Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ADAPTASI
( MEKANISME PENYESUAIAN DIRI)
OLEH:
NI PUTU TISNA DAMAYANTI
(P07120213025)
A. Pengertian Adaptasi
Sunaryo (2004) menyatakan bahwa adaptasi merupakan pertahanan yang
dibawa sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk
mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa membatasi tempat terjadinya
stres, mengurangi dan menetralisisasi pengaruhnya. Adaptasi adalah proses
perubahan dimensi fisiologis dan psikososial dalam berespon terhadap stres
( Candra,2011). Suliswati, Payopo, Maruhawa, dkk ( 2005) menyatakan bahwa
adaptasi sebagai suatu bentuk respon yang sehat terhadap stres telah ditegaskan
sebagai suatu perbaikan homeostatis pada system lingkungan internal. Dalam hal
ini termasuk juga respon pada proses penstabilan biologis internal dan
pemeliharan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa adaptasi
merupakan proses penyesuaian diri yang dibawa sejak lahir atau diperoleh karena
pengalaman belajar dalam mengatasi stres untuk mencapai keadaan homeostatis.
B. Tujuan Adaptasi
Adaptasi yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi suatu masalah
atau situasi tertentu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik somato,
psiko maupun social ( Candra, 2011). Sunaryo (2004) menyatakan adaptasi
bertujuan untuk menghadapi tuntutan keadaan secara sadar dan tidak sadar,
menghadapi tuntutan secara realistic, menghadapi tujuan secara rasional dan
menghadapi tuntutan secara obyektif. Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka
maupun tertutup , antara lain :1). Menghadapi tuntutan secara frontal ( terangterangan). 2) Regresi ( menarik diri ) atau tidak mau tahu sama sekali.
3) Kompromi ( kesepakatan)
Contoh : Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan
bekerja keras ( terang-terangan ), regresi keluar dari pendidikan , serta mungkin
mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya ( kompromi).
C. Macam- macam Adaptasi
Menurut Sunaryo (2004) menyatakan macam macam adaptasi sebagai
berikut bahwa :
1. Adaptasi Fisiologik ( adaptasi ini dapat terjadi secara local atau umum) :
Contoh :
Seseorang yang mampu mengatasi stres, tanganya tidak berkeringat dan tidak
gemetar , serta wajahnya tidak pucat.
2. Adaptasi Psikologis ( bisa terjadi secara ) :
a. Sadar : Individu mencoba memecahkan / menyesuaikan diri dari masalah
b. Tidak sadar : Menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence
mechanism)
c. Menggunakan gejala fisik ( konversi ) atau psikofisiologik/ psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam
beradaptasi, baik berupa tekanan , perubahan, maupun ketegangan emosi dapat
menimbulkan stres . Stres biasa terjadi apabila tuntutan atau keinginan yang tidak
terpenuhi
Menurut Candra ( 2011) macam adaptasi adalah sebagai berikut :
1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi Fisiologis terhadap stres adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keadaan relative seimbang . Kemampuan adaptif ini adalah
bentuk dinamik ekuilibrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal
secara konstan berubah dan mekanisme adaptif tubuh secara continue berfungsi
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan
ekuilibrium atau homeostatis ( Potter & Perry,2005)
a. Mekanisme Adaptasi Fisiologis
b. Respon Fisiologis
Penelitian klasik yang dilakukan oleh Selye ( 1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap stres . Sindrom Adaptasi local
(LAS) dan Sindrom Adaptasi Umum ( GAS )
1) Sindrom Adaptasi Lokal / Local Adaptation Syndrome ( LAS )
LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma penyakit, atau perubahan fisiologis lainya ( Potter & Perry, 2005).
Sindrom adaptasi setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan
luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respon terhadap tekanan. Semua
bentuk LAS memiliki karakteristik sebagai berikut :1) Respon terjadi setempat ,
repon ini tidak melibatkan seluruh system tubuh. 2) Respon adalah adaptif ,
berarti bahwa stressor yang diperlukan untuk menstimulasinya. 3) Respon adalah
Respons
inflamsi
berakibat
adanya
nyeri
setempat,
penyempitan
pembuluh
darah
terjadi
tempat
cisera
untuk
mengalami cidera. Pada saat demikian aliran darah setempat menurun, menjaga
leukosit ditempat cidera untuk melawan infeksi. Fase kedua ditandai oleh adanya
pelepasan eksudat dari luka. Eksudat merupakan kombinasi cairan , seli- sel dan
bahan lainya yang dihasilkan ditempat cidera. Tipe dan jumlah eksudat berbeda
dari satu cidera ke jenis cidera lain dari tiap orang. Eksudat biasanya dilepaskan
ditempat pada luka terpotong, lecer atau incisi bedah. Fase ketiga adalah
perbaikan jaringan dengan regenerasi atau pembentukan jaringan parut.
2) Sindrom Adaptasi Umum / General Adaptation Syndrome ( GAS)
GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon
ini melibatkan beberapa system tubuh, terutama system saraf otonom dan system
endokrin ( Potter & Perry, 2005). Suliswati, Payopo, Maruhawa (2005) GAS
merupakan reaksi fisiologis akibat rangsangan fisik dan psikososial . bila
individu terancam oleh stres , isyaratnya akan dikirim keotak, dan otak mengirim
informasi ke hipotalamus sehingga system saraf otonom dam endokrin
terstimulasi. Akibatnya terjadi seseuatu perubahan fisiologis berupa gejala dari
system saraf otonom dan system endokrin. Gas terdiri dari reaksi peringatan ,
tahap resisten, dan tahap kehabisan tenaga. Hasil akhir dari GAS ini adalah
terjadinya pemulihan atau kehabisan tenaga, pemulihan merupakan keberhasilan
pembentukan jaringan parut ( Candra, 2011).
a). Reaksi Peringatan ( Reaksi Alarm)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran
untuk menghadapi stressor. Kadar hormone meningkat agar volume darah dapat
dapat meningkatkan menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormone lain
dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah dalam rangka menyiapkan
energy untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormone lain seperti
energy individu terganggu dan adaptasi terhadap stresor hilang. Tubuh tidak
mampu lagi mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis
menghilang dan jika stres terus berlangsung dapat mengakibatkan kematian.
2. Adaptasi Psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang
untuk menghadapi stresor. Perilaku ini diarahkan pada pengelolaan stress dan
diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman, sejalan dengan individu
mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan berhasil ( Candra, 2011).
Perilaku adaptif psikologis atau konstruktif. Perilaku konstruktif
membnatu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan
ansietas dapat konstruktif , misalnya ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat
ancaman sehingga seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi
keparahan. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang sangat berat , kemampuan
untuk berfungsi . Ansietas dapat juga bersifat destruktif ( seperti jika seseorang
tidak mampu bertindak melepaskan diri dari stresor . sama halnya
penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku
adaptif dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress. ( Potter &
Perry,2005)
Perilaku adaptif psikologis disebut coping atau mekanisme coping. Coping
merupakan usaha kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan agar
tahan terhadap berbagai tuntutan / distress demands ( Candra, 2011). Coping
menghasilkan dua tujuan , pertama individu mengubah hubungan dirinya dengan
lingkungannya agar menghasilakn dampak yang lebih baik. Tujuan kedua adalah
10
menghadapi tugas
11
12
13
kematian dari orang yang disayangi menggangu makna hidup seorang dan
menyebabkan depresi. Ketika memberikan perawatan kepada klien yang
mengalami gangguan spiritual , maka perawat tidak boleh menilai kesesuaian
perasaan praktik keagaaman klien, namun memeriksa nilai keagamaan yang telah
berubah.
D. Manajemen Stres
1. Pengertian stres
Maramis (2005) Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian
diri yang dapat menggangu keseimbangan seseorang . Stress itu adalah
ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan mengganggu dan dapat
menimbulkan reaksi fisiologis , emosi, kognitif, maupun perilaku. Stimuli yang
mengawali atau mencetuskan perubahan disebut sebagai stresor ( Candra,2011).
Kondisi penyebab stress dapat dikendalikan jika kita mau dan menyadari bahwa
kondisi itu perlu dikendalikan agar kita dapat hidup rileks. Dari keseluruhan
kondisi penyebab stress , yang tidak terkendali menjadi suatu kebiasaan buruk
dalam aktivitas kehidupannya . seperti kebiasaan makan yang buruk, diet,
kebiasaan tidur yang buruk dan lingkungan fisik yang tidak sehat. Hidup
merupakan suatu tantang yang dinikmati, sebagian orang lagi terus menerus
merasakan ketegangan , ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi peristiwa
yang menghadapi dirinya. Respon stress menyebabkan seseorang untuk terus
menggunakan energinya dalam menghadapi ketegangan tersebut sehingga lama
kelamaan mengalami kelelahan fisik maupun pikiran. Dengan melatih respon
14
rileks berarti telah memberikan kesempatan kepada otak untuk untuk memelihara
kesehatan tubuh terutama belahan otak kanan. ( Candra,2011).
2.
15
Latihan Relaksasi
Dalam manajemen stress ada berbagai cara atau kegiatan yang dapat
16
mengubah stress yang menjadi situasi yang dapat dinikmati dan efeknya minimal
atau bahkan menjadi netral.
a. Pentingnya belajar relaksasi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan suatu kebebasan
tanpa gangguan yang tidak perlu dan ketegangan oto tidak mesti tanda suatu
kekuatan, karena bias jadi ketegangan otot sebagai tanda bahwa energy dibuang.
Penting untuk diketahui bahwa orang yang mempelari relaksasi tidak kehilangan
motivasi, belajar rileks tidak berarti menjdi pemalas dan bosan ( Candra,2011).
Seorang pekerja yang mengeluh nyeri dileher dan bahu bersikeras bahwa ia
tidak tegang sehingga tidak perlu rileks. Ia seorang yang sukses di suatu
perusahaan besar dan takut jika mempelajari rileks akan membuatnya menjadi
kurang produktif. Sesudah berlatih beberapa minggu ia kaget karena dengan
berlatih relaksasi mampu membuat otot-otot rileks tanpa mengurangi prestasi
kerja. Bahkan ia menjadi lebih energik dan produktif. Energinya hanya digunkan
untuk pekerjaan yang lebih produktif dan digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang rasional
b. Tempat memperoleh ketegangan otot
Dalam upaya meregangkan otot secara progresif dimulai dengan
menegangkan dan merenggangkan kumpulan otot manusia . dengan cara ini
dapat mengetahui keberadaan otot itu, hal ini dapat meningkatkan kesadaran
terhadap respon tubuh terhadap stress. Mengetahui lokasi dan merasakn otot
yang tegang seseorang dapat merasakan ketiadaan ketegangan otot lebih jelas
( Candra,2011)
Daerah utama stres berkenaan dengan ketegangan otot adalah kumpulan
otot disekitar kepala, wajah, leher dan bahu. Biasanya kondisi sangat tegang
17
berkumpul di otot ini. Kelompok otot lainya seperti lengan, tangan, dada,
punggung, perut pinggung juga harus diperhatian. Pada kenyataannya selalu ada
perbedaan anatra individu yang satu dengan individu lainnya. Setiap orang
berespon sesuai dengan keadaan dirinya sehingga respon yang ada sangat
bervariasi dalam menghadapi stress.
c. Membangun kebiasaan relaksasi
Melihat jam sering diasosiasikan denga kecemasan dan ketegangan yang
berlebihan. Mengubah kebiasaan tegang jam berapa ? ke kebiasaan berepon
relaksasi yang kreatif dengan mengontrol diri terhadap ketegangan tubuh.
Kreatiflah dengan isyarat relaksasi dan gunakan waktu luang untuk berlatih
relaksasi. Selalu ada kesempatan untuk berlatih jika ada niat untuk melakukan
sesuatu yang telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Latihan setiap hari akan
membantu untuk mengetahui lokasi-lokasi otot yang tegang dan mengganggu
dan hasil akhir adalah dapat menikmati relaksasi yang luas pada tubuh dan
pikiran.
Daftar Pustaka
Candra, I W. 2011. Manajemen Stres : panduan ilmiah dan praktis menuju
relaksasi yang luas. Denpasar : Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedoketeran Jiwa . Surabaya : Airlangga
University Press.
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1 Edisi 4. Jakarta :
EGC
Suliswati, Payopo, Maruhawa, Sianturi, Sumijatun. 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta
18
: EGC
19