Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Resvia Arwinda, S. Kep
NIM. I1B110014
pembedahan
yang
sebuah
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui
vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum
sebagai pengganti kelahiran normal. (Yusmiati, 2007)
Cephalopelvic Disproportion ( CPD ) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin
dengan bentuk dan ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat
keluar
melalui
vagina.
Disproporsi
sefalopelvik
adalah
keadaan
yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika kepala
bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Sering kali, diagnosis ini
dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu
dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis
of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah caesar di Amerika Utara
dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan
seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk
meningkatkan peluangnya untuk melahirkan melalui vagina.
B. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio sesarea.
: Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan
menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os koksigis (tl.tungging). Pada wanita, di luar
kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan
dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya ujung koksigis
dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila
ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin
dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul
terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
1. Pintu Atas Panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan
memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari
tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus
pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada
promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata
diagonalis. Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian
tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.
2. Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.
Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat
penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah
kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum
merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi
spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.3,4 .
3. Pintu Bawah Panggul Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri
dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber
isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran
klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak
dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5
cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
b.
Plasenta previa
c.
Gawat janin
d.
e.
f.
Hipertensi
g.
h.
i.
j.
Distosia serviks
k.
l.
Malpresentasi janin :
Letak lintang
-
Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang terbaik dalam
segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio sesarea walau
tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
Letak bokong
Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
-
Panggul sempit
Primigravida
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila
-
Gawat janin
Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d.
Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.
Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.
3) Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit
jalan lahir.
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran
pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi
lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan
pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit
secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara
kepala dan panggul.
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul
sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu :
sempurna,
dinding-dinding
panggul
tidak
berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke
dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi
lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu
atas panggul. Hal ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada bidang transversal
sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea. Penyempitan pintu tengah
panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti penyempitan pada pintu atas
panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter interspinarum
ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang.
3) Penyempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan
pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
4) Perkiraan kapasitas panggul sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya padatuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi
badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit,
namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat
memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan
kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat
badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan
tentang keadaan panggul. Pelvimetri terdiri dari :
a. Pelvimetri luar
Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran
panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai
antara lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan
sebagainya. Yang diukur adalah :
Distansia spinarum ( 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior superior
promotorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Pemeriksaan ini mendapatkan konjugata diagonal. (Aflah Nur, 2010).
c. Pelvimetri roentgenologik
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemukan
angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul.
5) Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang melebihi 5000
gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500
gram adalah 0,4%. Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan
dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500 gram. Kesulitan dalam
persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya
terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang
lebar sulit melalui rongga panggul.
H. Penatalaksanaan Chepalopelvik Disproporsi
1) Persalinan Percobaan
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung berbagai faktor, antara
lain : bentuk panggul, ukuran panggul, pergerakan sendi-sendi panggul, besarnya
kepala janin, persentasi dan posisi kepala, serta his. Secara pasti, sebelum persalinan
berlangsung hanya dapat ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, jika CV < 8 cm
dilakukan sectio caesarea primer sedangkan CV > 8 -10 cm dapat dilakukan persalinan
percobaan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak
dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ada 2
macam persalinan percobaan, yaitu :
a. Trial of labor, dimulai pada permulaan persalinan dengan pervaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam
keadaan baik (dikatakan berhasil).
b. Test of labor, dimulai pada saat pembukaan lengkap dan berakhir 1 jam
sesudahnya. Setelah 1 jamkepala turun sampai H III, test of labor berhasil. Persalinan
percobaan dihentikan jika pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuan, keadaan
ibu atau anak menjadi kurang baik, ada lingkaran retraksi yang patologis,
dan
2)
3)
4)
2)
3)
Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik
serta menjaga pedarahan lebih lanjut
2)
3)
1) Peningkatan suhu tubuh : Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda
infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
2) Perdarahan yang abnormal : Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik
sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat
dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
3) Involusi uterus yang tidak baik : Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan
menghambat
pengeluaran
darah
dan
sisa
plasenta
sehingga
menyebabkan
Cemas
Post partum
Adaptasi
fisiologis
Trauma
jaringan
Efek
anestesi
Luka bekas
insisi
Proses
laktasi
Supresi SSP
Diskontin
u itas
jaringan
Risko
infek
sI
Nyeri
Medulla
oblongata
Invasi
Gangguan
pada pons
Adaptasi
psikologis
Respon mual
muntah
Pola
napas tak
efektif
Mempengaruhi
tonus uteri
Atonia uteri
Stimulasi
Hip.anterior
Risko
perdarahan
Kelemahan
fisik
Gg. Mobilitas
fisik
Isapan bayi
Ineffective breast
feeding
Taking in
Stimulasi
Hip.
Posterior
Sekresi oksitosin
Taking hold
Letting
go
Penerimaa
n peran
baru
Perubahan
peran
Cemas
Sekresi
prolaktin
Putting inverte
Stimulasi duktus
alveoli Kelj.
Mamae
Produksi ASI
sedikit
Menghambat
sekresi
oksitosin
Pressure the
ejection of breast
feeding
L. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien dan suaminya.
b.
1.
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea hari
1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2.
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan
untuk mengatasi keadaan ini.
3.
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien
atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman
sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala
syok.
2.
Sistem pernafasan
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa
stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret.
Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.
3.
Sistem perkemihan
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya
baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput
urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
4.
Sistem pencernaan
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung
pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan
untuk menghilangkan gas dalam usus.
5. Integritas ego
6. Eliminasi
7. Nutrisi
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
8. Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma bedah/ insisi,
nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin
kering.
9. Keamanan
10. Seksualitas
2.
1)
2)
kandung kemih.
3) Defisit volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
darah
dalam
pembedaran.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri.
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
6) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap
bakteri sekunder pembedahan.
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis, periode
pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri.
3. Intervensi Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, bersihan jalan napas
efektif.
Kriteria hasil : Tidak mengalami penumpukan sekret, bunyi nafas bersih, dan dapat
melakukan batuk efektif.
Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk).
Rasional : Penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek batuk
menurun dapat menghalangi jalan nafas.
b. Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah.
Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah.
c. Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi nafas.
Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi jalan nafas.
d. Tinggikan kepala tempat tidur.
Rasional : pengembangan paru lebih maksimal.
e. Ajarkan batuk efektif.
Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas.
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek
anastesi, efek hormonal dan distensi kandung kemih.
Tujuan :
mengalami nyeri.
turgor
kulit
dengan
kualitas
yang sesuai.
Intervensi :
a. Ukur
dan
catat
pemasukan
dan
pengeluaran.
Tinjau
ulang
catatan
intraoperasi.
Rasional : membantu mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan penggantian.
b. Kaji pengeluaran urinarius.
Rasional : mengindikasikan malfungsi atau obstruksi sistemurinarius.
c. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik.
Rasional : hipoteksi, takikardia penurunan tekanan hemodinamik menunjukan
kekurangan cairan.
d. Catat munculnya mual/muntah.
Rasional : mual yang terjadi 12-24 jam pascaoperasi dihubungkan dengan anestesi; mual
lebih dari tiga hari pascaoperasi dihubungkan dengan narkotik untuk mengontrol
rasa sakit atau terapi obat- obatan lainnya.
e. Periksa pembalut atau drain pada
interval
reguler.
Kaji
luka
untuk
terjadinya pembengkakan.
Rasional : pendarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi.
dalamcairan
atau
dapat
mengalami infeksi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio
laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C), dan pencapaian tepat
waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi (color).
b. Kaji luka pada abdomen dan balutan.
Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus.
c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan teknik
aseptik.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.
d. Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
e. Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan.
Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila
mengembangkan pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
pada
Masa
Nifas,
From