Vous êtes sur la page 1sur 19

TUGAS PSIKOLOGI

ADAPTASI
( MEKANISME PENYESUAIAN DIRI)

OLEH:
NI PUTU TISNA DAMAYANTI
(P07120213025)

JURUSAN DIV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
2014

ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN DIRI)

A. Pengertian Adaptasi
Sunaryo (2004) menyatakan bahwa adaptasi merupakan pertahanan yang
dibawa sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk
mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa membatasi tempat terjadinya
stres, mengurangi dan menetralisisasi pengaruhnya. Adaptasi adalah proses
perubahan dimensi fisiologis dan psikososial dalam berespon terhadap stres
( Candra,2011). Suliswati, Payopo, Maruhawa, dkk ( 2005) menyatakan bahwa
adaptasi sebagai suatu bentuk respon yang sehat terhadap stres telah ditegaskan
sebagai suatu perbaikan homeostatis pada system lingkungan internal. Dalam hal
ini termasuk juga respon pada proses penstabilan biologis internal dan
pemeliharan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa adaptasi
merupakan proses penyesuaian diri yang dibawa sejak lahir atau diperoleh karena
pengalaman belajar dalam mengatasi stres untuk mencapai keadaan homeostatis.
B. Tujuan Adaptasi
Adaptasi yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi suatu masalah
atau situasi tertentu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik somato,
psiko maupun social ( Candra, 2011). Sunaryo (2004) menyatakan adaptasi
bertujuan untuk menghadapi tuntutan keadaan secara sadar dan tidak sadar,
menghadapi tuntutan secara realistic, menghadapi tujuan secara rasional dan
menghadapi tuntutan secara obyektif. Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka
maupun tertutup , antara lain :1). Menghadapi tuntutan secara frontal ( terangterangan). 2) Regresi ( menarik diri ) atau tidak mau tahu sama sekali.
3) Kompromi ( kesepakatan)

Contoh : Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan
bekerja keras ( terang-terangan ), regresi keluar dari pendidikan , serta mungkin
mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya ( kompromi).
C. Macam- macam Adaptasi
Menurut Sunaryo (2004) menyatakan macam macam adaptasi sebagai
berikut bahwa :
1. Adaptasi Fisiologik ( adaptasi ini dapat terjadi secara local atau umum) :
Contoh :
Seseorang yang mampu mengatasi stres, tanganya tidak berkeringat dan tidak
gemetar , serta wajahnya tidak pucat.
2. Adaptasi Psikologis ( bisa terjadi secara ) :
a. Sadar : Individu mencoba memecahkan / menyesuaikan diri dari masalah
b. Tidak sadar : Menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence
mechanism)
c. Menggunakan gejala fisik ( konversi ) atau psikofisiologik/ psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam
beradaptasi, baik berupa tekanan , perubahan, maupun ketegangan emosi dapat
menimbulkan stres . Stres biasa terjadi apabila tuntutan atau keinginan yang tidak
terpenuhi
Menurut Candra ( 2011) macam adaptasi adalah sebagai berikut :
1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi Fisiologis terhadap stres adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keadaan relative seimbang . Kemampuan adaptif ini adalah
bentuk dinamik ekuilibrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal
secara konstan berubah dan mekanisme adaptif tubuh secara continue berfungsi
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan
ekuilibrium atau homeostatis ( Potter & Perry,2005)
a. Mekanisme Adaptasi Fisiologis

Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis yang tidak


terpenuhi , seperti makanan atau kehangatan tindakan yang akan dilakukan
adalah untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Untuk sebagian besar,
bagaimanapun juga adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara
otomatis untuk mempertahankan ekulibrium. Mekanisme homeostatis ini adalah
pengaturan mandiri, dengan kata lain otomatis. Namun demikian pada individu
yang sakit atau mengalami cidera, mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk
mempertahankan dan menopang homeostatis. Mekanisme fisiologis adapatsi
berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu proses control merasakan
keadaan abnormal , seperti penurunan suhu tubuh dan membuat respon adaptif
seperti tubuh mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh . ( Potter&
Perry,2005)

b. Respon Fisiologis
Penelitian klasik yang dilakukan oleh Selye ( 1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap stres . Sindrom Adaptasi local
(LAS) dan Sindrom Adaptasi Umum ( GAS )
1) Sindrom Adaptasi Lokal / Local Adaptation Syndrome ( LAS )
LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres
karena trauma penyakit, atau perubahan fisiologis lainya ( Potter & Perry, 2005).
Sindrom adaptasi setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan
luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respon terhadap tekanan. Semua
bentuk LAS memiliki karakteristik sebagai berikut :1) Respon terjadi setempat ,
repon ini tidak melibatkan seluruh system tubuh. 2) Respon adalah adaptif ,
berarti bahwa stressor yang diperlukan untuk menstimulasinya. 3) Respon adalah

berjangka pendek , respon tidak terjadi terus menerus. 4) respon adalah


restorative, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostatis region
atau bagian tubuh.
Dua respon setempat , yaitu respon refleks nyeri san respons inflamasi ,
yaitu respon yang sering dihadapi seorang tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam melaksanakan tugasnya .
a) Respons Refleks Nyeri
Merupakan respons setempat dari system saraf pusat terhadap nyeri untuk
melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Melibatkan respon sensoris,
saraf sensoris yang menyebar ke medulla spinalis , neuron penghubung dalam
medulla spinalis , saraf motorik menjalar dari medulla spinalis dan otot efektif.
Contoh suatu refleks menghindarkan tangan dari refleks panas dan contoh lain
keram pada otot.
b) Respons Inflamasi
Respons ini distimuli oleh trauma dan keadaan infeksi yang memusatkan
inflamsi sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan
penyembuhannya.

Respons

inflamsi

berakibat

adanya

nyeri

setempat,

pembengkakan, pans, kemerahan dan perubahan fungsi. Respon inflamsi terjadi


dalam 3 fase . fase pertama meliputi perubahan sel-sel dan system sirkulasi.
Awalnya

penyempitan

pembuluh

darah

terjadi

tempat

cisera

untuk

mengendalikan perdarahan. Kemudian dilepaskan histamine pada tempat yang


cidera dan meningktakan jumlah sel darah putih untuk melawan infeksi, hamper
bersamaan dilepaskan kinin untuk meningkatkan permeabelitas kapiler agar
memungkinkan masuknya protein, cairan dan leukosit ke tempat yang

mengalami cidera. Pada saat demikian aliran darah setempat menurun, menjaga
leukosit ditempat cidera untuk melawan infeksi. Fase kedua ditandai oleh adanya
pelepasan eksudat dari luka. Eksudat merupakan kombinasi cairan , seli- sel dan
bahan lainya yang dihasilkan ditempat cidera. Tipe dan jumlah eksudat berbeda
dari satu cidera ke jenis cidera lain dari tiap orang. Eksudat biasanya dilepaskan
ditempat pada luka terpotong, lecer atau incisi bedah. Fase ketiga adalah
perbaikan jaringan dengan regenerasi atau pembentukan jaringan parut.
2) Sindrom Adaptasi Umum / General Adaptation Syndrome ( GAS)
GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon
ini melibatkan beberapa system tubuh, terutama system saraf otonom dan system
endokrin ( Potter & Perry, 2005). Suliswati, Payopo, Maruhawa (2005) GAS
merupakan reaksi fisiologis akibat rangsangan fisik dan psikososial . bila
individu terancam oleh stres , isyaratnya akan dikirim keotak, dan otak mengirim
informasi ke hipotalamus sehingga system saraf otonom dam endokrin
terstimulasi. Akibatnya terjadi seseuatu perubahan fisiologis berupa gejala dari
system saraf otonom dan system endokrin. Gas terdiri dari reaksi peringatan ,
tahap resisten, dan tahap kehabisan tenaga. Hasil akhir dari GAS ini adalah
terjadinya pemulihan atau kehabisan tenaga, pemulihan merupakan keberhasilan
pembentukan jaringan parut ( Candra, 2011).
a). Reaksi Peringatan ( Reaksi Alarm)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran
untuk menghadapi stressor. Kadar hormone meningkat agar volume darah dapat
dapat meningkatkan menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormone lain
dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah dalam rangka menyiapkan
energy untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormone lain seperti

epinefrin dan norepinefrinmengakibatkan peningkatan frekuensi jantung,


meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan pengambilan oksigen dan
meningkatkan kewaspadaan.
Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan
respon melawan atau menghindar ( fight or flight). Curah jantung ambilan
oksigen dan frekuensi pernapasam meningkat, dilatasi pupil mata untuk
menghasilkan bidang visual yang lebih besar dan frekuensi jantung meningkat
untuk menghasilkan energy lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan
energy mental ini seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.
Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada stresoor spesifik. Respon
fisiologis individu adalah mendalam, melibatkan system tubuh utama dan dapat
berlangsung dari hitungan menit sampai jam dan dapat mengancam hidup
seseorang. Stresor yang terus menetap setelah reaksi alarm( peringatan) maka
berlanjut ke fase kedua.
b). Tahap Resisten
Tubuh kembali menjadi stabil , kadar hormone, frekuensi jantung, tekanan
darah dan curah jantung kembali normal.individu berupaya untuk beradaptasi
terhadap stresor, jika stresor dapat diatasi , tubuh akan memperbaiki kerusakan
yang telah terjadi, namun jika stresor terus menetap seperti kehilangan darah
terus menerus , penyakit yang melumpuhkan, sehingga tidak mampu beradaptasi
maka individu masuk tahap ketiga.
c). Tahap Kehabisan Tenaga
Terjadi ketika seseorang tidak dapat lagi stresor dan energy yang
diperlukan semakin menipis. Respons fisiologis menipis menghebat tetapi tingkat

energy individu terganggu dan adaptasi terhadap stresor hilang. Tubuh tidak
mampu lagi mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis
menghilang dan jika stres terus berlangsung dapat mengakibatkan kematian.
2. Adaptasi Psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang
untuk menghadapi stresor. Perilaku ini diarahkan pada pengelolaan stress dan
diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman, sejalan dengan individu
mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan berhasil ( Candra, 2011).
Perilaku adaptif psikologis atau konstruktif. Perilaku konstruktif
membnatu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan
ansietas dapat konstruktif , misalnya ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat
ancaman sehingga seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi
keparahan. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang sangat berat , kemampuan
untuk berfungsi . Ansietas dapat juga bersifat destruktif ( seperti jika seseorang
tidak mampu bertindak melepaskan diri dari stresor . sama halnya
penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku
adaptif dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress. ( Potter &
Perry,2005)
Perilaku adaptif psikologis disebut coping atau mekanisme coping. Coping
merupakan usaha kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan agar
tahan terhadap berbagai tuntutan / distress demands ( Candra, 2011). Coping
menghasilkan dua tujuan , pertama individu mengubah hubungan dirinya dengan
lingkungannya agar menghasilakn dampak yang lebih baik. Tujuan kedua adalah

individu biasanya berusaha untuk meredakan atau menghilangkan beban


emosional yang dirasakan.
Homeostatis adalah usaha organism yang dengan cara terus menerus
mempetahankan keadaan keseimbangan dalam batas tertentu supaya dapat hidup
terus. Stres ini mungkin terjadi terutama pada bidang badaniah ( stres fisik atau
somatic) seperti infeksi dan penyakit lain yang menggerakan mekanisme
penyesuaian somatic agar mengembalikan keseimbangan. Stress psikologik
terjadi terutama pada jiwa terutama kecemasan, kekecewaan, dan rasa salah yang
menimbulkan mekanisme penyesuaian psikologik. Mungkin pada suatu waktu,
hanya gejala badaniah ataupun hanya gejala psikologik saja yang menonjol,
tetapi kita harus mengingat bahwa manusia itu senantiasa bereaksi secara holistic
yaitu bahwa seluruh manusia itu terlibat dalam hal ini. ( Maramis,2005).
Bila kita merasa mampu menangani suatu keadaan stress, maka perilaku
kita akan cenderung berorientasi pada tugas ( task oriented), yang bertujuan
utama menghadapu tuntutan keadaan. Akan tetapi , bila stress itu mengancam
perasaan kemampuan dan harga diri kita, makan reaksi akan condong
berorientasi pada pembelaan ego ( Ego defence-oriented), yang bertujuan
utama melindungi diri kita sendiri terhadap rasa devaluasi diri dan meringankan
ketegangan serta kecemasan yang menyakitkan. Dalam hal tuntutan yang terusmenerus yang melampau sumber daya penyesuaian kita, maka kita akan
mengalami dekompresi kepribadian dan perilaku kita akan makin menujukkan
tanda-tanda disorganisasi dan disintergrasi. Cara penyesuaian psikologik yang
berorientasi pada tugas ( task oriented) dan mekanisme pembelaan ego ( ego
defence mechanism).

a. Cara penyesuaian diri yang berorientasi pada tugas ( task oriented)


Cara penyesuaian ini bertujuan menghadapi tuntutan secara sadar, realistic
dan obyektif dan rasional. Cara ini memungkinkan terbuka ataupun mungkin
terselubung dan dapat berupa : 1) serangan atau menghadapi tuntutan secara
frontal . 2) penarikan diri atau tidak mau tahu lagi tentang hal itu. 3) kompromi.
Menyerang menari diri dan kompromi , ketiganya menyangkut langkah-langkah
sama yaitu : mempelajari dan menetukan persoalnya, menyusun alternative
penyelesaian, menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan paling besar
akan berhasil dengan akibat yang paling menguntungkan. Menilai hasil tindakan
supaya dapat diambil langkah yang lain bila kurang memuaskan atau kesalahan .
bila stres itu hebat dan lama , maka individu itu akan mencari jalan keluar ,
supaya tetap dapat berfungsi biarpun tidak efisien lagi. Biarpun perilaku yang
berorientasi pada tugas mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam
memenuhi kebutuhan kita daripada perilaku yang berorientasi kepeda lalu
berhasil pembelaan ego , sudah jelas kita tidak akan selalu berhasil mengetasi
semua keadaan stres.
b. Mekanisme Pembelaan Ego ( ego defence mechanism)
Ego ( pribadi ) merupakan inti kesatuan manusia, maka ancaman
terhadap ego ini merupakan pula ancaman terhadap tulang punggung existensi
manusia itu. Karena itu, maka manusia itu dengan perlahan-lahan telah belajar
memakai berbagai mekanisme pembelaan egonya bila dialami suatu keadaan
yang mengancam keutuhan integritas pribadinya. ( Maramis, 2005). Mekanisme
ini penting karena memperlunak kegagalan , menghilangkan kecemasn ,

10

mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalamanan yang tidak enak


dan juga untuk mempertahankan perasaan yang layak serta harga diri.
Dalam Potter & Perry (2005), macan-macam adaptasi adalah sebagai
berikut :
1. Adaptasi Fisiologis
Indicator fisiologi dari stres adalah objektif , lebih mudah diidenifikasi dan
secara umum dapat diamati dan diukur. Tanda vital biasanya meningkat , dank
lien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat atau
berkonsentrasi . Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan
dengan durasi dan intensitas stresor yang diserap. Hubungan anatra stress
psikologis dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh, riset telah
menunjukan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada
masa lampau, penyakit infeksi adalah penyebab kematian namun sejak
ditemukan antibiotic , kondisi kehidupan meningkat, pengetahuan tentang nutrisi
yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurubkan angka
kematian . sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakupn
stresor gaya hidup.
2. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan . pada setiap tahap perkembangan ,
seseorang biasanya

menghadapi tugas

perkembangan dan menunjukan

karakteristik perilaku dari setiap perkembangan tersebut. Stress yang


berkepanjangan dapat mengganggu dan menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarahka pada krisis pendewasaan.

11

Sebagai contoh bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor


dirumah, jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, maka
mereka mampu mengembangkan harga diri yangs ehat dan pada akhirnya belajar
respon koping yang adaptif. Namun jika tidak ada pantauan dari orangtua atau
mereka tidak berhasil memberikan keamanan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan rasa percaya, dapat menjadi stresor, pada kehidupan nantinya
mungkin terdapat rasa tidak percaya yang kronis , yang mengakibatkan individu
tersebut menarik diri dan mengalami gangguan dalam hubungan interpersonal.

3. Adaptasi Perilaku Emosional


Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara.
Karena keperibadian individual mencakup hubungan yang kompleks diantara
banyak factor , maka reaksi terhadap stres yang berkepanjangan ditetapkan
dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman
terdahulu denga stresor, mekanisme koping yang berhsil di masa lalu, fungsi
peran konsep diri dan ketabahan , yang merupakan tiga kombinasi dari tiga
karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stress. Sebagai
contoh stressor perkosaan, jika tidak berhasil beradaptsi makan akan mengalami
ketakutan yang tidak rasional pada seorang pria, jika berhasil beradaptasi maka
mengalami integrasi dari ingatan taraumatik dan dapat berfungsi sebgai penasihat
untuk orang lain dipusat krisis pemerkosaan ( Candra,2011).
4. Adaptasi Intelektual
Stres yang berkepanjangan dapat bermanifestasi dalam dimensi intelektual
dan mempunyai indicator yang dapat diamati. Kemampuan individu untuk

12

mendapatkan pengetahuan atau keterampilan baru mengalami gangguan.


Penilaian kognitif yang individu terhadap setiap situasi mungkin menjadi tidak
akurat, komunikasi terhambat, kemampuan klien dalam memecahkan masalh
menurun. Contoh stresor seorang yang didiagnosis menderita kanker , adapts
yang gagal akan menyangkal kanker dan mengabaikan semua pengobatan,
sebaliknya adaptasi yang berhasil akan menggunakan penedekatan penyelesaian
masalah yang aktif untuk mengontro keputusan tentang pengobatan dan
perawatannya. ( Candra,2011).
5. Adaptasi Sosial
Mengkaji stresor dan sumber koping dari dimensi social, mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya tipe, kualits dari interaksi social yang
ada. Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress
atau mekanisme koping. Klien dari suku afrika Amerika mungkin lebih suka
mendapat dukungan social dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan
professional. Contoh seorang narapiadana yang baru bebas dari penjara kini
kembali ke lingkuan sosialnya, namun jika gagal beradaptasi seorang napi
tersebut akan menarik diri dari pergaulan social, dan jika adaptasi berhasil maka
napi tersebut akan berpartisipasi aktif dalam kegiatan di lingkungan social tempat
dia tinggal.
6. Adaptasi Spiritual
Orang yang menggunakan sumber spiritual untuk beradaptasi stress dalam
banyak cara. Tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual..
stres berat dapat mengakibtakan individu marah pada Tuhan, atau individu
mungkin memandang stresor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau

13

kematian dari orang yang disayangi menggangu makna hidup seorang dan
menyebabkan depresi. Ketika memberikan perawatan kepada klien yang
mengalami gangguan spiritual , maka perawat tidak boleh menilai kesesuaian
perasaan praktik keagaaman klien, namun memeriksa nilai keagamaan yang telah
berubah.
D. Manajemen Stres
1. Pengertian stres
Maramis (2005) Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian
diri yang dapat menggangu keseimbangan seseorang . Stress itu adalah
ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan mengganggu dan dapat
menimbulkan reaksi fisiologis , emosi, kognitif, maupun perilaku. Stimuli yang
mengawali atau mencetuskan perubahan disebut sebagai stresor ( Candra,2011).
Kondisi penyebab stress dapat dikendalikan jika kita mau dan menyadari bahwa
kondisi itu perlu dikendalikan agar kita dapat hidup rileks. Dari keseluruhan
kondisi penyebab stress , yang tidak terkendali menjadi suatu kebiasaan buruk
dalam aktivitas kehidupannya . seperti kebiasaan makan yang buruk, diet,
kebiasaan tidur yang buruk dan lingkungan fisik yang tidak sehat. Hidup
merupakan suatu tantang yang dinikmati, sebagian orang lagi terus menerus
merasakan ketegangan , ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi peristiwa
yang menghadapi dirinya. Respon stress menyebabkan seseorang untuk terus
menggunakan energinya dalam menghadapi ketegangan tersebut sehingga lama
kelamaan mengalami kelelahan fisik maupun pikiran. Dengan melatih respon

14

rileks berarti telah memberikan kesempatan kepada otak untuk untuk memelihara
kesehatan tubuh terutama belahan otak kanan. ( Candra,2011).
2.

Perubahan Cara Berespon


Pada hakekatnya penambahan jumlah stresor semakin banyak , tuntutan

pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin beragam , bertambah dan cepat


berubah. Tuntutan kebutuhan semakin memberi tekanan, generasi yang bisa
menyesuaikan diri terhadap perubahan jaman adalah generasi yang menyadari
bahwa kita dapat mengubah sepenuhnya sumber stres yang ada dalam diri
mengingat berbagai peristiwa yang ada disekitar yang tidak dapat dikendalikan.
Seperti contoh jika ada orang yang mau membicarakan kelemahan kita , orang
yang menghina kita sesungguhnya hal tersebut tidak dapat dikendalikan. Cara
yang terbaik adalah adanya perubahan pada diri kita dalam cara berespon
terhadap stresor tersebut. Ada sebagian orang yang berespon terhadap peristiwa
yang menimpanya dengan respon stress dan masih jarang orang yang berspon
rileks. Respon rileks member kesempatan pada diri kita untuk mengumpulkan
energy positif , mengurangi tekanan pada alam bawah sadar dan menemukan
berbagai alternative untuk berespon secara tepat dan efektif dalam menghadapi
masalah.
3. Pentingnya Latihan
Dalam mengelola stress terutama semperoleh hasil setresor dengan
optimal dan memperoleh hasil sesuai harapan perlu latihan secara terus menerus,
perlahan, dan teratur namun pasti dengan latihan secara teratur diharapkan dapat
terbentuk kebiasan yang baru dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Untuk memulai pengelolaan stresor dengan upaya latihan diperlukan waktu dan

15

pengambilan keputusan. Dalam memulai latihan muncul berbagai respon yang


tidak mengenakan seperti pusing , mual dan rasa tidak enak. Adakala seseorang
menyebutnya sebagai kegagalan , padahal itu adalah reaksi normal menuju
perubahan yang diinginkan. Hambatan pribadi untuk memulai mengelola stress
adalah takut akan mengambil banyak waktu sehingga menggangu produktivitas
kerja. Ketakutan atau rintangan dapat menjadi pupuk bagi kreativitas seseorang
termasuk kreativitas mengelola stress. Mengubah kebiasaan hidup yang
menimbulkan stress, pengendalian yang positif merupakan keahlian mengontrol
hidup. Tidak mengelola stres juga merupakan kebiasaan, namun risikonya hidup
jadi tidak nyaman. Hampir segala sesuatu yang dilakukan merupakan kebiasaan .
satu diantaranya cara terbaik untuk mengbah kebiasaan buruk adalah
menggantinya dengan kebiasaan yang bermanfaat untuk mengeloa stress.
4.

Latihan Relaksasi
Dalam manajemen stress ada berbagai cara atau kegiatan yang dapat

dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh negatif dari stress.


Dari yang berbagai cara yang ada satu diantaranya adalah teknik relaksasi.
Latihan dalam melakukan upaya relaksai meruapak elemen yang paling vital
dlam manajemen stress untuk mencapai kemampuan relaksasi ( Candra,2011).
Dengan memulai menggunakan kemampuan rileks bertujuan membantu
mengurangi keletihan dan keraguan yang ada. Kemampuan itu memberi
keleluasaan untuk memutuskan penanganan situasi yangyang membuat stress
sehingga mampu mengurangi kecemasan marah atau memberi reaksi bertempr
atau lari dan menikmati pengalaman yang demikian. Dengan tetap berusaha
untuk tenang, terkendali dan rileks merupakan suatu kemampuan yang dapat

16

mengubah stress yang menjadi situasi yang dapat dinikmati dan efeknya minimal
atau bahkan menjadi netral.
a. Pentingnya belajar relaksasi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan suatu kebebasan
tanpa gangguan yang tidak perlu dan ketegangan oto tidak mesti tanda suatu
kekuatan, karena bias jadi ketegangan otot sebagai tanda bahwa energy dibuang.
Penting untuk diketahui bahwa orang yang mempelari relaksasi tidak kehilangan
motivasi, belajar rileks tidak berarti menjdi pemalas dan bosan ( Candra,2011).
Seorang pekerja yang mengeluh nyeri dileher dan bahu bersikeras bahwa ia
tidak tegang sehingga tidak perlu rileks. Ia seorang yang sukses di suatu
perusahaan besar dan takut jika mempelajari rileks akan membuatnya menjadi
kurang produktif. Sesudah berlatih beberapa minggu ia kaget karena dengan
berlatih relaksasi mampu membuat otot-otot rileks tanpa mengurangi prestasi
kerja. Bahkan ia menjadi lebih energik dan produktif. Energinya hanya digunkan
untuk pekerjaan yang lebih produktif dan digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang rasional
b. Tempat memperoleh ketegangan otot
Dalam upaya meregangkan otot secara progresif dimulai dengan
menegangkan dan merenggangkan kumpulan otot manusia . dengan cara ini
dapat mengetahui keberadaan otot itu, hal ini dapat meningkatkan kesadaran
terhadap respon tubuh terhadap stress. Mengetahui lokasi dan merasakn otot
yang tegang seseorang dapat merasakan ketiadaan ketegangan otot lebih jelas
( Candra,2011)
Daerah utama stres berkenaan dengan ketegangan otot adalah kumpulan
otot disekitar kepala, wajah, leher dan bahu. Biasanya kondisi sangat tegang

17

berkumpul di otot ini. Kelompok otot lainya seperti lengan, tangan, dada,
punggung, perut pinggung juga harus diperhatian. Pada kenyataannya selalu ada
perbedaan anatra individu yang satu dengan individu lainnya. Setiap orang
berespon sesuai dengan keadaan dirinya sehingga respon yang ada sangat
bervariasi dalam menghadapi stress.
c. Membangun kebiasaan relaksasi
Melihat jam sering diasosiasikan denga kecemasan dan ketegangan yang
berlebihan. Mengubah kebiasaan tegang jam berapa ? ke kebiasaan berepon
relaksasi yang kreatif dengan mengontrol diri terhadap ketegangan tubuh.
Kreatiflah dengan isyarat relaksasi dan gunakan waktu luang untuk berlatih
relaksasi. Selalu ada kesempatan untuk berlatih jika ada niat untuk melakukan
sesuatu yang telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Latihan setiap hari akan
membantu untuk mengetahui lokasi-lokasi otot yang tegang dan mengganggu
dan hasil akhir adalah dapat menikmati relaksasi yang luas pada tubuh dan
pikiran.

Daftar Pustaka
Candra, I W. 2011. Manajemen Stres : panduan ilmiah dan praktis menuju
relaksasi yang luas. Denpasar : Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedoketeran Jiwa . Surabaya : Airlangga
University Press.
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1 Edisi 4. Jakarta :
EGC
Suliswati, Payopo, Maruhawa, Sianturi, Sumijatun. 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta
18

: EGC

19

Vous aimerez peut-être aussi