Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A.

Masalah Utama.
Perubahan isi pikir : waham

B.

Pengertian.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien (1).
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu
yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan
dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan,
klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah
tegang, mudah tersinggung (2).

C.

Proses terjadinya masalah


1.

Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri :
harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.(3)

2.

Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya
adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

D.

Pohon masalah

Kerusakan
komunikasi
verbal

Resiko tinggi
mencederai diri,
orang lain dan
lingkungan

Perubahan isi
pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah

E.

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1.

Masalah keperawatan :
a.

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b.

Kerusakan komunikasi : verbal

c.

Perubahan isi pikir : waham

d.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2.

Data yang perlu dikaji :


a.

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


1). Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan
kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah,
melukai

merusak

barang-barang

dan

tidak

mampu

mengendalikan diri
2). Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras,
bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak
dan melempar barang-barang.

b. Kerusakan komunikasi : verbal


1). Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata kurang

c. Perubahan isi pikir : waham ( .)


1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2). Data objektif :
Klien

tampak

tidak

mempunyai

orang

lain,

curiga,

bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut,


kadang

panik,

sangat

waspada,

tidak

tepat

menilai

lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah


tersinggung
d. Gangguan harga diri rendah
1). Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri
2). Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin
mengakhiri hidup

F.

Diagnosa Keperawatan
a.

Kerusakan

komunikasi

verbal

berhubungan dengan waham


b.

Resiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan berhubungan dengan waham

c.

Perubahan isi

pikir : waham (..)

berhubungan dengan harga diri rendah.

E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan
dengan waham
1.

Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

2.

Tujuan khusus :
a.

Klien

dapat

membina

hubungan

saling

percaya

dengan

perawat
Tindakan :
Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik,

perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan


yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien:

katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima


keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat
tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,

tidak

membicarakan isi waham klien.


Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan

terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien


berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas

harian dan perawatan diri.


b.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien

yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki

pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.


Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan

untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan

sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien


bahwa klien sangat penting.
c.

Klien

dapat

mengidentifikasikan

kebutuhan

terpenuhi
Tindakan :

Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

yang

tidak

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik

selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas,


marah).
Hubungkan

kebutuhan

yang

tidak

terpenuhi

dan

timbulnya waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan

klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika


mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk

menggunakan wahamnya.
d.

Klien dapat berhubungan dengan realitas


Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri,

orang lain, tempat dan waktu).


Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok :

orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan

klien
e.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Tindakan :
Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis,

frekuensi, efek dan efek

samping minum obat.

Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar

(nama pasien, obat,

dosis, cara dan waktu).

Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping

obat yang dirasakan.


Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f.

Klien dapat dukungan dari keluarga


Tindakan :

Diskusikan

dengan

keluarga tentang: gejala

keluarga

melalui

pertemuan

waham, cara merawat klien,

lingkungan keluarga dan follow up obat.

Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan berhubungan dengan waham
a. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus:
1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak
menjawab.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan
klien dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
saat jengkel/kesal.
Observasi tanda perilaku kekerasan.
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.

Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya


selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Tindakan:
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam
jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:

Bantu memilih cara yang paling tepat.

Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah


dipilih.

Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang


dicapai dalam simulasi.
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat

jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat

klien melalui pertemuan keluarga.


Beri

keluarga.

reinforcement

positif

atas

keterlibatan

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).


Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama,

dosis, frekuensi, efek dan efek samping).


Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5

benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).


Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek

samping obat yang dirasakan.


Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( .. )
berhubungan dengan harga diri rendah
1.

Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien
akan meningkat harga dirinya.

2.

Tujuan khusus :
a.

Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :

Bina

hubungan

saling

percaya

salam

terapeutik,

perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan


yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)

Beri

kesempatan

pada

klien

untuk

mengungkapkan

perasaannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang


berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri

b.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki
Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu


klien, utamakan memberi pujian yang realistis

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki

c.

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

Diskusikan

pula

kemampuan

yang

dapat

dilanjutkan setelah pulang ke rumah


d.

Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai kemampuan


Tingkatkan

kegiatan

sesuai

dengan

toleransi

kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh

klien lakukan
e.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan


kemampuan
Tindakan :
Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah

direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang

cara merawat klien


Bantu keluarga memberi dukungan selama klien

dirawat

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Beri reinforcement positif atas keterlibatan


keluarga

DAFTAR PUSTAKA
1.

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa.


Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003

2.

Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan


jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999

3.

Tim

Direktorat

Keswa.

Standart

asuhan

keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000


4.

Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada


keperawatan

psikiatri;

pedoman

untuk

pembuatan

rencana

keperawatan. Jakarta: EGC. 1998


5.

..Pelatihan asuhan keperawatan pada


klien gangguan jiwa. Semarang. 20 22 Novembr 2004. unpublished

KHAIDIR MUHAJ BLOG'SITE


Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan

ASKEP WAHAM
Label: Askep Jiwa, Perkuliahan
A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah,
keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat,
BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan
latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993).
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita
biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.
2. Faktor Predisposisi dan Prespitasi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen,
1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan.
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanakkanak.
b. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.

Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan.
Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi
dan stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar
belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang
tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak
berguna ataupun tidak berdaya.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan
Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
a. Waham dengan perawatan minimal
1) Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
2) Bersosialisasi dengan orang lain.
3) Mau makan dan minum.
4) Ekspresi wajah tenang.
b. Waham dengan perawatan parsial
1) Iritable.
2) Cenderung menghindari orang lain.
3) Mendominasi pembicaraan.
4) Bicara kasar.
c. Waham dengan perawatan total
1) Melukai diri dan orang lain.
2) Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
3) Gerakan tidak terkontrol.
4) Ekspresi tegang.
5) Iritable.
6) Mandominasi pembicaraan.
7) Bicara kasar.
8) Menghindar dari orang lain.
9) Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
10) Perilaku bazar.
4. Jenis-Jenis Waham
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal
yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal Ideas of
reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu
dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai
hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.

g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
5. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat
menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang
aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang
praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik
dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang
lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti:
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki
prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir
adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham
1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan
secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan
masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data
primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan,
catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah
Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu
pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan
yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

d. Aspek fisik / biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi
badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan
klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud
harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien
disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi
sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan
sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie,
dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh
Carpernito, 1983)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian
adalah:
a. Gangguan proses pikir; waham.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
c. Resiko menciderai orang lain.

d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.


e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
f. Tidak efektifnya koping individu.

Klik gambar untuk memperbesar!


Daftar pustaka
Stuart. GW dan Sundeen.Buku Saku Keperawatan Jiwa.edisi 3.Jakarta : EGC, 1998.
Maramis, WF. Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya : Airlangga University Press, 1995.
Direktorat Kesehatan Jiwa.Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan pada Kasus di RSJ dan di RSKO.Jakarta : Depkes RI, 1998.
Pusdiknakes.Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Penyakit Jiwa.
Jakarta : Depkes, 1994.
Mulyani.Yeni . . Materi kuliah keperawatan jiwa . . progsus pkm rantau, 2009

Edisi I.

Vous aimerez peut-être aussi