Vous êtes sur la page 1sur 4

ASPEK YANG MEMPENGARUHI KENYAMANAN PEJALAN KAKI PADA

KAWASAN STASIUN KERETA API


Aldo Wicaksono Siregar
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65141, Indonesia
Email: aldowsiregar@gmail.com
ABSTRAK
Di zaman yang serba berkembang ini aktivitas manusia yang menggunakan jasa transportasi
umum semakin meningkat ,sehingga masyarakat perlu menggunakan sebuah transportasi yang
cepat dan efisien. Kereta api adalah salah satu pilihan moda transportasi yang menjadi pilihan
utama masyarakat di zaman serba berkembang ini,stasiun kereta api merupakan bangunan yang
bersifat publik, sehingga banyak aktivitas yang terjadi di dalam dan luar stasiun.banyaknya
aktivitas yang terjadi tidak lepas dari pola pergerakan manusia itu sendiri, arus pergerakan dari
tempat awal menuju tempat akhir yang mereka tuju,kualitas ruang dan jalur sebagai media
manusia bergerak menjadi faktor utama dalam perencanaan sebuah stasiun. Stasiun kereta api
layaknya memberikan sebuah kepuasan terhadap pengguna transportasi kereta api dalam segi
kenyamanan dan kemanan, bergerak berarti berjalan, fenomena ini mutlak adanya di sebuah
stasiun kereta api,terutama pada jalur pedestrian di ruang luar stasiun, kenyamanan dan
keamanan menjadi salah satu aspek yang menarik untuk dikaji, untuk itulah kenyamanan dan
keamanan bagi pejalan kaki harus di perhatikan,bagaimana memberikan rasa nyaman dan
aman bagi pejalan kaki yang hendak menggunakan jasa transportasi kereta api, dan faktor
faktor apa saja yang membuat nyaman pengguna pedestrian yang hendak menuju stasiun.
Kata kunci: Stasiun,Pedestrian,Pejalan kaki

PENDAHULUAN
Jalur
pedestrian
merupakan
wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan
kaki melakukan aktivitas, di era sekarang ini
kepadatan kota semakin meningkat drastis
sehingga waktu menjadi sangat berarti bagi
manusia. Manusia masih mengira dengan
menggunakan kendaraan pribadi mereka
akan terhindar dari kepadatan lalu lintas,
Meski jarak tujuan yang ditempuh dekat
daripada harus berjalan kaki menuju tempat
yang akan mereka tuju. Bagi mereka yang
menggunakan kereta api mungkin lebih baik
berjalan kaki menuju stasiun daripada
menggunakan kendaraan bermotor begitu

pula sebaliknya, penumpang yang baru tiba


di stasiun lebih memilih berjalan menuju
tujuan mereka masing-masing, ada yang
menggunakan trasnportasi berjalan kaki
sebagai moda antara menuju kendaraan
umum, dan ada juga yang menuju kendaraan
pribadi mereka.
Jalur pedestrian yang mereka
lalui haruslah memiliki faktor kenyaman dan
kemanan, ini dimaksudkan agar pengguna
pedestrian ways merasa betah menggunakan
transportasi berjalan kaki. Kemudahan
dalam menemukan tujuan yang akan mereka
tuju, kenyamanan sepanjang koridor
pedestrian, dan sebagainya. Terkadang
dalam suatu perancangan jalur pedestrian
khususnya
kawasan
stasiun
masih

terlupakann
untuk
dirancang
agar
memberikan kenyamanan bagi
para
penggunanya. Contohnya jalur pedestrian
yang beralih fungsi menjadi lapak pedagang
kaki lima, Penumpang yang baru saja turun
kesulitan keluar dari pintu keluar karena
sempitnya lahan yang digunakan sebagai
parkir kendaraan, belum rusak nya fasilitas
pedestrian yang menyulitkan penumpang
yang membawa banyak bawaan. Padahal
pengguna pedestrian di kawasan stasiun
menampung segala aktivitas yang ada di
kawasan tersebut. Di samping hal tersebut
terdapat pula faktor psikis, antara lain
kemanan (sampai sejauh mana jalur
pedestrian tersebut memberikan rasa aman
bagi penggunanya).

TINJAUAN TEORI
Menurut Rubenstein ( 1987 ), terdapat
beberapa kategori pejalan kaki,Menurut
sarana perjalanannya:
1. Pejalan kaki penuh, merupakan
mereka yang menggunakan moda
jalan kaki sebagai moda utama, jalan
kaki digunakan sepenuhnya dari
tempat asal sampai ke tempat tujuan.
2. Pejalan kaki pemakai kendaraan
umum, merupakan pejalan kaki yang
menggunakan moda jalan kaki
sebagai moda antara. Biasanya
dilakukan dari tempat asal ke tempat
kendaraan umum, atau pada jalur
perpindahan rute kendaraan umum,
atau
tempat
pemberhentian
kendaraan umum ke tempat tujuan
akhir.
3. Pejalan kaki pemakai kendaraan
umum dan kendaraan pribadi,
merupakan
mereka
yang
menggunakan moda jalan kaki
sebagai moda antara, dari tempat
parkir kendaraan pribadi ke tempat
kendaraan umum, dan dari tempat

parkir kendaraan umum ketempat


tujuan akhir perjalanan.
4. Perjalanan terminal, merupakan
perjalanan yang dilakukan antara
asal dengan area transportasi,
misalnya : tempat parkir, halte bus
dan sebagainya.
Menurut Iswantoe (2006), beberapa fasilitas
jalur pedestrian yang berada di area terbuka
seperti stasiun terdirin dari:
1. Trotoir / sidewalk, yaitu fasilitas
jalur pedestrian dengan lantai
perkerasan yang terletak di kanankiri fasilitas jalan kendaraan
bermotor.
2. Zebra cross, yaitu fasilitas jalur
pedestrian sebagai fasilitas untuk
menyebrang
jalan
kendaraan
bermotor.
Sedangkan street furniture yang harus ada di
pedestrian ways adalah.
1. Lampu penerangan
a. Lampu pejalan kaki Tinggi
lampu
4-6
meter.
Jarak
penempatan 10-15 meter,tidak
menimbulkan
black
spot.
Mengakomodasi
tempat
menggantung / banner umbulumbul. Kriteria desain terbuat
dari bahan anti vandalism,
terutama bola lampu.
b. Lampu
penerangan
jalan
Penempatannya
direncanakan
sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan penerangan yang
menyeluruh ini di maksudkan
sebagai faktor keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna jalan
serta mengarahkan dengan jelas.

2. Halte Kendaraan umum


Peletakan halte angkutan harus ada
untuk mempermudah pejalan kaki
pengguna kendaraan umum dapat
dengan
mudah
mengetahui
keberadaan kendaraan umum yang
akan di gunakan, serta pengadaan
halte akan lebih membuat rasa aman
bagi pengguna pedestrian yang
menunggu kendaraan umum.
3. Ramp tepi jalan
Perubahan pada permukaan jalan ke
trotoar dan trotoar kejalan masuk
menuju stasiun akan menimbulkan
persoalan yang paling banyak bagi
para cacat fisik. Untuk memudahkan
pergerakan diatas penyangga yang
rendah, sebuah ramp tepi harus
dipasang. Permukaan tidak boleh
licin tetapi tidak boleh dibuat alur,
karena alur ini dapat terisi oleh air
dan menjadikan ramp tersebut licin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kenyamanan pejalan kaki di kawasan
stasiun.
Jalur pedestrian harus memiliki rasa
aman dan nyaman terhadap pejalan kaki,
kemanan disini dapat berupa kondisi psikis
seperti kriminalitas. Serta kalayakan jalur
pedestrian, dapat berupa pemasangan barier
pada pedestrian yang bersebelahan dengan
jalur
lalu
lintas
yang
padat
arusnya.pengguna jalur pejalan kaki juga
harus merasa nyaman, penumpang kereta api
yang baru turun dari kereta api dan
menggunakan transportasi berjalan kaki
sebagai
moda
transportasi
penuh
membutuhkan rasa nyaman dari kepenatan
aktivitas yang di lalui, ini bisa bersifat
rekreatif.

Kemanan (safety)
Salah satu penyebab banyaknya
tingkat kecelakaan yang terjadi pada pejalan
kaki di jalur pedestrian adalah akibat
pencampuran fungsi jalur pedestrian dengan
aktivitas lain nya.elemen elemen yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan keamanan
pedestrian adalah:
- Harus memiliki barier atau pembatas
antara trotoar/pedestrian dengan
jalan raya
- Kondisi musim yang berubah
ubah,mensiasati faktor alam seperti
hujan dan terik matahari.
- Jalur pedestrian digunakan untuk
berjalan pada malah dan siang hari
mempunya penanganan khusus,
contohnya pemeliharaan lampu jalan
agar tidak ada yang rusak sehingga
dapat digunakan di malah hari dan
memberikan rasa
aman bagi
pengguna.
Kenyamanan (Comfort)
Kenyamanan pada jalur pedestrian
tentunya juga mempertimbangkan aspek
manusiawi.
Faktor faktor yang mempengaruhi
kenyamanan:
- Sirkulasi : kenyamanan dapat
berkurang akibat sirkulasi yang
kurang baik, misalnya tidak ada
kejelasan sirkulasi, pencampuran
fungsi , kendaraan bermotor yang
masuk ke trotoar.
- Visualisasin mencakup kebersihan
sepanjang
jalur
pedestrian,keindahan,dan
juga
kemanan baik dari faktor fasilitas
maupun faktor lain nya.
Kondisi Walkability Kawasan
Karakteristik utama dari area yang
walkable adalah memiliki kejelasan
keberadaan
trotoar
dan
fasilitas
penyeberangan yang bisa diakses pejalan

kaki normal maupun berkebutuhan khusus


tanpa
mengalami
gangguan
yang
membahayakan
baik
dari
hambatan
permanen, PKL dan pengguna jalan lainnya.
Disusul dengan karakteristik lainnya seperti
penerangan dan keamanan dari tindakan
kriminal, keterlindungan terhadap panas &
hujan, ketersediaan serta kemenarikan steet
furniture dan fungsi bangunan disekitarnya
Karakteristik utama dari area nonwalkable adalah tiadk terdapat jalur pejalan
kaki ataupun tersedianya jalur pejalan kaki
dalam kondisi buruk dan sulit untuk diakses
dengan banyak hambatan baik halangan dari
PKL dan pengguna jalan lainnya yang
membahayakan. Opsi berjalan kaki pada
area yang nonwalkable merupakan pilihan
yang sulit dan tidak memberi kenyamana
serta kemudahan bagi pejalan kaki.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian artikel ini
kesimpulan yang di dapat bahwa aspek
kenyamanan bagi pejalan kaki adalah,
dimana pengadaan street furniture yang
dapat memberikan rasa aman dan nyaman
dengan menawarkan berbagai fasilitas untuk
kemudahan dalam berktivitas.
Sebuah aktivitas manusia dapat ditunjang
penuh dengan fasilitas penunjang/street
furniture yang ada di jalur pedestrian. Aspek
keamanan juga dapat mempengaruhi pejalan
kaki di sekitar stasiun dimana pengguna
yang menuju stasiun dari tujuan awal
mereka atau sebaliknya memerlukan sebuah
kondisi aman yang maksimal, karena stasiun
dan sifat penumpang yang publik dan
membawa bawaan.
Sedangkan untuk pedestrian khusus
di stasiun memerlukan sebuah peneranganan
khusus seperti halte kendaraan umum, zebra
cross diletakan di posisi yang menuju ke
tempat tujuan penumpang/bakal penumpang

kereta api, perlu adanya batasan batasan


lahan parkir dan PKL agar penumpang dan
calon penumpang merasa nyaman dan aman.

DAFTAR PUSTAKA
Iswantoe, Danoe,2006. pengaruh elemen elemen pelengkap jalur pedestrian terhadap
kenyamanan pejalan kaki .
Jamal, L. Z., 2013. walkability pada
kawasan
berbasis
transit
oriented
development.
Catanese, A.J., Snyder, J.C,. , Susongko.
Pengantar Perencanaan Kota.Jakarta:
Erlangga

Vous aimerez peut-être aussi