Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
bidang
biologi
dan
merupakan
pengetahuan
penting
bagi
makanan
serta
dapat
hewan
membutuhkan
makanan
untuk
memenuhi
kebutuhan
informasi
tentang
sumber makanan
pada anggota
lainnya.
adanya
makanan
tersebut.
Semut juga termasuk hewan yang melakukan kereja sama dalam mencari
makanan.
Apabila
salah
satu
semut
menemukan
makanan
maka
akan
Meskipun
dramatis
ketika
percumbuan,
interaksi
kerjasama,
dan
antarindividu dipertimbangkan.
bahkan
Penyerangan,
keseluruhan prilaku sosial. Prilaku sosial memiliki keuntungan dan biaya bagi
anggota spesies yang berinteraksi secara ekstensif (Campbell, 2004).
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan
semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon.
Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah
yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarangsarangnya
yang
teratur,
yang terkadang
terdiri
dari
ribuan
semut
per
koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu
semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk
mendukung
kegiatan
mereka.
Koloni
semut
kadangkala
disebut
peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian
depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang
digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang,
dan untuk pertahanan (Tri, 2012).
Sebagaimana diketahui, dalam komunitas semut terdapat sistem komunikasi
yang rumit. Dengan sistem ini, semut dapat membedakan anggota koloni mereka
dengan pendatang. Kemampuan ini berfungsi sebagai
"sistem pertahanan
memecahkan
mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa semut, baik secara mekanik maupun
kimiawi (Yahya, 2004).
Hewan
koloninya.
kecil
ini
dalam
hidupnya
membentuk
satu
kesatuan
dalam
suatu
koloni semut adalah perilaku mereka pada saat mencari makan, terutama
bagaimana mereka mampu menentukan rute untuk menghubungkan antara
sumber makanan dengan sarang mereka. Ketika berjalan menuju sumber makanan
dan sebaliknya, semut meninggalkan jejak berupa suatu zat yang disebut
Pheromone. Semut-semut dapat mencium Pheromone, dan ketika memilih rute
yang akan dilalui, semut akan memiliki kecenderungan untuk memilih rute yang
memiliki tingkat konsentrasi Pheromone yang tinggi. Jejak Pheromone tersebut
memungkinkan semut untuk menemukan jalan kembali ke sumber makanan atau
sarangnya.
pergi melalui suatu jalur, lebih tinggi pula jumlah Pheromone yang menguap.
Sebagai perbandingan, sebuah jalur yang pendek akan diikuti oleh semut lainnya
dengan lebih cepat, dan dengan demikian konsentrasi Pheromone akan tetap
tinggi. Penguapan Pheromone juga mempunyai keuntungan untuk mencegah
konvergensi pada penyelesaian optimal secara lokal. Jika tidak ada penguapan
sama sekali, jalur yang dipilih semut pertama akan cenderung menarik secara
berlebihan terhadap semut-semut yang mengikutinya. Pada kasus yang demikian,
eksplorasi ruang penyelesaian akan terbatasi. Oleh karena itu, ketika seekor semut
menemukan jalur yang bagus (jalur yang pendek) dari koloni ke sumber makanan,
semut lainnya akan mengikuti jalur tersebut, dan akhirnya semua semut akan
mengikuti sebuah jalur tunggal. Ide algoritma koloni semut adalah untuk meniru
perilaku ini melalui 'semut tiruan' berjalan seputar grafik yang menunjukkan
masalah yang harus diselesaikan. Perilaku mengikuti jejak Pheromone tersebut
telah dibuktikan secara eksperimental, digunakan oleh koloni semut untuk
mengetahui rute terpendek untuk mencapai sarang atau sumber makanan
berdasarkan jejak-jejak Pheromone yang ditinggalkan oleh masing-masing semut
yang ada. Berdasarkan perilaku tersebut, maka dikembangkanlah suatu algoritma
untuk menyelesaikan suatu masalah komputasi dengan menemukan jalur terbaik
melalui grafik (Adeputra, 2009).
Semut memiliki pola pengumpulan makanan yang unik, yaitu bekerja sama
antara satu semut pekerja dengan semut pekerja yang lain. Komunikasi antar
semut/pekerja dilakukan dengan melakukan kontak antena antar semut dan juga
dengan jejak kimia yang berupa hormon. Banyak spesies dari semut menggunakan
feromon untuk menandai rute dari makanan ke sarang (Wilson 1971).
Setelah menemukan makanan maka semut akan kembali ke sarang berhenti
sejenak selama perjalanan untuk memnempatkan penanda feromon pada jalan
yang dilewati. Kemudian semut tersebut melakukan perjalanan yang berulang dari
sarang ke tempat makanan untuk lebih menguatkan jejak yang tadinya telah
dibuat. Semut yang lain tidak tahu tentang makanan tersebut tetapi hanya
mengikuti jejak feromon yang telah dibuat oleh semut sebelumnya. Setelah
mengumpulkan makanan semut yang mengikuti juga melepaskan feromon saat
kembalinya. Feromon ini juga yang menyebabkan semut berjalan dalam barisan
yang lurus. Jejak feromon merupakan basis dari system informasi lokal. Dimulai
dengan satu individu atau grup kecil dari semut yang merespon adanya makanan
yang kemudian dibantu oleh semut yang lain yang mengikuti jejak feromon
(Pasteels et al ; 1987)
Semut memiliki tingkah laku/prilaku yang unik jika dilihat dari caranya mencari
makan. Untuk mengetahui bagaimana tingkah laku semut mencari makan, maka
dilakukannlah praktikum ini.
B. TUJUAN
Menentukan faktor-faktor terbentuknya kerja semut dalam memperoleh
makanan dan mendeskripsikan perilaku tersebut.
C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui perilaku semut dalam mencari makanan
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sama semut
3. Dapat mengetahui pola semut sebelum dan sesudah mencari makan
Tri. 2012. The Ant. (online). http://triantjogja3.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-khusussemut.html. Diakses tanggal 29 November 2014.
Vita, I. 2010. Tingkah laku semut mencari makan. (Online).
http://lyavita.blogspot.com/2010/01/tingkah-laku-semut-mencari-makan.html.
Diakses tanggal 29 November 2014.
Wikipedia. 2014. Semut. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Semut. Diakses
tanggal 29 November 2014.
Wilson, E. O. 1971 The insect societies. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard
University Press.
LAMPIRAN