Vous êtes sur la page 1sur 9

201

PROPOSAL
SEMINAR
NASIONAL
LINGKUNGAN HIDUP
PENAMBANGAN EMAS BERKARAKTER KERAKYATAN DAN
BERPRESPEKTIF EKOLOGIS DI GUNUNG BOTAK (GB)
KABUPATEN BURU

PANITIA SEMINAR NASIONAL


UNIVERSITAS IQRA BURU
2012

PROPOSAL
SEMINAR SEHARI LINGKUNGAN HIDUP
PENAMBANGAN EMAS BERKARAKTER KERAKYATAN DAN
BERPRESPEKTIF EKOLOGIS DI GUNUNG BOTAK (GB) KABUPATEN
BURU
I.

PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia tidak akan terlepas dari ketergantungan terhadap alam.

Alam-lah yang menjadi tempat hidup manusia dan alam jualah yang menyediakan segala
sesuatu untuk kelangsungan hidup manusia. Bukti ketergantungan bangsa Indonesia
terhadap alam dapat dilihat dari pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang besarbesaran tanpa melihat kelanjutan fungsinya. Ditambah lagi dengan Era otonomi daerah
yang diterapkan di Indonesia cukup memperuncing permasalahan pengelolaan
lingkungan hidup, khusunya pemanfataan SDA di daerah, dimana masing-masing daerah
berlomba-lomba melakukan eksploitasi kekayaan alam masing-masing yang tentunya
akan berdampak pula pada lingkungan.
Masalah lingkungan, di dalam sektor apapun dan dimanapun menjadi sangat
menarik untuk dicermati. Namun seringkali masalah lingkungan masih saja
dinomortigakan setelah masalah politik dan juga ekonomi, jangan kan pada kabupaten
baru seperti Kabupaten Buru, daerah lain yang notabene sudah lebih mapan pun sama.
Eksploitasi SDA yang tanpa management dan control yang baik dan cenderung
menguntungkan "beberapa pihak" tentunya hanya akan menambah kerusakan
lingkungan dan mengorbankan rakyat kecil.
Masalah lingkungan terus berkembang menjadi persoalan sistemik sosial
masyarakat seiring meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap produkproduk yang dieksploitasi dari alam. Perkembangan masyarakat yang destruktif
membuat kondisi alam semakin mengkhawatirkan sehingga mengancam keselamatan
dan kesejahteraan masyarakat. Kerusakan alam menimbulkan bencana alam yang
banyak menelan korban, baik harta maupun nyawa, sehingga dibutuhkan respon dan
perhatian oleh semua lapisan masyarakat untuk menjaga, melestarikan maupun
mengantisipasi

kemungkinan

kerusakan-kerusakan

lingkungan

akibat

aktifitas

penambambangan yang eksploitatif dan tidak bersahabat terhadap alam. Kondisi alam
yang tidak stabil telah banyak menimbulkan kerugian bagi masyarakat miskin, mereka
yang tidak tahu apa-apa justru mereka yang menjadi korban akibat kerusakan
lingkungan.
Sejak ditemukannya tambang emas di kabupaten Buru, Provinsi Maluku,
Gunung Botak (GB) seolah menjadi surga baru bagi pemburu logam mulia itu.
Kedatangan puluhan ribu penambang emas benar-benar menyulap wajah lahan di GB
pun berubah menjadi sebuah kota baru. Yang paling dipermasalakan di dalam dampak
lingkungan akibat penambangan adalah material sisa/limbah akibat dari penambangan
yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yaitu:

1. Tailing adalah batuan-batuan sisa yang dihasilkan dari proses penambangan


yang sudah tidak dapat lagi diambil nilai ekonomisnya (secara teknologi),
sebenarnya tailing murni (tanpa tambahan zat kimia) lebih berdampak
terhadap kualitas fisik air sungai dan nilai estetika.
2. Limbah B3 (berbahaya dan beracun) yang berasal dari sisa bahan kimia
seperti Sianida dan Hg. Sianida merupakan zat kimia terampuh untuk
membunuh masnusia.
3. Logam berat lain As dan Cd, logam logam ini berasal dari batuan-batuan
yang mengandung biji emas, logam-logam ini berasosiasi dengan emas,
karena sifat sifat kimia dari logam tersebut. Dampak terhadap manusia dan
lingkungan yang paling parah adalah adanya sifat Bio magnifikasi dimana
logam-logam tersebut akan ikut berpindah dari tubuh predator awal hingga
terakumulasi dan terus bertambah didalam tubuh predator akhir (ikan ke
manusia).
4. Sedimen, jika tanah hasil galian tidak dikembalikan lagi, akan berdampak
kepada penyakit dan menjadi tempat tumbuh nyamuk.
5. Air asam tambang, yang terbentuk akibat adanya kontak batuan potensial
asam yang terekspos ke lingkungan akibat adanya penggalian dengan air.
Sehingga air yang dihasilkan mempunyai sifat yang sangat asam pH <4, hal
ini berdampak kepada matinya biota sungai dan kerusakan lingkungan sekitar
sungai.
Meskipun banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan akibat penambangan
emas, para penambang liar di sekitaran GB mau tidak mau terus bertahan, karena
pekerjaan itu telah menjadi tumpuan hidup bagi sebagian masyarakat di Pulau Buru,
mereka semua mempunyai hak yang sama di dalam mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan, dengan adanya kegiatan itu mau tidak mau mereka telah membantu
bergeraknya roda perekonomian di sekitar wilayah penambangan, dengan banyaknya
masyarakat yang dilibatkan mulai dari tenaga kerja, penyedia layanan jasa terhadap
pekerja, penampung hasil tambang, konsumen, dan juga pemerintah (pajak). Namun di
sisi lain pula terdapat dampak social. Para petani kecil, pedagang, buruh, bahkan siswasiwa yang kurang mampu akan beralih profesi sebagai penambang yang mengakibatkan
kemerosotan pada sektor lain. Hal ini jelas akan menghambat perkembangan dan
pembangunan ekonomi masyarakat maupun daerah yang juga merupakan masalah social
yang harus diantisipasi dan diselesaikan oleh pemerintah.
Masalah lingkungan akibat kerusakan alam akan memberikan dampak sistemik
terhadap kesejahteraan masyarakat, sehingga masyarakat harus dibuat peka terhadap
persoalan kerusakan alam yang terjadi di sekitarnya sehingga masyarakat dengan
sendirinya dapat mengambil sikap untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
Kesadaran masyarakat itu tentunya tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, sehingga
dibutuhkan pendidikan-pendidikan untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap
situasi dan kondisi alam di sekitar mereka. Pembangunan kesadaran masyarakat tidak
hanya cukup dengan memediasinya dalam pendikan teori semata tetapi dibutuhkan

upaya-upaya konkrit untuk membangun kesadaran yang lebih maju. Pembangunan


kesadaran

masyarakat

yang

lebih

maju

tersebut

dapat

dilakukan

dengan

pengorganisasian masyarakat, pengorganisasian ini bertujuan agar masyarakat dengan


sendirinya dapat melakukan protek terhadap kondisi alam di sekitar mereka sehingga
masyarakat dengan sendirinya akan menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar
mereka.
Berdasarkan data yang dihimpun baik melalui temuan lapangan dan observasi
awal dapat dilihat gambaran kondisi latar belakang dan masalah kerusakan alam secara
garis besar adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah seringkali
mengabaikan kemungkinan masalah lingkungan. Penambangan emas secara
besar-besaran telah menimbulkan dampak negative terhadap stabilitas
ekosistem, kondisi ini sangat rentan terhadap potensi bencan alam seperti
banjir ataupun bencana-bencana yang lainnya. Selain itu kebijakan
pembangunan industry yang tidak memiliki perspektif ekologis akan
memberikan konsekuensi kerusakan alam yang cukup parah, masyarakat
yang tinggal di sekitar penambangan akan merasakan dampak negative dari
pencemaran limbah seperti gangguan kesehatan hingga menimbulkan
persoalan ekonomi bagi masyarakat.
2. Tidak ada batasan dan pemetaan pengelolaan sumber daya alam yang Jelas
dan Layak
Setiap daerah memiliki bentangan lahan yang berbeda, sehingga pengelolaan
sumber daya alam yang dilakukan harus memiliki pemetaan proses
pengelolaan sumber daya alam terhadap kemungkinan dampak kerusakan
lingkungan yang akan terjadi. Faktor topografis sangat mempengaruhi
kerentanan terhadap bencana alam akibat kerusakan alam yang terjadi dari
aktifitas eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan. Kurangnya pemetaan
yang dilakukan oleh pemerintah maupun pengelola sumber daya alam
memberikan konsekuensi kerusakan lingkungan hidup dan bencana alam,
masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi korban kebijakan pengelolaan
sumber daya alam yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak pengelola.
3. Kedudukan masyarakat yang Subordinatif dalam proses penambangan
Lemahnya kesadaran ekologis masyarakat sehingga kebijakan penambangan
tidak dapat dikontrol, proses penambangan yang dilakukan tidak memiliki
perspektif ekologis yang membut kerentanan suatu daerah untuk terkena
dampak dari bencana alam akibat kerusakan lingkungan yang terjadi. Selain
itu peranan pemerintah masih sangat lemah untuk mendorong kesadaran
ekologis masyarakat yang menjadi faktor ketidak sesuaian proses
penambangan dan kelestarian lingkungan.
4. Lemahnya proteksi masyarakat terhadap kondisi alam di sekitar mereka

Lemahanya kesadaran ekologis dan meningkatnya kebutuhan untuk


memanfaatkan sumber daya alam memberikan dampak kerusakan lingkungan
yang luar biasa.
Persoalan-persoalan yang diakibatkan oleh penambangan emas di Kabupaten
Buru adalah bukti perkembangan konsepsi pembangunan yang destruktif, yang
dijalankan oleh pemerintah saat ini. Hal yang terpenting dari penyingkapan persoalan di
atas adalah dengan solusi dan tindakan kongkrit. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah
usaha kolektif dari seluruh masyarakat Kabupaten Buru untuk mendorong perubahan
konsep penambangan menjadi konsepsi penambangan yang berkarakter kerakyatan dan
berperspektif ekologis. Bertolak dari dasar pemikiran tersebut maka kami sebagai
akademisi Universitas Iqra Buru, menyelenggarakan sebuah seminar nasional
lingkungan hidup, yang diharapkan mampu menjadi media edukasi, transformasi dan
menjadi wadah aspirasi, bagi masyarakat untuk membangun tindakan preventif bersama
menghentikan dan mencegah kerusakan lingkungan.
II.

BENTUK KEGIATAN
Seminar Nasional Lingkungan Hidup, dengan tema:Penambangan Emas

Berkarakter Kerakyatan dan Berprespektif Ekologis Di Gunung Botak (GB) Kabupaten


Buru
III. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu pelaksanaan Seminar Nasional Lingkungan Hidup ini adalah:
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 09 Desember 2012
Jam
: 09.00 WIT s/d Selesai
Tempat
: Gedung A Kampus Universitas Iqra Buru-Namlea
IV.

TUJUAN KEGIATAN
Melalui Seminar ini diharapkan mampu menjadi media edukasi, diskusi,

transformasi, dan aspirasi masyarakat Buru terhadap krisis ekologis di Kabupaten Buru,
serta dapat memberikan solusi dan membangun tindakan preventif bersama mencegah
kerusakan lingkungan.
V.

TARGET KEGIATAN
a. Pemahaman/penyadaran terhadap peserta seminar.
b. Menghasilkan sebuah kesimpulan dari krisis ekologis di Kabupaten Buru.
c. Mendapatkan informasi tentang kerusakan lingkungan.
d. Masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya tentang kerusakan lingkungan
e. Masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan kerusakan
lingkungan

VI.

SASARAN KEPESERTAAN
a. Seluruh anggota koperasi tambang se-kabupaten Buru
b. Seluruh mahasiswa dan seluruh komponen Universitas
c. Lembaga dan instansi pemerintah terkait
d. Seluruh elemen masyarakat adat di Kabupaten Buru

VII. OUTPUT KEGIATAN


a. Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan penambangan yang berkarakter
ekologis dan berpihak pada masyarakat, sehingga perbaikan dan pencegahan
kerusakan lingkungan dapat dilakukan secara simultan.

b. Peserta seminar dapat memberikan informasi untuk masyarakat luas.


c. Peserta seminar dapat meluaskan pemahamannya sehingga upaya pencegahan
dan perbaikan lingkungan dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat.
d. Memberikan pemahaman kedalam unsur-unsur organisasi yang terlibat didalam
seminar agar memiliki perspektif ekologis.
VIII. INDIKATOR
a. Terbukanya ruang-ruang diskusi antara organisasi dan elemen masyarakat secara
luas dengan institusi pemerintah mengenai krisis ekologis di Kabupaten Buru.
b. Adanya ruang-ruang aspirasi masyarakat kepada sejumlah insitusi pemerintah
terkait dengan kerusakan lingkungan.
c. Adanya transformasi pemahaman pembangunan yang berperspektif ekologis
kepada seluruh peserta seminar.
d. Adanya dorongan persatuan untuk mensikapi krisis ekologis di Kabupaten Buru.
IX.

PEMATERI/NARA SUMBER
a. Prof. Dr. N. Huliselan, Guru Besar dan Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu
Kelautan Fakultas Perikanan Universitas Pattimura Ambon (Mantan konsultan
lingkungan pada PT. Freeport), dengan topik bahasan Lingkungan Hidup dan
Investasi di dalamnya
b. Dr. Zulfikar, M.Sc, Kepala Laboratorium Kimia Lingkungan Institut Teknologi
Bandung (ITB), dengan topik bahasan Eksplorasi program lingkungan hidup
c. Direktur PT. Aneka Tambang, dengan topic bahasan Konsep Pemberdayaan
Masyarakat (community development)
d. Prof. Dr. Bram, M.Sc, Pakar Lingkungan Hidup Universitas Pattimura Ambon
e. Kepala Dinas Pertmabangan Provinsi Maluku

X.

KONSEP SEMINAR DAN TEKNIS ACARA

No
Waktu
1 Sabtu 09.00 Wit
2 Sabtu 09.10 Wit
Sabtu 10.30 Wit
3
4
5
6

Sabtu 10.35 Wit


Sabtu 12.45 Wit
Sabtu 12.50 Wit
Sabtu 13.30 Wit

7
8
9
10
11

Sabtu 15.00 Wit


Sabtu 15.45 Wit
Sabtu 16.20 Wit
Sabtu 16.30 Wit
Sabtu 17.00 Wit

Acara
Pembukaan acara seminar
Sambutan-sambutan :
1. Ketua Panitia
2. Rektor UNIQBU
3. Bupati Kabupaten Buru
Eksplorasi krisis ekologis
Eksplorasi program lingkungan hidup
Ishoma
Eksplorasi Masalah Kerusakan Lingkungan
Perspektif Pemerintah Daerah
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Diskusi
Ishoma
Pembacaan kesimpulan hasil diskusi
Penyerahan hasil diskusi kepada PEMDABURU sebagai bentuk aspirasi masyarakat

Keterangan
Co. acara + Mc
Mc

Pemateri
Pemateri
Co. Acara Panitia
Pemateri
Pemateri
Moderator
Co. Acara Panitia
Moderator
Panitia

12 Sabtu 17. 30 Wit


XI.

Penutup

Co. acara + Mc

STRUKTUR KEPANITIAAN
Pelindung
: Rektor Univ. Iqra Buru; Dr. Abdul Haris Fatgehipon
Penanggung jawab
: Wakil Rektor III; Sofian Malik, S.H., M,H
Organizing Commite :
Ketua
: Said Fais Assagaf, ST., M.T
Wakil
: Saleh Tuharea, S.Hut., M.T
Sekretaris
: Siti Hajiyanti, S.Pd
Bendahara
: Arfa Umasugi
Co. Kesekret. : Saidna Zulfiqar, Lc., M.Pd
Co. Acara
: Rochani Keiya, SH
Co. Humas
: Sahlan Tomia, SE., M.Si
Co. Perlngkpn : Rusdianto, S.Hut
Co. Dokumnt : Asdar, S.P., M.Si
Co. Konsumsi : Rosnani, SE

XII. RENCANA ANGGARAN


RANCANGAN BIAYA PENGELUARAN
I. PEMASUKAN
Subsidi Organisasi
Subsidi Kampus
Total

(RUPIAH)
100,000.00
2,000,000.00
2,100,000.00

Total

750,000.00
1,000,000.00
50,000
2,050,000.00
1,000,000.00
4,800,000.00

II. PENGELUARAN
A. Kesekretariatan
Penggandaan proposal
Surat menyurat
Stempel dan landasan
Alat tulis kantor
Uniform Panitia

B. Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi


1) Publikasi
Stiker
Pamflet
Spanduk
Umbul-umbul
Undangan
Total
2) Dekorasi
Sewa backdroup
Kain, kertas dan lem

500,000.00
2,000,000.00
1,000,000.00
100,000.00
100,000.00
3,700,000.00

Total

500,000.00
500,000.00
1,000,000.00

Total

1,000,000.00
100,000.00
1,000,000.00
2,100,000.00

3) Dokumentasi
Dokumentasi elektronik
Cuci cetak film
Sewa Viewer

C. Humas
Perijinan
Keamanan
Publikasi
Delegator korban konflik
Total
D. Perlengkapan
Sound system
Total
E. Transportasi, Akomodasi Peserta & Pembicara
Transportasi Pemateri
Penginapan Pemateri
Akomodasi peserta
a. Buklet materi
b. Seminar kit,
c. Sertifikat
d. Pembicara
Total
F. Konsumsi
Makan
Snack
Galon
Kopi dan The

600,000.00
600,000.00

10,000,000.00
5,000,000.00
2,000,000.00
2,000,000.00
850,000.00
3,000,000.00
22,850,000.00

Total

10,000,000.00
2,000,000.00
55,000
50,000
12,105,000.00

Total

2,000,000.00
2,000,000.00

G. Dana Taktis

H. Rekapitulasi Pengeluaran
1. Kesekretariatan
2. Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi
3. Humas
4. Perlengkapan
5. Transportasi Akomodasi peserta & Pembicara
6. Konsumsi
7. Dana Taktis
Total
SALDO KURANG:

Total kekurangan dana


(Dicari dari sponsor dan donatur)
XIII. SPONSORSHIP
a. Sponsor Tunggal

200,000.00
200,000.00
2,000,000.00
8,000,000.00
10,400,000.00

4,800,000.00
3,700,000.00
10,400,000.00
500,000.00
22,850,000.00
12,105,000.00
2,000,000.00
56,355,000.00
56355000 2100000 =
54,255,000.00
54,255,000.00

Dalam pengertian bahwa pihak (instansi) terkait mendukung atau bekerja sama
dengan pihak penyelenggara (UNIQBU) dan menutupi semua dana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan dan menjadi satu-satunya sponsor dalam
penyelenggaraan kegiatan. Untuk ketentuan dan syarat kerjasama dengan instansi
(perusahaan) terkait dalam hal promosi produk dsb, berdasarkan kesepakatankesepakatan dengan pihak penyelenggara.
b. Sponsor Utama
Dalam pengertian bahwa pihak (instansi) terkait mendukung atau bekerja sama
dengan pihak penyelenggara (UNIQBU) dengan menutupi 75% dana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk ketentuan dan syarat kerjasama
dengan instansi (perusahaan) terkait dalam hal promosi produk dsb, berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan dengan pihak penyelenggara.
c. Sponsor Pendamping
Dalam pengertian bahwa pihak (instansi) terkait mendukung atau bekerja sama
dengan pihak penyelenggara (UNIQBU) untuk pengadaan dana dengan jumlah
tertentu atas kesepakatan bersama dengan pihak penyelenggaran kegiatan.
XIV. PENUTUP
Krisis ekologis di Kabupaten Buru saat ini bisa dilihat sebagai akibat dari
perkembangan destruktif penambangan yang diterapkan oleh pemerintah. Tingginya
intensitas pendegradasian lahan mengakibatkan banyak lahan tambang rentan terhadap
bencana tanah longsor. Krisis ekologis ini diakibatkan oleh tingginya intensitas
penambangan yang tidak termanagement dengan baik. Krisis ekologis inipun
memberikan persoalan-persoalan ekonomi dan sosial bagi rakyat kecil. Sehingga krisis
ekologis ini harus disikapi sebagai bentuk keobyektivan proses pembangunan. Tingginya
intensitas bencana dan konflik akibat penambangan ini memberikan bukti bahwa krisis
ekologis harus segera disikapi secara koletitif baik oleh pemerintah ataupun masyarakat
untuk mendorong proses pembangunan yang lebih baik.
Ketua

Namlea, 28 November 2012


Panitia Seminar Nasional Lingkungan Hidup
Sekretaris

Said Fais Assagaf, ST.,M.T

Saleh Tuharea, S.Hut.,M.T


Mengetahui
Rektor Universitas Iqra Buru
Dr. Abdul Haris Fatgehipon

Vous aimerez peut-être aussi