22.737.314 unit. Hanya 44.038 unit yang
merupakan usaha berskala besar, sedangkan 152.789 unit adalah usaha
skala menengah. Sisanya didominasi usaha skala mikro sebesar
18.933.701 unit dan usaha skala kecil sejumlah 3.594.254 unit usaha.
Hingga tahun 2007, dari sisi penyerapan tenaga kerja, usaha menyerap
5.074.934 tenaga kerja ( tumbuh 0,23% dibandingkan tahun 2005),

sedangkan usaha menengah sebanyak 4.720.005 tenaga kerja. Usaha


mikro menyediakan lapangan pekerjaan bagi 77.061.669 tenaga kerja dan
usaha kecil sebanyak 7.416.417 tenaga kerja. Fakta demikian tentu sangat
membantu perekonomian bangsa ini, khususnya untuk mengatasi
tingginya angka pengangguran yang hingga tahun 2009 tercatat sebesar
8,39 persen dari total angkatan kerja (Bisnis Indonesia, Arah Bisnis &
Politik 2009. Jakarta: Bisnis Indonesia, 2009,p.85).
Data statistik sebagaimana dipaparkan, secara akumulatif menunjukkan
minimnya jumlah wirausaha di tanah air. Pertanyaan yang mendasar
adalah mengapa pertumbuhan wirausaha sangat minim dinegara ini?
Rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia dilatarbelakangi beberapa aspek
berikut :
1. Aspek Sosial Budaya
Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa menjadi pegawai
lebih tinggi derajatnya dari pada wirausahawan. Persepsi demikian
merupakan warisan colonial karena pada masa itu pribumi yang
menjadi pegawai jumlahnya sangat terbatas. Keterbatasan inilah yang
memposisikan pegawai pribumi menempati posisi tinggi dalam struktur
sosial kemasyarakatan. Dalam mendidik anak, kebanyakan orang tua
selalu mengharapkan anaknya mendapatkan pendidikan yang baik di
sekolah atau perguruan tinggi yang baik dan akhirnya mendapat
pekerjaan serta penghasilan yang baik pula. Jarang terlihat orang tua
yang mengarahkan masa depan anaknya untuk menjadi wirausaha,
banyak orang menganggap wirausaha tidak lebih dari seorang
pedagang! ada rasa malu bagi orangtua jika anaknya memilih profesi
sebagai pedagang.
Dalam lingkungan sistem pendidikan kewirausahaan belum
berkembang luas. Pendidikan kewirausahan belum menjadi mata
pelajaran atau kuliah wajib di berbagai jenjang pendidikan, kecuali pada
Sekolah Mengah Kejuruan (SMK), pendidikan non formal atau di
perguruan tinggi eks IKIP, khususnya pada program studi Tata Boga,
Tata Busana, dan Tata Rias, yang memang mengarahkan siswa atau
mahasiswanya untuk berkiprah di dunia usaha. Dalam masyarakat kita

masih berkembang budaya untuk tidak mengajarkan segala sesuatu


tentang uang kepada anak. Salah satu sifat seorang wirausaha adalah
menghargai uang meskipun bukanlah prioritas utama bagi wirausaha
sukses.
2. Aspek Politik
Pada ramah politik, belum banyak kebijakan-kebijakan politik
yang mengarahkan bertumbuh kembangnya kewirausahaan di tanah air.
Dalam sistem perpolitikan, bangsa ini masih disibukkan dengan belajar
bagaimana menata sistem demokrasi, sehingga melupakan penataan
sistem perekonomian. Hiruk pikuk tawar- menawar bagi kepentingan
partai politik tertentu masih mewarnai aktivitas para anggota leglislatif
ketika akan meluncurkan produk perdagangan yang terkait dengan
kebijakan

ekonomi

prorakyat.

Sistem

perpolitikan

kita

masih

melupakan konsep bahwa masyarakat demokratis tidak akan tercipta


dalam masyarakat yang belum sejahtera secara ekonomi. Kebijakan
penataan sistem demokrasi seiring dan sejalan dengan penataan
ekonomi.
3. Aspek Ekonomi
Kebijakan ekonomi yang dilansir pemerintah belum sepenuhnya
menstimulasi perkembangan kewirausahaan di tanah air. Kebijakan
membuka kran impor suatu produk seringkali merugikan para
pengusaha nasional karena harga produk mereka kalah bersaing
dibandingkan produk impor. Belum ada mekanisme dan kebijakan yang
ideal untuk melindungi produk nasional terutama untuk mengantisipasi
berbagai perjanjian perdagangan bebas. Megingat Indonesia memiliki
jumlah penduduk sebanyak 338 juta, Negara kita merupakan pasar yang
sangat potensial bagi pelemparan produk-produk Negara asing.
Ketidakberdayaan pemerintah dalam membentengi diri terhadap
serangan produk asing tersebut, menyebabkan tidak ada inisiatif bagi
kemunculan wirausaha-wirausaha baru.
4. Aspek Teknologi

Kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi sebenarnya

memberikan peluang munculnya wirausaha baru. Browsing internet


dapat dimanfaatkan sebagai ajang untuk membuka usaha atau bisnis.
Namun, tingkat literasi yang rendah terhadap teknologi informasi dan
komunikasi menyebabkan potensi ini belum dimanfaatkan sebagai
peluang usaha secara optimal. Masyarakat kita masih tergolong
pemakai (user) teknologi belum sebagai pencipta (creator). Munculnya
tren e-commerce, transaksi elektronik, virtual mail, e-marketing
sepertinya dianggap sebagai hal yang biasa saja oleh masyarakat kita
masih menggunakan metode konvensional cash atau tunai. Kebiasaan
bertransaksi model konvensional tersebut menyebabkan peluang
berwirausaha

dengan

memanfaatkan

teknologi

informasi

dan

komunikasi belum tergarap maksimal.

Soal :
1. Rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa
aspek ?
a. Aspek sosial budaya, aspek moral,aspek ekonomi , aspek politik
b. Aspek sosial budaya, aspek politik, aspek ekonomi, aspek teknologi
c. Aspek politik dan aspek moral

d. Aspek ekonomi dan aspek legalitas


e. Aspek teknologi informasi dan aspek social
2. Berapa persen jumlah wirausaha di Negara kita dari total jumlah penduduk
di Indonesia?
a. 0,76 %
b. 0,18 %
c. 0,73 %
d. 0,61 %
e. 0,81 %
3. Mengapa seorang wirausaha di katakan sebagai pahlawan ekonomi ?
a. Mampu mengikis kemiskinan dan pengangguran yang menjadi masalah
krusial di negara kita.
b. Mampu membuat Negara kita kaya .
c. Mampu membawa nama baik Indonesia.
d. Mampu membuat prestasi bagi diri sendiri

Kunci Jawaban :
1. b
2. b
3. a

Vous aimerez peut-être aussi