Vous êtes sur la page 1sur 6

ACARA 6

TINGKAH LAKU SOSIAL SEMUT MENCARI MAKAN


A. PENDAHULUAN
Kajian tentang tingkah laku hewan adalah salah
dalam

bidang

biologi

dan

merupakan

pengetahuan

satu aspek tertua


yang

penting

bagi

kelangsungan hidup manusia, karena dengan mempelajari kebiasaan-kebiasaan


berbagai hewan yang ada disekitarnya, manusia purba dapat meningkatkan
peluangnya

dalam mendapatkan ketersediaan

makanan

serta

dapat

menurunkan peluang mereka untuk menjadi mangsa bagi hewan-hewan lain


(Campbell, 2004).
Setiap

hewan

membutuhkan

makanan

untuk

memenuhi

kebutuhan

energinya. Hewan akan aktif melakukan pengamatan di sekitarnya untuk


menemukan makanan. Pada kelompok hewan yang yang melakukan kerja sama
dalam mendapatkan makanan biasanya salah satu dari anggota tersebut akan
memberikan

informasi

tentang

sumber makanan

pada anggota

lainnya.

Informasi tersebut setiap spesies memilki spesifikasi tertent, misalnya pada


lebah madu. Hewan ini akan menemukan tarian yang khas apabila menemukan
makanan. Akibat dari tarian tersebut maka anggota lainnya akan menetahui
tentang

adanya

makanan

tersebut.

Semut juga termasuk hewan yang melakukan kereja sama dalam mencari
makanan.

Apabila

salah

satu

semut

menemukan

makanan

maka

akan

diinformasikan pada anggota lainnya. Untuk terbentuknya kerja sama maka


kegiatan tersebut diawali dengan daya tark, kemudian dilanjutkan dengan
pendekatan, kemudian agregasi/pengelompokan, dan akhirnya dilakukan kerja
sama bersama-sama (Vita, 2010)
Secara luas, prilaku sosial dapat didefinisikan sebagai setiap jenis interaksi
antara dua hewan atau lebih, umumnya dari

spesies yang sama.

Meskipun

sebagian besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus bersosialisasi


pada siklus hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa spesies
menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam hubungan yang dekat dengan
spesies sejenisnya. Interaksi social telah lama menjadi suatu fokus penelitian
bagi peneliti yang mempelajari prilaku. Kerumitan prilaku meningkat secara

dramatis

ketika

percumbuan,

interaksi

kerjasama,

dan

antarindividu dipertimbangkan.
bahkan

Penyerangan,

kebohongan merupakan bagian dari

keseluruhan prilaku sosial. Prilaku sosial memiliki keuntungan dan biaya bagi
anggota spesies yang berinteraksi secara ekstensif (Campbell, 2004).
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan
semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon.
Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah
yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarangsarangnya

yang

teratur,

yang terkadang

terdiri

dari

ribuan

semut

per

koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu
semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk
mendukung

kegiatan

mereka.

Koloni

semut

kadangkala

disebut

superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah


kesatuan (Wikipedia, 2014).
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan
metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga
lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua
yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di
antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut
yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh
satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal
segmen ini bisa terwujud). Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki
eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga
sebagai tempat menempelnya otot. Pada kepala semut terdapat banyak organ
sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri
dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi
gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak
kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan
semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari
mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia,
memiliki penglihatan yang baik. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena
yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga
digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang
dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat

peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian
depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang
digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang,
dan untuk pertahanan (Tri, 2012).
Sebagaimana diketahui, dalam komunitas semut terdapat sistem komunikasi
yang rumit. Dengan sistem ini, semut dapat membedakan anggota koloni mereka
dengan pendatang. Kemampuan ini berfungsi sebagai

"sistem pertahanan

bersama". Namun, serangga pendatang dapat masuk ke sarang semut dengan


berbagai cara. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah berhasil
sandi komunikasi

dan identifikasi yang digunakan semut.

memecahkan

Dengan kata lain,

mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa semut, baik secara mekanik maupun
kimiawi (Yahya, 2004).
Hewan
koloninya.

kecil

ini

dalam

hidupnya

membentuk

satu

kesatuan

dalam

Suatu perilaku yang penting dan menarik untuk ditinjau dari

suatu

koloni semut adalah perilaku mereka pada saat mencari makan, terutama
bagaimana mereka mampu menentukan rute untuk menghubungkan antara
sumber makanan dengan sarang mereka. Ketika berjalan menuju sumber makanan
dan sebaliknya, semut meninggalkan jejak berupa suatu zat yang disebut
Pheromone. Semut-semut dapat mencium Pheromone, dan ketika memilih rute
yang akan dilalui, semut akan memiliki kecenderungan untuk memilih rute yang
memiliki tingkat konsentrasi Pheromone yang tinggi. Jejak Pheromone tersebut
memungkinkan semut untuk menemukan jalan kembali ke sumber makanan atau
sarangnya.

Seiring waktu, bagaimanapun juga jejak

dan akan mengurangi kekuatan daya tariknya.

Pheromone akan menguap

Lebih lama seekor semut pulang

pergi melalui suatu jalur, lebih tinggi pula jumlah Pheromone yang menguap.
Sebagai perbandingan, sebuah jalur yang pendek akan diikuti oleh semut lainnya
dengan lebih cepat, dan dengan demikian konsentrasi Pheromone akan tetap
tinggi. Penguapan Pheromone juga mempunyai keuntungan untuk mencegah
konvergensi pada penyelesaian optimal secara lokal. Jika tidak ada penguapan
sama sekali, jalur yang dipilih semut pertama akan cenderung menarik secara
berlebihan terhadap semut-semut yang mengikutinya. Pada kasus yang demikian,
eksplorasi ruang penyelesaian akan terbatasi. Oleh karena itu, ketika seekor semut
menemukan jalur yang bagus (jalur yang pendek) dari koloni ke sumber makanan,

semut lainnya akan mengikuti jalur tersebut, dan akhirnya semua semut akan
mengikuti sebuah jalur tunggal. Ide algoritma koloni semut adalah untuk meniru
perilaku ini melalui 'semut tiruan' berjalan seputar grafik yang menunjukkan
masalah yang harus diselesaikan. Perilaku mengikuti jejak Pheromone tersebut
telah dibuktikan secara eksperimental, digunakan oleh koloni semut untuk
mengetahui rute terpendek untuk mencapai sarang atau sumber makanan
berdasarkan jejak-jejak Pheromone yang ditinggalkan oleh masing-masing semut
yang ada. Berdasarkan perilaku tersebut, maka dikembangkanlah suatu algoritma
untuk menyelesaikan suatu masalah komputasi dengan menemukan jalur terbaik
melalui grafik (Adeputra, 2009).
Semut memiliki pola pengumpulan makanan yang unik, yaitu bekerja sama
antara satu semut pekerja dengan semut pekerja yang lain. Komunikasi antar
semut/pekerja dilakukan dengan melakukan kontak antena antar semut dan juga
dengan jejak kimia yang berupa hormon. Banyak spesies dari semut menggunakan
feromon untuk menandai rute dari makanan ke sarang (Wilson 1971).
Setelah menemukan makanan maka semut akan kembali ke sarang berhenti
sejenak selama perjalanan untuk memnempatkan penanda feromon pada jalan
yang dilewati. Kemudian semut tersebut melakukan perjalanan yang berulang dari
sarang ke tempat makanan untuk lebih menguatkan jejak yang tadinya telah
dibuat. Semut yang lain tidak tahu tentang makanan tersebut tetapi hanya
mengikuti jejak feromon yang telah dibuat oleh semut sebelumnya. Setelah
mengumpulkan makanan semut yang mengikuti juga melepaskan feromon saat
kembalinya. Feromon ini juga yang menyebabkan semut berjalan dalam barisan
yang lurus. Jejak feromon merupakan basis dari system informasi lokal. Dimulai
dengan satu individu atau grup kecil dari semut yang merespon adanya makanan
yang kemudian dibantu oleh semut yang lain yang mengikuti jejak feromon
(Pasteels et al ; 1987)
Semut memiliki tingkah laku/prilaku yang unik jika dilihat dari caranya mencari
makan. Untuk mengetahui bagaimana tingkah laku semut mencari makan, maka
dilakukannlah praktikum ini.
B. TUJUAN
Menentukan faktor-faktor terbentuknya kerja semut dalam memperoleh
makanan dan mendeskripsikan perilaku tersebut.

C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui perilaku semut dalam mencari makanan
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sama semut
3. Dapat mengetahui pola semut sebelum dan sesudah mencari makan

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat tulis
2. Semut
3. Nasi
4. Roti
5. Gula
E. CARA KERJA
F. HASIL PENGAMATAN
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN
DAFTAR PUSATAKA
Adeputra, Anugrah. Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah
Pewarnaan Graf. Bandung : ITB
Campbell, N. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Pasteels, J.M., Deneubourg, J.L. and Goss, S. 1987. individual to collective behavior
in social insects: Self-organization mechanisms in ant societies (I):Trail
recruitment to newly discovered food sources. Basel : les Treilles Workshop
Birkhauser.

Tri. 2012. The Ant. (online). http://triantjogja3.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-khusussemut.html. Diakses tanggal 29 November 2014.
Vita, I. 2010. Tingkah laku semut mencari makan. (Online).
http://lyavita.blogspot.com/2010/01/tingkah-laku-semut-mencari-makan.html.
Diakses tanggal 29 November 2014.
Wikipedia. 2014. Semut. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Semut. Diakses
tanggal 29 November 2014.
Wilson, E. O. 1971 The insect societies. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard
University Press.
LAMPIRAN

Vous aimerez peut-être aussi